I
PENDAHULUAN
1
Adolf, Huala. 2013. Hukum Perdagangan Internasional. Jakarta: PT. Rajawali Pers
1
organisasi internasional, Transnational Corps/Multinational Corps, bank dan
individu.
2
U.S Department of State. 2015. MILESTONES: 19371945. Office of the Historian
(https://history.state.gov/milestones/1937-1945/bretton-woods) diakses 7 Mei 2015
2
II
PEMBAHASAN
3
Meskipun begitu, International Trade Organization (ITO) gagal didirikan
ketika Havana Charter sudah disepakati dan ditandatangani oleh 53 negara pada
Maret 1948.Hal tersebut dikarenakan Amerika Serikat menolak untuk
meratifikasinya di mana Kongres Amerika Serikat khawatir wewenangnya dalam
menentukan kebijakan Amerika Serikat semakin berkurang. GATT kemudian
dimasukkan hanya sebagai perjanjian sementara (interim) melalui sebuah
Protocol of Provisional Application sampai Havana Charter dapat diberlakukan
dan sebagai badan pelaksana GATT adalah Committee-ITO/GATT yang dipimpin
oleh seorang Direktur Jenderal.
Tujuan yang hendak dicapai dalam negosiasi fungsi sistem GATT ini
adalah:
4
2. Memperbaiki seluruh aktivitas dan pengambil keputusan GATT sebagai
suatu lembaga, termasuk keterlibatan para menteri yang berwenang
menangani masalah perdagangan
3. Meningkatkan kontribusi GATT untuk mencapai greater coherence
dalam pembuatan kebijakan ekonomi global melalui peningkatan
hubungan dengan organisasi internasional lainnya yang berwenang dalam
masalah moneter dan keuangan.
3
Adolf, Huala. 2013.
5
Berupaya agar praktek perdagang, dibebaskan dari rintangan-
rintangan yang mengganggu (liberalisasi perdagangan).
Mengupayakan agar aturan atau praktek perdagangan menjadi
jelas (predictable), melalui pembukaan pasar nasional atau
melalui penegakan dan penyebarluasan pemberlakuan
peraturannya.
3. Sebagai suatu pengadilan internasional dimana para anggotanya
menyelesaikan sengketa dagangnya dengan anggota GATT lainnya.
Prinsip ini diatur dalam Pasal I ayat (1) GATT 1947, yang berjudul General
Favoured Nation Treatment, merupakan prinsip Non Diskriminasi terhadap
produk sesama negara-negara anggota WTO.
Menurut Pasal I ayat (1) GATT, mengharuskan perlakuan MFN atas semua
konsesi tarif yang diperjanjikan yang menyatakan bahwa:
With respect to custom duties and charges and any kind imposed on or in
connection with importation or exportation or imposed or the international
transfer of payment for imports and exports, and with respect to all rules and
formalities in connection with importation and exportation; and with respect to
all matters referred to paragraph 2 and 4 of Article III, any advantage, favour,
privilege, or immunity granted by contracting, party to any product originating in
or destined for any other country shall be accorded immediately and
unconditionally to like product originating in or destined for the territories of all
other contracting parties
6
Maksud dari prinsip ini, adalah apabila suatu negara pertama (pengimpor)
memberikan kemudahan atau fasilitas perdagangan internasional kepada negara
kedua (pengekspor), maka kemudahan serupa harus pula diberikan kepada negara
ketiga, keempat, dan seterusnya (pengekspor lainya). Dengan kata lain, suatu
negara yang memberikan keuntungan kepada negara yang satu, wajib
menyebarluaskan keuntungan yang serupa kepada negara lainnya, asalkan negara-
negara tersebut sama-sama berada dalam satu free trade area (FTA), misalnya
antara sesame negara-negara anggota AFTA, dan produk diimpor tersebut adalah
barang yang serupa.
Prinsip ini diatur diatur dalam Pasal III GATT 1947, berjudulNational
Treatment on International Taxtation and Regulation. Prinsip ini menyatakan
bahwa, this standard provides for inland parity that is say equality for treatment
between nation and foreigners.
