iv
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
1. BAB I UMUM
Buku panduan ini merupakan pedoman teknis tentang tatacara perencanaan struktur
dermaga dan trestle dengan sistem pracetak / prategang mencakup kritria
perencanaan, analisa perencanaan dan metode pelaksanaannya. Buku panduan ini
dimaksudkan untuk memperbaiki dan menerapkan peningkatan kualitas pembetonan
perencanaan struktur dermaga dan trestle dengan sistem pracetak / prategang.
SNI 7833-201 Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang untuk
bangunan gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung
dan Non Gedung
SNI 1725-2016 Pembebanan Untuk Jembatan
SNI 6880-2016 Spesifikasi Beton Struktural
ACI 318-11 Building Code Requirements for Structural Concrete
PCI Design Handbook 6th Edition
1.3 Notasi
Acf = luas penampang bruto terbesar dari lajur balok-pelat yang diambil dari dua
rangka ekuivalen yang saling tegak lurus dan memotong pada lokasi sebuah
kolom dari suatu pelat dua arah, mm2
Ach = luas penampang komponen struktur diukur dari sisi luar ke sisi luar tulangan
transversal, mm2
ENGINEERING CONSULTANT
1
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Act = luas dari bagian penampang melintang antara muka tarik lentur dan pusat
gravitas penampang bruto, mm2
Acv = luas bruto penampang beton yang dibatasi oleh tebal badan dan panjang
penampang dalam arah gaya geser yang ditinjau, mm 2
Aj = luas penampang melintang efektif di dalam suatu joint pada suatu bidang
yang sejajar dengan bidang dari tulangan yang menimbulkan geser pada joint
tersebut, mm2
Aps = luas tulangan prategang dalam daerah tarik, mm 2
As = luas tulangan tarik longitudinal non-prategang, mm2
Ast = luas total tulangan longitudinal non prategang (batang tulangan atau bentuk-
bentuk baja lainnya), mm2
Av = luas tulangan geser dalam daerah sejarak s , mm2
Avd = luas total tulangan setiap kelompok batang tulangan diagonal pada balok
kopel yang ditulangi secara diagonal, mm2
Avf = luas tulangan geser-friksi, mm2
Av,min = luas minimum tulangan geser di dalam daerah sejarak s ,mm2, Pasal 11 ACI
318-08
A1 = luas yang dibebani, mm2, Pasal 10 ACI 318-08, Pasal 22 ACI 318-08
A2 = luas dasar paling bawah dari frustum terbesar piramide,kerucut, atau baji
meruncingterisi seluruhnya ditumpuan dan yang memiliki alas paling atasnya
sebagailuas yang dibebani, dan memiliki kemiringan sisidari vertikal 1
terhadap horisontal 2, mm2, Pasal 10 ACI 318-08, Pasal 22 ACI 318-08
bv = lebar penampang melintang pada bidang kontak yang ditinjau terhadap geser
horisontal, mm
bw = lebar badan, atau diameter penampang lingkaran, mm
c = jarak dari serat tekan terluar ke sumbu netral, mm
ct = jarak dari muka kolom interior ke tepi pelat diukur paralel terhadap c 1, tetapi
tidak melampaui c1, mm
ENGINEERING CONSULTANT
2
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
c1 = dimensi kolom persegi atau persegi ekivalen, kepala kolom, atau konsol
pendek diukur dalam arah bentang dimana momen dihitung, mm
d = jarak dari serat tekan ke titik berat tulangan tarik longitudinal, mm
d = jarak dari serat tekan terluar ke titik berat tulangan tekan longitudinal, mm
db = diameter nominal batang tulangan, kawat, atau strand prategang, mm
dp = jarak dari serat tekan terluar ke titik berat baja prategang, mm
D = beban mati, atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban
tersebut
e = dasar logaritma Napier
E = pengaruh beban gempa, atau momen dan gaya dalam yang berhubungan
dengan beban tersebut
Ec = modulus elastisitas beton, MPa
Es = modulus elastisitas tulangan dan baja struktural, MPa
fc = kekuatan tekan beton yang disyaratkan, MPa
f 'c = nilai akar dari kekuatan tekan beton yang disyaratkan, MPa
fci = kekuatan tekan beton yang disyaratkan pada saat pemberian prategang
awal, MPa
f ' ci = nilai akar kekuatan tekan beton yang disyaratkan pada saat pemberian
prategang awal, MPa
fct = kekuatan tarik belah rata-rata beton ringan, MPa
fdc = penurunan tegangan tekan; tegangan dalam baja prategang apabila
tegangan adalah nol dalam beton pada level yang sama sebagai titik berat
baja prategang, MPa
fps = tegangan dalam baja prategang pada saat penampang mencapai kekuatan
lentur nominal, MPa
fpu = kekuatan tarik baja prategang yang disyaratkan, MPa
fpy = kekuatan leleh baja prategang yang disyaratkan, MPa
fr = modulus keruntuhan beton, MPa
fs = tegangan tulangan tarik yang dihitung akibat beban layan, MPa
ENGINEERING CONSULTANT
3
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ft = tegangan tarik serat terluar dalam zona tarik prategang dihitung akibat beban
layan menggunakan properti penampang bruto, MPa
fy = kekuatan leleh tulangan yang disyaratkan, MPa
fyt = kekuatan leleh yang disyaratkan fy dari tulangan trasversal, MPa
h = ketebalan keseluruhan atau tinggi komponen struktur, mm
hx = spasi horisontal maksimum pusat ke pusat dari sengkang pengikat melintang
atau kaki sengkang melingkar pada semua muka-muka kolom, mm
Ig = momen inersia penampang beton bruto terhadap sumbu titik koefisien friksi
wobble per meter dari tendon berat, dengan mengabaikan tulangan, mm 4
k = faktor panjang efektif untuk komponen struktur tekan
K = koefisien friksi wobble per meter dari tendon
= panjang bentang balok atau pelat satu arah; proyeksi bersih kantilever, mm
d = panjang penyaluran tarik dari batang tulangan ulir, kawat ulir polos dan
tulangan kawat ulir di las, atau strand pratarik, mm
dh = panjang penyaluran batang tulangan tarik ulir, kawat ulir kait terluar (panjang
tertanam lurus antara penampang kritis dan mulai dari kait [titik dari
tangensial] ditambah radius bengkokkan dalam dan diameter satu batang
tulangan), mm
o = panjang, diukur dari muka joint sepanjang sumbu komponen struktur, dimana
harus disediakan tulangan transversal, mm
px = jarak dari ujung jacking dari elemen baja prategang ke titik yang ditinjau, m
ENGINEERING CONSULTANT
4
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Mnb = kekuatan lentur balok nominal termasuk pelat dimana dalam posisi tarik, yang
merangka ke dalam joint, N-mm
Mnc = kekuatan lentur nominal kolom yang merangka ke dalam joint, dihitung untuk
gaya aksial terfaktor, sesuai dengan arah gaya lateral yang ditinjau, yang
menghasilkan kekuatan lentur terendah, N-mm
Mpr = kekuatan lentur komponen struktur yang mungkin terjadi, dengan atau tanpa
beban aksial, yang ditentukan dengan menggunakan sifat komponen struktur
pada muka-muka joint yang dianggap tegangan tarik pada batang tulangan
longitudinal paling sedikit 1,25 fy dan faktor reduksi kekuatan = 1,0, N-mm
Mpelat = bagian dari momen pelat terfaktor yang seimbang dengan momen
pendukung, N-mm
Mu = momen terfaktor di penampang, N-mm
n = jumlah dari item, misal uji kekuatan, batang tulangan, kawat, perangkat
angkur strand tunggal, angkur, atau shearhead arms
Nc = gaya tarik dalam beton akibat beban mati tak terfaktor ditambah beban hidup,
N
Pn = kekuatan aksial nominal penampang silang, N
Ppj = gaya prategang di ujung jacking, N
Ppu = gaya prategang terfaktor dalam perangkat angkur, N
Ppx = gaya prategang yang ditinjau pada jarak px dari ujung jacking, N
Ps = beban aksial tak-terfaktor pada desain penampang (tengah-tinggi) termasuk
efek berat sendiri, N
Pu = gaya aksial terfaktor; ambil positif untuk tekanan dan negatif untuk tarik, N
Se = momen, gaya geser, atau gaya aksial pada sambungan sehubungan dengan
pengembangan kekuatan yang mungki terjadi pada lokasi leleh yang
direncanakan, berdasarkan mekanisme yang mempengaruhi deformasi
lateral inelastik, dengan memperhatikan pengaruh beban gravitasi dan beban
gempa
Sn = kekuatan lentur nominal, kekuatan geser, atau kekuatan aksial sambungan
ENGINEERING CONSULTANT
5
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Vcw = kekuatan geser nominal yang tersedia pada beton ketika retak diagonal
menghasilkan tegangan tarik tinggi utama dalam badan, N
Ve = gaya geser desain sehubungan dengan pengembangan kekuatan momen
komponen struktur yang mungkin akan terjadi, N
Vn = kekuatan geser nominal, N
Vnh = kekuatan geser horisontal nominal, N
Vu = gaya geser terfaktor pada penampang, N
Vug = gaya geser terfaktor pada penampang kritis pelat untuk aksi dua arah akibat
beban gravitas, N
px = perubahan sudut total dari profil tendon dari ujung tendon jacking ke titik
yang ditinjau, radian
f = faktor yang digunakan untuk menentukan momen yang tidak seimbang yang
dipindahkan oleh lentur pada sambungan pelat-kolom
u = perpindahan desain, mm
fps = tegangan dalam baja prategang pada saat bekerja beban layan kurang dari
dari tegangan yang mengalami penurunan tekanan, MPa
r = perbedaan antara defleksi awal dan akhir untuk uji beban atau uji beban
pengulangan (setelah perpindahan beban), mm
2 = lendutan maksimum yang diukur sewaktu uji beban kedua relatif terhadap
posisi struktur pada awal uji kedua, mm
ENGINEERING CONSULTANT
6
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
= koefisien friksi
= faktor ketergantungan waktu untuk beban yang bersifat tetap, Pasal 9 ACI
318-08
= rasio As terhadap bd
= rasio luas tulangan longitudinal yang terdistribusi terhadap luas beton bruto
yang tegak lurus terhadap tulangan tersebut
s = rasio volume tulangan spiral terhadap volume total inti beton yang terkekang
oleh tulangan spiral (diukur dari sisi luar ke sisi luar tulangan spiral)
t = rasio luas tulangan transversal yang terdistribusi terhadap luas beton bruto
yang tegak lurus pada tulangan tersebut
1.7 Diagram Alir Pemilihan Konstruksi Beton Pracetak dan Prategang pada
Dermaga dan Trestle
ENGINEERING CONSULTANT
7
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Pembebanan untuk struktur beton pracetak dan prategang disesuaikan dengan aksi
yang terjadi secara aktual. Secara sistem struktur, beban yang diperhitungkan untuk
struktur dermaga dan trestle adalah sebagai berikut:
a. Beban Mati
Beban mati merupakan beban yang bersifat permanen, dalam hal ini adalah
berat sendiri material struktur. Berikut ini berat sendiri berbagai jenis material.
(Sumber: Japan Port Association: Handbook of Construction of port facilities, p,140, 1959)
b. Beban Hidup
Beban hidup yang digunakan dalam desain ini sesuai dengan tabel 4 dibawah
ini :
ENGINEERING CONSULTANT
8
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
2. Beban Crane
Beban crane dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu tipe crane berjalan, tipe crane
dengan rel, dan tipe crane yang statik (fixed). Untuk beban crane, disesuaikan
dengan crane yang akan digunakan, artinya tidak semua jenis crane memiliki
bobot dan dimensi yang sama. Data-data mengenai jenis crane biasanya
didapatkan dari produsen crane. Berikut ini contoh dimensi dan spesifikasi
crane:
ENGINEERING CONSULTANT
9
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
c. Beban Uplift
Gaya gelombang dapat berdampak pada bagian bawah dermaga (gaya uplift)
tergantung pada kondisi gelombang dan bentuk struktur plat/lantai dermaga
(OCDI).
Untuk lantai trestel/dermaga yang berjarak dekat dengan permukaan air di
bawahnya. Gaya gelombang dapat berdampak pada bagian bawah dermaga
(gaya uplift) tergantung pada kondisi gelombang dan bentuk structural
plat/lantai dermaga.
ENGINEERING CONSULTANT
10
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Gambar 2.42 (a) menunjukan distribusi tekanan uplift saat muka air gelombang
membentuk sudut terhadap pelat dermaga. Sedangkan pada Gambar 2.42 (b)
menunjukan distribusi tekanan uplift saat muka air gelombang mendekati sudut
0o terhadap pelat dermaga. Total gaya uplift yang terjadi pada lantai dermaga
berdasarkan OCDI adalah sebagai berikut :
p 4 o gH
Dengan:
p = intensitas puncak rata-rata dari tekanan Uplift (kN/m2)
o = berat jenis air laut (1.03 t/m3)
g = percepatan gravitasi ( 9.81 m/s2)
H = tinggi gelombang yang terjadi (m)
Kondisi kritis yang dapat terjadi akibat beban uplift yaitu ketika muka air HWS.
Untuk mengetahui potensi uplift maka perlu dihitung jarak clearance terdekat
dan tinggi gelombang maksimum.
