Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Segala puji bagi Allah swt.yang maha mengetahui segala sesuatu yang lahir maupun
batin. Kepunyaan Allah langit dan bumi, segala yang ada didalamnya dan diantara keduanya,
Allah mengatur perputaran dan sistem antara masing-masing benda dan makhluk dengan
ilmu-Nya, memberi pelajaran dan kemudahan bagi manusia yang memperhatikan dengan
akalnya. Diciptakan Allah manusia yang merupakan manifestasi keagungan Allah,
diajarkan-Nya ilmu yang bermanfaat untuk mengenal Allah, dengan demikan Allah dikenal
yang memberi efek bagi eksistensi manusia dibumi.

Dengan ilmu Allah menunjukkan dirinya diantara tanda-tanda alam yang terhampar
dipermukaan bumi, dan yang diwahyukannya kepada rasul-rasul-Nya yang mulia. Ilmu
membawa ketinggian derajat disamping iman. Allah membuka tabir (rahasia) hidup dengan
ilmu, hanya orang yang berilmu yang dapat mensyukuri nikmat yang diberikan Allah.
Dengan demikian ilmu adalah keutamaan, kemuliaan, dan orang yang yang berilmu (alim),
adalah yang tunduk kepada Tuhannya. Ilmu dapat membelah samudra luas, membelah jagat
raya, membongkar kedalaman bumi, hasilnya juga menimbulkan ilmu baru yang semakin
membuka rahasia alam semesta yang terlihat menundukkan manusia kepada Tuhan.

Perkembangan pengetahuan Barat yang mendominasi ilmu pengetahuan sepertinya


telah mengkaburkan makna ilmu pengetahuan baik dari segi bentuk, objek kajian bahkan
tujuan ilmu pengetahuan yang kini berkembang sehingga makna ilmu pengetahuan hanya
sekedar pemenuhan dan kepentingan dunia semata, yang berefek kepada sikap dan
pandangan kaum muslimin menjadi dangkal. Lebih ironis lagi kaum muslimun mejadi
bersifat materialistis yang dengan ilmu menghalalkan segala cara untuk memperoleh
kekayaan duniawi tanpa mempertimbangkan nilai-nilai keakhiratan.

B. RumusanMasalah

1. Apa pengertian dari ilmu pengetahuan ?

1|Page
2. Apa hukum untuk menuntut ilmu itu ?
3. Adakah hadits-hadits yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan?
4. Bagaimanakah perbandingan konsep ilmu menurut hadits dan sains?
5. Bagaimanakah konsep ilmu pengetahuan dalam islam ?

C. Tujuan

1. Memahami pengertian dari ilmu baik ilmu pengetahuan.


2. Mengetahui hukum dari menuntut ilmu.
3. Mengetahui hadits-hadits yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan.
4. Membandingkan konsep ilmu menurut hadits dan sains.
5. Mengetahui konsep ilmu pengetahuan dalam islam.

2|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ilmu Pengetahuan Menurut Ulama Salaf

Ilmu menurut ulama salaf mencakup ilmu syara, ilmu akaldan ilmu bahasa. Ringkasnya
mencakup ilmu agama dan ilmu dunia.

Imam Abu Umar bin Abdul Birr r.a., dalam kitabnya yang terkenal Jamiu Bayanil-Ilmi,
berkata, Definisi ilmu menurut ulama dan kalangan mutakallimin (teolog muslim) pada
makna ini adalah suatu yang dianggap yakin dan jelas. Setiap orang yang meyakini sesuatu
dan menganggapnya jelas, berarti dia telah berilmu (mengetahui hal itu). Karena itu, orang
yang tidak meyakini sesuatu dan berpendapat secara taklid, berarti ia tidak mengetahui.

Taklid, menurut ulama, berbeda dengan iitiba. Ittiba adalah mengikuti pendapat
seseorang dengan mengetahui terlebih dahulu keutamaan pendapat dan kebenaran
mazhabnya. Sedangkan taklid adalah mengikuti pendapat seseorang tanpa mengetahui arah
dan makna ucapannya. Bahkan, pendapat yang salah sekalipun karena rasa segan dan hormat
kepada orang yang mengatakannya, tetap diikuti. Prinsip semacam ini diharamkan dalam
agama Allah.

Ilmu terbagi menjadi dua: Ilmu dharuri dan Ilmu muktasab. Ilmu dharuri adalah
pengetahuan yang dimiliki orang yang berilmu akan sesuatu tanpa meragukannya dan tidak
dirasuki subhat. Ia mendapatkan ilmu itu tanpa proses berpikir dan merenung, dan ia
mengetahuinya melalui perasaan dan akal. Contohnya seperti mengetahui bahwa sesuatu itu
mustahil bergerak dan diam sekaligus, atau berdiri sekaligus duduk, atau sakit dan sehat pada
waktu yang bersamaan. Yang termasuk ilmu dharuri adalah sesuatu yang didapatkan lewat
pancaindera, seperti indera perasa yang dengan jelas bisa diketahui sesuatu yang pahit dari
yang manis dengan pasti, jika indera itu tidak cacat. Juga seperti indera penglihatan yang
dengannya bisa melihat warna-warna dan benda-benda, dan indera pendengaran yang
dengannya bisa mendengar berbagai suara.

