Anda di halaman 1dari 33

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Anatomi telinga dibagi atas telinga luar,telinga tengah,telinga dalam:

a. TelingaLuar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran

tympani. Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang

diliputi kulit. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang

telinga (meatus akustikus eksternus) berbentuk huruf S, dengan rangka tulang

rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga bagian luar kulit liang telinga

terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasikelenjar keringat = Kelenjar

serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.

1
Gambar 2.1: Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam. Potongan Frontal Telinga

b. Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :

Batas luar : Membran timpani

Batas depan : Tuba eustachius

Batas Bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)

Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.

Batas atas : Tegmen timpani (meningen /otak )

Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis

horizontal, kanalis fasialis,tingkap lonjong (oval window),tingkap bundar (round

window) dan promontorium.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah

liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut

Pars flaksida (Membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa

(membrane propia).Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane

2
timpani disebut umbo. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran dengan

menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus

pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang,

bawah-depan serta bawah belakang, untuk menyatakan letak perforasi

membrane timpani.Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran

yang tersusun dari luar kedalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang

pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan.

Gambar 2.2 : Membran Timpani

c. TelingaDalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah

lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung

atau puncak koklea disebut holikotrema, menghubungkan perilimfa skala

timpani dengan skala vestibuli.

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan

membentuk lingkaran yang tidak lengkap.Pada irisan melintang koklea tampak

skala vestibuli sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media

(duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi

3
perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut

sebagai membrane vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala

media adalah membrane basalis. Pada membran ini terletak organ corti.

Gambar 2.3 : Gambar labirin bagian membrane labirin bagian tulang, Telinga

Dalam

4
1. Koklea

Bagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang pada manusia

panjangnya 35mm. koklea bagian tulang membentuk 2,5 kali putaran yang

mengelilingi sumbunya. Sumbu ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari

pembuluh darah dan saraf. Ruang di dalam koklea bagian tulang dibagi dua

oleh dinding (septum). Bagian dalam dari septum ini terdiri dari lamina spiralis

ossea. Bagian luarnya terdiri dari anyaman penyambung, lamina spiralis

membranasea. Ruang yang mengandung perilimf ini dibagi menjadi : skala

vestibule (bagian atas) dan skala timpani (bagian bawah). Kedua skala ini

bertemu pada ujung koklea. Tempat ini dinamakan helicotrema.

Gambar 2.4 : Koklea

Didalam lamina membranasea terdapat 20.000 serabut saraf. Pada

membarana basilaris (lamina spiralis membranasea) terdapat alat korti.

Lebarnya membrane basilaris dari basis koklea sampai keatas bertambah dan

lamina spiralis ossea berkurang. Nada dengan frekuensi tinggi berpengaruh

pada basis koklea. Sebaliknya nada rendah berpengaruh dibagian atas (ujung)

dari koklea.

5
Gambar 2.5 : Organ korti

Pada bagian atas organ korti, terdapat suatu membrane, yaitu membrane

tektoria. Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus dengan peralatan

duktus reunions. Bagian dasar koklea yang terletak pada dinding medial cavum

timpani menimbulkan penonjolan pada dinding ini kearah cavum timpani.

Tonjolan ini dinamakan promontorium.

2. Vestibulum

Vestibulum letaknya diantara koklea dan kanalis semisirkularis yang juga

berisi perilimf. Pada vestibulum bagian depan, terdapat lubang (foramen ovale)

yang berhubungan dengan membrane timpani, tempat melekatnya telapak (foot

plate) dari stapes. Di dalam vestibulum, terdapat gelembung-gelembung bagian

membrane sakkulus dan utrikulus.

3. Kanalis semisirkularisanlis

Di kedua sisi kepala terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang tegak

lurus satu sama lain. didalam kanalis tulang, terdapat kanalis bagian membran

yang terbenam dalam perilimf. Kanalis semisirkularis horizontal berbatasan

dengan antrum mastoideum dan tampak sebagai tonjolan, tonjolan kanalis

semisirkularis horizontalis (lateralis).

