Orang tua yang memilihkan sekolah untuk anaknya ibarat orang yang masuk kedalam took swalayan dan
ingin membeli sesuatu. Pasti, yang pertama-tama dilihat oleh konsumen adalah bungkusnya, menarik
atau tidak. Setelah tertarik pada bungkus, baru mereka melihat isinya. Begitu melihat isinya yang luar
biasa, pasti mereka akan membeli. Jadi, bungkus ini sama dengan nama sekolah yang harus baru.
Jika pengurus yayasan membangun system pendidikan yang baru dan luar biasa diskeolah dengan nama
sekolah atau bungkus yang tetap, masyarakat tidak punya kesempatan untuk mengetahui isinya atau
system yang baru itu. Pikiran mereka haya akn focus pada citra jelek yang meekat pada nama sekolah
atau bungkus tersebut.
Karena menganut the best process, calon siswa yang lebih awal mendaftar akan langsung diterima. Tak
peduli apakah selama itu mempunyai nilai ujian akhir SD yang bagus atau jeblok. Selama, tidak melebihi
pagi yang telah ditetapkan, siapa pun pasti bisa masuk.
MIR adalah riset yang menunjukkan kecenderungan kecerdasan siswa dan gaya belajar siswa. Para guru
akan menggunakan analissi hasil MIR untuk menyususn lesson plan (rencana pengajaran). Guru juga
harus berusaha menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa. Dengan demikian, guru
dapat mengajar dengan cara memasuki dunia siswa. gaya mengajar guru adalah gaya belajar siswa.
Keceerdasan dan gaya belajar setiap siswa tentu beda. Karena itulah pagu kelas tidak sama seperti
sekolah-sekolah yang ada saat ini. Saat ini, pagu kelas ditetapkan maksimal 28 siswa untuk sekolah
bertaraf internasional (SBI). Sedangkan untuk sekolah regular ditetapkan 35 hingga 40 siswa perkelas.
Pagu siswa perkelas yang fleksibel itu diterapkan karena siswa yang mempunyai kesamaan gaya belajar
memang tidak bisa diprediksi jumlahnya. Disinlah peran guru sangat penting. Guru dituntut mengajar
dengan pola yang disesuaikan dengan karakter individu maupun kelompok siswa. Ha ini dapat dilakukan
oleh guru yang andal. Punya dedikasi dan kompetensi mengajar yang baik.
MIS atau yang disebu system kecerdasan majemuk merupakan teori dari Howard Garden, psikologi dari
Harvard University. Metode tersebut mendeteksi gaya belajar siswa, yang memahami apa yang siswa
mau, dan memanusiakan manusia.
Konsep MIS tidak mengenal predikat siswa bodoh, serta tidak ada pelajaran yang dianggap sulit. Setiap
sisiwa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas.
Dalam pencapaian pengajaran, siswa tidak diberi pekerjaan rumah (PR). Setiap pelajaran diakhiri
dengan tes latihan. Metode ini juga tidak mengenal adanya system peringkat. Sebab, semua siswa
berpeluang menjadi juara di setiap mata pelajarann dan permainan.
Bukan anak-anak itu yang bermasalah
Setiap insan terlahir ke dunia ini dalam keadaan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Perbedaaan
genetic itu juga ditambah dengan pengaruh lingkungan yang melingkupi pengalaman hidup manusia,
baik lingkungan keluarga, masyarakat, teman spermainana, sekolah, maupun lingkungan lainnya.
Walhasil, kombinasi perbedaan pengalaman hidup tersebut mentransformasi seorang manusiaa menjadi
individu yang memeiliki karakter dasar yang unik. Artinya tidak ada seorang manusia pun didunia ini
yang punya karakteristik yang benar-benar sama.
Sayangnyaa, tidak semua pihak menyadari keragaman karakter seseorang tersebut. dalam system
pendidikan kita yang serba seragam, perbedaan kerap menjadi masalah bagi pihak sekolah dan siswa.
