Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PROGRAM KESEHATAN IBU ANAK (KIA)

PUSKESMAS KINTAMANI I

Dosen Pembimbing : Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si


drg. Agus Kawibawa
Nama Mahasiswa : 1. Kadek Devi Ari Frasiska (1202006036)
2. Putu Pradnyadewi Nataswari (1202006161)
3. I Gusti Ngurah Krishna Priyaka (1202006157)
Hari/Tanggal : Rabu, 20 September 2017
Narasumber : Ni Made Widuri, A. Md. Keb

Tujuan Program KIA:


1. Tujuan Umum
Tujuan umum program KIA adalah terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA
secara terus menerus di setiap wilayah kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di
puskesmas.
b. Meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten di arahkan
ke fasilitas kesehatan.
c. Meningkatkan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di puskesmas.
d. Meningkatkan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di puskesmas.
e. Meningkatkan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus
secara adekuat dan pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kerja.
f. Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di
puskesmas.
g. Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di
puskesmas.

Analisa SMART
- Specific : Tujuan program KIA sudah spesifik, khususnya
ditujukkan untuk pelayanan kepada ibu dan anak
- Measurable : Tujuan program KIA ini sudah menjelaskan
bagaimana keberhasilan program yang dijalankan dapat diukur

1
- Achievable : Tujuan program ini agar dapat tercapai
- Affordable : Tujuan program ini sudah affordable karena dapat
ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan sudah mencukupi
- Appropiate : Tujuan program ini sudah sesuai dengan apa yang
ingin dicapai
- Realistic : Tujuan program ini bisa diaplikasikan karena bersifat
realistis
- Time-bound : Tujuan program ini sudah memiliki batasan waktu
selama 1 tahun.

Poin-poin pembahasan program KIA:


1. Indikator Masalah
a. Kematian ibu
Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate/MMR) merupakan jumlah kematian
ibu yang disebabkan oleh suatu komplikasi dari kehamilan, persalinan, ataupun masa
nifas yang terjadi pada suatu wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu. MMR
dapat dihitung dan diperhitungkan terhadap 1000 atau 100.000 kelahiran hidup dalam
kurun waktu setahun.

Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung MMR

MMR = xK

Keterangan :
X = Jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan
Y = Jumlah kelahiran hidup pada kurun waktu yang sama
K = Konstanta (1000 atau 100.000)

Angka kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas Kintamani I yang dihitung per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2016

MMR =

Angka kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas Kintamani I adalah 0 per 1000
kelahiran hidup.
2
b. Kematian bayi
Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate/IMR) merupakan jumlah kematian bayi
yang berada di bawah usia 1 tahun di suatu wilayah tertentu dalam satu tahun dan
dibagi dengan jumlah kelahiran hidup pada suatu wilayah serta periode waktu yang
sama dikalikan dengan konstanta 1000 atau 100.000.
Rumus:

IMR = xK

Keterangan :
X = Jumlah bayi yang meninggal karena kehamilan dan persalinan
Y = Jumlah kelahiran hidup pada kurun waktu yang sama
K = Konstanta (1000 atau 100.000)

Angka kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas Kintamani I dihitung per 1000
kelahiran hidup tahun 2016

IMR =

Angka kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas Kintamani I pada tahun 2016
adalah 18,9 per 1000 kelahiran hidup.

2. Penyebab Kematian :
a. Kematian ibu:
Penyebab kematian ibu dapat dibedakan menjadi penyebab kematian saat hamil,
pasca melahirkan dan masa nifas. Saat hamil kematian ibu dapat dibagi menjadi
penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung dari kematian
ibu diantaranya hipertensi, eklampsia, kelainan letak plasenta, infeksi saat kehamilan
dan perdarahan. Sedangkan penyebab tidak langsung dari kematian ibu antara lain
anemia pada kehamilan serta keadaan kekurangan energi kalori (KEK). Saat atau
pasca melahirkan juga dapat menyebabkan kematian ibu. Keadaan yang
mengakibatkan kematian ibu saat atau pasca melahirkan antara lain perdarahan
pervaginam, penyakit kronis yang dialami ibu seperti jantung, paru, ginjal, ketuban
pecah dini, emboli air ketuban, serta partus lama atau partus kasep. Sedangkan
kematian ibu yang terjadi pada masa nifas disebabkan oleh adanya suatu infeksi berat
atau sepsis.
b. Kematian bayi:

3
Penyebab kematian bayi yang terjadi di Puskesmas Kintamani I pada tahun 2016
disebabkan oleh berbagai faktor penyakit. Faktor-faktor tersebut diantaranya BBLR,
Pneumonia (dari ibu yang menderita B24) dan Penyakit Jantung Bawaan (PJB).