Termasuk pula dalam ilmu dharuri adalah pengetahuan manusia bahwa di dunia ini ada
Mekkah, India, China dan berbagai negeri yang mereka kenal.

3|Page
Adapun ilmu muktasab adalah ilmu yang berdasarkan pada pembuktian dengan dalil dan
nazhar perenungan. Ilmu ini ada yang samar dan ada yang jelas. Semakin dekat kepada
ilmu dharuri, maka ia semakin jelas, sedangkan yang semakin menjauh darinya semakin
samar.

Objek ilmu ada dua: syahid yang tampak dan gaib. Syahid diketahui secara dharuri,
sedangkan gaib diketahui dengan petunjuk dari yang tampak.

Sementara itu, menurut semua agama, ilmu ada tiga: ilmu tinggi, ilmu rendah dan ilmu
pertengahan.

Ilmu rendah adalah ilmu yang menggunakan anggota tubuh dalam pekerjaan dan ketaatan.
Seperti berkuda, menjahit dan lainnya.

Ilmu tinggi adalah ilmu agama yang tidak boleh seseorang membicarakannya kecuali apa
yang diturunkan Allah dalam kitab-kitab-Nya dan melalui rasul-rasul-Nya secara tekstual
atau maknawi.

Ilmu pertengahan adalah mengetahui ilmu-ilmu dunia yang pengetahuan sesuatu diketahui
dengan mengetahui bandingannya dan dibuktikan dengan jenis serta macamnya, seperti ilmu
kedokteran dan teknik.

Imam Abu Hamid al-Ghazali dan ulama-ulama berpendapat bahwa mempelajari dan
menguasai setiap ilmu yang menjadi pilar tegaknya agama dan dunia, seperti ilmu kedokteran
dan ilmu lainnya, adalah fardu kifayah.

Artinya, jika ada sejumlah orang dari umat, yang memenuhi tuntutan-tuntutan umat,
menutupi kebutuhannya, serta tidak menjadi beban bagi orang lain dari segi sipil dan militer,
maka dosa dan beban seluruh umat telah terangkat. Sebaliknya, jika sejumlah oramh ini tidak
menguasai setiap bidang ilmu yang dibutuhkan umat, maka umat seluruhnya berdosa karena
melalaikan kewajiban jamaah yang ditanggung secara bersama-sama, dengan perbedaan
dalam tingkat pertanggungjawabannya. Tentunya tanggung jawab orang bodoh tidak sama
dengan tanggung jawab orang berilmu. Dan tanggung jawab pemerintah berbeda dengan
tanggung jawab rakyat kecil.

Bahkan al-Ghazali dan ulama lainnya berpendapat bahwa hukum mempelajari dasar-
dasar perindustrian dan teknologi yang bermacam-macam yang tidak bisa ditinggalkan oleh
masyarakat madani merupakan kewajiban atas umat.

4|Page
Pada masa sekarang, industri dan teknologi yang memajukan peradaban modern telah
merasuki semua bidang kehidupan dengan kemajuan yang mencengangkan. Manusia berhasil
mempersempit jarak dan mempersingkat waktu serta menghemat tenaga. Kita selalu
berbicara tentang revolusi teknologi, revolusi biologi, revolusi komunikasi, revolusi
informasi dan revolusi lainnya yang telah mengubah wajah kehidupan. Maka karena umat
Islam wajib berperan dalam revolusi tersebut, tidak hanya jadi penonton pada saat dunia terus
bergerak. Agama mewajibkan umat untuk selalu berada di depan, bukan di belakang.

B. Pengertian Ilmu

Ilmu berasal dari kata alima ( )yang artinya mengetahui, tahu akan sesuatu
(alim al- amr ). Jamaknya ulum ( ). Kata aliimun ( ) artinya yang mengetahui,
jamaknya ulama ( ) yaitu orang-orang yang mengetahui. Dari kata ini juga Al-
Aliim ( ) , Al-A liim ) ) dan Al Allama ( ) yang berarti Tuhan ( Allah)
yang maha mengetahui.

Pengertian tentang ilmu menurut bahasa yakni mengetahui (kata benda), sesuatu yang
diketahui, yang dengannya orang memahami, mengerti tentang eksistensi dan esensi sesuatu.
Adapun definisi Ilmu menurut beberapa ahli sebagai berikut:
1. Dr. MJ. Langerveld : Pengetahuan ialah kesatuan subjek yang mengetahui dan objek yang
diketahui.
2. Baikuni : Ilmu merupakan general consensus dari masyarakat yang terdiri dari para
scientist.
3. Mohammad Hatta : Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan,
hukum kausal dalam satu golongan, masalah yang sama tabiatnya maupun menurut
kedudukannya, tampak dari luar maupun menurut bangunnya dari dalam.