System pendidikan (atau sekolah) di Indonesia masih cenderung menyamaratakan standar kecerdasan
satu siswa lainnya dengan penilaian metode dan parameter yang sangat sempit, yaitu aspek kognitif
saja. Semua siswa, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga jenjang perguruan tinggi dipaksa untuk
memenuhi standar pendidikan yang sempit ala kacamata kuda yang didesain oleh pengambil
kebijakan.
Namun, dibalik kebijakan penyeragaman pendidikan itu, muncul sebuah perlawanan terhadap system
yang tidak adil, system yang mematikan potensi, minat, dan bakt peserta didik yang dinilai bodoh,
tidak layak, dan gagal.
1. Kecerdasan Linguistik
Kkomponen inti : kepekaan pada bunyi, struktur, makna, fungsi kata dan bahasa.
2. Kecerdasan Matematis_Logis:
Komponen inti : kepekaan pada memahami pola-pola logis atau numeris, dan kemmapuan
mengolah alur pemikiran yang panjang.
3. Kecerdasan Visual-Spasial
Komponen inti : kepekaan merasakan dan membayangkan dunia gambar dan ruang secara
akurat.
4. Kecerdasan Musikal
Komponen inti : kepekaan dan kemampuan menciptakan dan mengapresiasikan irama, pola titi
nada dan warna nada serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi emosi musical.
5. Kecerdasan Kinestetis
Komponen inti : kemmapuan mengontrol gerak tubuh dan kemahiran mengelola objek, respons
dan repleks.
6. Kecerdasan interpersonal
Komponen inti : kepekaan mencerna dan merespons secara tepat suasana hati, temperamen,
motivasi dan keinginan orang lain.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Komponen inti : memahami perasaan snediri dan kemampuan membedakan emosi,
pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.
8. Kecerdasan Naturalis
Komponen inti : keahlian membedakan anggota-anggota spesies, mengenali eksistensi spesies
lain, dan memetakan hubungan antara bebrapa spesies baik secara formal maupun non formal.
BAB II
PERSOALAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Teori kecerdasan mengalami puncak perubahan paradgma pada 1983, Dr. Howard Gardner, pemimpin
Project Zero Harvard University mengumumkan perubahan makna kecerdasan dari pemahaman
sebelumnya. Teori Multiple Intelligeneces yang belakangan ini banyak diikuti oleh psokilog dunia yang
berpikiran maju, mulai menyita perhatian masyarakat. Betapa tidak, multiple intelligences yang awalnya
adalah wilayah psikologi, ternyata berkembang sampai kewilayah edukasi, bahkan telah merambah
dunia profesional di perusahaan-perusahaan besar.
Kesimpulannya, apabila lingkungan seseorang kondusif dan selaras dengan kecerdasan yang
dimilkinya, orang tersebut akan dengan cepat menemukan kondisi akhir terbaik akibat dipicu
oleh kondisi lingkungan tersebut. sebaliknya, apabila kondisi lingkungan tidak mendukung orang
tersebut tidak kan pernah muncul menjadi orang yang mampu memberikan manfaat untuk
masyarakat di dunia.
Tantangan dalam aplikasi multiple intelligences didunia pendidikan Indonesia. Tantangan
tersebut adalah :
1. Beberapa elemen system pendidikan kita masih kurang sejalan dengan system pendidikan
yang proporsional.
2. Pemahaman yang salah tentang makna sekolah unggul di Indonesia
3. Desain kurikulum yang masih sentralistis.
4. Penerapan kurikulum yang tidak sejalan dengan evaluasi hasil akhir pendidikan
5. Proses belajar yang menggunakan kreativitas tingkat tinggi
6. Proses penilaian hanya dilakukan secara parsial pada kemampuan kognitif yang terbesar,
masih belum menggunakan penilaian autentik secara komprehensif.
Bab III
MULTIPLE INTELLIGENCES
Konsep MI yang menitik ibaratkan pada ranah keunikan selalu menemukan kelebihan setiap anak.
Konsep ini percaya bahwa tidak ada anak yang bodoh sebab setiap anak pasti memilki minimal satu
kelebihan. Apabila kelebihan tersebut dapat dideteksi sedari awal, otomatis kelebihan itu adalah
kepandaian sang anak. Tugas sekolahlah meneliti kondisi anak secara psikologis dengan cara
mengetahui kecendrungan kecerdasan siswa melalui metode riset yang dinamakn Multiple Research
(MIR).
