Anda di halaman 1dari 21

January

[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

BAB I. GAS IDEAL

1.1 Pengertian Gas Ideal

Partikel-partikel gas dapat bergerak sangat bebas dan dapat mengisi


seluruh ruangan yang ditempatinya. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam
mempelajari sifat-sifat gas. Untuk menyederhanakan permasalahan ini
diambil pengertian tentang gas ideal. Sifat-sifat gas ideal adalah sebagai berikut :
a. Gas ideal terdiri dari partikel-partikel yang disebut molekul-molekul
dalam jumlah besar. Molekul ini dapat berupa atom maupun
kelompok atom.
b. Ukuran partikel gas dapat diabaikan terhadap ukuran wadah.
c. Setiap partikel gas selalu bergerak dengan arah sembarang
(acak). Artinya, semua molekul bergerak ke segala arah dengan
pelbagai kelajuan.
d. Partikel gas terdistribusi merata pada seluruh ruangan dalam
wadah.
e. Partikel gas memenuhi hukum newton tentang gerak.
f. Setiap tumbukan yang terjadi (baik tumbukan antar molekul
maupun tumbukan molekul dengan dinding) adalah tumbukan
lenting sempurna dan terjadi pada waktu yang sangat singkat.
2.1 Persamaan Umum Gas Ideal
Dalam pembahasan keadaan gas, ada tiga besaran yang saling
berhubungan. Besaran-besaran tersebut adalah tekanan (P), volume (V),
dan temperatur mutlak (T). Hubungan ketiga besaran ini telah dipelajari dan
diteliti oleh para ilmuwan. Untuk mengetahui bagaimana hubungan ketiga
variabel tersebut, mari kita pelajari beberapa hukum mengenai gas ideal.
a. Hukum Boyle
Seorang ilmuwan yang menyelidiki hubungan volume dengan tekanan
gas adalah Robert Boyle (1627 - 1691 ). Boyle telah menyelidiki hubungan
tekanan dan volume gas dalam wadah tertutup pada temperatur tetap.

1
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

Boyle menemukan bahwa : hasil kali tekanan dan volume gas pada temperatur
tetap adalah konstan.
Hukum ini kemudian dikenal sebagai Hukum Boyle.
Secara matematis, Hukum Boyle dituliskan dalam bentuk :
P V = konstan atau P1 V1 = P2
Keterangan : V2
2
P1 = tekanan gas awal (N/m )
V1 = volume gas awal (m3)
P2 = tekanan gas akhir
V2 = volume akhir
Dari persamaan Hukum Boyle tersebut, hubungan tekanan dan volume
pada temperatur tetap dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti
Gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.1 Grafik hubungan tekanan dan volume pada temperatur tetap.
b. Hukum Charles
Berdasarkan penyelidikannya, Jacques Charles (1 747 - 1 823)
menemukan bahwa: volume gas berbanding lurus dengan temperatur
mudaknya, jika tekanan gas di dalam ruang tertutup dijaga konstan. Pernyataan
Charles ini dikenal sebagai Hukum Charles dan dituliskan dalam bentuk
persamaan :

= atau =

2
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

Keterangan:
V1 = volume gas awal (m3)
V2 = volume gas akhir (m3)
T1 = temperatur mutlak awal (K)
T2 = temperatur mutlak akhir (K)
Hubungan temperatur dan volume menurut Hukum Charles tersebut dapat
digambarkan dalam bentuk grafik, seperti gambar 1.2 berikut.

Gambar 1.2 Grafik hubungan volume dan temperatur pada tekanan tetap.
Jika digambarkan sampai temperatur rendah, grafik akan memotong
sumbu di sekitar -273 C atau 0 K. Ini menunjukkan bahwa semua gas jika
dapat didinginkan sampai volume -273 C, maka volumenya akan nol.
Grafik ini dapat berlaku untuk semua jenis gas. Semua jenis gas tidak
dapat didinginkan lagi, hingga tempteraturnya kurang dari -273 C. Ini berarti
temperatur -273 C atau 0 K merupakan suhu terendah yang dapat dicapai
gas. Temperatur ini disebut temperatur nol mutlak. Nol mutlak merupakan
dasar bagi skala temperatur yang dikenal sebagai skala mutlak atau skala
Kelvin. Pada skala ini, temperatur dinyatakan dalam Kelvin (K).
c. Hukum Gay Lussac
Seorang ilmuwan bernama Joseph Gay Lussac, telah menyelidiki
hubungan tekanan dan temperatur gas pada volume tetap. Gay Lussac
menyatakan: Jika volume gas pada ruang tertutup dibuat tetap, maka tekanan
gas berbanding lurus dengan temperatur gas.
Pernyataan ini disebut Hukum Gay Lussac yang dituliskan dalam bentuk