Perhitungan :
p 4 o gH
4 1,03 981 3
121,2516 kN / m2
Gelombang (Asumsi)
Arah datang gelomang : diasumsikan paling kritis tegak lurus konstruksi
ENGINEERING CONSULTANT
11
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
e. Beban Gempa
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia
pada saat terjadi I
kegagalan
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk ke dalam kategori resiko
I,III,IV
II
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia pada
saat terjadi
kegagalan
Gedung dan struktur lainnya, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang
memiliki potensi untuk
menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal
terhadap kehidupan
masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan
Gedung dan struktur lainnya yang tidak termasuk dalam kategori resiko IV, (
termasuk tetapi tidak III
dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan,
penggunaan atau tempat
pembuangan bahan bakarberbahasa, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya,
atau bahan yang
mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak dimana
jumlah kandungan
bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instalasi yang berwenang
dan cukup
menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan struktur lainnya yang ditunjukan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak
dibatasi untuk :
Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan
unit gawat darurat
Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi serta garasi
kendaraan darurat
IV
Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat
perlindungan lainnya
Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya
untuk tanggap darurat
Pusat pembangkit energidan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada saat
keadaan darurat
ENGINEERING CONSULTANT
12
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Dalam hal ini dermaga memiliki kategori risiko kelas IV. Sedangkan untuk penentukan
faktor keutamaan gempa disajikan dalam tabel berikut.
Faktor keutamaan
Kategori resiko
gempa
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Gambar berikut merupakan peta gempa yang digunakan dalam menentukan Ss dan
S1 untuk suatu lokasi struktur.
ENGINEERING CONSULTANT
13
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Peta Zonasi Gempa Indonesia Untuk Percepatan Batuan Dasar Perioda Pendek (Ss) dan periode
satu detik (S1) untuk Lokasi Struktur
Untuk dermaga type L5-A (0.2 g dengan kategori tanah lunak) didapat nilai :
T Sa
0 0.114
0.157 0.286
0.787 0.286
0.787 0.254
0.887 0.228
0.987 0.207
1.087 0.19
1.187 0.175
1.287 0.163
ENGINEERING CONSULTANT
14
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
1.387 0.152
1.487 0.142
2.287 0.094
4.787 0.056
f. Beban Kapal
Gaya Berthing Kapal
Gaya berthing (sandar) adalah gaya yang ditimbulkan akibat adanya benturan
antara kapal dan dermaga. Gaya benturan bekerja secara horizontal dan dapat
dihitung berdasarkan energi benturan.
WV 2
E Cm C e C s C c
2g
Dengan:
ENGINEERING CONSULTANT
15
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Gambar 1-5 Hubungan antara kondisi penanganan kapal dan kecepatan berlabuh/sandar menurut ukuran kapal.
(Sumber: Baker, A.L.L.: The Impact of Ships When Berthing, Proc. Int'l Navig. Congr. (PIANC), Rome,
Sect.II, Quest.2, pp.111-142, 1953)
Sumber: Moriya, Y., Yoshida, Y., Ise, H., Miyazaki, K. and Sugiura, J.: Field Observations on the Berthing
Velocities of Ships, Proc. of Coastal Engineering, JSCE, Vol.38, pp.751-755, 1991 (in Japanese)
Koefisien massa
Koefisien massa (added mass) terhantung pada pergerakan air di sekitar kapal,
yang dihitung dengan persamaan berikut:
d
Cm 1
2C b B
Dimana Cb merupakan koefisien blok berdasarkan lambung kapal, yang
dihitung dengan persamaan berikut:
W
Cb
L BP Bd o
Dengan:
Cb = koefisien blok kapal
d = draft kapal (m)
B = lebar kapal (m)
LBP = panjang garis air (m)
o = berat jenis air laut = 1.025 (kN/m3)
Koefien eksintrisitas
Koefisien eksentrisitas adalah perbandingan antara energi sisa dan energi
kinetik kapal yang merapat dan dihitung dengan rumus berikut:
1
Ce
l
1 ( )2
r
Dengan:
l = jarak sepanjang permukaan air dermaga (m)
r = jari-jari putaran di sekeliling pusat berat kapal (m)
ENGINEERING CONSULTANT
16
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Sumber: Ueda, S. and Ooi, E.: On the Design of Fending Systems for Mooring Facilities in a Port,
Technical Note of Port and Harbour Research Institute, No.596, 1987 (in Japanese)
Gambar 1-7 Jarak pusat kapal berat kapal sampai titik sandar kapal
Sumber: Japan Port and Harbor Association: Design Calculation Examples of Port and Harbour
Structures (Vol.1), pp.117-119, 1992 (in Japanese)
Koefisien Kekasaran
Koefisien kekasaran mempertimbangkan energi yang diserap oleh deformasi
elastis, untuk defleksi fender () > 150 mm diambil nilai Cs = 1.0
Contoh Perhitungan :
Data Kapal
Kapasitas = 1000 DWT
Displacement = log (DT) = 0,550 + 0,899 log (DWT)
= 1766 Ton
ENGINEERING CONSULTANT
17
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Panjang (Loa) = 67 m
Panjang Garis Air (Lpp) = 0,850 x Loa 1,02
= 61,9 m
Lebar = 10,9 m
Draft = 3,9 m
Berat jenis air laut = 1,025 t/m3
Gaya gravitasi = 9,81 m/s2
Kecepatan Kapal Merapat = 0,15 m/s
1
Ce
l
1 ( )2
r
l = x Loa = 16,75 m
r r
0,23
l 16,75
r = 3,85
Ce = 0,05
ENGINEERING CONSULTANT
18
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ENGINEERING CONSULTANT
19
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Beban bollard terdiri dari komponen arah tegak lurus dan arah sejajar dermaga
sebagai berikut:
Untuk arah sejajar,
Fx = F cos 60
Untuk arah tegak lurus,
Fy = F sin 60
Dimana,
F = Force/gaya (kN)
Setelah memperoleh energi yang dihasilkan dari tumbukan kapal, selanjutnya
yaitu pemilihan tipe fender yang akan digunakan.
Jarak dan jumlah minimum bitt untuk beberapa ukuran kapal diberikan pada
tabel berikut:
Tabel 1-6 Jarak dan Jumlah Minimum Bitt Untuk Ukuran Beberapa Kapal
Contoh Perhitungan :
ENGINEERING CONSULTANT
20
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Beban bollard terdiri dari komponen arah tegak lurus dan arah sejajar
dermaga sebagai berikut :
Untuk arah sejajar,
Fx = F cos 60
= 250 cos 60
= 125 kN
Perencanaan Fender
Pada waktu kapal merapat dan bertambat di dermaga akan terjadi benturan,
gesekan dan tekanan antara kapal dan dermaga yang akan menyebabkan
kerusakan pada kapal dan struktur dermaga. Untuk mencegah kerusakan
tersebut di depan sisi dermaga dipasang fender yang dapat menyerap energi
benturan. Jumlah energi yang diserap dan gaya maksimum yang diteruskan
pada struktur dermaga digunakan untuk menentukan jenis dan ukuran fender.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan fender dan untuk
mendapatkan gaya reaksi yang optimal pada dermaga akibat berthing kapal
adalah sebagai berikut:
o Pilih jenis fender yang dapat menahan energi maksimum yang terjadi.
o Hitung gaya reaksi pada fender yang dipilih untuk semua kombinasi dari
energi yang ada.
o Memilih fender yang menghasilkan gaya reaksi yang terkecil dari jenis
fender yang dicoba.
Hasil kombinasi gaya reaksi pada fender yang dipilih adalah gaya yang bekerja
pada dermaga.
ENGINEERING CONSULTANT
21
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
W 2
F V
gd
Dengan,
F = Gaya benturan yang diserap sistem fender (kN)
D = Defleksi fender (m)
V = Komponen kecepatan dalam arah tegak lurus sisi dermaga (m/s)
W = Bobot kapal bermuatan penuh (t)
G = Percepatan gravitasi (9.8 m/s2)
Tipe fender yang digunakan dan penempatannya pada sisi depan dermaga
harus dapat melindungi dan menyerap energi benturan dari semua jenis dan
ukuran kapal untuk berbagai elevasi muka air laut. Gambar dibawah ini
menunjukan posisi penempatan fender terhadap beberapa ukuran kapal.
Dalam arah horizontal jarak antara fender harus ditentukan sedemikian rupa
sehingga dapat menghindari kontak langsung antara kapal dan dinding
dermaga. Gambar menunjukan posisi kapal yang membentur fender pada
waktu bergerak merapat ke dermaga.
ENGINEERING CONSULTANT
22
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
OCDI of japan 1991, memberikan jarak interval antara fender sebagai fungsi
kedalaman air seperti berikut:
ENGINEERING CONSULTANT
23
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Dari perhitungan beban tumbukan kapal didapat nilai bethring (E) = 0,15 Ton
meter, maka jenis fender yang digunakan adalah : Fender Type : V 300 H
g. Kombinasi Pembebanan
Agar struktur dan komponennya harus dirancang sedemikian rupa hingga kuat
rencananya sama atau melebihi pengaruh beban-beban terfaktor dengan
kombinasi kombinasi sebagai berikut :
1. 1.4 DL
2. 1.2 DL + 1.6 LL
3. 1.2 DL + 1.6 LL 1.2 (B/M)
4. 1.0 DL + 1.0 LL 1.0 (Ex/Ey)
5. 0.9 DL 1.0 W
6. 0.9 DL 1.0 (Ex/Ey)
7. 0.9 DL + 1.0 U
Kombinasi beban diatas mengadopsi pada SNI 03-2847-2013, untuk
pembebanan gelombang arus merupakan gaya horizontal yang langsung
diperhitungkan dalam perencanaan struktur bawah.
Faktor beban untuk W boleh dikurangi menjadi 1,3 bilamana beban angin W
belum direduksi oleh faktor arah.
ENGINEERING CONSULTANT
24
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
2.1 Flow Perencanaan Struktur Dermaga dan Trestle Dengan Sistem Pracetak
dan Prategang
ENGINEERING CONSULTANT
25
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Gambar 2-2 Desain Struktur Dermaga dan Trestle Dengan Sistem Beton Konvensional dan Beton Pracetak dan
Prategang
Pada dasarnya pemilihan material yang akan digunakan untuk struktur dermaga
selalu mempertimbangkan waktu pelaksanaan, durabilitas dan nilai ekonomis.
Khusus untuk penggunaan beton pracetak dan prategang pada dermaga dan trestle
selalu mempertimbangkan waktu pelaksanaan dan mutu material yang akan
digunakan. Dengan menggunakan beton pracetak dan prategang, waktu pelaksanaan
akan menjadi relatif lebih singkat dengan kualitas yang lebih terjamin.
Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 menjelaskan mengenai flow perencanaan desain
struktur dermaga dan trestle dengan beton konvensional. Langkah-langkah umum
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan studi pustaka, mengkaji mengenai dasar hukum, peraturan dan
rujukan-rujukan sebagai dasar untuk dibangunnya pelabuhan/dermaga dan
trestle.
2. Survei dan studi kondisi lingkungan, pada bagian ini dilakukan survey
mengenai daerah yang akan dijadikan dermaga/trestle, kemudian dilakukan
pengambilan data-data sekunder yang digunakan sebagai acuan untuk desain
dermaga. Survei yang dilakukan biasanya survei topografi dan bathimetri,
pasang surut, gelombang dan arus, dan investigasi tanah. Survey ini dilakukan
sesuai dengan kebutuhan data-data sekunder yang akan dibutuhkan sebagai
dasar desain dermaga dan trestle (disesuaikan dengan kondisi lokal).
ENGINEERING CONSULTANT
26
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
2.1.2 Perencanaan Struktur Dermaga dan Trestle Dengan Sistem Pracetak dan
Prategang
Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 menjelaskan mengenai flow perencanaan struktur
dermaga dan trestle dengan beton pracetak dan prategang. Langkah-langkah umum
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan studi pustaka, mengkaji mengenai dasar hukum, peraturan dan
rujukan-rujukan sebagai dasar untuk dibangunnya pelabuhan/dermaga dan
trestle.
2. Survei dan studi kondisi lingkungan, pada bagian ini dilakukan survey
mengenai daerah yang akan dijadikan dermaga/trestle, kemudian dilakukan
pengambilan data-data sekunder yang digunakan sebagai acuan untuk desain
dermaga. Survei yang dilakukan biasanya survei topografi dan bathimetri,
pasang surut, gelombang dan arus, dan investigasi tanah. Survey ini dilakukan
sesuai dengan kebutuhan data-data sekunder yang akan dibutuhkan sebagai
dasar desain dermaga dan trestle (disesuaikan dengan kondisi lokal).
3. Desain struktur, sebelum dilakukan desain sistem struktur, dilakukan pemilihan
material yang akan digunakan untuk dermaga dan trestle. Pemilihan ini didasari
berbagai hal, diantaranya:
a. Umur rencana dermaga dan trestle
b. Ketersediaan material
ENGINEERING CONSULTANT
27
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ENGINEERING CONSULTANT
28
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Pelaksanaan pembangunan struktur dermaga dan trestle dengan beton pracetak dan
prategang dijelaskan dalam langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pekerjaan persiapan (Pembuatan direksi kit, persiapan lahan untuk
penyimpanan elemen pracetak dan prategang).
2. Pengadaan alat berat untuk pemancangan tiang, bersamaan dengan ini
pelaksana dapat melakukan pemesanan elemen pracetak sesuai kebutuhan
pada produsen pracetak.
3. Pengadaan ponton untuk alat berat dalam pemancangan tiang.
4. Pemancangan tiang.
5. Setelah pemancangan tiang selesai, bersamaan dengan itu elemen pracetak
sudah selesai dibuat dan disimpan di stocking yard.
6. Erection elemen pile head.
7. Erection balok.
8. Setelah itu dibuat bekisting untuk penyambungan dan pengecoran antara pile
head dan balok.