Dalam khasanah ilmu barat modern, ilmu bersifat positif-materialis, dapat diamati
diobsevasi, dan diuji dan disimpulkan secara faktual. Hal ini menunjukkan ilmu adalah
sesuatu yang rill. Dalam satu sisi Ilmu yang demikian dapat diterima, karena ilmu tidak hanya
bersifat khusus, tetapi juga bersifat umum.

Suria Sumantri mengatakan, Pengetahuan dapat diartikan secara luas, yaitu mencakup
segala hal yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, yaitu:

5|Page
a. Pengetahuan indrawi ( Knowledge). Pengetahuan ini meliputi semua fenomena yang dapat
dijangkau secara langsung oleh panca indra.
b. Pengetahuan ilmiah (scince). Pengetahuan yang meliputi semua fenomena yang dapat
diteliti dengan riset atau eksprimen, sehingga apa yang berada dibalik knowledge bisa
terjangkau lagi oleh rasio.
c. Pengetahuan filsafat. Pengetahuan ini mencakup segala fenomena yang tak dapat diteliti,
tetapi dapat dipikirkan.
d. Pengetahuan teologi, yaitu pengetahuan keagamaan, pengetahuan tentang agama,
pengetahuan tentang pemberitaan dari Tuhan. Pengetahuan keagamaan atau pengetahuan
agama adalah faham subjek mengenai objek yang dalam hal ini adalah agama. (Anshari)

C. Hukum Menuntut Ilmu


Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa
suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk
menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan
dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan
menanya, melihat atau mendengar perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam Hadist
Nabi Muhammad saw :



) (
Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam
(Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)
Akan tetapi Hukum wajib menuntut ilmu itu adakalanya wajib 'ain dan adakalnya
wajib kifayah. Ilmu yang hukumnya wajib kifayah ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi
pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang hukumnya wajib 'ain
ialah ilmu yang mempelajari tentang shalat, puasa, zakat dan haji.
Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya
agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan
jalan kemanfaatan; mengetahui hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala
pengalaman yang didapati oleh umat pada zaman nabi, baik yang berhubungan dangan 'aqaid
dan ibadat, baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan
hidup. Nabi Muhammad saw. bersabda:

6|Page
(
)
Artinya :
"Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah
ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat,
wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya,
wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR.Bukhari dan Muslim)
Dalam islam juga dijelaskan, bahwasanya salah satu hal yang tidak akan terputus
ketika kita sudah meninggal dunia adalah memiliki ilmu yang bermanafaat. Oleh karena itu
dalam islam mewajibkan umat muslim untuk mencari ilmu.

Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah Saw bersabda:


( :
)
Apabila anak Adam telah meninggal dunia, maka putuslah segala (pahala) amal
perbuatannya, kecuali pahala dari tiga hal: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, atau anak
shaleh yang mendoakan. (HR.Muslim)

Dijelaskan pula dalam hadist, sebagai berikut ;

( )

Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah
rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Al-Thabrani)
Maksud dari hadist di atas adalah kita disuruh untuk mencari ilmu dengan sikap
yang baik dan sopan terhadap orang yang mengajar kita. Agar ilmu yang kita dapatkan akan
mudah dimengerti dan bisa bermanfaat.

D. Kandungan Surat Al-Alaq Ayat 1-5

Surat al-alaq 1-5 adalah ayat yang pertama kali diturunkan oleh allah swt. Ayat ini
mengandung banyak sekali hikmah yang dapat kita maknai guna mencapai kebahagian hidup
yang seimbang.

7|Page
Terjemahanya dan tafsiranya :

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (ayat 1). Dari suku
kata pertama saja yaitu bacalah, telah terbuka kepentingan pertama dalam perkembangan
agama ini selanjutnya. Nabi Muhammad disuruh untuk membaca wahyu yang akan
diturunkan kepada beliau atas nama allah, tuhan yang telah menciptakan.

Yaitu Menciptakan manusia dari segumpal darah (ayat 2). Yaitu peringkat yang
kedua sesudah nuthfah. Yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani si laki-laki dengan
mani si perempuan yang setelah 40 hari lamanya, air itu akan menjelma menjadi segumpal
darah dan dari segumpal darah itu kelak setelah 40 hari akan menjadi segumpal daging.

Bacalah, dan tuhanmu itu adalah maha mulia (ayat 3). Setelah pada ayat pertama
beliau menyuruh membaca dengan nama allah yang menciptakan manusia dari segumpal
darah, diteruskan lagi menyuruh membaca diatas nama tuhan. Sedang nama tuhan yang selalu
akan diambil jadi sandaran hidup itu ialah allah yang maha mulia, maha dermawan, maha
kasih dan saying kepada mahluknya.