persamaan berikut : = atau = . Persamaan tersebut dapat

dinyatakan dalam bentuk grafik seperti gambar 1.3 berikut ini.

3
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

Gambar 1.3 Grafik hubungan tekanan dan temperatur pada volume tetap
d. Hukum Boyle - Gay Lussac
Ketiga hukum keadaan gas yang telah kita pelajari, yaitu hukum Boyle,
hukum Charles, dan hukum Gay Lussac dapat digabungkan menjadi satu
persamaan. Hasil gabungan ketiga hukum tersebut dikenal sebagai hukum Boyle
- Gay Lussac. Hukum ini dinyatakan dalam bentuk persamaan :

= atau =

Tekanan, volume, dan temperatur pada gas yang berbeda mempunyai


karakteristik yang berbeda, walaupun jumlah molekulnya sama. Untuk itu
diperlukan satu konstanta lagi yang dapat digunakan untuk semua jenis gas.
Konstanta tersebut adalah konstanta Boltzman (k). Jadi, dapat dituliskan dalam
bentuk persamaan berikut:
PV = NkT atau PV = nNAkT
Keterangan:
N = jumlah molekul gas
NA= bilangan Avogadro (6,02 x 1 023 molekul/mol)
n = jumlah mol gas
k = konstanta Boltzman (1,38 x 1 0-23 J/K)
Pada persamaan tersebut, N A k disebut dengan konstanta gas umum (R).
Jadi, persamaan gas tersebut dapat diubah menjadi :

PV = nRT

4
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

Keterangan:
R = konstanta gas umum
= 8,31 4 J/mol K
= 0,082 L atm/mol K
Persamaan inilah yang disebut dengan Persamaan Gas Ideal.

5
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

BAB II. GAS NON-IDEAL

Gas non-ideal adalah kebalikan dari gas ideal dan menjelaskan karakteristik
yang tidak dapat dijelaskan oleh hukum gas ideal. Untuk memahami perilaku gas
nyata, maka faktor-faktor berikut ini mesti diperhitungkan:
efek kompresibilitas;
kapasitas panas spesifik;
Gaya van der Waals;
efek termodinamika tidak setimbang;
disosiasi molekul
2.1 Persamaan keadaan Van der Waals
Untuk memperbaiki keadaan gas ideal pada suhu dan tekanan tertentu, maka
pada tahun 1873, fisiskawan belanda, Johanes diderik Van der Waals
mengusulkan persamaan keadaan gas yang dikenal dengan persamaan Van der
Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal dengan cara menambahkan faktor
koreksi pada volume dan tekanan.
Volume memerlukan faktor koreksi karena partikel-partikel gas nyata
mempunyai volume yang tidak dapat diabaikan, sehuingga Van der Waals
mengurangi volume gas terukur dengan volume efektif total molekul-molekul gas
sebesar nb dengan tujuan untuk memperhitungkan ukuran partikel-partikel gas.
Videal = Veks nb
Videal = volume gas`ideal
Veks = volume yang terukur pada waktu percobaan
n = jumlah mol gas
b = konstanta Van der Waals
Makin besar jumlah molekul persatuan volume, makin besar jumlah
tumbukan yang dialami oleh dinding wadah serta makin besar pula gaya tarik
menarik yang dialami oleh molekul-molekul gas yang hampir menumbuk dinding
wadah. Karena itu, faktor koreksi untuk tekanan adalah a(n2/V2) dimana
a=konstanta dan n=jumlah mol gas.