9. Pengecoran sambungan antara balok dan pile head.
10. Erection pelat. Untuk pelat yang menggunakan elemen prategang, maka
setelah ini dilakukan penarikan baja prategang, biasanya menggunakan
elemen pelat full slab.
11. Pemasangan bekisting dan penulangan untuk penyambungan dan pengecoran
setengah ketebalan pelat.
12. Pengecoran pelat.
13. Finishing.
Ditinjau dari proses pelaksanaan, tingkat keamanan untuk pekerja konstruksi relatif
baik karena tidak banyak pekerjaan sulit yang dilakukan di atas laut.
ENGINEERING CONSULTANT
29
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Ditinjau dari alur pelaksanaan, pembangunan dengan beton pracetak dan prategang
tidak harus dilakukan sistematis, antara pekerjaan pemancangan tiang dan
pembuatan elemen pracetak bisa overlapping, sehingga bisa mempercepat waktu
pelaksanaan.
Ditinjau dari sisi lingkungan, pelaksanaan pembuatan dermaga dengan metoda beton
pracetak/prategang lebih ramah lingkungan.
ENGINEERING CONSULTANT
30
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
elemen terpasang secara sistem struktur (saat perletakan statis tertentu dan statis tak
tentu).
Gambar 2-3 Flow Komparasi Perencanaan Beton Konvensional Dengan Beton Pracetak dan Prategang
Pada area yang di beri highlight orange, merupakan letak perbedaan mendasar dalam
perencanaan struktur dermaga dengan menggunakan beton konvensional dan
pracetak prategang.
Tabel 2-2 Perbandingan Proses Analisis Struktur
3. Mempertimbangkan
proses saat penarikan
baja prategang
ENGINEERING CONSULTANT
31
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
dilakukan tempat yang berbeda dengan posisi akhir struktur bediri. Perbedaan terlihat
dari pekerjaan pembetonan.
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, untuk dermaga dan trestle dengan beton konvensional, maka
persiapan yang dilakukan adalah persiapan pemasangan perancah. Pekerjaan
dilakukan di atas laut sehingga relatif berbahaya bagi pekerja konstruksi.
Pada sistem beton pracetak dan prategang, tahap persiapan meliputi proses
pemesanan/pembuatan produk pracetak, proses distribusi elemen pracetak
(shipping), dan proses penanganan/penumpukan di stocking yard.
b. Tahap Pembangunan
Proses pembangunan pada beton konvensional dengan beton pracetak dan
prategang sangat berbeda. Untuk beton konvensional, struktur langsung dibuat dan
pembetonan dilakukan cast-insitu, sedangkan pada beton pracetak dan prategang
harus melalui tahap erection dan penyambungan antar elemen.
Beton
Tahap Beton Pracetak Beton Prategang
Konvensional
ENGINEERING CONSULTANT
32
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
3. Proses 3. Proses
penanganan penanganan
elemen pracetak di elemen prategang
stocking yard di stocking yard
(bersamaan
dengan pekerjaan 4. Proses
pemasangan pile) penarikan baja
prategang (untuk
balok)
(bersamaan
dengan pekerjaan
pemasangan pile)
Jika ditinjau dari waktu pelaksanaan dalam volume pekerjaan yang sama,
pembangunan dermaga dan trestle dengan menggunakan pracetak dan prategang
akan menghemat waktu baik di tahap persiapan maupun di tahap pembangunan.
Pada pekerjaan beton konvensional, proses persiapan harus menunggu tiang
terpasang, sedangkan pada beton pracetak dan prategang bisa dilakukan pekerjaan
persiapan secara overlapping.
Pada proses pembangunan pun, beton konvensional lebih lama dibandingkan dengan
beton pracetak dan prategang.
ENGINEERING CONSULTANT
33
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
No Pekerjaan Durasi
1 Pemasangan Tiang
KONVENSIONAL 2 Pembetonan
BETON
2.1 Persiapan
2.2 Pembangunan
3 Finishing *Finish
No Pekerjaan Durasi
BETON PRACETAK &
1 Pemasangan Tiang
PRATEGANG
2 Pembetonan
2.1 Persiapan
2.2 Pembangunan
3 Finishing *Finish
2.1.6 Kelebihan Penggunaan Beton Pracetak dan Prategang Pada Dermaga dan
Trestle
1. Waktu pelaksanaan bisa lebih singkat
2. Kualitas mutu yang lebih terjamin dan sesuai rencana
3. Dari segi keamanan pelaksanaan lebih baik dibanding pekerjaan beton
konvensional, karena volume pekerja yang bekerja langsung di atas laut
berkurang.
4. Karena mutu yang lebih baik dan lebih tinggi, maka kerapatan beton akan lebih
padat sehingga proses penyerapan terhadap air laut akan berkurang, hal ini
berimbas pada durabilitas yang akan lebih panjang.
Dalam perencanaan pelaksanaan struktur dermaga dan trestle pada suatu lokasi
diperlukan variabel awal untuk menentukan elemen yang akan digunakan, yaitu
dengan menggunakan pracetak / pratekan. Berikut adalah Tabel 2.5 variabel awal
yang menentukan pemilihan konstruksi pracetak / pratekan yang digunakan pada
perencanaan struktur dermaga dan trestle. Tabel berikut dapat . digunakan sebagai
acuan awal tetapi tidak terbatas pada hal ini, perencana dapat mengembagkan
variabel lain.
Tabel 2-5 Tabel penggunaan elemen struktur pracetak/ pratekan pada dermaga dan trestle
ENGINEERING CONSULTANT
34
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
2. Pelat
3. Pondasi Tiang
4. Kepala Tiang
5. Balok Fender
ENGINEERING CONSULTANT
35
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Berikut adalah Gambar 2.5 flowachart variabel penentu untuk pemilihan struktur
pracetak / pratekan
Mulai
Lokasi
Proyek
Ketersediaan
Material Penggunaan
Vibrator
Titik kritis
elemen struktur Perawatan
Pasca
Persyaratan Konstruksi
SDM
Review desain
Penggunaan NO oleh precaster
ulang Bekisting NO
NO
Standar dimensi
NO
struktur elemen
Prestress NO
NO
NO
YES
NO
YES YES
YES
YES
YES YES
Precast
NO YES
Selesai
ENGINEERING CONSULTANT
36
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
2.5.1 Beton
Beton ini didapatkan dengan cara mencampur agregat halus (pasir), agregat kasar
(kerikil), atau jenis agregat lain dan air, dengan semen. Mutu beton yang digunakan
untuk dermaga harus minimal fc = 35 MPa, Apabila fc = 35 MPa sulit tercapai secara
konvesional maka diijinkan menggunakan bahan tambah (additive) atau semen
khusus yang berfungsi meningkatkan kekedapan (permeability) beton dengan
ketentuan harus melalui prosedur yang ditetapkan oleh Kementerian perhubungan
laut.
Tendon harus sesuai dengan persyaratan batang tulangan berulir dalam salah satu
spesifikasi berikut:
a. Baja karbon: ASTM A615M;
b. Baja Alloy rendah: ASTM A706M;
c. Baja tahan karat: ASTM A955M;
d. Baja rel dan baja roda: ASTM A996M. Batang tulangan dari baja rel harus tipe
R.
Baja tulangan ulir harus sesuai dengan salah satu dari spesifikasi ASTM yang tertera
pada poin (a) sampai (d), kecuali bahwa untuk batang dengan f y yang melebihi 420
MPa, kekuatan leleh harus diambil sebagai tegangan yang sesuai dengan regangan
0.35 persen (lihat 9.4 ACI 318-08).
Jika diameter tulangan yang digunakan 13 mm, maka mutu tulangan yang
digunakan adalah 240 MPa. Jika diameter tulangan yang digunakan > 13 mm, maka
mutu tulangan yang digunakan adalah 400 MPa.
2.5.3 Air
Air yang digunakan pada campuran beton harus memenuhi ASTM C1602M. Air
pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang didalamnya
ENGINEERING CONSULTANT
37
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak
boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.
2.5.4 Semen
Untuk meningkatkan kinerja dan durabilitas beton, semen yang digunakan untuk
daerah pantai yaitu semen tipe V. Namun untuk pemilihan tipe semen ini, bisa
disesuaikan dengan kandungan sulfat, persyaratan lengkapnya dapat dilihat di SNI
2847-2013 pasal 4.3.
Baja untuk prategang harus sesuai dengan salah satu dari spesifikasi berikut:
a. Kawat: ASTM A421M;
b. Kawat relaksasi rendah: ASTM A421M, termasuk Suplemen Low Relaxation
Wire
c. Strand: ASTM A416M;
d. Batang tulangan kekuatan tinggi: ASTM A722M.
Kawat, strand, dan batang tulangan yang bukan secara khusus tercantum dalam
ASTM A421M, A416M, atau A722M boleh digunakan asalkan memenuhi spesifikasi
minimum dan tidak memiliki sifat yang membuat mereka kurang memuaskan dari
yang tercantum dalam ASTM A421M, A416M, atau A722M.
Semua ketentuan dalam ACI 318-08 yang tidak secara khusus dikecualikan dan tidak
bertentangan, semuanya berlaku untuk peraturan beton prategang dalam SNI 7833-
2012 ini.
ENGINEERING CONSULTANT
38
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Standar untuk persyaratan defleksi dan displacement struktur dermaga dengan beton
konvensional mengacu pada:
SNI-2847-2013. Batasan ini akan dijadikan acuan untuk material pracetak non
prategang, yaitu untuk elemen pelat dan balok defleksi yang diijinkan adalah
1/180 L. Dimana L adalah panjang bentang.
Untuk elemen prategang, persyaratan defleksi maksimum dapat dihitung dengan
mengacu pada:
Gaya-gaya boleh disalurkan antara komponen struktur dengan joint yang di grout,
kunci geser, konektor mekanis, sambungan baja tulangan, topping bertulang, atau
kombinasi dari cara-cara tersebut. Kemampuan sambungan untuk menyalurkan gaya-
gaya antara komponen struktur harus ditentukan dengan analisis atau dengan
pengujian. Ketentuan 11.6 ACI 318-08 harus diterapkan, apabila geser merupakan
pembebanan utama. Bila desain sambungan menggunakan material dengan sifat
struktural yang berbeda, maka kekauan, kekuatan dan daktilitas relatifnya harus
diperhitungkan.
Tegangan tumpu izin di permukaan kontak antara komponen yang didukung dan yang
mendukung dan antara masing-masing elemen-elemen pendukung menengah tidak
boleh melebihi kekuatan tumpu untuk permukaan dan elemen pendukung, atau
keduanya. Sesuai dengan pasal 4.6.2.1.1 Kekuatan tumpu desain beton tidak boleh
ENGINEERING CONSULTANT
39
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
melebihi (0.85fcA1), kecuali bila permukaan pendukung lebih lebar dari semua sisi
dari luas yang terbebani, maka kekuatan tumpu desain dari luas yang dibebani
diijinkan dikalikan dengan 1/2 tetapi tidak boleh melebihi 2. Pasal ini tidak berlaku
bagi angkur pasca-tarik.
Kecuali bila dapat dibuktikan melalui pengujian atau analisis bahwa kinerja
sambungan dan tumpuan tidak berkurang, maka harus dipenuhi:
Setiap komponen struktur dan sistem pendukungnya harus mempunyai
dimensi desain yang dipilih sedemikian hingga setelah memperhitungkan
toleransi, jarak dari tepi tumpuan ke ujung komponen struktur pracetak pada
arah bentang sedikitnya ln/180, tetapi tidak boleh kurang dari:
o Untuk pelat masif atau berongga ................................50 mm
o Untuk balok atau komponen struktur tertahan ............75 mm
Pelat tumpuan pada tepi yang tidak dilapisi baja harus mempunyai set back
minimum 13 mm dari muka penumpu, atau paling sedikit sebesar dimensi
penumpulan (chamfer) pada tepi yang ditumpulkan.
Pada pasal 4.6.2.3.1 Sekurang-kurangnya sepertiga tulangan momen positif
komponen struktur sederhana dan seperempat tulangan momen positif pada
komponen struktur menerus harus diteruskan sepanjang muka komponen struktur
yang sama masuk ke dalam pendukung. Pada balok, tulangan semacam itu harus
diteruskan masuk kedalam pendukung sekurang-kurangnya 150 mm. Persyaratan
4.6.2.3.1 tidak berlaku untuk tulangan momen lentur positif pada komponen struktur
pracetak statis tertentu, tetapi paling sedikit sebesar sepertiga dari tulangan tersebut
harus diteruskan sampai ke tengah panjang tumpuan, dengan memperhitungkan
toleransi yang diijinkan.
Toleransi untuk d dan untuk selimut beton pada komponen struktur lentur dan
komponen struktur tekan (juga termasuk ujung-ujung komponen struktur yang tidak
menerus) harus sesuai Tabel berikut ini:
ENGINEERING CONSULTANT
40
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Kecuali bahwa toleransi untuk jarak bersih untuk membentuk soffit harus dikurangi
sebesar 6 mm. Sebagai tambahan, toleransi untuk selimut juga tidak boleh melebihi
minus 1/3 selimut beton yang diisyaratkan dalam gambar desain dan spesifikasi
proyek
ENGINEERING CONSULTANT
41
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
3.1 Umum
Distribusi gaya yang tegak lurus bidang komponen struktur harus ditetapkan dengan
analisis atau dengan pengujian. Apabila perilaku sistem mensyaratkan gaya-gaya di
dalam bidang disalurkan antara komponen-komponen struktur dari sistem lantai
pracetak, maka alur gaya dalam bidang harus menerus melalui sambungan dan
komponen struktur. Serta apabila terjadi gaya tarik, alur menerus dari baja atau
tulangan baja harus disediakan.