3. Penduduk Sasaran dan Cara Menentukan Jumlah Penduduk Sasaran


Penduduk sasaran untuk program kesehatan ibu diantaranya ibu hamil, ibu bersalin,
ibu pada masa nifas atau menyusui, bayi, serta balita yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Kintamani 1.
Jumlah penduduk sasaran dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
a. Petugas puskesmas akan melakukan pendataan langsung dengan
menggunakan metode survei ataupun dengan kader sebagai pemberi
informasi.
b. Jumlah penduduk sasaran dapat ditentukan dengan angka kelahiran kasar
atau Crude Birth Rate (CBR)
Rumus CBR:

CBR: x 100%

Jumlah Kelahiran Hidup: CBR x Jumlah penduduk setempat


c. Bayi
Jumlah sasaran bayi dalam satu tahun diperkirakan melalui perhitungan:

x jumlah penduduk setempat = 410 jiwa

d. Ibu hamil
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun diperkirakan melalui
perhitungan:
1,1 x jumlah sasaran bayi dalam 1 tahun = 1,1 x 410 = 451 jiwa
Sasaran yang terdapat dalam laporan puskesmas didapatkan jumlah
sasaran bayi adalah 447 jiwa dimana data tersebut didapat dari proyeksi
dan langsung diberikan oleh pemerintah pusat.
e. Ibu bersalin
Jumlah sasaran ibu bersalin dalam satu tahun diperkirakan melalui
perhitungan:
1,05 x jumlah sasaran bayi dalam 1 tahun = 1,05 x 410 = 430 jiwa
f. Ibu nifas
Perkiraan jumlah sasaran ibu nifas dalam setahun dapat disamakan dengan
ibu bersalin. Jadi, jumlah sasaran ibu nifas dalam satu tahun disamakan
dengan ibu bersalin yaitu 430 jiwa.

4. Target Program KIA Puskesmas Kintamani I tahun 2016


No. Indikator Target (%)
1 Akses Pelayanan Antenatal (K1) 100%
4
2 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4) 98%
3 Cakupan Persalinan oleh Nakes 100%
4 Cakupan Pelayanan Nifas Lengkap 98%
5 Deteksi ibu hamil resiko tinggi oleh nakes 40%
6 Deteksi ibu hamil dengan resiko oleh masyarakat 60%
7 Cakupan Pelayanan Neonatus 98%
8 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus 80%
9 Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri 80%
10 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi 95%
11 Cakupan Pelayanan Anak Balita 90%
12 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit 80%
(MTBS)

5. Kegiatan Program Pencegahan


Pencegahan kematian ibu:
a. Pencegahan primer
Health promotion:
- Penyuluhan tentang kesehatan ibu hamil, persalinan, dan nifas:
Penyuluhan tentang kesehatan ibu hamil diintegrasikan ke dalam kegiatan
kelas ibu hamil. Selain itu, informasi tentang masa kehamilan, saat
persalinan dan pasca persalinan, serta masa nifas juga diberikan saat
pemeriksaan kehamilan di tempat pelayanan kesehatan.
- Temu wawancara / konseling, P4K, perencanaan KB pasca persalinan:
Pelaksanaan P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi)
dilakukan dengan cara pembagian dan pemberian stiker ke rumah-rumah
penduduk yang hamil. Pemberian nasihat dan saran mengenai perencanaan
KB pasca salin dilakukan pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan di
puskesmas ataupun tempat pelayanan kesehatan lainnya.
Specific Protection:
- Pelayanan Antenatal (Antenatal Care):
Pelayanan dan kontrol antenatal care dapat dilakukan diantaranya 1 kali
pada triwulan pertama, sebanyak 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali
saat triwulan ketiga. Total minimal kunjungan ibu hamil saat melakukan
antenatal care adalah minimal 4 kali selama kehamilan.
Antenatal care mencakup 10 T, terdiri dari:
- Timbang berat badan
- Ukur lingkar lengan atas
- Ukur tekanan darah