6
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

Dengan memasukkan kedua faktor koreksi tersebut ke dalam persamaan gas ideal,
maka diperoleh persamaan Van der Waals :
[P + (n2a/V2)] (V nb) = nRT
P = tekanan absolut gas (atm)
V =volume spesifik gas (liter)
R = konstanta gas (0,082 L.atm/mol atau 8,314J/Kmol)
T =suhu /temperatur absolut gas (K)
n =jumlah mol gas
a,b =konstanta Van der Waals
Bila dibandingkan dengan persamaan gas ideal, persamaan Van der Waals
ini dapat digunakan pada gas nyata denga besaran suhu dan tekanan yang lebih
besar. Disamping itu juga persamaan Van der Waals juga dapat menjelaskan
penyimpangan gas nyata dari gas ideal. Namun walaupun demikian, persamaan
Van der Waals ini belum dapat secara sempurna menggambarkan sifat0sifat gas
sehingga digunakan persamaan lain yang dikenal persamaan Virial.

7
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

BAB III. TEORI MOLEKUL GAS

Salah satu sifat gas ideal adalah molekul-molekulnya dapat bergerak


bebas (acak). Sekarang kita akan membahas pengaruh gerak molekul-molekul gas
terhadap sifat gas secara umum dengan Teori Kinetik Gas.
Beberapa konsep yang dibicarakan dalam teori kinetik gas antara lain
tekanan akibat gerak molekul gas, kecepatan molekul gas, dan energi kinetik
gas.
3.1 Tekanan Gas
Tekanan gas yang akan kita bahas adalah tekanan gas akibat gerak
molekul. Jika gas tersebut berada di dalam ruangan tertutup, molekulmolekulnya
akan menumbuk dinding ruangan dengan kecepatan tertentu.
Tekanan gas di dalam sebuah ruangan tertutup sama dengan tekanan gas
pada dindingnya akibat ditumbuk molekul gas. Gaya tumbukan yang
merupakan laju momentum terhadap dinding inilah yang memberikan
tekanan gas.
Walaupun arah kecepatan molekul tidak sama, namun besar
kecepatan (kelajuan) molekul gas ke semua arah dapat dianggap sama (vx =
vy = vz).
Maka, besar tekanan gas dinyatakan dengan rumus:

P= atau PV = Nmv2


Mengingat bahwa Nm adalah massa gas (M) dan = (massa jenis),

maka tekanan dapat dicari dengan persamaan :



PV = v2

Keterangan:
P = tekanan gas (N/m2)
N = jumlah molekul
m = massa satu molekul gas (kg)
v2 = rata-rata kuadrat kelajuan molekul (m/s)
= massa jenis gas (kg/m3)

8
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

3.2 Energi Kinetik sebagai Fungsi Temperatur


Molekul gas yang bergerak mempunyai energi kinetik. Kita lihat
kembali persamaan tekanan sebagai fungsi rata-rata kuadrat kelajuan di
depan yang dinyatakan dengan persamaan :

PV = Nmv2

Persamaan tersebut berlaku jika gas terdiri dari N buah molekul. Untuk
satu buah molekul, persamaan tersebut menjadi :


PV = mv2

Persamaan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk lain sebagai berikut :



PV = ( Nmv2)


Faktor Nmv2 adalah energi kinetik. Jadi, persamaan tersebut dapat ditulis

dalam bentuk :

PV = Ek atau Ek = PV

Pada pembahasan di atas, kita telah mendapatkan persamaan PV = NkT


dan PV = nRT. Maka, persamaan energi kinetik translasi rata-rata molekul
gas dapat dicari dengan rumus :

Ek = NkT atau Ek = nRT

Keterangan:
Ek = energi kinetik translasi rata-rata gas (J)
k = tetapan Boltzman (1 ,38 x 1 0-23 J/K)
T = temperatur mudak gas (K)
n = jumlah mol gas

