Anda di halaman 1dari 8

1.

Kelembagaan Pengelolaan
A. Difinisi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
Wadah Perkumpulan Petani Pemakai Air merupakan himpunan
bagi petani pemakai air yang bersifat sosial-ekonomi, budaya, dan
berwawasan lingkungan. P3A dibentuk dari, oleh, dan untuk petani
pemakai air secara demokratis, yang pengurus dan anggotanya terdiri
dari unsur petani pemakai air. P3A dalam satu daerah pelayanan
sekunder tertentu dapat bergabung sampai terbentuk GP3A. GP3A
dalam satu daerah irigasi tertentu dapat bergabung sampai terbentuk
IP3A.

Pemberdayaan P3A, GP3A, dan IP3A dilaksanakan melalui


kegiatan motivasi, pelatihan, penyerahan kewenangan, fasilitasi,
bimbingan teknis, pendampingan, kerjasama pengelolaan dan audit
pengelolaan irigasi. Hubungan kerja antara P3A, GP3A, dan IP3A
bersifat kerjasama, koordinatif, dan konsultatif yang selanjutnya
diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga masing-
masing menurut wilayah kerjanya.

Dana P3A, GP3A, dan IP3A dapat bersumber dari iuran


pengelolaan irigasi, sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat,
usaha-usaha lain yang sah menurut hukum, bantuan Pemerintah
dan Pemerintah Daerah serta bantuan dari yayasan/lembaga luar
negeri. Biaya pemberdayaan P3A, GP3A, dan IP3A dapat bersumber
dari APBN, APBD, dan sumber dana lain yang sah. Sedangkan
kegiatan yang dilakukan oleh P3A, GP3A, dan IP3A pada prinsipnya
dibiayai sendiri oleh P3A, GP3A, dan IP3A.

Mengenai lembaga tradisional kepengurusan air yang sudah ada


dan P3A yang sudah dibentuk pada saat berlakunya Keputusan
Menteri ini tetap diakui keberadaannya dan diarahkan untuk
senantiasa mendapat dukungan anggota secara demokratis.

Tugas pokok P3A


Tugas pokok P3A secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan jaringan-jaringan
pangairan tersier dan pedesaan.
b. Membuat peraturan- pertauran dan ketentuan pembagian air
pengairan serta pengamatan jaringan-jaringan pengairan agar
terhindar dari perusahaan sipembutuh air pengairan yang hanya
mementingkan diri sendiri.
c. Mengatasi dan menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dan
terjadi diantara para anggota patani pemakai air pengairan
didalam pengelolaan air pengairan.
d. Mengumpulkan dan mengurus iuran pembiayaan bagi kegiatan
eksploitasi dan pemeliharaan bangunan dan jaringan pengairan
dari para anggota petani pemakai air yang telah mereka sepakati
bersama pada musyawarah diantara mereka.
e. Sebagai badan masyarakat meujudkan peran serta nya kepada
pemerintah dalam rangka kegiatan yang menyangkut persoalan-
persoalan pengairan dan pertanian ( Wahyuni, 1999)

Secara teknis jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan primer,


sekunder dan tersier. Dari klasifikasi tersebut pengawasannya atau
pengelolaannya diatur sebagai berikut:
1. Jaringan primer dan sekunder dilakukan oleh aparat pemerintah
daerah tingkat I, dahulu oleh dinas pertanian dengan
perangkatnya.
2. Jaringan tersier, diserahkan kepada petani pemakai air.
Lain halnya atas jaringan irigasi yang pembangunannya
dilaksanakan oleh badan hukum/badan sosial/ perorangan untuk
kepantingan uasahanya, kesemuanya diserahkan pengurusannya
kepada yang bersangkutan (Ambler, 1992)

Peningkatan Kapasitas P3A


Pembinaan dan Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air
adalah upaya penguatan dan peningkatan kemampuan serta
kapasitas P3A maupun GP3A/IP3A yang meliputi aspek
kelembagaan, teknis usaha pertanian dan pembiayaan dengan dasar
keberpihakan kepada petani melalui penumbuhan, pembentukan,
pelatihan, pendampingan, dan menumbuhkembangkan partisipasi
dalam upaya mencapai kesejahteraan petani serta ketahanan pangan
nasional.

Peningkatan kapasitas P3A dimaksudkan agar P3A dapat melakukan


pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana irigasi secara
partisipatif yang menjadi tanggung jawabnya. P3A berfungsi sebagai
wahana belajar bagi petani, wadah kerjasama, modal sosial (social
capital), pengelola prasarana irigasi dan penyedia jasa lainnya sesuai
kondisi wilayah setempat sehingga menjadi P3A yang kuat dan
mandiri. Uraian masing-masing fungsi tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Wahana Belajar
Agar proses pembinaan dapat berlangsung dengan baik, P3A
diberdayakan dan difasilitasi agar mempunyai kemampuan sebagai
berikut:
1. Menggali dan merumuskan keperluan belajar.
2. Merencanakan dan mempersiapkan keperluan belajar.
3. Menjalin kerjasama dengan sumber-sumber Informasi yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang berasal
dari sesama petani, instansi pembina maupun pihak-pihak
lain.
4. Menciptakan iklim/lingkungan belajar yang sesuai.
5. Berperan aktif dalam proses pembelajaran termasuk
mendatangi/konsultasi ke kelembagaan penyuluhan pertanian
dan sumber-sumber informasi lainnya.
6. Mengemukakan dan memahami keinginan, pendapat maupun
masalah yang dihadapi petani sebagai anggota P3A;
7. Merumuskan kesepakatan bersama, baik dalam memecahkan
masalah maupun untuk melakukan berbagai kegiatan
kelompok;
8. Merencanakan dan melaksanakan pertemuan-pertemuan
secara berkala baik di dalam kelompok, antar kelembagaan
petani maupun dengan instansi/lembaga terkait; dan
9. Melaksanakan pelatihan/magang, sekolah lapang dan studi
banding.

b. Wadah Kerjasama
Sebagai wadah kerjasama, hendaknya P3A memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Menciptakan suasana saling kenal, saling percaya mempercayai
dan selalu berkeinginan untuk bekerjasama.
2. Menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan
pendapat dan pandangan di antara anggota untuk mencapai
tujuan Bersama.
3. Mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja di antara
sesama anggota sesuai dengan kesepakatan Bersama.
4. Mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab di
antara sesama anggota.
5. Merencanakan dan melaksanakan musyawarah agar tercapai
kesepakatan yang bermanfaat bagi anggota.
6. Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan
bersama dalam kelompok maupun pihak lain.
7. Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak penyedia
sarana produksi, pengolahan, pemasaran hasil dan/atau
permodalan; dan
8. Merencanakan pemupukan modal untuk dapat berkontribusi
dalam pengelolaan irigasi.

c. Modal Sosial
Sebagai sarana terbentuknya modal sosial (social capital), P3A
berfungsi:
1. Menjembatani antar P3A.
2. Menghubungkan dengan organisasi dan/atau perusahaan di
luar P3A.

B. Difinisi GP3A
Gabungan perkumpulan petani pemakai air (GP3A) adalah istilah
umum untuk wadah kelembagaan dari sejumlah P3A yang
memanfaatkan fasilitas irigasi, yang bersepakat bekerjasama dalam
pengelolaan pada sebagian daerah irigasi atau pada tingkat sekunder.

Pembentukan GP3A dilakukan dengan cara; beberapa P3A yang


berlokasi pada sebagian irigasi atau pada tingkat sekunder dengan
mengadakan kesepakatan untuk membentuk GP3A.
Kepengurusannya serta susunan rencana anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga GP3A (permen PU No 33/PRT/M/2007)

Pembentukan GP3A diutamakan untuk mengoordinasikan beberapa


P3A yang berada pada daerah layanan/blok sekunder, gabungan
beberapa blok sekunder, atau satu daerah irigasi dalam rangka
berperan serta pada kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi di wilayah kerjanya.

Dalam hal pembentukan kelembagaan jika pada pelaksanannya tidak


demokratis dan/atau tidak mencapai kesepakatan, pemerintah
daerah memfasilitasi pembentukan kelembagaan dimaksud sesuai
dengan permintaan petani pemakai air untuk melakukan
kesepakatan ulang.

2. Identifikasi Masalah & Solusi Permasalahan


Pada pelaksanaanya di DI Mrican terdiri dari P3A Tirto Wirotama
Manunggal dan P3A Karya Sempulur. Untuk DI Sidomulyo ada P3A
Guno Tirto dan P3A Tani Mulyo.
Untuk kebutuhan Petani Pemakai Air dapat di tampilkan padaa gambar
dibawah ini

2.1 Kelembagaan Tingkat Petasi


Bagan Rekomendasi Kelembagaan
Tabel Kebutuhan IP3A/GP3A/P3A Mrican
KEBUTUHAN P3A/GP3A/IP3A DAERAH IRIGASI MRICAN (162 Ha)
Jumlah Jumlah
No Kelembagaan Kekurangan
Semestinya yang Ada
IP3A
1 Ketentuan :
Setiap Blok 1 0 1
Primer
GP3A
2 Ketentuan :
Setiap Blok 4 1 3
Sekunder
P3A
3 Ketentuan :
Setiap Blok 8 2 6
Tersier
Sumber: hasil Analisa Konsultan 2017

Tabel Kebutuhan IP3A/GP3A/P3A Sidomulyo


KEBUTUHAN P3A/GP3A/IP3A SIDOMULYO (160 Ha)
Jumlah Jumlah
No Kelembagaan Kekurangan
Semestinya yang Ada
IP3A
1 Ketentuan :
Setiap Blok 1 0 1
Primer
GP3A
2 Ketentuan :
Setiap Blok 2 0 2
Sekunder
P3A
3 Ketentuan :
Setiap Blok 13 2 11
Tersier
Sumber: hasil Analisa Konsultan 2017
Dari hasil Analisa kelembagaan pengelola di tingkat petani, maka
direkomendasikan untuk D.I Mrican membutuhkan 1 IP3A, 4 GP3A dan
8 P3A. sedangkan D.I Sidomulyo membutuhkan 1 IP3A, 2 GP3A dan 13
P3A. dari tabel diatas masih banyak kekurangan pada kelembagaan di
tingkat petani.

2.2 Kelembagaan di Tingkat Instansi Pengelolaan


Kelembagaan Pengelolaan Irigasi Menurut PP No.20 Tahun 2006 tentang
Irigasi, Berdasarkan PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, bahwa
kelembagaan pengelolaan irigasi meliputi :

Komisi Irigasi
a. Pemerintah (Instansi pemerintah yang membidangi irigasi)
Pemerintah Pusat diberi tugas dan wewenang untuk mengembangkan
dan mengelola irigasi di tingkat sekunder dan primer pada irigasi
lintas propinsi, lintas negara, irigasi strategis, dan irigasi yang
luasnya lebih dari 3000 ha. Provinsi mengembangkan dan
mengelola irigasi di tingkat sekunder dan primer pada irigasi lintas
kabupaten, dan irigasi yang luasnya lebih dari 1000-3000 ha.
Kabupaten/Kota mengembangkan dan mengelola irigasi di tingkat
sekunder dan primer pada irigasi kabupaten/kota, dan irigasi yang
luasnya kurang dari 1000

b. Petani Pengelola dan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)


Petani Pengelola dan Pemakai Air (P3A) diberi tugas dan wewenang
mengembangkan dan mengelola irigasi di tingkat tersier. Bila
diperlukan dan memenuhi kebutuhan dibentuk GP3A untuk
bersama-sama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah ikut
mengelola irigasi di tingkat sekunder (konsep partisipasi/voluntir).
Bila diperlukan dan memenuhi kebutuhan dibentuk IP3A untuk
bersama-sama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah ikut
mengelola irigasi di tingkat primer (konsep partisipasi/voluntir).
Pemerintah Desa diberi tugas dan wewenang mengembangkan dan
mengelola irigasi pedesaan yang dibangun oleh desa. Perseorangan,
lembaga sosial, dan swasta di wilayah irigasinya.

c. Komisi Irigasi :
1) Pada tingkat Kabupaten dibentuk Komisi Irigasi Kabupaten.
2) Pada tingkat Propinsi dibentuk Komisi Irigasi Propinsi
3) Terdapat Komisi irigasi yang dibentuk pada irigasi lintas Propinsi,
lintas negara, dan yang strategis.

Permasalahan sumber daya manusia terkait dengan pengelolaan


jaringan irigasi sampai dengan konsep laporan akhir ini disusun ini
adalah dari sisi kuantitas atau jumlah pelaksana operasi pemeliharaan
jaringan irigasi. Ketersediaan jumlah tenaga operasi menjadi bagian
yang penting agar penyelenggaran pengelolaan irigasi dapat terlaksana
dengan baik, dari aspek ketersediaan air maupun kepuasan pelayanan
dalam penyediaan air.

Berdasarkan ketentuan standar kebutuhan personil / sumber daya


manusia pengelolaan irigasi yang tertuang dalam Permen
No.12/PRT/M/2015 tenteng pedoman exploitasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi bahwa kebutuhan personil dapat dihitung dengan
kekentuan sebagai berikut ini.
1. Kepala Ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil: 1 orang
+ 5 staff per m5.000-7.500 ha
2. Mantri/Juru Pengairan: 1 orang per 750-1.500 ha
3. Petugas Operasi Bendung (POB): 1 orang per bendung, dapat
ditambah beberapa pekerjaan untuk bendung besar.
4. Petugas Pintu Air (PPA): 1 orang per 3-5 bangunan sadap dan
bangunan bagi pada saluran berjarak antara 2-3 km
5. Pekerja/pekarya saluran (PS): 1 orang per 2-3 km panjang
saluran. (Permen No.12/PRT/M/2015)
Dengan mengacu pedoman tersebut, dimana tentunya dengan besaran
faktor pembaginya disesuaikan dengan kondisi lapangan dapat diperoleh
kebutuhan personil petugas O dan P dimasing-masing daerah irigasi
seperti pada tabel berikut ini.

Tabel Kebutuhan Petugas O dan P D.I Mrican

PERHITUNGAN KEBUTUHAN O dan P PENGELOLA DAERAH IRIGASI MRICAN


Standar kebutuhan Menurut DI Mrican
URAIAN
Perment PU 32/PRT/M/2007 Kebutuhan Ketersediaan Kurang
Pengamat 5.000 s/d 7.500 ha/orang 0.03 0.00 (0.03)
Staf Pengamat 1 ha/orang 1.00 0.00 (1.00)
Juru Pengairan 750 s/d 1.500 ha/orang 1.00 0.00 (1.00)
Petugas Penjaga Bendung 1 org/bendung 1.00 1.00 0.00
Petugas Pintu Air 3 s/d 5 Sadap/orang 3.60 0.00 (3.60)
Petugas Saluran 2 s/d 3 km/orang 1.63 0.00 (1.63)
150 s/d 500 ha/orang 0.32 0.00 (0.32)
Sumber: Hasil Analisa Konsultan 2017

Tabel Kebutuhan Petugas O dan P D.I Sidomulyo


PERHITUNGAN KEBUTUHAN O dan P PENGELOLA DAERAH IRIGASI SIDOMULYO
Standar kebutuhan Menurut DI Sidomulyo
URAIAN
Perment PU 32/PRT/M/2007 Kebutuhan Ketersediaan Kurang
5.000 s/d
Pengamat ha/orang 0.03 0.00 (0.03)
7.500
Staf Pengamat 1 ha/orang 1.00 0.00 (1.00)
Juru Pengairan 750 s/d 1.500 ha/orang 1.00 0.00 (1.00)
Petugas Penjaga Bendung 1 org/bendung 1.00 1.00 0.00
Petugas Pintu Air 3 s/d 5 Sadap/orang 4.40 0.00 (4.40)
Petugas Saluran 2 s/d 3 km/orang 4.26 0.00 (4.26)
150 s/d 500 ha/orang 0.32 0.00 (0.32)
Sumber: Hasil Analisa Konsultan 2017

Dari tampilan tabel hasil perhitungan tersebut bahwa untuk D.I Mrican
dan D.I Sidomulyo memang kenyataanya kekurangan akan tenaga selain
petugas O dan P.

Anda mungkin juga menyukai