Dia yang mengajarkan dengan kalam (ayat 4). Itulah istimewanya tuhan itu lagi.
Itulah kemulianya yang tertinggi.Yaitu diajarkanya kepada manusia berbagai ilmu, dibukanya
berbagai rahasia, diserahkanya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan allah yaitu
dengan qalam. Dengan pena disamping lidah untuk membaca, tuhanpun mentaksirkan pula
bahwa dengan pena ilmu dapat dicatat. Pena itu kaku dan beku serta tidak hidup namun yang
dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahami oleh manusia

Mengajari manusia apa-apa yang dia tidak tahu (Ayat 5). Terlebih dahulu allah
taala mengajar manusia mempergunakan qalam. Sesudah dia pandai mempergunakan qalam

8|Page
itu banyaklah ilmu pengetahuan diberikan oleh allah kepadanya, sehingga dapat pula dicatat
ilmu yang baru didapatnya itu dengan qalam yang sudah ada dalam tanganya.

Setelah dilakukan kajian yang mendalam, diketahui bahwasannya dalam surat al-Alaq
ayat 1-5 yang pertama turun kepada nabi Muhammad pada dasarnya merupakan bentuk
perintah untuk memperhatikan pengetahuan. Hal ini karena pengetahuaan adalah sangat
penting peranananya bagi manusia, sehingga surat al-Alaq lebih menggunakan kata iqra dan
al-qalam. Diakui atau tidak, keduanya sangat penting perannya dalam proses pembelajaran,
khususnya dalam mempelajari sains dan teknologi. Dalam mempelajari sains dan teknologi,
membaca tidak sekedar melihat catatan. Namun lebih jauh dari itu adalah untuk membaca
asma dan kemuliaan Allah, membaca teknologi genetika, membaca teknologi komunikasi,
dan membaca segala yang belum terbaca, sehingga dengan membaca ini terjadi suatu
perubahan, baik perubahan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu atau bahkan pada
perubahan tingkah laku dan sikap yang merupakan ciri dari keberhasilan aktifitas belajar.

Di samping itu, dengan membaca diharapkan membawa tertanamnya keimanan dan


ketakwaan seseorang sebagai wujud dari perubahan yang merupakan hasil dari proses
pembelajaran. Oleh karena itu, wahyu pertama yang diterima oleh nabi Muhammad saw
adalah komunikasi verbal pertama Allah SWT kepada nabi Muhammad saw. Menurut
Muhammad Abduh bahwa dalam ayat ini yang dibaca adalah nama, sebab nama
mengantarkan kepada pengetahuan tentang dzat. Penciptaan kemampuan membaca akan
menarik perhatian manusia ke arah pengetahuan tentang dzat Allah SWT serta sifat-sifat-Nya
semuanya. Karena membaca merupakan suatu ilmu yang tersimpan dalam jiwa yang aktif,
sedangkan pengetahuan tersebut masuk ke dalam pikiran manusia atas ijin Allah SWT
melalui kemurahan-Nya, ilmu-Nya, qudrat-Nya serta iradah-Nya. Di samping itu, membaca
yang dimaksudkan dalam surat al-Alaq juga sebagai bentuk pencerahan intelektual.

Penejelasan:

Surat Al Alaq terdiri atas 19 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah. Ayat 1
sampai dengan 5 dari surat ini adalah ayat-ayat Al Quran yang pertama sekali diturunkan,
yaitu di waktu Nabi Muhammad s.a.w. berkhalwat di gua Hira. Surat ini dinamai Al Alaq
(segumpal darah), diambil dari perkataan Alaq yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Surat ini
dinamai juga dengan Iqra atau Al Qalam. Di surat ini Nabi diperintahkan untuk membaca
disertai adanya penjelasan tentang kekuasaan Allah terhadap manusia dan penjelasan sifat-

9|Page
sifatnya. Di dalam Surat Al Alaq ini juga menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia
dari benda yang hina kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis dan
memberinya pengetahuan. Tetapi manusia tidak ingat lagi akan asalnya, karena itu dia tidak
mensyukuri nikmat Allah itu, bahkan dia bertindak melampaui batas karena melihat dirinya
telah merasa serba cukup. Dengan demikian maka awal surat ini menjadi ayat pertama yang
turun dalam Al-Quran sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia.