6
Kanalis semisirkularis vertikal (posterior) berbatasan dengan fossa crania

media dan tampak pada permukaan atas os petrosus sebagai tonjolan, eminentia

arkuata. Kanalis semisirkularis posterior tegak lurus dengan kanalis semi

sirkularis superior. Kedua ujung yang tidak melebar dari kedua kanalis

semisirkularis yang letaknya vertikal bersatu dan bermuara pada vestibulum

sebagai krus komunis.

Kanalis semisirkularis membranasea letaknya didalam kanalis

semisirkularis ossea. Diantara kedua kanalis ini terdapat ruang berisi perilimf.

Didalam kanalis semisirkularis membranasea terdapat endolimf. Pada tempat

melebarnya kanalis semisirkularis ini terdapat sel-sel persepsi. Bagian ini

dinamakan ampulla.

2.2 Definisi

Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah infeksi kronik di telinga

tengah yang berlangsung lebih dari 2 bulan, yang ditandai dengan adanya

perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga yang terus-menerus

atau hilang timbul. Sekret dapat berbentuk encer atau kental, bening atau berupa

nanah.

2.3 Patogenesis

Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal

menemukan bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang

menghubungkan rongga di belakang hidung (nasofaring) dengan telinga tengah

7
(kavum timpani), merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah

ini (otitis media, OM).

Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan

tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi

untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar

(tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek,

penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan

mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar

ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.

Gambar 2.7Anatomi tuba eustachiusanak dan dewasa

Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari

nasofaring melalui tuba Eustachiuske telinga tengah yang menyebabkan

terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di teling

8
atengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel

imun infiltrat, sepertinetrofil, monosit, dan leukositserta sel lokal

sepertikeratinosit dan sel mastositakibat proses infeksi tersebut akan menambah

permeabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga

tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang

dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan

terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.

Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk

dari satulapisan,epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory

epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel

respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma

yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM ditandai dengan

hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali kebentuk lapisan epitel

sederhana.

2.4 ETIOLOGI

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada

anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari

nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah

melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan

faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Downs

syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang

merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Kelainan

humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi

9
HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga

kronis.14,15

Penyebab OMSK antara lain:14,15,16

1. Lingkungan

2. Genetik

3. Otitis media sebelumnya.

4. Infeksi

5. Infeksi saluran nafas atas

6. Autoimun

7. Alergi

8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani

menetap pada OMSK:14,15

Infeksi yang menetappadatelingatengah mastoid yang

mengakibatkanproduksisekrettelingapurulenberlanjut.

Berlanjutnyaobstruksi tuba eustachius yang

mengurangipenutupanspontanpadaperforasi.

Beberapaperforasi yang

besarmengalamipenutupanspontanmelaluimekanismemigrasiepitel.

Padapinggirperforasidariepitelskuamousdapatmengalamipertumbuhan yang

cepatdiatassisi medial darimembran timpani. Proses

inijugamencegahpenutupanspontandariperforasi.

10
2.5 Klasifikasi OMSK

OMSK dapatdibagiatas 2 tipe yaitu :

1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.

Penyakit tubotimpani ditandai oleha danya perforasi sentral atau pars tensa

dan gejalak linik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa

faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius,

infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada

pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran

bakteriaerob dan anaerob, luas dan derajatperubahanmukosa,

sertamigrasisekunder dari epitelskuamous.

Sekretmukoidkronisberhubungandenganhiperplasiagoblet sel, metaplasia dari

mukosatelingatengahpada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.

Secaraklinispenyakittubotimpaniterbagiatas:

Fase aktif

Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului

oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah

berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari

mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum

sampai perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang besar

pada liang telinga luar. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan

penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila

tindakan konservatif gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada

mesotimpanum dengan atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-

kadang adanya sekret yang berpulsasi diatas kuadran posterosuperior.

11
Fase tidak aktif / fase tenang

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan

mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif

ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh

dalam telinga.

Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani :

2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit

atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya

kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan

kolesteatom.

Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega,

berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis.

Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :

a) Kongenital

Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital, menurut Derlaki dan

Clemis (1965) adalah :

Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh.

Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.

Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel

undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.

Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang

temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan fasialis parese, tuli

saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.

12
b) Didapat.