9
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

BAB IV. PENGENALAN TERHADAP TEORI KUANTUM LAJU GAS

Kuantum adalah cabang dasar fisika yang menggantikan mekanika klasik


pada tataran atom dan subatom. Ilmu ini memberikan kerangka matematika untuk
berbagai cabang fisika dan kimia, termasuk fisika atom, fisika molekular, kimia
komputasi, kimia kuantum, fisika partikel, dan fisika nuklir. Jika partikelnya
merupakan dipol massa yang kaku, partikel tersebut akan memiliki tiga derajat
kebebasan translasi dan dua derajat kebebasan rotasi tambahan. Energi dari setiap
derajat kebebasan akan dijelaskan sesuai dengan distribusi chi-kuadrat dengan
satu derajat kebebasan, dan total energi akan didistribusikan menurut distribusi
chi-kuadrat dengan lima derajat kebebasan.
4.1 Gaya dan satuannya
Salah satu konsep yang paling mendasar dalam ilmu fisika adalah gaya.
Dalam mekanika klasik yang dirumuskan oleh Isaac Newton pada akhir abad
ketujuh belas, besarnya gaya (F) diberikan oleh hukum kedua Newton tentang
gerak (Mortimer, R.G., 2008):
Gaya = massa x percepatan, atau F = m. A
Percepatan gerak jatuh bebas dari suatu benda di permukaan bumi adalah
9,81 m.s2, sehingga gaya gravitasi yang bekerja pada massa 1,0 kg.
F = (1.0 kg) x (9, m/s-2) = 9,8 kg m/s-2 = 9,8 N
Dalam hal ini satuan gaya adalah Newton (N), yang setara dengan:
1 N = 1 kg m s-2
Mungkin dapat kita bayangkan bahwa gaya 1 N adalah gaya gravitasi yang
bekerja pada sebuah (misalnya) apel kecil (dengan massa sekitar 102 gram). Gaya
adalah kuantitas yang memiliki arah, dalam arti bahwa ia memiliki arah dan
besaran. Ketika suatu objek bergerak pada jarak s dengan gaya tertentu, objek
tersebut melakukan kerja..Besarnya kerja adalah produk perkalian jarak dan gaya
yang yang dimiliki oleh suatu objek:
Kerja = Gaya x Jarak

10
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

Oleh karena itu, untuk menaikkan objek dengan massa 1,0 kg dari
permukaan Bumi dengan jarak vertikal 1,0 m mengharuskan kita untuk
mengeluarkan sejumlah kerja:
Kerja = (9,8 N) x (1,0 m) = 9,8 N.m
Dalam hal ini 1 N m (atau, 1 kg m2 s2) disebut 1 joule ( atau 1 J). Jadi 9,8 J
dibutuhkan untuk menaikkan massa 1,0 kg pada jarak verikal 1,0 m di atas
permukaan bumi.
4.2 Kecepatan
Menurut mekanika klasik, keadaan dari suatu partikel ditentukan oleh
posisi dan kecepatannya. Jika partikel bergerak dalam sistem tiga dimensi, kita
dapat menentukan posisinya melalui koordinat Cartesian (x, y, dan z). Ketiga
koordinat tersebut ekuivalen dengan vektor tiga dimensi r yang disebut sebagai
vektor posisi. Vektor Ini adalah segmen garis terarah yang menjangkau koordinat
lokasi dari suatu partikel. Kami menyebutnya komponen Cartesian x, y, dan z dari
vektor posisi. Kita nyatakan vektor tersebut dengan tanda panah di atasnya, seperti
di . Tiga komponen Cartesian tersebut juga dapat dituliskan di dalam tanda
kurung, seperti di r = (x, y, z). Kecepatan partikel adalah sebuah vektor v dengan
komponen Cartesian vx, vy, dan vz. Komponen-komponen ini merupakan
differensial waktu dari koordinat Cartesian (Mortimer, R.G., 2008):

vx = , vx = , vx = .................... (1)

Ketiga persamaan tersebut setara dengan persamaan vektor tunggal



v= .....(2)

4.3 Hukum Gerak Newton


Dalam mekanika klasik, gerak partikel diatur oleh tiga hukum Newton,
yang didasarkan pada generalisasi fakta eksperimental. Hukum Newton yang
pertama disebut hukum kelembaman: Sebuah partikel stasioner cenderung untuk
tetap diam kecuali ada gaya yang bekerja padanya, dan sebuah partikel bergerak
cenderung terus bergerak dengan kecepatan tidak berubah kecuali ada gaya yang
melawannya. Sedangkan hukum kedua Newton, menyatakan: jika sebuah partikel
bergerak hanya dalam arah x, hukum kedua Newton itu (Mortimer, R.G., 2008):