3.2.2 Desain komponen struktur
Pada lantai pracetak satu arah dan komponen struktur yang tidak disambung secara
mekanis yang menyebabkan kekangan dalam arah transversal, persyaratan tulangan
susut dan temperatur dari 7.12 ACI 318-08 dalam arah tegak lurus tulangan lentur
boleh diabaikan. Pengabaian ini tidak berlaku untuk komponen struktur yang
memerlukan tulangan untuk menahan tegangan lentur transversal.
3.2.3 Integritas struktural
ENGINEERING CONSULTANT
42
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Gaya-gaya boleh disalurkan antara komponen struktur dengan joint yang digrout,
kunci geser, konektor mekanis, sambungan baja tulangan, topping bertulang, atau
kombinasi dari cara-cara tersebut. Kemampuan sambungan untuk menyalurkan gaya-
gaya antara komponen struktur harus ditentukan dengan analisis atau dengan
pengujian. Bila desain sambungan menggunakan material dengan sifat struktural
yang berbeda, maka kekakuan, kekuatan, dan daktilitas relatifnya harus
diperhitungkan. Tumpuan untuk komponen lantai pracetak di atas perletakan
sederhana harus memenuhi persyaratan:
a) Tegangan tumpu ijin di permukaan kontak antara komponen yang didukung
dan yang mendukung dan antara masing-masing elemen-elemen pendukung
menengah tidak boleh melebihi kekuatan tumpu untuk permukaan dan elemen
pendukung, atau keduanya.
b) Jika sambungan dapat dibuktikan melalui pengujian atau analisis, maka kinerja
sambungan dan tumpuan tidak boleh kurang dari:
2. Pelat tumpuanpada tepi yang tidak dilapisi baja harus mempunyai set
back minimum 13 mm dari muka penumpu, atau paling sedikit sebesar
dimensi penumpulan (chamfer) pada tepi yang ditumpulkan.
ENGINEERING CONSULTANT
43
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
kecuali bahwa toleransi untuk jarak bersih untuk membentuk soffit harus dikurangi
sebesar 6 mm. Sebagai tambahan, toleransi untuk selimut juga tidak boleh melebihi
minus 1/3 selimut beton yang disyaratkan dalam gambar desain dan spesifikasi
proyek.
Setiap komponen struktur pracetak harus ditandai untuk menunjukkan lokasinya dan
orientasinya dalam struktur serta tanggal pabrikasinya. Tanda identifikasi harus
sesuai dengan yang ada dalam gambar desain.
3.2.7 Penanganan
Elemen pracetak yang akan dibuat komposit dengan beton cor di tempat harus
diijinkan diuji dalam lentur seperti elemen pracetak saja harus mengikuti ketentuan :
a) Beban ujihanya berlaku bilamana perhitungan menunjukkan bahwa elemen
pracetak terisolasi tidak akan kritis dalam tekan atau tekuk.
ENGINEERING CONSULTANT
44
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
b) Beban uji harus berupa beban yang apabila diterapkan atas komponen
pracetak
saja, menghasilkan gaya total yang sama di tulangan tarik, sebagaimana yang
ditimbulkan
oleh pembebanan pada komponen struktur komposit dengan beban uji yang
disyaratkan yaitu:
1. 1,15D + 1,5L + 0,4 (LratauR)
2. 1,15D + 0,9L + 1,5 (Lratau R)
3. 1,3D
Faktor beban pada beban hidup L boleh direduksi sampai dengan 0,45 kecuali untuk
garasi, area yang dihuni sebagai tempat pertemuan umum, dan seluruh area di mana
L lebih besar dari 4,8 kN/m2.
Uji beban boleh diulang bila lendutan maksimum 1 dan lendutan residu 2 yang
diukur tidak memenuhi Persamaan (1) atau Persamaan (2) di atas. Uji ulang harus
dilakukan tidak lebih awal dari 72 jam setelah beban uji pertama dihilangkan. Bagian
struktur yang diuji dalam uji ulang harus dianggap memenuhi persyaratan jika
pemulihan lendutan r memenuhi kondisi berikut ini :
di mana 2 adalah lendutan maksimum yang diukur selama pengujian kedua relatif
terhadap posisi struktur pada awal pengujian kedua. Komponen struktural yang diuji
tidak boleh memiliki retak yang mengindikasikan kesegeraan terjadinya kegagalan
geser.
ENGINEERING CONSULTANT
45
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ENGINEERING CONSULTANT
46
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ENGINEERING CONSULTANT
47
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ENGINEERING CONSULTANT
48
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Profil penampang yang akan menjadi acuan untuk digunakan dalam perencanaan
dermaga dan trestle yaitu dijelaskan dalam tabel dibawah ini. Pemilihan bentuk profil
penampang mempertimbangkan kemudahan dalam pembuatan dan kapasitas crane
yang akan digunakan di lapangan.
ENGINEERING CONSULTANT
49
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Tiang
Square Piles Penggunaan penampang Pracetak/
Fondasi Hollow and circular dan square piles Prategang
Solid memudahkan dalam hal
Circular Piles produksi.
Holow and
Solid
Pile Head Bentuk Persegi Penggunaan pile head Pracetak
dengan bentuk
persegi/mengotak akan
memudahkan dalam proses
produksi.
Balok I Girder Penggunaan I girder dan Pracetak/
Square bentuk penampang persegi Prategang
Half Square dimungkinkan karena
bentuknya yang tidak sulit
untuk dibuat.
Penggunaan penampang
setengah persegi
dimungkinkan untuk
menyesuaikan dengan
kapasitas crane di lapangan
pada saat konstruksi.
Balok Bentuk Penggunaan pile head
Fender Persegi dengan bentuk
persegi/mengotak akan
memudahkan dalam proses
produksi.
Pelat HCS Dengan adanya rongga Pracetak/
Half Slab pada elemen pelat HCS, Prategang
akan mengurangi berat
sendiri dari struktur.
ENGINEERING CONSULTANT
50
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
berat pekerja
2) Beban yang bekerja pada balok keseluruhan
a) Berat sendiri balok pracetak
b) Berat plat keseluruhan (plat pracetak + topping off)
c) Beban berjalan (container 2 tumpukan)
d) Beban hidup ( container 2 tumpukan)
e) Beban benturan kapal
f) Beban tarikan kapal
g) Beban angin
h) Beban gempa
Kondisi yang diperhitungkan untuk elemen balok pracetak adalah
Dimana :
L = Panjang balok pracetak
q = Beban merata (t/m)
Momen Maksimum :
q
Lapangan : M (b 2 4a 2 )
8
1
Tumpuan : M q a 2
2
q
M1 = (b 2 4a 2 )
8
1
M2 = q a2
2
M1 = M2
ENGINEERING CONSULTANT
51
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
q 1
(b 2 4a 2 ) = q a 2
8 2
b 2 4a 2 = 4a 2
b 2 = 8a 2 b L 2a
(L 2a) 2 = 8a 2
8a 2 = L2 4 a L 4 a 2
= 4 a 4 a L L
2 2
Tipe B2
= 4 a 18a 20,25
2
= 0,92 m
Dimana :
L = Panjang balok pracetak
P = Beban pekerja
Momen maksimum :
Lapangan : tidak perlu ditinjau
Tumpuan : M = a.P
ENGINEERING CONSULTANT
52
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Momen maksimum :
q
Lapangan : M = 8 (b 4a )
2 2
1
Tumpuan : M = 2 q a
2
Momen maksimum :
1
Lapangan : M = 4 b P
Tumpuan : M = 0
1
Tumpuan : M = a.P 2 q a
2
Contoh Perhitungan :
ENGINEERING CONSULTANT
53
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ENGINEERING CONSULTANT
54
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
= 1,2(q2) 1,6(q3)
= 1,20,6 1,62,157 4,172t / m
2
1
qekuivalen = 2 Wu Lx
1
qekuivalen = 2 4,172 4,14
= 8,636 t/m
qtotal = qekuivalen + q1
= 8,636 1,92 10,556 t/m
0,1389
1 0,4240
(0,1389 0,1887)
0,1887
2 0,5760
(0,1389 0,1887)
0,1887
3 0,6
(0,1887 0,1415)
0,1415
4 0,4
(0,1887 0,1415)
ENGINEERING CONSULTANT
55
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
MA = 0
1 2 1
MB kiri = ql 10,554 5,4 2 38,469tm
8 8
1 2 1
MB kanan = MC kiri ql 10,554 5,3 2 24,705tm
12 12
1 2 1
MC kanan = ql 10,554 5,3 2 37,058tm
8 8
MD = 0
Dari hasil perhitungan diatas didapat bidang lintang dan bidang momen sebagi
berikut :
Bidang Lintang
ENGINEERING CONSULTANT
56
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Bidang Momen
d) Beban hidup yaitu beban container yang ditumpuk 2 dan diasumsikan merata
seluas dermaga.
Berat 1 container = 30,5 ton
Panjang container = 12,022 m
Lebar container = 2,352 m
2 30,5
Beban hidup = 2,157t / m 2
12,022 2,352
e) Beban benturan kapal = 5,964 tm
f) Beban tarikan kapal = 35 ton
g) Beban angin = 3,049 ton
h) Beban gempa
1. Faktor keutamaan struktur (I) dermaga = 1,4
2. Faktor jenis struktur (K) = 4
3. Faktor respon gempa rencana
ENGINEERING CONSULTANT
57
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
S = 0,21333 kg
cm 2
Tabel 3-3 Perhitungan kuat geser tanah
ENGINEERING CONSULTANT
58
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
S h 1166,6131
S ratarata n 1
0,26514 kg 2
18
4400 cm
h n 1
= 26,514 Kpa
T C T C
0 0.360 1.6 0.475
0.2 0.900 1.8 0.422
0.5 0.900 2 0.380
0.6 0.900 2.2 0.345
0.84 0.900 2.4 0.317
0.9 0.844 2.6 0.292
1 0.760 2.8 0.271
1.2 0.633 3 0.253
1.4 0.543
ENGINEERING CONSULTANT
59
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Mu fy
fy 1 0,588
bd f' c
2
400
2,813698 0,8 4001 0,588
50
ENGINEERING CONSULTANT
60
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
1,4 1,4
min = 0,0035
fy 400
= 6436,7426mm2
Maka tulangan yang digunakan adalah 14 D25 (As terpakai = 6436,7426mm2 ) Cek
terhadap jarak antar tepi terluar tulangan :
s
b 2p 2 jumlah tulangan D
Jumlah tulangan 1
=
800 2 100 2 12 14 25
14 1
= 17,38mm 25mm
penampang dengan jarak antar tepi > 25mm yang ditentukan sebagai berikut
n 1
b 2p 2 jumlah tulangan D
25
800 2 100 2 12 14 25
= 1+
25
= 10,04 diambil 10D25 (As = 4908,7 mm2)
Sisa tulangan tari sebanyak 4 buah ditempatkan pada lapisan kedua dengan
jarak antar tepi 158 mm.
Tulangan Lapangan
ENGINEERING CONSULTANT
61
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Mu 1328,32
2166,209 kN / m 2
b d 0,8 0,876
2 2
Mu fy
fy 1 0,588
bd f' c
2
400
2,166209 0,8 4001 0,588
50
1,4 1,4
min = 0,0035
fy 400
= 4902,7252mm2
Maka tulangan yang digunakan adalah 12 D25 (As terpakai = 5890,486mm2 ).Tetapi
di dalam pelaksanaannya menggunakan tulangan 14D25(As terpakai 6872,234mm2 )
untuk menyamakan tulangan tumpuan.
=
800 2 100 2 12 14 25
12 1
= 17,38mm 25mm
ENGINEERING CONSULTANT
62
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
= 1+
800 2 100 2 12 14 25
25
= 10,04 diambil 10D25 (As = 4908,7 mm2)
Sisa tulangan tari sebanyak 4 buah ditempatkan pada lapisan kedua dengan
jarak antar tepi 158 mm.