Kolesteatoma yang didapat seringnya berkembang dari suatu kantong

retraksi. Jika telah terbentuk adhesi antara permukaan bawah kantong retraksi

dengan komponen telinga tengah, kantong tersebut sulit untuk mengalami

perbaikan bahkan jika ventilasi telinga tengah kembali normal : mereka menjadi

area kolaps pada segmen atik atau segmen posterior pars tensa membran

timpani.

Epitel skuamosa pada membran timpani normalnya membuang lapisan

sel-sel mati dan tidak terjadi akumulasi debris, tapi jika terbentuk kantong

retraksi dan proses pembersihan ini gagal, debris keratin akan terkumpul dan

pada akhirnya membentuk kolesteatoma.

Pengeluaran epitel melalui leher kantong yang sempit menjadi sangat

sulit dan lesi tersebut membesar. Membran timpani tidak mengalami perforasi

dalam arti kata yang sebenarnya : lubang yang terlihat sangat kecil, merupakan

suatu lubang sempit yang tampak seperti suatu kantong retraksi yang berbentuk

seperti botol, botol itu sendiri penuh dengan debris epitel yang menyerupai lilin.

Teori lain pembentukan kolesteatoma menyatakan bahwa metaplasia

skuamosa pada mukosa telinga tengah terjadi sebagai respon terhadap infeksi

kronik atau adanya suatu pertumbuhan ke dalam dari epitel skuamosa di sekitar

pinggir perforasi, terutama pada perforasi marginal.

Destruksi tulang merupakan suatu gambaran dari kolesteatoma didapat,

yang dapat terjadi akibat aktivitas enzimatik pada lapisan subepitel. Granuloma

kolesterol tidak memiliki hubungan dengan kolesteatoma, meskipun namanya

13
hampir mirip dan kedua kondisi ini dapat terjadi secara bersamaan pada telinga

tengah atau mastoid.

Granuloma kolesterol, disebabkan oleh adanya kristal kolesterol dari

eksudat serosanguin yang ada sebelumnya. Kristal ini menyebabkan reaksi

benda asing, dengan cirsi khas sel raksasa dan jaringan granulomatosa.

Gambar 2.8 Perjalanan Penyakit OMSK

2.6 Diagnosa

2.6.1 Anamnesa

a. Menifestasi Klinis

1. Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)

tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas

kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan

yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi

iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.

14
Keluarnya secret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat

disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar

setelah mandi atau berenang.

Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga.

Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan

kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil,

berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret

telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara

luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan

granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang

mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah

kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.

Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat,

karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan

efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang

dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan

dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran

lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi

membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke

telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat

karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom

15
bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat

harus diinterpretasikan secara hati-hati.

Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan

berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen

rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya

labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat

menggambarkan sisa fungsi koklea.

3. Otalgia ( nyeri telinga)

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan

suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya

drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan

pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau

ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin

oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang

komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus

lateralis.

4. Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.

Keluhanvertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat

erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat

perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif

keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani

yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu.

Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.

16
Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan

temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah

dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin

berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK

dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan

negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui

rongga telinga tengah.

b. TandaKlinis

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :

1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular

2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.

3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)

4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

2.6.2 PemeriksaanKlinis

Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik

sebagaiberikut:

1. Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli

konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian

tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan

mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah. Gangguan pendengaran

dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total,

tergantung dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau test berbisik). Derajat

ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan intensitas

17
pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang ekivalen

dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran

menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.

Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran

Normal : -10 dB sampai 26 dB

Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB

Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB

Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

Tuli total : lebih dari 90 dB.

a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB

b. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif

30-50 dB apabila disertai perforasi.

c. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang

masihutuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.

d. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun

keadaanhantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.

Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian

pendengarandengan menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur

dengan maskingadalah dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli

campur.

2. Pemeriksaan Radiologi.

Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai

diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri.

18
Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak

sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid

yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi

kesan kolesteatom

2.7Penatalaksanaan

Terapi OMSK memerlukan waktu ama dan harus berulang. Pengobatan

penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor

penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Bila didiagnosis kolesteatoma,

maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat-obatan dapat digunakan untuk

mengontrol infeksi sebelum operasi.