7
produk domestik dan produk impor, artinya kedua produk tersebut harus
mendapatkan perlakukan yang sama.
8
Menyadari bahwa kuota cenderung tidak adil, dan dalam prakteknya justru
menimbulkan diskriminasi dan peluang-peluang subyektif lainnya. Oleh karena
itu maka hukum perdagangan internasional melaui WTO menetapkan untuk
menghilangkan jenis hambatan kuantitatif. Adanya prinsip transparansi membawa
akibatkan bahwa negara-negara anggota WTO apabila hendak melakukan proteksi
perdagangan internasional, tidak boleh menggunakan kuota sebagai penghambat,
melainkan hanya tarif yang diizinkan untuk diterapkan. Karenanya prinsip ini
seringkali disebut sebagai tarifikasi hambatan perdagangan.
Prinsip ini dikecualikan dalam hal:
1. Negara yang mengalami kesulitan neraca pembayaran diizinkan untuk
membatasi impor dengan cara kuota (Pasal XII - XIV GATT 1947).
2. Karena industri domestik negara pengimpor mengalami kerugian yang
serius akibat meningkatnya impor produk sejenis, maka negara itu boleh
tidak tunduk pada prinsip ini (Pasal XIX GATT 1947).
3. Demi kepentingan kesehatan publik, keselamatan dan keamanan nasional
negara pengimpor, negara tersebut diizinkan untuk membebaskan diri dari
kewajiban tunduk pada prinsip ini (pasal XX dan XXI GATT 1947).
9
produk yang diekspor secara dumping dan countervailing duties atau bea masuk
untuk barang-barang yang terbukti telah diekspor dengan fasilitas subsidi.
4
Munir Fuady. 2004.Hukum Dagang Internasional (Aspek Hukum dari WTO).Bandung: PT.Citra
5
Adolf, Huala. 2013.
6Dokumen General Agreement on Tariff and Trade
10
Pasal III berkaitan dengan larangan pengenaan pajak dan upaya
diskrimantif terhadap produk impor.
Pasal IV berkaitan dengan ketentuan khusus mengenai sinematografi pada
film.
Pasal V mengatur kebebasan transit.
Pasal VI mengatur tentang anti-dumping dan bea masuk tambahan.
Dumping adalah jika sebuah perusahaan menjual produknya lebih murah
(berada dibawah harga wajar) di luar negri dari pada di dalam negri.
Adapun efek dumping adalah melemahnya industri produksi barang
sejenis yang diproduksi domestik akibat melonjaknya impor. Dalam
ketentuan GATT diatur apa yang boleh dan tidak dilakukan oleh sebuah
negara untuk mengatasi dumping yaitu sejak dimulainya putaran pertama
GATT 1947. Ketetuan implementasi anti dumping sekarang ini terdapat
dalam Agreement on Implementation of Article VI of GATT 1994 yang
dihasilkan melalui Uruguay Round7.
7
Dewi kartika. 2008.Ketentuan anti dumping dalam GATT dan ketentuan anti dumping di
Indonesia. (http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124933-
SKFIS%20011%202008%20KAR%20a%20-%20ANALISIS%20PENGENAAN-
ANALISIS.pdf)5 Mei 2015
8
Kemenlu. 2013.Sekilas WTO ( edisi ketujuh ). Jakarta: Direktorat Perdagangan, Perindustrian,
Investasi dan Hak Kekayaan Intelektual Direktorat Jendral Multilateral Kementrian Luar Negri,
hal.41
11
2) Membandingkan harga jual dengan harga jual produk sejenis dari
negara pengekspor lainnya
3) Menggunakan perhitungan biaya produksi, biaya lain dan marjin
keuntungan normal
9
Ibid, hal.42
12
Khusus pasal XI menegaskan rekstriksi ini dilarang, pasal XII
membolehkan dengan syarat untuk mengamankan neraca pembayarannya,
pasal XIII restriksi tidak boleh mendiskriminasi, pasal XIV mengatur
pengecualian restriksi kuantitatif dan pasal XV mengatur tentang
pembayaran.