11
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017


Fx = max = m =m ................................(3)

Dalam persamaan ini Fx adalah gaya dalam arah x yang bekerja pada suatu
benda yang memiliki massa m, x adalah koordinat, vx adalah komponen kecepatan
dalam arah x, dan ax adalah percepatan dalam arah x. Sebagaimana ditunjukkan,
percepatan adalah turunan dari kecepatan terhadap waktu atau turunan kedua dari
vektor posisi. Jika sebuah partikel bergerak dalam tiga dimensi, hukum kedua
Newton dinyatakan dengan persamaan vektor berikut :

F = ma = m =m .... (4)

4.4 Keadaan mikroskopis untuk menyatakan arah (vektor)


Menurut mekanika klasik, sistem keadaan mikroskopis kita ditentukan
dengan menentukan posisi dan kecepatan dari setiap partikel. Jumlah partikel
dalam sistem model ini berkisar dari 1 sampai N. Vektor r dari partikel pada
posisi ke- i dapat ditulis sebagai jumlah vektor dari tiga koordinat Cartesian
(Mortimer, R.G., 2008):
ri = ixi + jyi + kzi .. (5)
Setiap istilah dalam Persamaan tersebut merupakan produk dari besaran
skalar (komponen) dan vektor satuan. Sebuah besaran skalar dapat menjadi
positif, negatif, atau nol tetapi tidak memiliki arah tertentu dalam ruang. Vektor
satuan posisi i berada dalam arah positif pada sumbu x, vector satuan posisi j
berada dalam arah sumbu y positif, dan satuan vektor posisi k berada dalam arah
sumbu z positif. Gambar 4.1 menunjukkan vektor ri, sumbu Cartesian, vector
satuan, dan komponen Cartesian.

12
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

Gambar 4.1 Sebuah vektor posisi r pada bidang tiga-dimensi. Vektor r


menentukan posisi partikel. Vektor satuan i, j, dan k juga
ditampilkan (Mortimer, R.G., 2008).
Produk dari besaran skalar positif dan vektor satuan adalah vektor dengan
arah yang sama sebagai vektor satuan dan panjangnya yang sama dengan
kuantitas skalar. Jika kuantitas skalar adalah negatif, produk tersebut merupakan
vektor yang memiliki panjang yang sama dengan besarnya kuantitas skalar dan
dalam arah yang berlawanan dari vektor satuan. Jumlah dari dua vektor dapat
dinyatakan secara geometris dengan memindahkan vektor kedua tanpa rotasi
sehingga ekornya berada di kepala vektor pertama. Jumlah vektornya adalah
vector dengan ekornya pada ekor dari vektor pertama dan kepalanya berada di
kepala vektor kedua. Vektor ketiga akan ditambahkan ke jumlah dua vektor
tersebut dengan cara yang sama. Gambar 3. menunjukkan bagaimana tiga
komponen vector dikali vektor satuannya menghasilkan vektor posisi ri.

Gambar 4.2 Penambahan dari komponen vektor posisi (Mortimer, R.G.,


2008).

13
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

Kecepatan partikel ke i ditentukan oleh vector kecepatan vi:


vi = ivix + jviy + kviz............... (6)
Komponen kecepatan vi adalah angka perubahan xi, yi, dan zi :

vix = , viy = , viz = ,

Gambar 4. Sebuah vector kecepatan pada ruang tiga dimensi.


Vektor kecepatan dapat direpresentasikan secara geometris seperti pada
Gambar.4. Arah vektor kecepata merupakan arah di mana partikel bergerak.
Kelajuan meruapakan besaran dari kecepatan, yang diberikan melalui teorema
Pythagoras pada posisi tiga dimensi:
(7)

Persamaan ini menunjukkan bahwa besarnya vektor selalu non-negatif (positif


atau nol).