1317,79 10 3
= = 1,8826 Mpa
800 875
v c =
1
f'c
6
1
0,75 50 0,8839MPa
= 6
= 0,3711 Mpa
ENGINEERING CONSULTANT
63
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
v s max = 2
f'c =
2
50
3 3
= 4,714 Mpa
= 84,9334 mm
Vu = 2 1317,79 kN = 878,572 kN
3
Vu
vu =
bd
878,527 103
= = 1,255Mpa
800 875
v c =
1
f'c
6
1
0,75 50 0,8839MPa
= 6
= 0,3711 Mpa
v s max = 2
f'c =
2
50
3 3
= 4,714 Mpa
ENGINEERING CONSULTANT
64
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
= 228,5718 mm
ENGINEERING CONSULTANT
65
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
berat pekerja
c) Tahap Penginstallan Plat Pracetak
Berat sendiri plat pracetak
Berat topping off
Berat pekerja
2) Beban yang bekerja pada balok keseluruhan
a) Berat sendiri balok pracetak
b) Berat plat keseluruhan (plat pracetak + topping off)
c) Beban berjalan (container 2 tumpukan)
d) Beban hidup ( container 2 tumpukan
e) Beban benturan kapal
f) Beban tarikan kapal
g) Beban angin
h) Beban gempa
Tipe tipe pelat pracetak yang digunakan pada perencanaan dermaga terdiri dari
empat buah tipe pelat, yaitu
Pelat tipe P1, P2 dan P4
P1
a = 4140 2 400 2 100 = 3540 mm
b = 5300
2
600 100 = 2150 mm
ENGINEERING CONSULTANT
66
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
f=b+c = 2650 mm
g = panjang pelat yang menumpu balok = 100 mm
h = setengah lebar balok = 400 mm
P2
a = 4140 2 400 2 100 = 3540 mm
b = 4000 5300 600 100
2
= 850 mm
P3
a = 4140 2 400 2 100 = 3540 mm
b = 4100 5300
2
600 100 = 950 mm
Catatan : nilai d,e,g dan h untuk balok P2 dan P4 sama dengan balok P1
P3
a = 4140 2 400 2 100 = 3540 mm
ENGINEERING CONSULTANT
67
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
b = 5400 5300
2
500 100 = 2350 mm
P5
a = 4140 2 400 2 100 = 3540 mm
b = 1000 100 100 = 1200 mm
c = 250 100 = 150 mm
d = 4140 2 500 2 100 = 3340 mm
e = 600 500 = 100 mm
f=b+c = 1350 mm
g = panjang pelat yang menumpu balok = 100 mm
h = setengah lebar balok = 500 mm
ENGINEERING CONSULTANT
68
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Dimana :
L = Panjang balok pracetak
q = Beban merata (t/m)
Momen Maksimum :
q
Lapangan : M ( 4a 2 b 2 )
8
1
Tumpuan : M q a 2
2
(Stuctural Analysis, Aslam Kassimali, hal 160,
1999)
(
q = Ap beton
q
M1 = (b 2 4a 2 )
8
1
M2 = q a2
2
M1 = M2
q 1
(b 2 4a 2 ) = q a 2
8 2
b 2 4a 2 = 4a 2
b 2 = 8a 2 b L 2a
(L 2a) 2 = 8a 2
8a 2 = L2 4 a L 4 a 2
= 4 a 4 a L L
2 2
ENGINEERING CONSULTANT
69
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Lx = 3,54 m = 4 a 2 4 a 3,54 3,54 2
= 4 a 2 14,16 a 12,532
ax = 0,73 m
Ly = 2,65 m = 4 a 2 4 a 2,65 2,65 2
= 4 a 10,6 a 7,02
2
ay = 0,55 m
q = Apelat beton
ENGINEERING CONSULTANT
70
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
2. Pelat tipe P2
1 1
P 4 ql 4 12,74 135
y 278,688 kg/cm2
As As 2,01062
3. Pelat tipe P3
1 1
P 4 ql 4 12,74 235
y 364,484 kg/cm2
As As 2,01062
4. Pelat tipe P4
1 1
P 4 ql 4 12,74 145
y 294,613 kg/cm2
As As 2,01062
5. Pelat tipe P5
1 1
P 4 ql 4 12,74 160
y 254,800 kg/cm2
As As 2,01062
Dimana :
L = panjang pelat pracetak
P = beban pekerja
ENGINEERING CONSULTANT
71
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Lapangan : M =
q 2
8
b 4a 2
1
Tumpuan : M = q a2
2
Momen maksimum :
1
Lapangan : M = b P
4
Tumpuan : M = 0
ENGINEERING CONSULTANT
72
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
= 0,412 tm
Tabel 3-6 Momen Penumpukan Pelat
ln 0,8 fy
ln 0,8 fy
1500 1500
h mak h min
36 36 9
ly = 3540 mm
lx = 2650 mm
ly 3540
1,3358 3 (two way slab)
lx 2650
3540 0,8 400
1500 116,113 mm
hmin
36 9 1,3358
3540 0,8 400
1500 154,8889 mm
hmak
36
Tebal pelat pracetak untuk tipe P1 diambil 150 mm
ENGINEERING CONSULTANT
73
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Perhitungan h mak dan h min pada pelat tipe yang lain disajikan pada tabel di bawah
ini :
Tabel 3-7 Tipe dan Ukuran Pelat Pracetak
Beban mati :
Pada pelat yang menahan dua arah dengan terjepit pada kedua sisinya bekerja
empat macam momen yaitu :
a) Momen lapangan arah x (Mlx)
b) Momen lapangan arah y (Mly)
c) Momen tumpuan arah y (Mty)
d) Momen jepit tak terduga arah x (Mtix)
ENGINEERING CONSULTANT
74
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ENGINEERING CONSULTANT
75
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Contoh perhitungan tulangan lapangan arah x pada pelat pracetak tipe P1:
Tebal pelat (h) = 150 mm
Penutup beton = 50 mm
Diameter tulangan utama arah x dan arah y rencana () = 25 mm
Tinggi efektif arah x (dx) = h p 0,5x = 150 50 12,5 = 87,5 mm
Tinggi efektif arah y (dy) = h p 0,5x = 150 50 -25 12,5 = 62,5 mm
Mu 5,5606
726,2804
b d 1 0,0875
2 2
kN/m2
Mu fy
fy 1 0,588
bd f' c
2
400
0,7262804 0,8 4001 0,588
50
0,7262804 320 1505,28 2
Dengan rumus abc didapatkan nilai = 0,00229
Luas tulangan yang dibutuhkan (As) = min b d 106
= 0,0035 1 0,0875 106
= 306,25 mm2
ENGINEERING CONSULTANT
76
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Mu Mu/bd2 As
Tipe koef. (kNm) d (m) (kN/m2) min max (mm2) Tulangan
ENGINEERING CONSULTANT
77
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ly = 16 mm
lx = 4,14 mm
ly 16
3,865 3 (two way slab)
lx 4,14
hmin
16000 0,8 400
1500 241,113 mm
36 9 3,865
hmak
16000 0,8 400
1500 474,074 mm
36
Tebal pelat sesungguhnya diambil 150 mm
ENGINEERING CONSULTANT
78
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
k1 = 1 0,75 0,1812
4,14
1
k3 = 0,75 0,2415
4,14
MA = 0
1 2 1
MB kiri = ql 7,558 4,14 2 16,193 tm
8 8
ENGINEERING CONSULTANT
79
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
1 2 1
MB kanan = MC kiri ql 7,558 4,14 2 10,795 tm
12 12
1 2 1
MC kanan = ql 7,558 4,14 2 16,193 tm
8 8
MD =0
Dari hasil perhitungan diatas didapat bidang lintang dan bidang momen sebagi
berikut :
Bidang Lintang
Bintang Momen
ENGINEERING CONSULTANT
80
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
c) Perhitungan Tulangan
ENGINEERING CONSULTANT
81
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Mu fy
fy 1 0,588
bd f' c
2
400
10,8051911 0,8 4001 0,588
50
1,4 1,4
min = 0,0035
fy 400
= 0,0406 1 0,1875 10 6
= 7620,117 mm2
Mu1 fy 25 diameter
fy 1 0,588 0,8 2 fy
bd f' c
2
d
Mu 1 400
0,0327 0,8 4001 0,588 0,0327
1000 0,1875 50
2
25 25
0,8 0,0164 400
187,5
ENGINEERING CONSULTANT
82
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
135,7742 10 6
=
0,8 400 187 110
= 5474,7661 mm2
Digunakan tulangan tekan 25-60 (As terpasang = 8181,2 mm2)
Mu fy
fy 1 0,588
bd f' c
2
400
6,3142817 0,8 4001 0,588
50
ENGINEERING CONSULTANT
83
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
1,4 1,4
min = 0,0035
fy 400
= 0,02201 1 0,169 10 6
= 3719,89 mm2
ENGINEERING CONSULTANT
84
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ENGINEERING CONSULTANT
85
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Q
P
54,35
54,35 t / m 3
A pile cap 1,0 1,0
M ult 1,5 M
= 16,985 kgcm
q1 q
Mult
bh 2 Ko ' bk
2
q1 q
16,98547972
100 100 2 2 0,5 356,901
q1 q
16,98547972
100 100 2 2 0,5 356,901
q1 q 0,00000004759
0
q 2 q 0,00000004759
Diperoleh :
q1 = 0,99999995241 1 > qmin
q2 = 0,00000004759 < qmin
= 45,609375 cm 2
ENGINEERING CONSULTANT
86
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
= 4560,9375 mm 2
82,657656 ton
Vu 1,15 82,657656 2
190,11261 ton
189,11047 ton
Vu sebenarnya
Vu
bd
189,1104659
189,11047 ton / m 2
1,0 1,0
Karena,
u v
1,328 Mpa 0,5 Mpa
Tulangan tekan
A' 20% A
20% 45,609375
9,121875 cm 2
912,1875 mm 2
ENGINEERING CONSULTANT
87
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Diketahui :
P = beban gantry crane ( dalam 1 meter panjang terdapat 2 buah beban sumbu
gantry crane dengan masing masing beban sumbu sebesar 24 ton)
= 2 x 21 ton
= 48 ton
q = beban merata peti kemas (dianggap peti kemas ditumpuk merata 2 lapis)
= (berat 2 buah peti kemas) / lebar peti kemas
= (2 x 30,5 ton) / 2, 44
= 25 ton/m
Ukuran tiang pancang yang digunakan adalah tiang denggan diameter 40 cm.
ENGINEERING CONSULTANT
88
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Gaya vertikal :
V = 102,744 + 825 + 96
= 1023,744 ton
Gaya horisontal
H = benturan kapl +gaya akibat angin + tarikan pada bollard
= -5,964 + (-3,049) + 35
= 225,993 ton
Lebar balok melintang adalah 0,8 m dan jarak antara balok melintang adalah 4,14m
ENGINEERING CONSULTANT
89
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Gaya vertikal yang bekerja untuk tiap dihitung dengan rumus sebagai berikut :
V
p =
n
4238,3
p = = 264,894 ton
16
Gaya dukung tiang dihitung terhadap gesekan dan terhadap ujung bawah pondasi.
1. Kapasitas gaya dukung tanah di bawah ujung pondasi
Qb Pd Nq Ab
Ab r 2 3,14 0,2 2 r = 0,2 m
0,1256 m2
Pd z
1,401 44 m
61,644
Nq 12,7
Qb 61,644 12,7 0,1256
98,330 ton
2. Kapasitas gaya dukung dari gaya gesekan tiang pancang dengan tanah.
1
Qs Ks Pd tan As
2
Ks 1
Pd z
61,644 m
3
25 18,75
4
As d z Luas permukaan tiang yang menerima gesekan
3,14 0,4 44
55,264 m2
1
Qs 1 61 644 tan 18,75 55,264
2
578,208 ton
Qtotal 98,330 578,208
676,538 264,894 ton.............................. (OK)
ENGINEERING CONSULTANT
90
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Gaya horisontal tersebut lebih besar dari gaya dukung yang diijinkan tiang. Untuk
bisa menahan gaya horisontal tersebut maka pada tiang tiang yang menerima gaya
horisontal (tiang 14,15 dan 16) dipancang miring dengan kemiringan sebagai berikut:
Tiang 14, 15 dan 16 dibuat miring 1 : 7
Tabel 3-10 Proyeksi Vertikal dan Horisontal dari Gaya Dukung Tiang Miring
Diketahui :
Mu = 223,879 tm
Pu = 252,688 ton
Vu = 109,821 ton
ENGINEERING CONSULTANT
91
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
D = 0,4 m
a = 0,075 m
H = 0,88 D
= 0,88 . 0,4 = 0,352 m
d = 0,88 a
= 0,88 . 0,075 = 0,066 m
D1 = D - 2a
= 0,4 2 . 0,075 = 0,25 m
H1 = H - 2d
d = H d
= 0,352 0,066 = 0,286 m
d 0,286 m 28,6 cm
6000 28,6
ab 0.85 14,59 cm
6000 4000
Digunakan tulangan 12D25 (5890,48 mm2)
ENGINEERING CONSULTANT
92
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
5890,48
As As' 2945,24 mm 29,45 cm2
2
Pb 425 35,2 14,59 4000 (29,45 29,45) 218266,4 kg
14,59
Mb 425 35,2 14,59 28,6 4000 29,45 28,6 6,6
2
7241765,652 Kgcm
Mb 7241765,652
eb 33,18 cm
Pb 218266,4
Pu 252688 kg
Mu 22387900 kgcm
Mu 22387900
e 88,60 cm > eb
Pu 252688
Jadi yang menentukan adalah keruntuhan tarik
Persamaan gaya tahan nominal untuk kolom bundar dengan keruntuhan tarik
0,85 e 2
m D1 0,85 e
Pn 0,85f ' c D
2
0,38 0,38
D 2,5D D
5890,48
14 400 0,047
2
fy 4000
m 9,41 cm
RL 425
0,85 886 2
0,04 9,41 25 0,85 88,6
Pn 0,85 500 40 2
0,38 0,38
40 2,5 40 40
D1 25 432640 kg
Pn 0,6 432640 259584 Pu ..........................(OK)
Dipakai jumlah tulangan 12D25
Menurut SKSNI T-15-1991-03 pasal 3.3.9 halaman 26, rasio tulangan memanjang
dibatasi antara 0,01-0,08 luas penampang bruto.