E. Kandungan Surat Al-Baqarah 164

1. Bacaan Surat Al Baqarah ayat 164

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi
sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
(QS Al Baqarah : 164)

2. Kandungan

Dialah yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya untuk keperluan manusia.
Sudah seharusnyalah manusia memperhatikan dan merenungkan rahmat Allah yang maha
suci itu. Karena dengan begitu, akan bertambah yakinlah ia pada kekuasaan dan keesaan Nya,

10 | P a g e
akan bertmabha luas pulalah ilmu pengetahuannya mengenai alam ciptaan Nya dan dapat
pula dimanfaatkannya ilmu pengetahuan itu sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah yang
maha mengetahui. Hendaklah selalu diperhatikan dan diselidiki apa yang tersebut dalam ayat
ini, yaitu :

1. Bumi yang dihuni manusia dan apa yang tersimpan didalamnya tidak akan pernah
habis baik didarat maupun dilaut
2. Langit dengan planet dan bintang-bintangnya semua berjalan dan bergerak menurut
tata tertib dan aturan Ilahi. Tidak ada yang menyimpang dari aturan-aturan itu
3. Pertukaran malam dan siang dan perbedaan panjanng dan pendeknya pada beberapa
negeri karena perbedaan letaknya, kesemuanya itu membawa faedah dan manfaat
yang amat besar bagi manusia
4. Bahtera berlayar dilautan untuk membawa manusia dari satu negeri ke negeri yang
lain dan untuk membawa barang-barang perniagaan untuk memajukan perekonomian
5. Allah SWT menurunkan hujan dari langit sehingga dengan air hujan itu bumi yang
telah mati atau lekang dapat menjadi hidup dan subur, dan segala macam hewan dapat
pula melangsungkan hidupnya
6. Pengendalian dan pengisaran angin dari suatu tempat ke tempat yang lain adalah
tanda dan bukti bagi kekuas Allah dan kebesaran rahmatnya bagi manusia
7. Demikian pula, harus dipikirkan dan diperhatikan kebesaran nikmat Allah kepada
manusia dengan bertumpuk-tumpuknya awan antara langit dan bumi. Ringkasnya,
semua rahmat yang diciptakan Allah termasuk apa yang tersebut dalam ayat 164 ini
patut dipikirkan dan direnungkan bahkan dibahas dan diteliti untuk meresapkan
keimanan yang mendalam dalam kalbu, dan untuk memajukan ilmu pengetahuan
yang juga membawa kepada pengakuan akan keesaan dan kebesaran Allah

F. Kandungan Surat Yunus ayat 101

1. Bacaan surat Yunus ayat 101

11 | P a g e
Artinya :Katakanlah: Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi
orang-orang yang tidak beriman. (QS Yunus : 101)

2. Isi Kandungan

Dalam ayat ini Allah menjelaskan perintah Nya kepada rasul Nya agar dia menyuruh
kaumnya untuk memperhatikan dengan mata kepala mereka dan dengan akal budi mereka
segala yang ada di langit dan di bumi. Mereka diperintahkan agar merenungkan keajaiban
langit yang penuh dengan bintang-bintang, matahari dan bulan, keindahan pergantian malam
dan siang, air hujan yang turun ke bumi, menghidupkan bumi yang mati, menumbuhkan
tanam-tanaman, dan pohon-pohonan dengan buah-buahan yang beraneka warna dan rasa.
Hewan-hewan dengan bentuk dan warna yang bermacam-macam hidup diatas bumi, memberi
manfaat yang tidak sedikit kepada manusia. Demikian pula keadaan bumi itu sendiri yang
terdiri dari gurun pasir, lembah yang terjal, dataran yang luas, samudera yang penuh dengan
berbagai ikan yang semuanya itu terdapat tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah SWT
bagi orang-orang yang berfikir dan yakin kepada penciptanya.

G. Hadits Hadits Tentang Ilmu


1. Ilmu dan kebaikan

Artinya: Ali ibnu Hujr menceritakan kepada kami, Ismail bin Jafar memberitahukan kami,
Abdullah bin Said bin Abi Hindun menceritakan kepada kami dari ayahnya dari ibnu
Abbas bahwa Rasulullah saw. Bersabda: Barang siapa dikehendaki oleh Allah kebaikan
padanya, maka Allah memberikan kefahaman (ilmu) dalam soal agama (Hadis Hasan)

Dalam hadis ini terlihat bahwa kebaikan dikaitkan dengan kefahaman dalam soal
agama (ilmu). Orang yang memiliki ilmulah yang dapat melakukan kebajikan dalam hidup,
disebabkan kefahamannya terhadap agama dan kebaikan.

Pemilik ilmu adalah Allah, maka Ia akan memberikan-nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dengan disertai kebaikan dan kemudahan memahaminya dalam soal agama,
12 | P a g e
tentunya yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan secara luas, tidak seperti pandangan
Barat yang sekuler. Dalam hadis ini terlihat bahwa, pertama, fungsi atau tujuan ilmu adalah
membuat kebaikan, ilmu adalah untuk kemaslahatan, bukan ilmu untuk ilmu. Kedua, ada
hubungan kebaikan dengan kefahaman, khususnya kefahaman ilmu agama, dimana dasar
ilmu agama memberikan sifat kebaikan meskipun seseorang itu menguasai ilmu-ilmu
lainnya, demikian pentingnya dasar ilmu agama bagi dasar penguasaan ilmu pengetahuan,
lemahnya dasar ilmu agama maka penguasaan ilmu pengetahuan menyebabkan kerusakan,
kesombongan dan kesewenang-wenangan. Dasar ilmu agama itu adalah pengetahuan tentang
Allah swt.
2. Hadis berikut menjelaskan amal yang utama dalam berilmu mengenai Allah, merupakan
dasar kefahaman agama dan dasar ilmu penegatahuan.