14
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

BAB V. DISTRIBUSI ENERGI

5.1 Distribusi Maxwell-Boltzmann sebagai Distribusi Kecepatan Molekul


Sekarang perhatikan sistem gas bervolume V yang mengandung molekul
dalam jumlah besar, N. Setiap molekul bergerak dengan kecepatan masing-
masing. Kecepatan suatu molekul tidak selalu sama, bisa berubah setiap saat.
Perubahan terjadi akibat tumbukan dengan sesama molekul. Tumbukan yang
menyebabkan pertukaran energi kinetik antara molekul tersebut dengan molekul
yang lain (Atkin, 2010).

Gambar 5.1 Perubahan kecepatan molekul gas karena tumbukan


Kecepatan awal suatu molekul dengan kecepatan awal molekul yang lain
di antara tumbukan-tumbukan dapat saja sama dan dapat juga berbeda. Dengan
demikian ada sebaran jumlah molekul mulai dari kecepatan nol hingga kecepatan
sangat besar. Sebaran tersebut digambarkan dengan suatu fungsi distribusi
kecepatan molekul (v) yang disebut fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann.
Dalam dua dimensi, fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann digambarkan dengan
cara sebagai berikut.

Gambar 5.2 Alur fraksi molekul (vx) terhadap kecepatan dalam arah x

15
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

Gambar 5.1 tersebut menunjukkan bahwa molekul-molekul gas yang


bergerak acak akan mengalami agihan (distribusi) sedemikian rupa, sehingga jika
kita dapat menggambarkan fraksi molekul-molekul yang memiliki kecepatan dari
vx sampai dengan vx + dvx, sebagai berikut (Atkin, 2010):

Gambar 5.3 Distribusi molekul yang memiliki kecepatan vx sampai vx+ dvx.

= f(vx) = fraksi molekuk-molekul yang memiliki kecepatan antara vx sampai


vx+ dvx. Sedangkan alur (v) terhadap kecepatan molekul v dengan perbedaan
suhu dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.4 Distribusi kecepatan Maxwell-Boltzmann dan kebergantungannya


pada suhu dan massa molekul.
Fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann digunakan untuk menghitung
kecepatan rata-rata c (mean speed) molekul dalam gas. Perkalian fraksi molekul
dengan kecepatan ditulis v(v)dv. Kecepatan rata-rata c diperoleh dengan
mengevaluasi integralnya,

16
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

BAB VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan pada makalah ini adalah :

1. Dalam pembahasan keadaan gas, ada tiga besaran yang saling

berhubungan. Besaran-besaran tersebut adalah tekanan (P), volume (V),

dan temperatur mutlak (T). Persamaan yang disebut dengan Persamaan Gas

Ideal adalah PV = nRT.

2. Gas non-ideal adalah kebalikan dari gas ideal dan menjelaskan karakteristik
yang tidak dapat dijelaskan oleh hukum gas ideal. Untuk memahami perilaku
gas nyata, maka faktor-faktor berikut ini mesti diperhitungkan:
efek kompresibilitas;
kapasitas panas spesifik;
Gaya van der Waals;
efek termodinamika tidak setimbang;
disosiasi molekul
3. Salah satu sifat gas ideal adalah molekul-molekulnya dapat bergerak
bebas (acak). Sekarang kita akan membahas pengaruh gerak molekulmolekul
gas terhadap sifat gas secara umum dengan Teori Kinetik Gas.
Beberapa konsep yang dibicarakan dalam teori kinetik gas antara lain
tekanan akibat gerak molekul gas, kecepatan molekul gas, dan energi kinetik
gas.
4. Kuantum adalah cabang dasar fisika yang menggantikan mekanika klasik pada
tataran atom dan subatom. Ilmu ini memberikan kerangka matematika untuk
berbagai cabang fisika dan kimia, termasuk fisika atom, fisika molekular,
kimia komputasi, kimia kuantum, fisika partikel, dan fisika nuklir.
5. Kecepatan suatu molekul tidak selalu sama, bisa berubah setiap saat. Perubahan
terjadi akibat tumbukan dengan sesama molekul. Tumbukan yang

17
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

menyebabkan pertukaran energi kinetik antara molekul tersebut dengan


molekul yang lain

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. dan Julio, D.P. 2010. Phisical Chemistry : Ninth Edition. W.H.,
Freeman and Company : New York.
Atkins, P. & de Paula, J. (2006). Physical Chemistry for The Life Science (Edisi
ke-8). New York: W. H. Freeman and Company.
Mortimer, R. G. (2008). Physical Chemistry (Edisi ke-3). London: Elsevier.