5
- Ukur tinggi fundus uteri
- Hitung Denyut Jantung Janin
- Tentukan Presentasi Janin
- Beri imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
- Beri tablet tambah darah (tablet besi) 90 kali selama kehamilan
- Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
- Tatalaksana/penanganan kasus

b. Pencegahan sekunder
Early detection:
- Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan
Adapun faktor risiko pada ibu hamil meliputi:
1. Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun
2. Anak > 4 orang
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang <2 tahun
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan LILA <23,5 cm atau
penambahan berat badan > 9 kg selama kehamilan.
5. Anemia dengan Hb < 11 g/dL
6. TB < 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau pada kehamilan
sekarang
8. Sedang menderita penyakit kronis antaranya: TBC, kelainan jantung,
ginjal, hati, kelainan endokrin, tumor dan keganasan.
Deteksi dini dilakukan untuk mengetahui dan mendata ibu hamil yang
memiliki risiko sehingga dapat mengurangi komplikasi yang terjadi saat
kehamilan, saat persalinan ataupun pasca persalinan.
Prompt treatment:
- Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan:
Pertolongan persalinan hendaknya dilakukan di tempat pelayanan
kesehatan oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan akan menerapkan
suatu metode persalinan yang sesuai dengan standar sehingga dapat
mengurangi risiko infeksi. Selain itu persalinan yang tidak dapat ditangani
akan segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi sehingga
mendapatkan penanganan yang lebih baik. Tenaga kesehatan juga dapat
melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan memberikan injeksi
vitamin K 1 dan profilaksis salep mata pada bayi baru lahir.
- Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Ibu hamil yang mengalami
Kekurangan Energi Kalori (KEK):
Hal ini dilakukan untuk mengurangi kelahiran bayi dengan berat badan
lahir rendah dan menjaga agar ibu hamil tidak mengalami kekurangan

6
energi kalori. Pada pelaksanaannya di Puskesmas, pemberian makanan
tambahan dilakukan sekaligus dengan pemeriksaan kehamilan atau
antenatal care.
c. Pencegahan tersier
- Penanganan komplikasi kebidanan
Merupakan pelayanan kepada ibu untuk melakukan rujukan dengan
komplikasi kebidanan agar segera mendapat penanganan sesuai standar
oleh tenaga kesehatan yang kompeten pada tingkat pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi.
Pencegahan kematian bayi:
a. Pencegahan primer
Health promotion
- Penyuluhan: penyuluhan mengenai cara melakukan perawatan pada bayi,
memberikan informasi mengenai tumbuh kembang anak. Penyuluhan
dapat dilakukan saat posyandu secara personal.
- Pemberian makanan tambahan: Pemberian makanan tambahan ditujukan
untuk promosi makanan sehat serta pengenalan jenis makanan tambahan
kepada masyarakat.
Specific protection
- Imunisasi: pemberian imunisasi BCG 1x, Hepatitis B (HB0) 1x, polio 4x,
DPT/HB/Hib 3x dan campak 1x pada bayi didapat di puskesmas,
posyandu maupun bidan praktek swasta.
- Pemberian vitamin A: Pemberian vitamin A dilakukan setiap 6 bulan di
posyandu masing-masing banjar.
- Pelayanan kesehatan neonatus: Pelayanan neonatus meliputi pemeriksaan
dan perawatan bayi baru lahir yang dilakukan di tempat pertolongan
persalinan dan pemeriksaan tanda bahaya seperti diare. Pemberian
konseling terhadap ibu dan keluarga tentang pemberian ASI eksklusif dan
perawatan bayi di rumah juga perlu diberikan. Sistem rujukan juga
dilakukan untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik apabila
diperlukan.
b. Pencegahan sekunder
Prompt treatment:
- Pelayanan kesehatan bayi:
Adapun kegiatan pokok yang dilakukan meliputi imunisasi dasar lengkap
sebelum usia satu tahun, stimulasi dan deteksi dini, pemberian vitamin A,
konseling mengenai ASI dan MPASI, serta penanganan dan rujukan kasus

7
apabila diperlukan. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh tenaga kesehatan
sesuai standar kepada bayi sedikitnya 4 kali selama periode 29 hari sampai
11 bulan setelah lahir.
- Pelayanan kesehatan anak balita
Kegiatan pokok yang diberikan meliputi pemantauan pertumbuhan anak
balita, stimulasi dan deteksi tumbuh kembang, pemberian vitamin A,
pelayanan anak balita sakit sesuai standar.
c. Pencegahan tersier
Disability limitation & Rehabilitasi
- Pelayanan Neonatus dengan komplikasi:
Merupakan penanganan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang
dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian serta melakukan
rujukan apabila diperlukan. Adapun kegiatan pokok yang dilakukan
meliputi kunjungan rumah pada neonatus dengan komplikasi di wilayah
kerja Puskesmas Kintamani 1.