Pasal XVI mengatur tentang subsidi. Subsidi secara mendasar merupakan
bantuan yang diberikan oleh negara terhadap warganya untuk mendorong
kegiatan perekonomian. Ada tiga jenis atas hal ini, yaitu yang dibolehkan,
dilarang, dan yang dapat ditindak. Namun, pada perkembangannya hal ini
benar-benar dilarang oleh GATT10.
Pasal XVII mengatur tentang perusahaan dagang negara.
Pasal XIX mengatur tentang tindakan darurat atas impor produk-produk
negara tersebut.
PASAL XX mengatur tentang Pengecualian Umum dalam proses
perdagangan antar negara antar tidak adanya diskriminasi sepihak dan agar
tidak adanya pembatasan dalam perdagangan Internasional
PASAL XXI mengatur tentang Pengecualian dengan tujuan Keamanan
bagi pihak pihak yang terlibat dalam mengamankan kepetingannya yang
tentunya harus sesuai dengan Piagam PBB mengenai pemeliharaan
perdamaian dan keamanan internasional.
PASAL XXII mengatur tentang Konsultasi dari tiap-tiap pihak yang
terikat dalam perjanjian untuk dapat berkerjasama apabila teerdapat
masalah dalam perjanjian ini
PASAL XXIII mengatur tentang Pembatalan dalam perjanjian apabila
pihak yang terlibat merasa dirugikan dan tiap-tiap pihak yang terkait dapat
mengajukan protes tertulis agar dapat di tinjau dan di cari
penyelesaiannya.
10
Adolf, Huala. 2013
13
PASAL XXV mengatur tentang Aksi gabungan pihak yang terlibat dalam
pertemuan berkala yang bertujuan memajukan dan mencapai tujuan dari
perjanjian ini dal juga melibatkan Sekjen PBB.
1. Perwakilan dari pihak kontraktor harus melakukan pertemuan dari
waktu kewaktu untuk tujuan memberikan efek ketentuan-ketentuan
Perjanjian ini yang melibatkan aksi bersama dan, secara umum,
dengan tujuan untuk memfasilitasioperasi dan memajukan tujuan
Persetujuan ini.
2. Sekretaris Jenderal PBB diminta untukmengadakan pertemuan
pertama PIHAK KONTRAK, yang harus dilaksanakan paling
lambat 1 Maret 1948.
3. Masing-masing pihak kontraktor berhak memiliki satu suara di
tiapPertemuan Para Pihak yang terikat Kontrak.
4. Kecuali dalam ketentuan lain dalam Perjanjian ini, keputusan dari
para Pihak akan diambil oleh mayoritas suara.
5. Dalam keadaan luar biasa tidak lain diatur dalam ini Kesepakatan,
Pihak Kontrak dapat mengabaikan kewajiban yang
dikenakanpadanya Asalkan disetujui oleh dua pertiga mayoritas
suara dan mayoritas tersebut terdiri lebih dari setengah dari pihak
kontraktor.
14
PASAL XXX yang mengatur tentang Amandemen Perjanjian ini yang
dapat dilakukan apabila disetujui oleh setidaknya 2/3 dari semua pihak
yang terlibat.
PASAL XXXI yang menatur mengenai Pengunduran Diri dari tiap tiap
pihak yang erikat dengan mengajukan pemberitahuan tertulis kepada
Sekjen PBB.
PASAL XXXII yang mengatur tentang Pihak-pihak yang dianggap
Sebagai Pihak yang terikat Kontrak yang dimaksud adalah Pemerintahan
yang telah menyetujui dan menerapkan perjanjian ini di wilayah
kedaulatannya.
PASAL XXXIII yang mengatur tentang penambahan pihak yang dianggap
terikat, mereka baru dapat di terima apabila disetujui setidaknya oleh 2/3
pihak yang sudah ada dan sudah menyepakati Perjanjian ini.
PASAL XXXIV yang mengatur tentang Lampiran perjanjian yang
berisikan aturan-aturan perjanjian ini.
PASAL XXXV yang mengatur tentang pembatalan Penerapan isi
perjanjian antara pihak tertentu dalam perjanjian ini sendiri yang mana ke
dua pihak tersebut belum menyetujui salah satu isi perjanjian dan juga
belum nmenyetujui Tarif yang telah ditentukan dan juga berhak membuat
rekomendasi yang diangga lebih sesuai.