Artinya: Amal yang paling utama adalah berilmu mengenai Allah, sesungguhnya ilmu
itu mendatangkan manfaat bagimu (bila engkau) bersamanya sedikit maupun banyak amal.
Dan sesungguhnya bodoh itu tidaklah mendatangkan manfaat bagimu (bila engkau)
bersamanya, sedikit maupun banyak amal itu. (Hadis diriwayatkan oleh al-Hakim, at
Turmuzi dalam Nawaadir dan ibnu Abdil Bar dan lain keduanya dari Anas ra)

Artinya: Allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan melainkan Dia yang
menegakkan keadilan, para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu) Tidak ada tuhan selain Dia yang maha perkasa lagi maha bijaksana (S. Ali
Imran ; 18)

Firman Allah dalam S. Fathir; 28







Artinya: Dan demikian (pula) diantara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang ternak yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut
kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah maha
perkasa lagi maha pengampun.

13 | P a g e
Firman Allah dalam S. Al-Ankabut: 43


Artinya: Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada
yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.

Firman Allah lagi. S. Az-Zumar: 9







Artinya; (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah diwaktu-waktu malam dengan bersujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya, katakanlah; Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ? Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran.

2. Menuntut ilmu dan kemudahan




Artinya: Ahmad bin Ghailan menceritakan kepada kami. Abu Usamah
memeberitahukan kami dari al-Amasyi dari Abi Shaleh dari Abi Hurairah berkata.
Rasulullah saw. Bersabda. Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
memudahkan baginya jalan menuju syurga.




Artinya: Nasr bin Ali menceritakan kepada kami , Khalid bin Yazid al-Attall
memberitahukan kepada kami, dari Abu Jafar ar-Razi dari ar-Rabi bin Anas, dari Anas bin
malik Rasulullah saw. Berkata: Barang siapa keluar (dari rumahnya) untuk mencari ilmu
maka dia jihad di jalan Allah sehingga ia kembali (Hadis ini Hasan Garib dan sebahagian
ahli hadis meriwayatkan hadis ini tapi tidak meriwayatkannya secara marfu).

3. Hilangnya ilmu dengan meninggalnya ulama

14 | P a g e



Artinya: Harun bin Ishak al-Hamdani mencerirtakan kepada kami, Abdallah bin
Sulaiman memberitahukan kepada kami, dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Abdullah
bin al-Ash Rasulullah saw. Bersabda, sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan
mencabutnya dari manusia tetapi Allah mengambil ilmu dengan cara mengambil para
ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan seorang alim, maka orang-orang menjadikan
pemimpin mereka dari orang-orang yang bodoh lalu mereka ditanya maka mereka menjawab
tanpa dengan ilmu, kemudian mereka sesat dan menyesatkan.

4. Ilmu dan mengamalkan ilmu


Artinya: Orang alim, ilmu dan amalnya berada dalam syurga, apabila seorang alim
tidak mengamalkan ilmunya maka yang berada dalam syurga hanyalah ilmu dan amalnya
saja, sedang orang alimnya berada dalam neraka.

Hadis ini seiring dengan ancaman Allah dalam Al-Quran. S. Shaff ;


()
Artinya; Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu perbuat ?. Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan (S. As-Shaff; 2,3)

5. Ancaman bagi penuntut ilmu untuk dunia




Artinya; Abu al-Asy-ats ahmad bin al-Miqdam al-Jili al-Basri, menceritakan kepada
kami Umayyah bin Khalid, memberitahukan kepada kami Ishaq bin yahya bin thalhah,
memberitahukan kepada kami ibnu Kaab bin Malik dari ayahnya berkata; Aku mendengar
Rasulullah saw. Bersabda. Barang siapa mencari ilmu agar diperlakukan sebagai seorang

15 | P a g e
yang pandai atau untuk berbantah dengan orang-orang yang bodoh atau menarik perhatian
manusia kepadanya niscaya kelak Allah memasukkannya ke neraka.




Artinya; Ali bin Nasr bin Ali menceritakan kepada kami Muhammad bin Abbad al-
Hunaini, memberitahukan kepada kami dari Ayyub as-Shakhutiyani dari Khalid bin Duraik
dari ibnu Umar dari Nabi saw. Bersabda; Barang siapa belajar ilmu karena selain Allah
atau menghendaki dengan ilmu itu selain Allah, maka hendaklah ia menyiapkan tempat
duduknya di neraka.