Dicoba tulangan 12D25 dengan luas 5890,48 mm2
5890,48
14 400 0,047 0,01 < < 0,08..........................(OK)
2
ENGINEERING CONSULTANT
93
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Vu 109,821ton 1098210 N
Vu 1098210
Vn 1830350 N
0,6
Menurut SKSNI T-15-1991-03 pasal 3.16.10.5 halaman 154 jarak minimum sengkang:
16 x tulangan longitudinal = 16 x 25 = 400 mm
48 x tulangan sengkang = 48 x 20 = 960 mm
ukuran terkecil penampang = 400 mm
jarak maksimum sengkang 150 mm
Dari ketentuan di atas dicoba sengkang 20 150 (2094 mm)
d
Vs Av fy
s
286
2094 400 1597024 N
150
Vn Vc Vs 121015,95 1597024 1718039,95 N
Vn 0,6 1718039,95 1130823,97 N > Vu 1098210 N.............................(OK)
3.9.1 Umum
Komponen struktur yang seluruh atau sebagiannya terbuat dari komposit boleh
digunakan untuk menahan geser dan momen. Masing-masing elemen harus diperiksa
terhadap semua tahapan kritis pembebanan. Jika kekuatan yang disyaratkan, berat
satuan, atau sifat lain dari berbagai elemen berbeda, maka sifat masing masing
elemen atau nilai-nilai yang paling kritis harus digunakan dalam desain. Dalam
perhitungan kekuatan komponen struktur komposit, tidak ada perbedaan yang
harus dibuat antara komponen struktur yang ditopang dan yang tidak ditopang.
Semua elemen harus didesain untuk menahan semua beban yang bekerja sebelum
pengembangan penuh kekuatan desain komponen struktur komposit tercapai.
Tulangan harus disediakan sesuai dengan yang diperlukan untuk mengendalikan
retak dan untuk mencegah pemisahan dari masing-masing elemen dari komponen
struktur komposit. Komponen struktur komposit harus memenuhi persyaratan untuk
mengendalikan lendutan sesuai dengan 5.2.7.1.
ENGINEERING CONSULTANT
94
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
3.9.2 Penopangan
Bila digunakan, penopang tidak boleh dibongkar hingga elemen yang ditopang telah
mencapai sifat desain yang diperlukan untuk memikul semua beban dan membatasi
lendutan dan keretakan pada saat pembongkaran sistem penopang.
3.9.3 Konstruksi komposit
Tabel 3-11 Tebal minimum balok non-prategang atau pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung
Tebal
minimum, h
Tertumpu Satu ujung Kedua ujung
Kantilever
sederhana menerus menerus
Komponen
Komponen struktur tidak mendukung atau tidak dihubungkan
struktur
dengan partisi atau konstruksi lainnya yang mungkin rusak
oleh lendutan yang besar
Pelat massif
l /20 l /24 l /28 l /10
satu arah
Balok atau
pelat
l /16 l /18,5 l /21 l /8
berusuk
satu- arah
CATATAN:
Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan
beton normal dan tulangan mutu 420.
Untuk kondisi lain, nilai di atas harus dimodifikasikan sebagai berikut.
a) Untuk struktur beton ringan dengan densitas wc antara 1440 kg/m3 dan 1840
kg/m3, nilai harus dikalikan dengan (1,65 0,0003wc), tapi tidak kurang dari 1,09.
b) Untuk fy selain 420 MPa, nilai harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700)
Tabel 3-12 Lendutan Maksimum Terhitung yang Diijinkan
ENGINEERING CONSULTANT
95
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
dengan ' adalah nilai pada tengah bentang untuk balok sederhana dan balok
menerus, dan nilai pada tumpuan untuk balok kantilever. Faktor konstanta
ketergantungan waktu untuk beban tetap harus diambil sebesar:
Pada komponen struktur komposit, harus dapat dijamin transfer penuh gaya geser
horisontal secara penuh pada permukaan kontak dari elemen-elemen yang
dihubungkan. Untuk ketentuan kekuatan geser horisontal, d diambil sebagai jarak dari
serat tekan terluar untuk penampang komposit keseluruhan ke titik berat tulangan tarik
longitudinal prategang dan non-prategang, tetapi tidak perlu diambil lebih kecil dari
0,80h untuk komponen struktur beton prategang.
Desain penampang melintang yang menahan geser horisontal harus didasarkan pada
Vu Vnh, dimana Vnh adalah kekuatan geser horisontal nominal. Bila permukaan
kontak bersih, bebas dari serpihan, dan secara sengaja dikasarkan, maka Vnh tidak
boleh diambil lebih besar dari 0,55 bv d. Bila dipasang sengkang pengikat minimum,
ENGINEERING CONSULTANT
96
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
dan permukaan kontak bersih serta bebas dari serpihan, tetapi tidak dikasarkan, maka
Vnh tidak boleh diambil lebih besar dari 0,55 bvd.
3.9.6 Sengkang pengikat untuk geser horisontal
Bila sengkang pengikat dipasang untuk menyalurkan geser horisontal, maka luas
sengkang pengikat tidak boleh kurang daripada luas yang diperlukan, dan spasi
sengkang pengikat tidak boleh melebihi empat kali dimensi terkecil elemen yang
didukung, ataupun 600 mm. Jika tulangan geser disyaratkan dimana torsi yang dapat
diabaikan, Av,min harus dihitung dengan:
Luas tulangan geser minimum, Av,min , harus diberikan pada semua komponen
struktur lentur beton bertulang (prategang dan non-prategang) di mana Vu melebihi
0,5Vc, kecuali pada komponen struktur yang memenuhi satu atau lebih dari
persyaratan berikut:
(a) Pelat padat;
(b) Unit inti-berongga dengan total kedalaman tanpa topping tidak lebih besar dari 315
mm dan unit inti-berongga di mana Vu tidak lebih besar dari 0,5Vcw ;
(c) Konstruksi beton berusuk;
(d) Balok dengan h tidak lebih besar dari 250 mm;
(e) Integral balok dengan pelat h tidak lebih besar dari 600 mm dan tidak lebih besar
dari nilai terbesar antara 2,5 kali tebal sayap, dan 0,5 kali lebar badan;
(f) Balok yang dibangun dari tulangan-serat baja, beton normal dengan fc' yang tidak
melebihi 40 MPa, h tidak lebih besar dari 600 mm, dan Vu tidak lebih besar dari
0,17 bw d. Sengkang pengikat untuk geser horisontal harus terdiri dari batang-
batang tulangan atau kawat tunggal, sengkang berkaki banyak, atau kaki vertikal dari
tulangan kawat dilas. Semua sengkang pengikat harus diangkurkan sepenuhnya ke
dalam elemen-elemen yang saling dihubungkan.
ENGINEERING CONSULTANT
97
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
4.1.1 Umum
Sw Rw = Kapasitas Ultimate
SF
Tegangan kerja
Deformasi permanen
Vibrasi
Korosi, retak dan fatik
Kombinasi pembebanan yag dipilih, baik kondisi batas maupun layan seharusnya
mengikuti kombinasi pembebanan BMS atau SNI Pembebanan.
Tegangan Izin Tekan Pada Kondisi Beban Smentara Atau Kondisi Transfer Gaya
Prategang
Tegangan tekan izin penampang beton, Ci 0.60 fci
Dimana, fci adalah kuat tekan beton initial pada saat transfer gaya prategang.
ENGINEERING CONSULTANT
98
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ENGINEERING CONSULTANT
99
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Sekalipun dalam beton prategang efek tekan dan tarik pada kasus sederhana dapat
dimengerti, namun penting untuk membuat perjanjian tanda untuk menghindari
kesalahan dalam analisis yang kompleks dan sistematis. Hal ini juga penting
khususnya bila kita menganalisis dengan bantuan komputer. Perjanjian tanda dalam
manual ini secara umum sebagai berikut:
Tegangan:
Tanda (+) untuk tegangan tarik
Tanda (-) negatif untuk tegangan tekan
Momen:
Persamaan tegangan pada serat atas dan bawah penampang berkaitan dengan
momen lentur dan gaya prategang untuk balok di atas perletakan sederhana dapat
dituliskan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4-1 Variasi Persamaan Tegangan yang Disebabkan Oleh Momen dan Gaya Prategang
Serat
Pengaruh dari Persamaan tegangan
atas/bawah
Momen Positif, M Atas M yt M M yt M
a
I St Ac r 2
Ac k b
Bawah M yb M M yb M
b
I S b Ac r 2
Ac k t
ENGINEERING CONSULTANT
100
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Kondisi awal:
Pi Pi e0 yt M min yt
a ti
Ac I I
Pi Pi e0 yb M min yt
b ci
Ac I I
Kondisi layan:
P P e0 yt M max yt
a cs
Ac I I
P P e0 yb M max yt
b ts
Ac I I
Keterangan:
ENGINEERING CONSULTANT
101
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Mmin = momen maksimum yang bekerja pada kondisi awal, biasanya momen akibat
berat sendiri balok pada saat transfer
Mmax = momen total maksimum yang bekerja pada kondisi akhir atau layan
Sebelum momen luar bekerja, gaya tekan penampang beton C besarnya sama
dengan gaya pratekannya P dan garis kerjanya sama dengan P. Bila momen luar
sudah bekerja diagram tegangan menjadi seperti ditunjukan pada gambar dibawah
ini. Hasil superposisi diagram tegangan akibat prategang dan diagram tegangan
akibat momen luar menjadi seperti berikut.
Gaya C terhadap garis berat penampang adalah ec yang dapat dihitung sebagai
berikut:
Ec = e0 (M/P)
Untuk statis tertentu, nilai ec = e0 bila tak ada beban luar bekerja. Namun tidak
demikian pada statis tak tentu.
Central kern adalah daerah sepanjang balok prategang dimana gaya aksial tekan
tidak akan menyebabkan tegangan tarik di serat atas maupun bawah. Hal ini terjadi
bila garis kerja C berada pada kt dan kb.
ENGINEERING CONSULTANT
102
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Sedangkan limit kern adalah daerah sepanjang balok dimana gaya aksial tekan tidak
akan menyebabkan tegangan yang melebihi tegangan izinnya (baik tarik maupun
tekan).
Limit kern diperoleh dari pertidaksamaan tegangan,
Daerah aman kabel adalah daerah sepanjang balok dimana bila kabel ditempatkan
pada daerah tersebut tidak akan menyebabkan terjadinya tegangan yang melebihi
tegangan izinnya (baik tekan maupun tarik).
ENGINEERING CONSULTANT
103
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ENGINEERING CONSULTANT
104
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
a.Desain normal
b. Desain optimum
c. Penampang tidak kuat
Dalam perencanaan, besarnya defleksi ke atas dan ke bawah harus diperiksa dan
dibatasi agar tidak melampaui batas defleksi yang diijinkan.
Tabel 4-2 Batasan Defleksi Berdasarkan BMS
Untuk elemen beton prategang yang belum retak, defleksi dan camber dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan elastis pada tabel berikut:
Tabel 4-3 Defleksi akibat pembebanan dan gaya prategang pada balok sederhana
ENGINEERING CONSULTANT
105
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Tabel 4-4 Defleksi akibat pembebanan gaya prategang pada balok kantilever
ENGINEERING CONSULTANT
106
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Pengaruh jangka pangjang akibat rangkak dan susut pada estimasi camber dan
defleksi dapat diperhitungkan dengan menerapkan faktor pengali pada tabel berikut:
Tabel 4-5 Faktor pengali untuk perhitungan camber dan defleksi jangka panjang
4.2.1 Umum
ENGINEERING CONSULTANT
107
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Berbeda dengan analisis yang harus sesuai benar dengan kondisi penampang yang
ada, mendisain sebuah elemen lentur beton prategang berarti menentukan jumlah
kabel prategang, profile kabel prategang, memeriksa kapasitas momen lentur dan
geser, tegangan end-block yang bersifat trial and error berbentuk siklus sampai
semua persyaratan lentur dan geser terpenuhi.
ENGINEERING CONSULTANT
108
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Kekuatan batas nominal lentur adalah kekuatan penampang beton dalam menahan
kombinasi beban terfaktor (beban ultimate).
Prinsip dan teori perencanaan beton prategang dalam PBKT pada dasarnya sama
dengan beton bertulang bila mana momen lentur yang terjadi melebihi momen
retaknya Mcr dan momen layan total MT. Sama halnya dengan beton bertulang, filosofi
perencanaan mensyaratkan bahwa elemen struktur beton tidak mengalami
keruntuhan sebelum kapasitas rencana tercapai, dan juga mensyaratkan elemen
struktur tersebut mempunyai daktilitas yang cukup sebelum runtuh.
Pada saat beban ultimate tercapai, teganan aktual beton non linear yang berbentuk
parabolik menurut peraturan RSNI T-12-2004 dapat diidealisasi menjadi persegi
dengan besar tegangan cu = 0.85 fc dan tinggi balok tekan, a = 1c.
ENGINEERING CONSULTANT
109
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
M U CI TI
Momen nominal dihasilkan dari kopel gaya-gaya internal horizontal sebagai berikut :
Mu CI TI
Mn A ps f ps (d p a / 2) As f y (d a / 2) A' s f y (a / 2 d ' )
ENGINEERING CONSULTANT
110
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Momen nominal dihasilkan dari kopel gaya-gaya internal horizontal sebagai beriktu:
Mu CI TI
Mn A ps f ps (d p a / 2) As f y (d d p ) 0.85 f ' c(b f bw )h f (d p h f / 2)
Penampang Komposit
Tegangan nominal baja tulangan prategang pada saat penampang mencapai kondisi
ultimate (runtuh), fps dapat ditentukan sebagai berikut:
Pe
a) Prosedur kompabilitas regangan jika f pe 0.50 f pu
A ps
ENGINEERING CONSULTANT
111
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Tahap (a) pada gambar diatas menunjukan regangan elasaatik beton akibat
gaya prategang efektif pada kondisi momen eksternal nol. Regangan dalam
beton pada level tulangan adalah sebagai berikut:
1 Pe Pe e
2
ce
E c A I
Dimana A adalah luasan penampang beton dan I adalah momen inersia
penampang beton. Tegangan dan regangan efektif dalam tulangan prategang
pada saat beban layan adalah:
P f pe
f pe e dan pe
Ap Ep
Tahap (b) menunjukan distribusi regangan beton di level prategang pada saat
bekerja momen yang cukup untuk dekompresi beton. Besarnya regangan
sama dengan tahap (a) plus peningkatan regangan tarik sebesar ce .