Pada dasarnya, sekolah unggul adalah sekolah yang focus pada kualitas proses pembelajaran, bukan
pada kualitas proses pembelajaran, bukan padda kualitas input siswanya kualitas proses pembelajaran
bergantung pada kualitas para guru yang belerja disekolah tersebut. apabila kualitas guru disekolah
tersebut baik, mereka akan berperan sebagai agen pengubah siswanya. Sekolah unggul adalah sekolah
yang para gurunya mampu menjamin semua siswa akan dibimbing kea rah perubahan yang lebih baik,
bagaimnapun kualitisa akademis dan moral yang mereka milki.
Kesimpulannya, sekolah unggul adaah sekolah yang memanusiakan manusiaa, dalam arti menghargai
setiap potensi yang ada pada diri siswa. Sekolah yang membuka pintunya pada semua siswa, bukan
dengan menyelesaikan dengan tes-tes formal yang memilki interval nilai berupa angka-angka untuk
menyatakan batasan diterima atau tidak.
Multiple intelligences Research (MIR) adalah instrument riset yang dapat memberikan deskripsi tentang
kecenderungan kecerdasan seseorang. Dari analisis terhadap kecenderungan kecerdasan tersebut,
dapat disimpulkan gaya belajar terbaik bagi sesorang.
MIR adalah riset yang luar biasa untuk membantu guru menemukan gaya belajar siswa. Biasanya, MIR
dilaksanakan pada saat penerimaan siswa baru. Konsep Howard Gardner bahwa kecerdasan seseorang
itu berkembang, tidak statis. Kecerdasan seseorang itu banyak berkaitan dengan kebiasaan, yaitu
perilaku yang diulang-ulang.
BAB 4
Pemahaman yang benar harus bermula dari pengertian sejarah penemuan multiple intelligences yang
awalnya merupakan teori kecerdasan dalam ranah psikologi. Ketika ditarik ke dunnia edukasi, MI
menjadi sebuah strategi pembelajran untuk materi apa pun dalam semua bidang studi. Inti strategi
pembelajaran ini adalah bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan
dimengerti oleh siswanya. Pendalaman tentang strategi pembelajaran ini akan menghasilkan
kemampuan guru membuat siswa tertarik dan berhasil dalam belajar dalam waktu yang relative cepat
MI Bukan Kurikulum
MI sebenarnya bukan kurikulum. MI adalah strategi pembelajran berupa rangkaian aktivitas belajar yang
merujuk pada indicator hasil belajar yang sudah ditentukan dalam silabus. Penerapan strategi MI
berdampak langsung terhadap model kurukilum yang ditetapkan sekolah atau dinas pendidikan
setempat. MI sebagai strategi belajar akan sulit diterapkan pada dunia pendidikan yang mengacu pada
kurikulum berbasis materi.
MI akan menjadi kekuatan yang besar untuk memajukan pendidikan dan kompetensi siswa apabilla
diterapkan pada kurikulum berbasis kompetensi yang komprehensif. Kurikulum yang komprehensif
adalah kurikulum yang mendidik siswa dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.
sebaik apa pun kurikulumnya, sulit berhasil apabila tidak dijalankan dengan strategi pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan siswa-siswa.
Dalam strategi pembelajaran, guru mengajar dan siswa belajar adalah dua proses atau jalan yang
berbeda. Artinya, ketika guru mengajar, belum tentu siswanya belajar. Ketika siswa banyaj melakukan
aktivitas, itulah sebenarnya saat siswa belajar.
Task Analysis
Sebenarnya, antara global analysis dan task analysis tidak ada yang salah. Logika dedukasi (umum-
khusus) atau induksi (khusus-umum) sah-sah saja dalam ilmu logika. Hanya saja, apabila materi
pembelajaran itu diterapkan pada jenjang awal pendidikan seperti TK atau SD, mereka akan lebih mudah
menggunakan logika dedukasi, yaitu menjelaskan informasi yang bersifat umu, kemudian menguraikan
menjadi hal-hal yang khusus. Pada jenjang berikutnya, seperti SMP,SMA, dan seterusnya, barulah dapat
dikombinasikan antara logika dedukasi dan induksi, yaitu mempelajari gejala-gejala yang terjadi, lalu
menarik satu simpulan yang global.