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luas infeksi, dimana

pengobatanannya dibagi atas:

o Konservatif

o Pembedahan

2.7.1 OMSK Benigna

a. Fase Tenang

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk

jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang

berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila

fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi

(miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan

pendengaran.

b. FaseAktif

Prinsip pengobatan OMSK benigna aktif adalah :

19
1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani

2. Pemberian antibiotika :

antibiotika/antimikroba topikal

antibiotika sistemik

Pembersihan liang telinga dan kavum timpan (aural toilet)

Tujuan aural toilet adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk

perkembanganmikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang

baik bagi perkembanganmikroorganisme. Pembersihan kavum timpani dengan

menggunakan cairan pencuci telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.

Garam faal agar lingkungan bersifat asam sehingga merupakan media yang

buruk untuk pertumbuhan kuman.

Pemberian antibiotik topikal

Setelah sekret berkurang, terapi dilanjutkan dengan memberikan obat

tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid, hal ini

dikarenakan biasanya ada gangguan vaskularisasi ditelinga tengah sehingga

antibiotika oral sulit mencapai sasaran optimal. Cara pemilihan antibiotika yang

paling baik adalah berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi.

Preparat antibiotika topikal untuk infeksi telinga tersedia dalam bentuk

tetes telinga dan mengandung antibiotika tunggal atau kombinasi, jika perlu

ditambahkan kortikosteroid untuk mengatasi manifestasi alergi lokal. Obat tetes

yang dijual di pasaran saat ini banyak mengandung antibiotika yang bersifat

ototoksik. Oleh sebab itu, jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1-2

minggu atau pada OMSK yang sudah tenang.

20
Antibiotika yang sering digunakan untuk OMSK adalah:

Bagan 2.1AntibiotikTopikal

Antibiotik oral

Secara oral, dapat diberikan antibiotika golongan ampisilin atau

eritromisin sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai

penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin, dapat diberikan ampisilin-asam

klavulanat. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai

pembersihan sekret.

Terapi antibiotika sistemik yang dianjurkan pada OMSK adalah:

1. Pseudomonas: aminogliosida + karbenisilin

2. P. Mirabilis: ampisilin atau sefalosporin

3. P.morganii, P.vulgaris : aminoglikosida +karbenisilin

4. Klebsiella: sefalosporin atau aminoglikosida

5. E.coli: ampisilin atau sefalosporin

6. S.aureus antis-stafilikokus: penisiln, sefalosforin, eritromisin,

aminoglikosida

7. Streptokokus: penisilin, sefalosforin, ertiromisin, sminoglikosida

21
8. B. Fragilis: klindamisin.

Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob.

Metronidazol dapat diberikan pada OMSK aktif dosis 400 mg 3 kali sehari,

selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu. Antibiotika

golongan kuinolon tidak dianjurkan untuk anak berusia dibawah 16 tahun.

Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi

selama 2 bulan maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti yang

bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran

timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi serta memperbaiki

pendengaran. Mengingatpemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk

sampai telinga tengah, maka tidakdianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya

neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1minggu. Cara pemilihan antibiotik yang

paling baik adalah dengan berdasarkan kulturkuman penyebab dan uji resistensi.

2.7.2 OMSK Maligna

Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan

konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara

sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi

abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan

mastoidektomi.

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat

dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau

maligna, antara lain11 :

1. Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)

22
2. Mastoidektomi radikal

3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

4. Miringoplasti

5. Timpanoplasti

6. Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty)

Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen,

memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi

atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

Pedoman umum pengobatan penderita OMSK adalah Algoritma berikut11 :

Bagan2.2AlgoritmaPengobatan OMSK

23
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. I
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 32 tahun
Alamat : Telukbetung
Agama : Islam
Tanggal berobat : 30 November 2016

B. Anamnesis

1. Keluhan utama: keluar cairan dari telinga kanan sejak 4hariyang lalu

2. Riwayat penyakit sekarang:


Pasien datang ke poli THT denan keluhan keluar cairan dari telinga kanan
sejak 4 hari yang lalu. Cairan berawarna beningdankental. Nyeri pada telinga
disangkal, telinga berdenging disangkal,
pasienjugatidakmengalamikeluhanpenurunanpendengaran, pasien merasa
pusing. Pasien juga mengeluh pilek sejak 1 minggulalu. Batuk disangkal, nyeri
menelan disangkal, tidur mengorok disangkal. Pasien tidak merokok.