Tahap (c) pada gambar diatas berhubungan dengan kondisi beban ultimate
(runtuh). Regangan dalam beton pada level tulangan pt dapat ditentukan
dengan variabel regangan tekan serat terluar beton sebesar cu dan tinggi
garis netral c sebagai berikut :
dp c
pt cu
c
Dengan demikian, regangan total dalam tendon prategang pada kondisi beban
ultimate (runtuh) dapat diperoleh sebagai berikut:
pu pe ce pt
ENGINEERING CONSULTANT
112
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Bila regangan dalam tendo prategang pada kondisi runtuh pu diketahui maka
tegangan dalam tendon prategang pada kondisi runtuh juga dapat diperoleh
dari grafik tegangan regangan pada gambar dibawah ini :
Gambar 4-14 Kurva tegangan-regangan 7 wire stress relieved dan low relaxation
Pe
b) Prosedur pendekatan empirik jika f pe 0.50 f pu
A ps
Prosedur ini secara umum lebih konservatif dan dapat digunakan sebagai
pengganti perhitungan tegangan yang lebih akurat berdasarkan kompabilitas
regangan.
Bonded tendon:
p f
f ps f pu 1 p pu d '
1 f 'c d p
Unbonded tendon
Jika rasio bentang terhadap tinggi penampang 35
f ps f pe 70 f ' c /(100 p )
Jika rasio bentang terhadap tinggi penampang > 35
ENGINEERING CONSULTANT
113
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
f ps f pe 70 f ' c /(300 p )
Dimana:
= indeks tulangan baja konvensional tarik, f y / f ' c
' = indeks tulangan baja konvensional tekan, ' ' f y / f ' c
p = indeks tulangan baja konvensional tekan, p p f ps / f ' c
= rasio tulangan tarik non prategang terhadap luas penampang beton.
' = rasio tulangan tekan terhadap luas penampang beton.
p = rasio tulangan prategang terhadap luas penampang beton
f pe = tegangan efektif prategang (setelah losses), MPa
f pu = kuat tarik baja prategang, MPa
Pe = Gaya prategang efektif (setelah losses), N
A ps = luas tulangan prategang, mm2
Preliminari DesainUltimate
Untuk penyederhanaan, asumsikan:
Hanya ada tulangan prategang saja, tanpa tulangan baja biasa.
Lengan momen, jd = 0.8h
Maka luas tulangan prategang untuk preliminari (desain awal) dapat diperoleh dari
kebutuhan tegangan final atau kebutuhan momen rencana ultimate, Mn sebagai
berikut:
Mn
A ps
0.72 f pu h
Jika tinggi blok tekan beton a sama dengan tinggi flens hf, maka luas tekan beton:
A' c ba
T f ps A ps M n /( 0.8h)
Dari persamaan keseimbangan gaya C=T, maka luas tekan flens adalah:
ENGINEERING CONSULTANT
114
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Mn Mn
Ac '
0.8h 0.85 f ' c 0.68h f ' c
ENGINEERING CONSULTANT
115
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ENGINEERING CONSULTANT
116
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Aturan perencanaan ini berlaku untuk balok prategang yang mengalami geser Vu,
momen lentur Mu dan aksila Pu atau yang mengalami geser Vu, momen lentur Mu,
aksial Pu dan puntir Tu, dengan ketentuan memenuhi persyaratan untuk puntir juga.
Analisis geser balok harus dilakukan dengan cara perencanaan berdasarkan beban
dan kekuatan terfaktor (PBKT).
Pada balok yang tidak prismatis atau tinggi penampangnya bervariasi, perhitungan
kekuatan geser harus memperhitungkan komponen gaya tarik atau tekan miring
akibat adanya variasi tinggi penampang.
Kekuatan geser batas nominal Vn, tidak boleh diambil lebih besar dari jumlah kekuatan
geser yang disumbangkan oleh beton dan tulangan geser dalam penampang
komponen struktur yang ditinjau, yaitu :
Vn Vc Vs
Kekuatan geser batas beton Vc tanpa memperhitungkan adanya tulangan geser, tidak
boleh diambil melebihi dari nilai terkecil yang diperoleh dari 2 kondisi retak, yaitu retak
geser terlentur (Vci) dan retak geser badan (Vcw), kecuali jika penampang yang ditinjau
mengalami retak akibat lentur, dimana dalam kondisi tersebut hanya kondisi retak
geser terlentur yang berlaku.
a. Kondisi retak geser terlentur
Kuat geser Vci harus dihitung dari:
fc' V M cr
Vci bw d Vd u
20 M u
Dimana,
fc'
Mcr = Zb f pe f a = momen retak dikurangi momen berat sendiri
2
Vu = VuDL + VuSDL = geser total dikurangi geser berat sendiri
Mu = MuDL + MuSDL= momen total dikurangi momen berat sendiri
Zb = I / yb
fc'
Tetapi Vci tidak perlu diambil kurang dari bW d
2
b. Kondisi retak geser bagian badan
VCW = Vt + Vp
Dimana,
ENGINEERING CONSULTANT
117
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Sumbangan tulangan geser tegak dan miring terhadap kekuatan geser batas, V s,
ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
a. Untuk tulangan geser tegak lurus
AV f y d
VS
s
b. Untuk tulangan geser miring
AV f y (sin cos )d
VS
s
Dimana menyatakan besarnya sudut antara sengkang miring dan sumbu
longitudinal komponen struktur, dan d adalah jarak dari serat tekan terluar terhadap
titik berat tulangan tarik longitudinal, tapi tidak perlu diambil kurang dari 0.8h. Dalam
segala hal Vs tidak boleh melebihi (2 fc / 3)bV d .
Kekucatan geser rencana harus diambil sebesar Vn, di mana kuat geser batas Vn,
dan adalah faktor reduksi kekuatan.
Untuk memenuhi syarat keamanan geser, kuat geser rencana harus diambil tidak
lebih kecil dari gaya geser batas (ultimit, atau gaya geser rencana terfaktor). V u pada
penampang yang ditinjau akibat kombinasi pembebanan luar yang paling berbahaya.
ENGINEERING CONSULTANT
118
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Vn Vu
Gaya geser batas atau gaya geser rencana terfaktor V u dihitung dengan
menggunakan beban rencana batas seperti yang ditentukan pada peraturan
pembebanan. Gaya geser maksimum di dekat tumpuan harus diambil sebagai gaya
geser pada:
a. Jarak h/2 dari muka tumpuan, jika tidak ada beban terpusat bekerja antara
muka dan tumpuan dan lokasi sejauh jarak tersebut, atau
b. Muka tumpuan, jika retak diagonal akibat geser mungkin terjadi pada tumpuan
atau berlanjut sampai pada tumpuan.
Persyaratan untuk tulangan geser berikut ini harus diterapkan dalam perencanaan
geser:
Jika gaya geser rencana terfaktor Vu tidak melebihi kekuatan geser rencana balok
dengan tulangan geser minimu, Vu Vn.min, maka hanya perlu dipasang tulangan
geser minimum.
Syarat pemasangan tulangan geser minimum ini pada balok bisa diabaikan jika V u
Vc dan tinggi total komponen struktur tidak melebihi nilai terbesar dari 250 mm dan
setengah lebar badan.
Ketentuan mengenai tulangan geser minimum ini dapat diabaikan bila menurut
pengujian yang mensimulasikan pengaruh perbedaan penurunan, susut, rangkak dan
perubahan suhu yang mungkin terjadi selama masa layan, komponen dapat
mengembangkan kuat lentur dan geser nominal yang diperlukan.
Jika Vu > Vn.min, maka harus dipasang tulangan geser dengan kuat geser batas V s.
Jika gaya prategang lebih besar dari gaya geser rencana, V p > Vu, maka gaya geser
rencana semula harus dimodifikasi menjadi Vu = 1.2 Vp Vu awal dan perhitungan
selanjutnya Vp dianggap nol.
ENGINEERING CONSULTANT
119
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ENGINEERING CONSULTANT
120
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ENGINEERING CONSULTANT
121
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
sengkang vertikal jika diperlukan kontrol terhadap retak vertikal dan horizontal.
Sengkang ini ditempatkan sebagai tulangan pencegah pengelupasan di sepanjang
0.25 kali tinggi (lebar) komponen dari muka ujung. Tulangan harus direncanakan
untuk menyalurkan tegangan sebesar 150 MPa.
ENGINEERING CONSULTANT
122
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Secara umum kehilangan prategang dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai
berikut:
1. Friksi (pasca-tarik saja)
2. Slip pengangkuran (Anchourage-seating)
3. Perpendekan elastik beton (Elastic-shortening)
4. Rangkak
5. Susut
6. Relaxation
Adapun penjelasan semua jenis kehilangan prategang ini dapat dijelaskan pada
subbab selanjutnya.
Kehilangan tegangan akibat friksi antara tendon dan selongsong beton sekitarnya
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
f 0 f x e ( KL )
(CL.5.9.5.2.2.AASHTO-2004)
Dimana:
ENGINEERING CONSULTANT
123
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ENGINEERING CONSULTANT
124
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Contoh Perhitungan
Diketahui :
Jumlah titik analisis np = 7
Jumlah bentang nb = 2
Panjang Bentang Sb = 48 m Sb1 = 42 m
(bentang pertama) (bentang kedua)
Material
Kabel Prategang
Jenis prategang Post = Ya (Post-tension)
Jenis baja Low_relax = Ya
Tegangan putus fpu = 1860 MPa
Tegangan saat jack fpj = 0,75.fpu
Fpj = 1.395 x 103 MPa (maks.)
Tegangan leleh fpy = 0,85.fpu
fpy = 1581 Mpa
Modulus elastisitas Eps = 195000 Mpa
Koefisien friksi 0,15 (panjang frame < 180 m)
1
Koefisien wobble K = 0,00066
m
Lx = jarak dari ujung penarikan kabel
Layout kabel
terhadap titik yang ditinjau
Lx0 = 0 Yp0 = 1,05 Yp = elevasi kabel terhadap serat
Lx1 = 19,2 Yp1 = 0,305 terbawah penampang.
Lx2 = 43,2 Yp2 = 1,32
Lx3 = 48 Yp3 = 1,52
ENGINEERING CONSULTANT
125
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
=
Segmen Y (m) L (m) = 2 (y/L)
AB 0,745 19,200 0,078
BC 1,015 24,000 0,085
CD 0,200 4,800 0,083
DE 0,200 4,200 0,095
EF 1,015 21,000 0,097
FG 0,745 16,800 0,089
ENGINEERING CONSULTANT
126
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
fpj f f
MPa (MPa)
Kehilangan prategang yang disebabkan oleh slipnya baji-baji pada angkur saat gaya
jacking ditransfer pada angkur. Besarnya slip angkur tergantung pada angkur saat
gaya jacking ditransfer pada angkur. Besarnya slip angkur tergantung pada sistem
prategang yang digunakan, nilainya bervariasi antara 3 10 mm. Nilai slip angkur 6
mm dapat diasumsikan dalam perhitungan untuk pendekatan (CL. 5.9.5.2.1.
AASHTO-2004)
Kehilangan prategang yang terjadi akibat slip angkur dapat ditentukan dengan
pendekatan rumus sebagai berikut:
2d x
f A
L
ENGINEERING CONSULTANT
127
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
E (L) L
x
d
Dimana:
Contoh Perhitungan :
Diketahui :
Modulus elatisitas kabel Eps = 195000 MPa
Besarnya selip pada angkur L 0,0095 m
Jarak ke titik yang diketahui L = L0 + L1 L= 43,2 m
Kehilangan akibat friksi sejarak L d = f f 2 d = 71,789 MPa
2d x
fa fa 110,975 Mpa
L
Langkah 3 Check tegangan pada posisi angkur setelah slip (tegangan
harus kurang dari 0,7 fpu)
fp fpj fa
fp 1284,025 Mpa < 0,7fpu 1,302 10 3 Mpa . OK !
ENGINEERING CONSULTANT
128
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
fpt fa
MPa Mpa
Beton menjadi lebih pendek bila gaya prategang diaplikasikan. Bersamaan dengan
pemendekan itu tendon yang tertanam dalam beton tersebut kehilangan sebagian
gaya yang dibawanya.
Untuk beton prategang pasca-tarik kehilangan akibat pemendekan beton tidak ada
bila beton ditarik bersamaan. Bila tidak bersamaan kehilangan prategang pada pasca-
tarik besarnya kali nilai pra-tarik.
ENGINEERING CONSULTANT
129
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Dimana:
fcs = Tegangan dalam beton pada level pusat tendon prategang
n = nilai modular atau rasio Es/Ec
Jika layout tendon mempunyai eksentrisitas terhadap pusat penampang dan berat
sendiri beton ikut diperhitungkan, maka:
Pi e2 M e
f cs 1 2 D
Ac r Ic
Catatan:
Fcs bernilai (-) nila menyebabkan tekan dan bernilai (+) bila menyebabkan tarik.