Tracking
Apa itu tracking? Tracking adalah pengelompokan siswa ke dalam beberapa kelas berdasarkan
kemampuan kognitifnya. Ouput tracking adalah pembagian kelas menjadi kelas kelas untuk anak pintar
dan kelas untuk anak bodoh.
Strategi Pembelajaran MI
Kebingungan yang dialami banyak guru untuk menerapkan strategi ini biasanya berawal dari pemikiran
untuk mengembangkan strategi ini dengan fokus hanya pada satu kecerdasan. Contohnya, saat guru
fokus pada kecerdasan linguistic, guru tersebut mencoba berpikir dan menguraikan aktivitas-aktivitas
pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan linguistic dan tidak menyentuh kecerdasan yang lain.
Apabila cara ini dipakai, guru tersebut akan menemui banyak kesulitan dalam aplikasi strategi multiple
intelligences.
Namun sebaliknya, pelaksanaann strategi ini akan menjadi lebih mudah jika angkah awal difokuskan
pada model aktivitas pembelajaran dahulu, baru setelah itu dilakukan anlisis terhadap aktivitas tersebut
berkaitan dengan kecerdasan apa saja.
Kecerdasan yang dimiliki seseorang punya pola kerja sama yang sangat kompleks dari beberapa jenis
kecerdasan, yang masing-masing saling berkaitan dan melengkapi (komplementer). Hasil kompleksitas
itulah yang dinamakan gaya belajar (learning style).
Ketika energi dan fokus guru diarahkan untuk model aktivitas yang kreatif-inovatif, proses pembelajran
akan menarik minat siswa untuk belajar dengan antusias dan enjoy.
Movie learning adalah salah satu strategi pembelajaran yang berkaitan dengan kecerdasan spasial
visual. Metode analisis film ternyata sangat disukai oleh siswa. Daya analisis mereka terpacu sehingga
mereka menjadi kreatif dalam beropini bagai pengamat ahli yang mengomentari sebuah fonomena
politik. Strategi movie learning juga bisa dipakai untuk mengubah karakter siswa.
Aplikasi langsung dari materi pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang berkaita dengan
kecerdasan interpersonal, matematis logis, kinestetis, dan linguistic. Pengalaman belajar seperti ini
secara otomatis akan masuk dalam memori jangka panjang dan tidak akan terlupakan seumur hidup.
Banyak guru menemui kesulitan dalam merancang dan mendesain strategi pembelajaran yang menarik
dan sesuia dengan gaya belajar siswa. Kesulitas ini biasanya disebabkan beberapa faktor.
1. Paradigm pembelajaran
Pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, anatar guru sebagai pemberi informasi dan
siswa sebagai penerim informasi. Pola kerja sama yang harus diketahui oleh guru adalah proses
pembelajaran yang bersifat dua arah pada hakikatnya adalah dua proses yang bebeda:
Proses pertama, guru mengajar atau memberikan presentasi.
Proses kedua, siswa belajar atau siswa beraktivitas.
Langkah 1
Strategi pembelajaran yang baik adalah batasi waktu guru dalam melakukan presentasi
(30%), limpahkan waktu terbanyak (70%) untuk aktivitas siswa. Dengan aktivitas
tersebut, secara otomatis siswa akan belajar.
2. Modalitas belajar
Modalitas belajar adalah cara informasi masuk kedalam otak melalui indra yang kita miliki.
Terdapat tiga macam modalitas:
a. Visual
b. Auditorial
c. Kinestetik
Menurut penelitian Dr. Venon Magnesen dari Texas University, otak manusia lebih cepat
menangkap informasi yang berasal dari modalitas visual yang ergerak.
Langkah 2:
Untuk merancang strategi pembelajaran terbaik adalah gunakan modalitas belajar yang
tertinggi, yaitu dengan modalitas kinestetis dan visual dengan akses informasi melihat,
mengucapkan, dan melakukan.