3. Riwayat penyakit dahulu:


Keluhan keluarnya cairan dari telinga sebelumnya (+)saatosmasihanak-anak

4. Riwayat penyakit keluarga:


Riwayat Diabetes Mellitus, Hipertensi, dan Asma dalam keluarga disangkal

5. Riwayat allergi:
Riwayatalergidisangkal

24
6. Riwayat pengobatan:
Pasienbelumpernahberobatuntuksakitini

C. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit ringan


Kesadaran : composmentis
Berat badan : 67 Kg
Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Penafasan : 18 x/ menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36.0C

Status Generalis

1. Kepala : normocephal
2. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+)
isokor, pergerakan mata kesegala arah baik
3. Telinga : lihat status lokalis
4. Hidung : lihat status lokalis
5. Mulut : mukosa bibir lembab, gusi berdarah (-), lidah kotor dan
tremor(-), gigiadakaries(+), gigi berlubang (+)
6. Tenggorok : lihat status lokalis
7. Leher : lihat status lokalis
8. Thorax
a. Inspeksi : normochest, simetris, retraksi dinding dada (-)
b. Palpasi : vokal fremitus teraba sama di semua lapang paru
c. Perkusi : sonor pada semua lapang paru
d. Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
9. Jantung
a. Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra
c. Perkusi : batas jantung relatif dalam batas normal

25
d. Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, bising jantung (-)
10. Abdomen
a. Inspeksi : datar, supel, bekas trauma (-)
b. Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
c. Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen
d. Auskultasi : bising usus (+) normal
11. Ekstremitas
a. Superior : akral hangat, ruam makulopapular (-/-), udem (-/-), RCT < 2
detik
b. Inferior : akral hangat, ruam makulopapular (-/-), udem (-/-), RCT < 2
detik

Status lokalis
Telinga
Auris
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra

Kelainan kongenital - -

Preaurikula Radang dan tumor - -

Trauma - -

Kelainan kongenital - -

Aurikula Radang dan tumor - -

Trauma - -

Edema - -

Hiperemis - -
Retroaurikula
Nyeri tekan - -

Sikatriks - -

26
Fistula - -

Fluktuasi - -

Nyeri pergerakan - -
aurikula
Palpasi
Nyeri tekan tragus
- -

Kelainan kongenital - -

Kulit Tenang Tenang

Sekret Putihkental -

Serumen - +
Canalis Acustikus
Edema - -
Externa
Jaringan granulasi - -

Massa - -

Cholesteatoma - -

Warna Hiperemis Putihkeabu-abuan

Intak (-) (+)

Retraksi (-) (-)

Refleks cahaya (-) (+)


Membrana
Perforasi (+) (-)
Timpani

27
Hidung
Rhinoskopi anterior Cavumnasikanan Cavumnasikiri
Mukosahidung Hiperemis (+), sekret Hiperemis (+), sekret (+),
(+), massa (-) massa (-)
Septum nasi Deviasi (-), dislokasi (-) Deviasi (-), dislokasi (-)
Konka inferior dan Edema (-), hiperemis (-) Edema (-), hiperemis (-)
media
Meatus inferior dan Polip (-) Polip (-)
media

28
Mulut Dan Orofaring
Bagian Kelainan Keterangan

Mukosa mulut Tenang

Lidah Bersih, basah,gerakan normal kesegala arah

Palatum molle Tenang, simetris


Mulut
Gigi geligi Caries (-)

Uvula Simetris

Mukosa Tenang

Besar T1 T1

Kripta : Normal - Normal

Detritus : (-/-)
Tonsil
Perlengketan (-/-)

Mukosa Tenang

Faring Granula (-)

Post nasal drip (-)

Maksilofasial
Bentuk : Simetris

Nyeri tekan :-

29
Leher
Kelenjar getah bening : Tidakterabapembesaran KGB
Massa : Tidak ada

IV. RESUME

Anamnesis :

Pasien datang ke poli THT denan keluhan keluar cairan dari telinga kanan
sejak 4 hari yang lalu. Cairan berawarna beningdankental. Nyeri pada telinga
disangkal, telinga berdenging disangkal,
pasienjugatidakmengalamikeluhanpenurunanpendengaran, pasien merasa
pusing. Pasien juga mengeluh pilek sejak 1 minggulalu. Batuk disangkal, nyeri
menelan disangkal, tidur mengorok disangkal. Pasien tidak merokok.
Riwayatpenyakitserupasebelumnya (+).