6. Indikator Keberhasilan Program


A. INPUT
Man : terdiri dari 1 orang bidan koordinator di puskesmas induk dengan 8
bidan desa yang tersebar di puskesmas dan pustu.
Money : biaya operasional dari Dinkes Kabupaten Bangli.
Material : tensimeter, stetoskop, timbangan dewasa, alat ukur tinggi badan,
Kartu menuju Sehat (KMS) ibu hamil, vaksin TT, tablet besi, vitamin
A, bed gynekologi
Minute :
Pelayanan ibu hamil dan penyuluhan KB dilakukan dalam waktu lima hingga
sepuluh menit jika dilakukan per individu.
Imunisasi TT ibu hamil dilakukan pada trimester pertama dan sebulan setelah
trimester pertama atau interval 4 minggu tanpa melihat usia kehamilan.
Kunjungan antenatal dilaksanakan setiap hari di puskesmas dan posyandu.
Pemberian vitamin A pada bayi dan balita dilakukan setiap 6 bulan sekali
MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) dilaksanakan setiap hari. Apabila
ada komplikasi akan segera dirujuk ke pusat kesehatan yang lebih tinggi
Pelayanan KIA untuk ibu biasanya dilakukan setiap hari kerja yakni dari hari
senin hingga kamis dari pukul 08.00 hingga 13.00, sedangkan hari jumat-sabtu
dari pukul 08.00 hingga 12.00 WITA.
Market : Ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu hamil dengan risiko tinggi, ibu
menyusui bayi, balita, anak prasekolah.
Metode:

8
Pemberian pelayanan dilakukan perorangan atau berkelompok setiap ada ibu
hamil yang memeriksakan kandungannya ke puskesmas, posyandu dan
puskesmas pembantu.
ANC dapat berupa KIE, monitoring, dan imunisasi.
Pemberian konseling mengenai suami siaga.
Pemberian tablet vit. A pada bayi dan balita di posyandu dan puskesmas. Usia
6-11 bulan diberikan kapsul biru dengan dosis 100.000 IU sedangkan pada
anak berusia 1-5 tahun diberikan kapsul merah yang memiliki dosis 200.000
IU.
Imunisasi lain diberikan dengan menggunakan spuit kecuali untuk vaksin
polio diberikan secara oral.
MTBS dilaksanakan oleh puskesmas dan puskesmas pembantu. Apabila ada
balita sakit maka akan diperiksa, dicatat, didiagnosis dan ditangani sesuai
dengan protap.
B. PROCESS
Planning:
Perencanaan dan pembuatan program dibuat oleh petugas puskesmas yang
bekerja sama dengan petugas dinas kesehatan kabupaten, dimana para petugas
akan mempersiapkan material-material yang perlu disiapkan dan tenaga-
tenaga yang diperlukan.

Organizing:
Koordinasi dengan tokoh masyarakat seperti kepala desa, pemegang wilayah,
atau para bidan via telepon atau melalui pertemuan yang diadakan setiap
bulannya.
Pertemuan lintas program yang dilaksanakan setiap bulannya, dimana
pertemuan tersebut mengenai gizi, promosi kesehatan, perkesmas dan lain-
lain
Actuating:
Bekerjasama dengan bidan, petugas gizi, perawat, atau petugas-petugas non
medis yang terkait.
Controlling:
Evaluasi dilakukan oleh pemegang program setiap bulan, dibuatkan laporan
setiap bulannya dan dilaporkan setiap tahunnya.
C. OUTPUT
Cakupan K1dan K4 meningkat

9
Cakupan deteksi dini kehamilan berisiko tinggi oleh tenaga kesehatan dan
masyarakat meningkat
Cakupan pertolongan persalinan yang ditolong nakes meningkat
Cakupan Pelayanan Neonatus meningkat
Cakupan pelayanan kunjungan nifas meningkat
Cakupan pelayanan penanganan komplikasi kebidanan menurun
Cakupan pelayanan penanganan komplikasi neonatus menurun
Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi dan Anak Balita meningkat
D. OUTCOME
Angka kematian ibu menurun
Angka kematian neonatus dan angka kematian bayi menurun

7. Target dan Pencapaian Program KIA Puskesmas Kintamani I tahun 2016


No. Indikator Target (%) Pencapaian (%)
1 Akses Pelayanan Antenatal 100% 77,62%
(K1)
2 Cakupan Pelayanan Ibu 98% 65,54%
Hamil (K4)
3 Cakupan persalinan oleh 100% 73,72
Nakes
4 Cakupan Pelayanan Nifas 98% 72,09%
Lengkap
5 Deteksi ibu hamil resiko 40% 85,24%
tinggi oleh nakes
6 Deteksi ibu hamil dengan 60% 100%
resiko oleh masyarakat
7 Cakupan Pelayanan Neonatus 98% 77,56%
8 Cakupan Penanganan 80% 44,26%
Komplikasi Neonatus
9 Cakupan Penanganan 80% 91,8%
Komplikasi Obstetri
10 Cakupan Pelayanan 95% 95,3%
Kesehatan Bayi
11 Cakupan Pelayanan Anak 90% 100%
Balita
12 Cakupan Pelayanan 80% 100%