3. Memori jangka panjang
Langkah 3:
Strategi pembelajaran terbaik adalah mengaitkan materi yang diajarkan dengan aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari yang mengandung keselamatan hidup.
Langkah 4:
Strategi pembelajaran terbaik adalah menyampaikan materi kepada siswa dengan melibatkan
emosinya. Hindarkan pemberian materi secara hambar dan membosankan.
Langkah 5:
Strategi pembelajaran yang terbaik adalah pembelajaran dengan melibatkan partisipasi siswa
untuk menghasilkan manfaat yang nyata dan dapat langsung dirasakan oleh orang lain. Siswa
merasa mempunyai kemampuan untuk menunjukkan eksistensi dirinya.
Guru adalah kunci kualitas sebuah sekolah. Sekolah unggul yang menganut konsep the best process
dapat berhasil apabila didukung oleh kualitas guru yang profesional. Menjadi guru yang profesional
berate menjadi guru yang tidak pernah berhenti belajar.
Bab 5
Penilaian Autentik
Model penilaian
Terdapat dua model penilaian yang umum digunakan, yaitu penilaian standard an penilaian autentik.
Penilaian standar adalah penilaian tradisional yang banyak mempunyai keterbatasan dalam mengukur
kemampuan peserta didik secara komprehensif. Sebaliknya, penilaian autentik merupakan perubahan
paradigma yang fundamental dari penilaian standar.
Soal yang sulit justru akan merusak mental siswa untuk maju. Cara tepat untuk membuat tes yang
berkualitas adalah modek open book.
Penilaian autentik menganut konsep Ability Test, yaitu tes kemampuan, bukan Disability test atau tes
ketidak mampuan. Secara filosofis, makna tes ini sangat tepat sebab tes memang bertujuan mengetahui
kemampuan siswa, bukan malah ketidak mampuannya.
Discovering Ability
Discovering Ability adalah aktivitas guru untuk menjelajahi kemampuan siswa pada saat hasil tes siswa
tesebut dibawah standar ketuntasan. Discovering ability juga dapat diartikan meminta siswa menjawab
soal yang sama dengan cara yang lain. Apabila discovering ability ini tidak berhasil, barulah dilakukan
remedial test (test pengulangan).
Taksonomi Bloom
Taksonomi bloom yang diterapkan pada penilaian autentik membantu guru utnuk membuat soal yang
berkualitas. Tangga taksonomi bloom yaitu :
1. Pengethuan
2. Penegrtian
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi
Konsep Ipsative
Penilaian autentik menganut konsep ipsative, yaitu perkembangan hasil belajarsiswa diukur dari
perkembangan siswa itu sendiri sebelum dan sesudah mendapatkan materi pembelajaran.
Perkembangan siswa yang satu tidak boleh dibandingkan dengan siswa yang lain. Oleh karena
itu, penilaian autentik tidak menegnal ranking. Degan ranking, hanya eksistensi siswa tertentu
saja yang dihargai, sedangkan yang lainnya tidak medapat perhatian dari guru.
Penilaian Efektif
Penilaian afektif terutama bertujuan untuk mnegetahui karakter siswa dalam proses pembelajaram dan
hasil dari pembelajaran dapat dibagi menjadi:
Penilaian afektif pada saat proses belajar adalah bagaimana sikap, respons, dan minta siswa terhadap
proses belajar. Penilaian afektif diluar proses belajar adalah penilaian terhadap sikap dan perilaku siswa
dipandang dari sikap internal dan hubunganya dengan lingkugan sekolah lain.
Penilaian yang dilakukan oleh guru harus membuat keseimbangan tiga ranah : kognitif, psikomotorik,
dan afektif. Karena itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Penilaian aspek kognitif dilakuan setelah siswa mempelajari satu kompetensi dasar yang harus
dicapai
Penilaian aspek afektif dilakukan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, baik
didalam maupun diluar kelas.
Penilaian aspek psikomotorik dilakukan selama berlangsugnya proses kegiatan belajar mengajar.