Hadits-hadits lain yang menjelaskan tentang ilmu pengetahuan sebagai mana


diriwayatkan para sahabat Rasulullah antaranya :
.

(

)
Tuntutlah ilmu,sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah
Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh.
Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan
mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat.
(HR. Ar-Rabii)







Wahai Aba Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah telah baik bagimu
dari pada shalat (sunnah) seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan
baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik dari pada shalat seribu rakaat. (HR. Ibn Majah)

H. Perbandingan Konsep Ilmu Menurut Hadits Dan Sains

Ilmu dapat dilihat sebagai sesuatu yang diketahui (pengetahuan, tahu), ilmu
pengetahuan (science) yang ber ciri ilmiah dan filsafat. Ketiganya memiliki karakter ilmu dan
objek kajian yang berbeda yang diakui sebagai ilmu. Ilmu pengetahuan yang berkembang
pada saat ini bersumber dari pemikiran dan filsafat Barat. Ilmu dalam pemikiran Barat

16 | P a g e
adalah orientasi material, syarat dengan hukum alam (low of natural) dengan prinsip alam
adalah satu-satunya yang wujud, sesuatu diluar alam tidaklah diketahui, tidak jelas, tidak
pasti. Oleh karena itu diabaikan saja.

Landasan filsafat Barat tentang ilmu ini memberikan implikasi terhadap perwujudan
ilmu dimana alam menjadi sesuatu yang mutlak, penyelidikan ilmiah merumuskan konsep
ilmu sesuai dengan hubungannya dengan benda-benda material.

Islam sebelumnya (abad ke-7 s/d ke-13) telah memberikan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan dengan merujuk kepada sumber ajaran-Nya (Al-Quran dan Hadis). Prinsip ilmu
pengetahuan ini mengakomodasikan nilai-nilai spiritual dan material menjadi pondasi sifat
esensial dari ilmu pengetahuan. Ilmu menurut hadis Nabi saw ini menggambarkan bahwa
ilmu adalah pengetahuan dimana seseorang dapat mengetahui sesuatu. Kemampuan
mencerap makna sesuatu itu menjadikan orang memahami persoalan-persoalan hidup, ilmu
menjadi solusi, karena itu Nabi saw. mendorong manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan,
menguasainya dan memanfaatkannya dengan jujur dan ikhlas untuk kebaikan hidup dunia
dan akhirat. Seorang alim dapat menjadi pencerah dalam masyarakat yang memiliki derajat
yang tinggi disisi Allah swt., Malaikat dan manusia, Tetapi alim yang tidak mengamalkan
ilmu masuk neraka, sedang ilmu dan amalnya masuk surga. Alim tidak boleh
menyembunyikan ilmu, alim tidak boleh menggunakan ilmu hanya untuk kepentingan dunia
semata, kesombongan, atau untuk dipuji orang dan lain-lain yang menyalahi nilai-nilai
kehormatan dan keakhiratan, bahwa alim harus mempersembahkan ilmunya kepada Allah
sebgai pemilik hakiki dari ilmu, untuk kesejahteraan manusia dan sekalian alam..

Firman Allah pada Surat Al-Baqarah: 165.









Artinya; Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagai mana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang
yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah sangat berat siksa-Nya (niscaya
mereka menyesal).

17 | P a g e
I. Konsep Ilmu Pengetahuan Dalam Islam

Di dalam Islam, pencarian pengetahuan oleh seseorang bukanlah sesuatu yang tidak
mungkin, tetapi harus, dan dianggap sebagai kewajiban bagi semua Muslim. Kedudukan ini
berbeda dengan sikap skeptis Yunani dan Sophis, yang menganggap pengetahuan hanya
imajinasi kosong.

Dalam bahasa Arab, pengetahuan digambarkan dengan istilah al-ilm, al-marifah dan
al-syuur. Namun, dalam pandangan dunia Islam, yang pertamalah yang terpenting, karena ia
merupakan salah satu sifat Allah SWT. Al-ilm berasal dari akar kata Ilm dan diambil dari
kata alamah, yang berarti tanda, simbol, atau lambang, yang dengannya sesuatu itu
dapat dikenal. Tapi alamah juga berarti pengetahuan, lencana, karakteristik, petunjuk dan
gejala. Karenanya malam (jamak maalim) berarti petunjuk jalan, atau sesuatu yang
menunjukkan dirinya atau dengan apa seseorang ditunjukkan. Hal yang sama juga pada kata
alam berarti rambu jalan sebagai petunjuk.

18 | P a g e
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang dengannya orang mengerti, memahami gejala-
gejala (fenomena) alam, manusia, dan Tuhan yang didukung oleh fakta-fakta alamiah. Hadis-
hadis Nabi saw. mengisyaratkan bahwa ilmu pengetahuan adalah berbasifat ke-Tuhanan,
yang menjadi bentuk rumusan ilmu pengetahuan, dimana ilmu pengetahuan berdasarkan
alamiah, tetapi memiliki pondasi esensi Ilahiat atau format Ilahiat.