10
Kesehatan Anak Balita Sakit
(MTBS)

8. Tempat Kegiatan Program


- Puskesmas
- Puskesmas Pembantu
- Bidan praktek swasta

9. Apakah masih ada persalinan yang ditolong dukun bersalin? (uraikan secara
lengkap) kalau tidak ada, apakah pernah ada pelatihan dukun bersalin? Apa
saja kurikulumnya?
Sudah tidak ada pelatihan dan praktik dukun bersalin di wilayah kerja Puskesmas
Kintamani 1. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Kintamani
1 sudah memiliki puskesmas pembantu, dimana di tiap pustu terdapat 2 bidan desa.

10. Faktor penyebab perbedaan antara seharusnya dan kenyataan serta solusi
alternative pemecahan masalah
Faktor Penyebab Perbedaan Alternatif Pemecahan
K1 dan K4
Pencapaian K1, K4 masih belum mencapai Meningkatkan kerjasama dengan aparat desa,
target. Hal ini disebabkan karena mobilitas tokoh masyarakat dan kader untuk segera
penduduk yang tinggi, sehingga ibu hamil melaporkan pasangan yang baru menikah dan
cenderung jarang memeriksakan ibu hamil baru. Puskesmas juga bisa bekerja
kehamilannya. Selain itu ada juga ibu hamil sama dengan Praktek dokter swasta untuk
yang memeriksakan kehamilannya di dr mendapatkan data ibu hamil.
Praktek Swasta dan datanya tidak dilaporkan
ke Puskesmas
Cakupan Persalinan oleh Nakes
Pencapaian cakupan persalinan oleh nakes Perlunya ditingkatkan kerja sama dengan
masih belum tercapai. Hal ini disebabkan suami dari ibu untuk siaga membawa ibu
karena masih ada ibu hamil yang melahirkan hamil yang mengeluh sakit pada perutnya
di rumah karena dianggap saat itu bukan agar dibawa ke bidan desa atau puskesmas.
waktu yang tepat dia melahirkan. Jadi masih Namun apabila sudah terlanjur lahir di
banyak ibu hamil yang tidak mengetahui rumah, bidan di puskesmas dan bidan di
tanda-tanda melahirkan sehingga masih ada pustu akan langsung melakukan kunjungan
yang melahirkan di rumah. hari itu juga ke rumah ibu hamil. Hal ini
sudah dilakukan oleh bidan di pustu dan

11
Puskesmas Kintamani 1.
Cakupan Pelayanan Nifas Lengkap
Pencapaian cakupan pelayanan nifas lengkap Perlu ditingkatkan pemahaman dari ibu nifas
juga belum mencapai target dikarenakan mengenai pentingnya kesehatan ibu pada
banyaknya mitos yang beredar di masyarakat masa nifas. Ibu perlu diberikan edukasi
bahwa sebelum usia 42 hari ibu dan anak mengenai hal-hal yang berbahaya selama
tidak diijinkan keluar rumah. Kebanyakan masa nifas terutama masalah infeksi atau
ibu nifas masi mempercayai mitos tersebut sepsis. Kerja sama bidan dengan suami dan
sehingga jarang melakukan kontrol ke keluarga ibu nifas diperlukan untuk
Puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan. memantau keadaan dari ibu.
Pelayanan Neonatus
Cakupan persalinan masih dibawah target Dipertahankan agar pelayanan dan
sehingga status cakupan masih terbilang pemantauan terhadap neonatus dapat
cukup terlayani dengan baik. Selain itu diperlukan
juga kerjasama dengan bidan-bidan diwilayah
setempat, kader, serta tokoh masyarakat
untuk melakukan pemantauan terdapat
neonatus.
Cakupan Penanganan Komplikasi
Neonatus
Cakupan penanganan komplikasi neonatus Diperlukan kerja sama puskesmas dengan
masih belum mencapai target. Hal ini rumah sakit yang memiliki fasilitas lebih
disebabkan karena alat yang belum memadai, tinggi untuk mempertahankan sistem rujukan
namun sistem rujukan Puskesmas sudah agar komplikasi neonatus menjadi berkurang
terbilang cukup dan pelayanan penanganan komplikasi
neonatus menjadi meningkat.

12

Anda mungkin juga menyukai