15
II. 5.Kelemahan GATT
Segala sesuatu yang dibuat dan dibentuk oleh manusia akan selalu
memiliki kelemahan begitu pula dengan berdirinya organisasi tertentu juga
memiliki kelemahan disamping kelebihan-kelebihan yang dimiliki, berikut ini
beberapa hal yang kemudian menjadi kelemahan GATT sehingga posisinya
digantikan oleh WTO:Dalam mengatur hubungan perdagangan internasional,
GATT hanya berfokus pada arus jual beli barang antar negara saja. GATT tidak
hirau pada perdagangan jasa yang sama- sama termasuk ke dalam aktifitas
perdagangan. GATT tidak dapat dijalankan secara menyeluruh karena hanya
membahas suatu tujuan atau bersifat ad hoc dan berlaku pada kurun waktu
tertentu. Segala jenis kesepakatan dan hasil perjanjian yang dihasilkan oleh GATT
tidak membutuhkan ratifikasi oleh parlemen dari negara anggota.
16
III
KESIMPULAN
17
CONTOH KASUS :
Komplain Chile terhadap Uruguay dalam kasus perlakuan pajak khusus
pada tahun 2002
18
The Specific Internal Tax (Impuesto Especfico Interno IMESI)
merupakan perlakuan pajak khusus terhadap beberapa barang tertentu termasuk
minuman (minuman beralkohol, jus, air mineral), tembakau dan rokok,
automobiles, dan pelumas dan bahan bakar. Skema pajak IMESI terdiri dari
Chapter 11 of the Harmonized Text of 1996, Decree 96/990 of 21 February 1990
of the Ministry of the Economy and Finance, and bimonthly resolutions of the
Directorate-General of Taxation (DGI), and was recently amended, for cigarettes,
by Decree 200/002 of 3 June 2002.
b. Esensi Isi Peraturan Uruguay Yang Dipermasalahkan Chile
Pajak ini diberlakukan dengan beberapa variasi, yang paling banyak
menggunakan metode pemberlakuan dengan basis khusus. Hasilnya, harga akan
lebih tinggi dari harga jual sebenarnya, terutama untuk produk luar negeri. Dalam
beberapa kasus hal ini bukan saja merupakan pelanggaran terhadap kewajiban
internasional Uruguay berupa penghormatan terhadap national treatment tapi juga
dari segi jumlah pada prakteknya merupakan larangan impor (import prohibition).
c. Mengapa Chile Mempermasalahkan Aturan Uruguay ?
Pajak untuk masing-masing produk bervariasi mempertimbangkan dan
dibedakan tergantung dari asal mereka, Chile menganggap Uruguay melakukan
diskriminasi dalam praktek perdagangan internasionalnya. Chile mengkomplain
bahwa Uruguay telah melanggar aturan pasal II dan III GATT karena
memberlakukan pajak khusus tersebut.
Analisis Kasus :
19
kedua, yang harganya hampir dua kali lipat dari kategori pertama (termasuk
kebanyakan anggur yang diproduksi didalam negeri Uruguay ).
20
Prinsip ini diatur dalam pasal III GATT 1994 yang mensyaratkan bahwa
suatu negara tidak diperkenankan untuk memperlakukan secara diskriminasi
antara produk impor dengan produk dalam negeri (produk yang sama) dengan
tujuan untuk melakukan proteksi. Jenis-jenis tindakan yang dilarang berdasarkan
ketentuan ini antara lain, pungutan dalam negeri, undang-undang, peraturan dan
persyaratan yang mempengaruhi penjualan, penawaran penjualan, pembelian,
transportasi, distribusi atau penggunaan produk, pengaturan tentang jumlah yang
mensyaratkan campuran, pemrosesan atau penggunaan produk-produk dalam
negeri.
21
Referensi
Buku
Fuady, Munir. 2004. Hukum Dagang Internasional (Aspek Hukum dari WTO).
Bandung: PT.Citra
Website
22