Pemeriksaan Fisik :

Status generalis : normal


Status lokalis :
Telinga :
Kanan : sekret + (mukopurulen), MT hiperemis tampak perforasi sub
total.
Kiri : normal
Hidung : mukosakanan-kiri hiperemis
Mulut dan Orofaring : normal
Maksilofasial : normal
Leher : normal
V. DIAGNOSIS BANDING

Otitis Media Supuratif Kronik

Otitis Media Akut

30
VI. DIAGNOSIS

Otitis Media Supuratif Kronik Dextra

VI. PENGELOLAAN DAN TERAPI

Pembersihan liang telinga denganNaCldanbetadine


Pemberian obat oral:
- Amoxicilin 500 mg 3x1 tablet
- Pseudoefedrine 60 mg 3x1 tablet
- Ofloxacin 3x2 tetes AD
VII. EDUKASI

Hindari air masukketelingaketikamandi


Hindariaktivitas yang berhubungandengan air yang memungkinkan air
masukketelingasepertiberenang
Nutrisi yang cukupdanseimbang

VIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

31
DAFTAR PUSTAKA

Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Keseharan

Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2007

Aboet A. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap : Radang Telinga Tengah

Menahun. Medan : Universitas Sumatera Utara; 2007

Lutan R, Wajdi F. Pemakaian Antibiotika Topikal Pada Otitis Media Supurativa

Kronik Jinak Aktif. Cermin Dunia Kedokteran No. 132. 2001 : diunduh dari

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14_PemakaianAntibiotikaTopikal.pdf/14_Pemaka

ianAntibiotikaTopikal.html

Anonim. Otitis Media Supuratif Kronik. 2009 : diunduh dari

http://www.scribd.com/doc/13607134/Otitis-Media-Kronik

Soetirto, I. et al. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI,

Jakarta. 2006: p.10-22

Ballenger JJ. Penyakit Telinga Kronis. Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung,

Tenggorok, Kepala dan Leher. Ed.13 Jilid Satu. Binarupa Aksara, Jakarta. 1994: p. 392-

412.

Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI, Jakarta. 2006:

p. 64-77.

Paparella et al. Otolaryngology. Volume II-Otology and Neuro-otology Third

Edition. WB Saunders Company; 1991. p:1363.

32
Soetjipto, damayanti et.al. Komite Nasional Penaggulangan Gangguan Pendengaran

dan Ketulian.

Burton, Martin et al. Hall & Collmans Diseases of The Ear, Nose and Throat

Fifteenth Edition. Hartcourt Brace and Company Limited; 2000.p: 41-42

Nursiah, Siti. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan terhadap

beberapa Antibiotika di bagian THT FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan. Medan;

2003.

Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). Cermin Dunia Kedokteran

163/vol.35 no.4/ JuliAgustus 2008.

Soepardi, Efiaty Arsyad et.al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke enam. FKUI. Jakarta; 2007: p 79-80.

Masykura. OMSK Dengan Komplikasi. 2011: diunduh dari

http://www.scribd.com/doc/44463271/Referat-OMSK-Dengan-Komplikasi

Ridha. Komplikasi Otitis Media Supuratif. 2011: diunduh dari

http://www.scribd.com/doc/48841607/KOMPLIKASI-OTITIS-MEDIA-SUPURATIF

Saputra, Gunawan. OMA. 2008: diunduh dari

http://www.scribd.com/doc/59992529/refrat-THT-OMA

Acuin, Jose. Chronic Suppurative Otitis Media. BMJ Clinical Evidence. London;

January 2007

33

Anda mungkin juga menyukai