18
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

CONTOH SOAL :

1. Jelaskan perbedaan antara gas ideal dan non-ideal ?


Jawab : Gas ideal adalah gas yang mematuhi persamaan gas umum dari PV =
nRT dan hukum gas lainnya di semua suhu dan tekanan. Gas nyata
tidak mematuhi persamaan gas umum dan hukum gas lainnya di semua
kondisi suhu dan tekanan

2. Suatu gas dalam ruang tertutup dengan volum V dan suhu 27 oC mempunyai
tekanan 1,5 . 105 Pa. Jika kemudian gas ditekan perlahan-lahan hingga
volumnya menjadi V, berapakah tekanan gas sekarang?
Penyelesaian :
Diketahui :
T1 = (27 + 273)K = 300 K
V1 = V
V2 = V
P1 = 1 ,5 . 105 Pa (proses isotermik ditekan perlahan-lahan)
Ditanya: P2 = ...?
Jawab:
P1 . V1 = P2 . V2
1 ,5 . 105 . V = P2 . V
P2 = 5. 105 Pa

3. Suatu gas ideal sebanyak 4 liter memiliki tekanan 1,5 atmosfer dan suhu 27 oC.
Tentukan tekanan gas tersebut jika suhunya 47 oC dan volumenya 3,2 liter!
Penyelesaian:
Diketahui:
V1 = 4 liter
V2 = 3,2 liter
P1 = 1 ,5 atm
T1 = 27 oC = 27 + 273 = 300 K
T2 = 47 oC = 47 + 273 = 320 K
Ditanya: P2 = ... ?
Jawab:
P1.V1 P2.V2
=
1 2
1,5 x 4 P2.3,2
=
300 320
1,5 x 4 x 320
P2 =
320 x 3,2
= 2 atm

19
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

4. Gas ideal menempati sebuah tabung gas yang bocor dengan volume 0,6 m3. Gas
tersebut tidak keluar dari tabung karena suhu dan tekanannya sama dengan
suhu dan tekanan lingkungan. Jika gas dalam tabung dipanaskan dari suhu
27oC hingga 77oC, berapakah volume gas yang keluar dari dalam tabung?

Diketahui :
V1 = 0,6m3
T1 = 27oC + 273 = 300 K
T2 = 77oC + 273 = 350 K
P1 = P2

Ditanya : Vyang keluar = V2 V1

Vyang keluar = V2 V1 = 0,7 m3 0,6 m3 = 0,1 m3

5. Suatu gas dalam ruang tertutup dengan suhu 57 oC. Berapakah energi
kinetik rata-rata molekul gas tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui:
n = 1 mol
k = 1 ,38 x 1 0-23 J/K
T = (57 + 273) K = 330 K
Ditanya: Ek = ...?
Jawab:
3
Ek = k . T
2
3
= 2 . 1,38 x 10-23 . 330
= 6,21 x 10-21 Joule

6. Sebuah tangki yang volumenya 50 liter mengandung 3 mol gas monoatomik.


Jika energi kinetik rata-rata yang dimiliki setiap gas adalah 8,2 x 1 0-21 J,
tentukan besar tekanan gas dalam tangki?
Penyelesaian:

20
January
[SIFAT FISIKA GAS DAN TEORI MOLEKULER GAS] 1, 2017

Diketahui:
V = 50 liter = 5 x 1 0-2 m3
n = 3 mol
Ek = 8,2 x 1 0-21 J
Ditanya: P = ... ?
Jawab:
3 2
P = 2 Nmv2 = 3 N.Ek
2 N.Ek
=
3 V
2 n.Na.Ek
=
3 V
2 (3)(6,02 x 1023 )(8,2 x 1021 )
=
3 5 x 102

= 1 ,97 x 1 05 N/m2

21

Anda mungkin juga menyukai