Ilmu merupakan suatu perkara yang penting dalam kehidupan manusia.


Perkembangan dan kemajuan sesuatu bangsa di dunia ini berkait rapat dengan kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang terdapat pada sesuatu bangsa itu sendiri. Justru, Islam
mengingatkan tentang hakikat ini menerusi berbagai ayat al-Quran dan hadis Rasulullah
s.a.w. Penekanan terhadap kepentingan dan keperluan menuntut ilmu membuktikan bahawa
Islam adalah satu agama yang memartabatkan ilmu pengetahuan dan orang yang berilmu.
Baginda Rasulullah s.a.w bersabda; Menuntut ilmu itu adalah wajib ke atas tiap-tiap orang
Islam lelaki dan perempuan. Berdasarkan hadis tersebut, jelas bahwa menuntut ilmu itu
adalah sesuatu yang penting dan menjadi kewajiban bagi setiap orang Islam.

Ilmu pengetahuan akan membawa manusia ke arah kebahagian hidup di dunia dan di
akhirat, memberikan kekuatan ketika dalam kesusahan dan ketika berhadapan dengan musuh.
Dengan ilmu manusia dapat menjalankan ibadah dengan sempurna, dapat melaksanakan
peranan sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan sebaiknya. Ilmu agama atau ilmu yang
terdapat dalam al-Quran dan Al-Hadits akan menjadi benteng yang dapat mencegah
seseorang itu dari melakukan perkara-perkara yang dilarang oleh syariat, dapat menolak
kejahilan dan kebodohan dalam perkara agama atau dalam mengejar kebendaan duniawi.

Ilmu milik Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya beserta
memudahkan untuk memahaminya. Menuntut ilmu adalah jihad dan memudahkannya ke-

19 | P a g e
syurga. Kebaikan didasarkan kepada pemahaman kepada agama. Ilmu, orang berilmu dan
amal yang berdasarkan ilmu masuk syurga. Ilmu tentang Allah adalah yang utama. Ilmu
adalah sarana untuk mengabdi kepada Allah. Kecelakaan bagi orang berilmu dengan tujuan
duniawi dan kesombongan, dan orang berilmu tidak mengamalkan ilmunya Allah
mengancam dengan memasukkan ilmu dan amalnya ke syurga sedang alimnya masuk neraka.

20 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

[1] Pendidikan Agama Islam SMP Kelas IX Semester 1


[2] Pendidikan Agama Islam SMP Kelas IX Semester 1
[3] Dr. Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadist Terpilih, Gema Insani Press, Jakarta: 2003
[4] Pendidikan Agama Islam SMP Kelas IX Semester 1
[5] Pendidikan Agama Islam SMP Kelas IX Semester 1

[6] PROF.R.H.A. Soenarjo S.H, Al-Quran dan Terjemahnya juz 1-30: PT Kumodasmoro
Grafindo Semarang, 1994.
[7] M.Quraisy Shihab, Tafsir Al misbah; pesan, kesan dan keserasian Al-Quran vol 14, hal
79, Lentera Hati :Jakarta,2002.
[8] Abu Fajar Alqalami dan Abd Wahid Albanjari, Terjemah Riyadushalihin, hal 166,
Gitamedia Press, Jakarta:2004
[9] Abu Fajar Alqalami dan Abd Wahid Albanjari, Terjemah Riyadushalihin, hal 167,
Gitamedia Press, Jakarta:2004
[10] Al Ghazali, Mutiara Ihya Ulummuddin, hal 25-26, Mizan Media Utama, Bandung: 2003
[11] Imam Ghazali, Mukhtasyar Ihya Ulumuddin, hal 4-5, Pustaka Amani,Jakarta: 2007
[12] PROF.R.H.A. Soenarjo S.H, Al-Quran dan Terjemahnya juz 1-30: PT Kumodasmoro
Grafindo Semarang, 1994.
[13] Muhammad bin Ahmad Al Mahalli dan Abdurrahman bin Abi Bakr As Suyuthi, Tafsir
Jalalain Li Imamaini Al Jalilaini,
Darus Salam, Riyadh, KSA
[14] Hadisaputra ihsan, Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan
Pengalamannya, Surabaya: 1981
[15] Dr. Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadist Terpilih, Gema Insani Press, Jakarta: 2003

[16] Hadisaputra ihsan, Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan
Pengalamannya, Surabaya: 1981
[17] M.Afwan Chafidh dan A. Maruf Asrori, Tradisi Islami Panduan prosesi-perkawinan-
kematian hal 82, khalista , Surabaya: 2009
[18] Dr. Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadist Terpilih, Gema Insani Press, Jakarta: 2003

21 | P a g e
22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai