OLEH :
2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur atas segala nikmat yang Allah
SWT. Karena atas limpahkan rahmat kesehatan yang diberikan kepada kita
terutama kepada saya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.
Kemudian, tidak pula kita hanturkan salam dan salawat kepada junjungan alam
Nabi besar MUHAMMAD SAW, keluarga, sahabat, para ulama dan seluruh
muslim dan muslimat.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat ini sebagai pengganti tugas
roleplay yang tidak sempat saya ikuti masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, saran dari dosen dan pembaca makalah ini sangat saya perlukan untuk
kesempurnaan makalah kedepannya.
Saya juga ingin mengucapkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu proses penyusunan makalah ini. Baik dari para Dosen/Ners maupun
pengarang buku sumber dan referensi yang tersedia. Demikian makalah yang
dapat kami buat. Semoga dapat bermanfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
a. Kesimpulan .......................................................................................................
b. Saran .................................................................................................................
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
Apakah sumber utama hukum di Keperawatan?
Apa perbedaan hukum substantif dan prosedural antara hukum
pidana dan hukum perdata?
Apa perbedaan hukum kontrak dan hukum gugatan?
Bagaimana pengaruh hukum terhadap perkembangan profesi
keperawatan?
Bagaiamanakah prosedur proses pidana?
Bagaimana cara mengatasi dilema hukum dan etis di
keperawatan?
3. Tujuan Masalah
Untuk Mengetahui :
Sumber utama hukum di Keperawatan
Perbedaan hukum substantif dan prosedural antara hukum pidana
dan hukum perdata
Perbedaan hukum kontrak dan hukum gugatan
Pengaruh hukum terhadap perkembangan profesi keperawatan
Prosedur proses pidana
Cara mengatasi dilema hukum dan etis di keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
1. UU Kesehatan No.23/1992,
a. Pasal 32, Ayat 2,3,4 & 5
(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan
pengobatan dan atau perawatan.
(2) Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu.
(4) Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan cara lain
yang dapat dipertanggungjawabkan.
b. Pasal 50
(1) Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan dan melakukan
kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan/ atau
kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan.
c. Pasal 53
(1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
(2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak-hak pasien
(3) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien
sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
d. Pasal 54
(1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau
kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan
tindakan disiplin.
(2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 ditentukan oleh Majelis disiplin tenaga
kesehatan
e. Pasal 55
(1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Pasal 73
Pemerintah melakukan pembinaan terhadap semua kegiatan yang
berkaitan dengan prnyelenggaraan upaya kesehatan.
g. Pasal 77
Pemerintah berwenang mengambil tindakan administratif terhadap
tenaga kesehatan dan atau sarana kesehatan yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini.
2. PP RI No.32/1996, Tentang Tenaga Kesehatan
3. Kep Menkes 1239/2001, Tentang Registrasi & Praktik Perawat
Hukum gugatan atau Torts adalah kesalahan sipil diakui oleh hukum
sebagai dasar untuk gugatan. Kesalahan ini mengakibatkan cedera atau kerugian
yang menjadi dasar klaim oleh pihak yang dirugikan. Sementara beberapa torts
juga kejahatan diancam dengan pidana penjara, tujuan utama dari gugatan hukum
adalah untuk menyediakan bantuan bagi kerusakan yang terjadi dan mencegah
orang melakukan bahaya yang sama. Orang yang terluka bisa menuntut perintah
untuk mencegah kelanjutan dari perilaku menyakitkan atau untuk kerusakan
moneter (Wirjono Prodjodikorro, 1962).
Dalam lingkup modern dan pandangan baru itu, selain adanya perubahan
status yuridis dari perpanjangan tangan menjadi kemitraan atau
kemandirian, seorang perawat juga telah dianggap bertanggung jawab hukum
untuk malpraktik keperawatan yang dilakukannya, berdasarkan standar profesi
yang berlaku. Dalam hal ini dibedakan tanggung jawab untuk masing-masing
kesalahan atau kelalaian, yakni dalam bentuk malpraktik medik (yang dilakukan
oleh dokter) dan malpraktik keperawatan (Cecep Triwibowo, 2010).
a. Suatu perbuatan yang bersifat melawan hukum; dalam hal ini apabila
perawat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang
tertuang dalam Pasal 8 Permenkes No. 148/2010.
b. Mampu bertanggung jawab, dalam hal ini seorang perawat yang
memahami konsekuensi dan resiko dari setiap tindakannya dan secara
kemampuan, telah mendapat pelatihan dan pendidikan untuk itu. Artinya
seorang perawat yang menyadari bahwa tindakannya dapat merugikan
pasien.
c. Adanya kesalahan (schuld) berupa kesengajaan (dolus) atau karena
kealpaan (culpa). Kesalahan disini bergantung pada niat (sengaja) atau
hanya karena lalai. Apabila tindakan tersebut dilakukan karena niat dan
ada unsur kesengajaan, maka perawat yang bersangkutan dapat dijerat
sebagai pelaku tindak pidana. Sebagai contoh seorang perawat yang
dengan sadar dan sengaja memberikan suntikan mematikan kepada pasien
yang sudah terminal (disebut dengan tindakan euthanasia aktif)
d. Tidak adanya alasan pembenar atau alasan pemaaf; dalam hal ini tidak ada
alasan pemaaf seperti tidak adanya aturan yang mengijinkannya
melakukan suatu tindakan, ataupun tidak ada alasan pembenar. Sebagai
contoh perawat yang menjalankan peran terapeutik atau yang
melaksanakan delegated medical activities dengan beranggapan perintah
itu adalah sebuah tindakan yang benar. Tindakan tersebut tidak menjadi
benar namun alasan perawat melakukan hal tersebut dapat dimaafkan.
Cakupan Hukum Pidana Tentang Perilaku Perawat adalah sebagai berikut :
1. Tindak pidana terhadap nyawa
2. Tindak terhadap tubuh
3. Tindak pidana yang berkenaan dengan Asuhan Keperawatan semata untuk
tujuan komersial
4. Tindak pidana yang berkenaan dengan pelaksanan Asuhan Keperawatan
tanpa keahlian atau kewenangan
5. Tindak pidana yang berkenaan dengan tidak dipenuhinya persyaratan
administrative
6. Tindak pidana yang berkenaan dengan hak atas informasi
7. Tindak pidana yang berkenaan dengan produksi dan peredaran alat
kesehatan dan sediaan informasi
6. Prosedur Proses Pidana
Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh pengambil keputusan
b. Perencanaan
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat
dalam pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson and Thomson
(1985) mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun terintegrasi dalam
perencanaan, yaitu :
PENUTUP
a. Kesimpulan
Sumber utama hukum keperawatan adalah
- UU Kesehatan No.23/1992,Pasal 32, Ayat 2,3,4 & 5,Pasal 50,Pasal
53,Pasal 54,Pasal 55,Pasal 73 ,Pasal 77
- PP RI No.32/1996, Tentang Tenaga Kesehatan
- Kep Menkes 1239/2001, Tentang Registrasi & Praktik Perawat
Hukum substantif adalah perundang-undangan atau hukum tertulis yang
mengatur hak dan kewajiban orang-orang yang tunduk pada hukum tersebut.
Hukum substantif mendefinisikan hubungan hukum seseorang dengan orang
lain atau di antara mereka dan negara sedangkan hukum prosedural adalah
mengendalikan/mengontrolperilaku dari badan pemerintah (terutama
pengadilan) sebagai badan yang mendirikandan mendorong aturan-aturan
hukum substantif.
Hukum kontrak dilakukan untuk melindungi, membela dan memeriksa
kontrak-kontrak yang dibuat antara orang-orang, lembaga, kelompok,
organisasi, dll berada di bawah sistem hukum sipil dan dianggap bagian dari
hukum sekitarnya kewajiban, atau 'hukum kewajiban sedangkan Hukum
gugatan atau Torts adalah kesalahan sipil diakui oleh hukum sebagai dasar
untuk gugatan. Kesalahan ini mengakibatkan cedera atau kerugian yang
menjadi dasar klaim oleh pihak yang dirugikan
b. Saran
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder.2004. Fundamental Keperawatan.
Konsep Proses dan Praktik.Ed.7.EGC