Contoh Perhitungan
Diketahui :
Mutu beton silinder fc = 60 MPa
Modulus elastisitas beton (28 hari) Ec = 4700 fc MPa
Ec = 3,641 10 4 MPa
Mutu beton saat transfer fci 0,65 fc fci 39 MPa
Modulus elastisitas beton initial Eci = 4700 fci MPa
Eci 2,935 10 4 MPa
ENGINEERING CONSULTANT
130
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ex
Lx
m
j Lj MD
m kN m
0 0,00 0,000
1 19,20 39813,12
2 43,20 14929,92
3 48,00 0,00
4 52,20 11430,72
5 73,20 30481,92
6 90,00 0,00
ENGINEERING CONSULTANT
131
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Untuk pasca Tarik yang di tarik tidak bersamaan, dengan kondisi penarikan
sebagai berikut :
a. Masing masing penarikan per 2 tendon
ntj = 2
ntd
jumlah penarikan nj nj = 2
ntj
5,561
15,696
nj
i 1 9,764
i 1 nj 1
fES _ post fEs _ pre fES _ post 7,519 MPa
nj
8,931
9,561
5,561
b. Masing-masing penarikan per 1 tendon.
ntj = 1
ntd
jumlah penarikan nj nj 4
ntj
ENGINEERING CONSULTANT
132
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
5,561
15,696
nj
i 1 9,764
i 1 nj 1
fES _ post fEs _ pre fES _ post 7,519 MPa
nj
8,931
9,561
5,561
c. Penarikan semua tendon sekaligus
ntj = ntd ntj = 4
ntd
jumlah penarikan nj nj 1
ntj
0
0
nj
i 1 0
i 1 nj 1
fES _ post fEs _ pre fES _ post 0 MPa
nj
0
0
0
Kehilangan akibat pemendekan
fES fES _ post if post " Ya "
fES _ pre otherwise
ENGINEERING CONSULTANT
133
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
fpt 2 fES
MPa MPa
Bila tidak terbenam dalam air terus menerus (kondisi kelembaban 100%), beton akan
kehilangan kebasahannya (moisture) dan berkurang volumenya. Proses ini disebut
sebagai penyusustan beton. Besarnya penyusutan beton dapat bervariasi dari nol
(terbenam dalam air) sampai 0.0008 untuk penampang tipis yang terbuat dari agregat
dengan penyusutan tinggi dan tidak dilakukan curing dengan baik.
Besarnya susut beton dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
Proporsi campuran
Jenis agregat
Rasio w/c
Jenis semen
Jenis dan waktu curing
Ukuran dan bentuk, atau rasio volume terhadap permukaan (V/S)
Kondisi lingkungan, kelembaban rata-rata di lokasi.
Rumus umum kehilangan tegangan akibat susu berdasarkan PCI dituliskan sebagai
berikut:
V
f SH 8.2 10 6 K SH E ps 1 0.006 100 Rh
S
Dimana:
KSH = konstanta yang bernilai 1 untuk pretension. Adapun untuk post-tension
nilainya diberikan pada tabel berikut ini.
T (hari) 1 3 5 7 10 20 30 60
ENGINEERING CONSULTANT
134
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Kehilangan akibat susut untuk kondisi standar bisa juga dihitung sebagai fungsi waktu
dengan persamaan lainnya. Cara seperti ini dapat dilihat pada persamaan di bawah
ini sebagai berikut:
a. Perawatan kondisi basah, setelah 7 hari
t
f SH 0.51 10 3 K s K h E ps
35 t
b. Perawatan steam-curing, setelah 1 sampai dengan 3 hari
t
f SH 0.56 10 3 K s K h E ps
55 t
Dimana :
t = Waktu (hari)
Eps = Modulus elastisitas baja prategang (MPa)
f SH = Kehilangan akibat susut (MPa)
Ks = faktor ukuran, ditentukan dalam persamaan berikut
t
26 e 0.0142(V S ) t 1064 3.70(V S )
Ks
t 923
45 t
Dimana V/S dalam (mm) dan t dalam (hari)
Atau nilai Ks dan Kh dapat didapat dari gambar dan tabel beriktu ini:
ENGINEERING CONSULTANT
135
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Contoh Perhitungan :
Diketahui :
Jenis prategang Post = Ya (Post-tension)
Jenis Curing Moist = Ya (moist curing)
Waktu setelh curing t= 14 (hari)
Kelembaban relatif Rh = 70 (%)
Asumsi : S = 1 (Luas permukaan yang terekspos)
V = 2-S V=2 (Volume beton)
ENGINEERING CONSULTANT
136
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Ksh
t (hari) 1 3 5 7 10 20 30 60
Ksh 0.92 0.85 0.8 0.77 0.73 0.64 0.58 0.45
Ksh = 0.694
V
fsh _ 1 8.2 .10 6. K sh . Eps. 1 0.006 .100 R h
S
fsh _ 1 32.892 Mpa
b. Rumus AASHTO
(117 1.03 Rh )MPa if Post "Ya"
fsh _ 2
(93 0.85 . Rh )MPa otherwise
fsh _ 2 33.5 MPa
fshj max ( f sh _ 1 . fsh _ 2 )
Max ( f sh _ 1 . fsh _ 2 ) = 33.5 MPa
Langkah 2 : Tegangan prategang setelah susut
Fpt4j = Fpt3j - fshj
J fptasal fsh Fpt
MPa MPa MPa
0 1284,025 33,500 1250,525
1 1317,532 33,500 1284,032
2 1323,202 33,500 1289,702
3 1302,631 33,500 1269,131
4 1280,600 33,500 1247,100
5 1244,792 33,500 1211,292
6 1214,797 33,500 1161,297
ENGINEERING CONSULTANT
137
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
fpt 3 fsh
(MPa) (MPa)
Bila material beton ditekan oleh pembebanan tertentu secara konstan sehingga
regangan beton meningkat, maka peristiwa ini disebut rangkak. Regangan atau
deformasi pada beton umumnya disebabkan oleh 3 hal yaitu susut, rangkat dan beban
itu sendiri. Regangan akibat susut dan rangkak disebut regangan fungsi waktu (time-
dependent), sedangkan regangan akibat beban tersebut regangan seketika.Beriktu
ini komponen regangan.
ENGINEERING CONSULTANT
138
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Regangan susut mulai terjadi sesaat setelah pengeringan dimulai pada waktu t d
(seketika setelah setting atau pada akhir moist curing). Regangan susut terus
meningkat seiring dengan penambahan waktu. Saat tegangan pertama diaplikasikan
pada t0 tegangan ini menyebabkan lonjakan regangan secara seketika dalam diagram
regangan yang langsung diikuti pula oleh regangan rangkak.
Perkiraan kehilangan tegangan akibat rangkak dapat dihitung dengan menggunakan
rumusan dari AASHTO (CL. 5.9.5.4.3 AASHTO-2004) sebagai berikut:
f cr 12 f cs 7 f cdp 0.0
Dimana:
fcs = Tegangan beton di level pusat prategang
fcdp = Perbedaan tegangan beton di level pusat pratekan akibat beban
permanen dengan pengecualian beban yang bekerja saat gaya pratekan
diaplikasikan.
Contoh Perhitungan
Diketahui :
Jenis prategang Post = Ya (Post-tension)
kN
Beban mati superimposed Qsd = 5.5
m
Langkah 1 : Momen akibat
superimposed MSD (x) adalah momen
Beban mati superimposed akibat beban mati
kN superimposed yang
Qsd = 5.5
m didefinisikan sebagai
1 Qsd 2 fungsi terhadap jarak x
Msd(x) = . Qsd. Lb.x- .x
2 2 dari ujung penarikan
j Lx MSD
m kN.m
0 0,00 0,00
1 19,20 1520,64
2 43,20 570,24
3 48,00 0,00
4 52,20 436,59
5 73,20 1164,24
6 90,00 0,00
ENGINEERING CONSULTANT
139
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
MSD
LX
kN.m
Langkah 2 : Tegangan akibat superimposed
MSD j
fcsd j .e X j
lc j
fcdp j fcs j fcsd j
fcs fcsd
MPa MPa
Langkah 3 Menghitung kehilangan tegangan akibat rangkak
Rumus AASHTO
8,37
21,519
14,411
fcf j = 12. fcs j - 7 . fcdp j fcr 11,317 MPa
13,223
12,778
8,37
Rumus ACI-ASCE
ENGINEERING CONSULTANT
140
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Kcr = 2 if Post Ya
1.6 otherwise
Kcr = 1,6
14,346
43,073
25,542
. fcs . fcsd
Eps
fcr = Kcr . fcr 19,396 MPa
Es
23,309
26,641
14,346
fpt 4 fcr
MPa MPa
ENGINEERING CONSULTANT
141
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
log( t 2 ) log( t1 ) f pi
f r f pi 0.55 untuk baja stress-relieved, atau
10 f py
log( t 2 ) log( t1 ) f pi
f r f pi 0.55 untuk baja low-relaxation
40 f py
Dimana:
t1, t2 = waktu akhir dan awal interval (jam)
fpi = Tegangan awal baja prategang (MPa)
fr = Kehilangan akibat relaksasi (MPa)
Perhitungan jumlah keseluruhan kehilangan prategang antara pratarik dan pasca tarik
sangat berbeda, karena perbedaan metoda yang dipakai. Total kehilangan untuk
masing-masing dapat dihitung sebagai beriktu:
Pra-tarik
f T f ES f r f cr f sh
Dimana:
f T = Total kehilanga prategang
f ES = Kehilangan akibat pemendekan beton
f r = Kehilangan akibat relaksasi
f cr , f sh = Kehilangan akibat rangkak dan susut
Pasca-tarik
f T f A f f f ES f r f cr f sh
Dimana:
f T = Total kehilanga prategang
f A = Kehilangan akibat slip angkur
f f = Kehilangan akibat friksi
ENGINEERING CONSULTANT
142
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Diketahui :
Jenis prategang : Low_relax = Ya
Tahap I, saat transfer
Lama hari sebelum transfer t1 = 18 (hari) t0 = 1
Kehilangan akibat relaksasi saat transfer
ENGINEERING CONSULTANT
143
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
fpt 5 fr
MPa MPa
ENGINEERING CONSULTANT
144
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Misalkan ada penampang balok berbentuk persegi panjang dengan lebar penampang
adalah sebesar 400 mm dengan ketinggian sebesar 800 mm. Material beton yang
digunakan adalah beton dengan kuat tekan karakteristik sebesar 35 Mpa, sementara
baja tulangan yang digunakan memiliki nilai tegangan leleh sebesar 400 MPa.
Tegangan ultimate untuk baja prategang menggunakan f Pu = 1860 MPa. Luas
tulangan ditentukan sebesar 6 kali diameter 25 mm.
Material :
Beton :
fc = 35 MPa
Ec = 27805,575 MPa
Baja :
fy = 400 Mpa
Es = 2 10 5 MPa
Luas tulangan
ENGINEERING CONSULTANT
145
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
As = 6 0,25 25mm 2
As = 2945,243 mm2
Tegangan retakan fr
Es
n n 7,193
Ec
c
f c fr fc 4,52 MPa
h c
fc l fc
d c fcl 3,275 MPa
c
Cc 0,5fc c b
Tc 0,5fr h c b Tc 316,806 kN
Ts As n 1 fcl Ts 59,736 kN
Keseimbangan gaya H 0
Cc 377,436kN Tc Ts 376,542 kN
c h c
Mcr1 Cc d Tc dc Mcr2 204,179 kNm
3 3
ENGINEERING CONSULTANT
146
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Mcr2
Perbandingan momen retak 5,963 (peningkatan hamper 600%)
Mcr1
ENGINEERING CONSULTANT
147
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
1
MDL qDL L2 MDL 81 kNm
8
Beban hidup
qL 4 kN
m
1
ML qL L2 ML 72 kNm
8
Momen total
Mmax = MDL + ML Mmax = 153 kNm
c) Hitung Properti penampang
b h3
I I 5,4 10 9 mm 4
12
Ac b h Ac 1,8 10 5 mm 2
h
yt yt 300 mm
2
h
yb yb 300 mm
2
I
St St 1,8 10 7 mm 3
yt
I
Sb Sb 1,8 10 7 mm 3
yb
Sb
kt k t 100 mm
Ac
St
kb k b 100 mm
Ac
d) Perksa tegangan pada serat atas dan bawah kondisi transfer
Di midspan e = e0 e = 200 mm
P
Asumsi : n = 0,83 Pi
n
Pi Pi e MDL
a a 0,986 MPa ti 1,768 MPa (Tarik)
Ac St St
Pi Pi e MDL
b a 6,042 MPa ci 30 MPa (Tekan)
Ac Sb Sb
Di midspan e = e0 e = 200 mm
P P e M max
a a 5,583 MPa cs 22,5 MPa (Tekan)
Ac St St
ENGINEERING CONSULTANT
148
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
P P e M max
b a 0,25 MPa ts 3,536 MPa (Tarik)
Ac Sb Sb
b) Limit Kern
k' t max kb cs 1
g
k' t max kt ts 1
g
Limit kern max k' t 0,221 m
k' b minkb ti 1
gi
k' b minkt ci 1
gi
Limit kern min k' b 0,15 m
M max
e oa k, t e oa 70,21 mm
P
MDL
e ob k ' t e ob 278,363 mm
Pi
dc 100 mm
e om yb dc e om 200 mm
ENGINEERING CONSULTANT
149
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Beban layan
Beban mati : qDL 4,5 kN
m
Beban hidup : qL 2,5 kN
m
a) Lendutan awal (initial)
Chamber akibat pratekan saja e = 0,2 m
5 Pi e L
2
pi pi 13,115 mm (ke atas)
48 Eci I
5 qDL L4
bs bs 6,77 mm (ke bawah)
384 Ec I
b) Lendutan akhir
5 qL L4
L L 3,761 mm (ke bawah)
384 Ec I
L
Control defleksi L 15 mm OK !
800
Defleksi jangka panjang total
2 2,45 pr 2,7 bs 2 13,852 mm (keatas)
Defleksi total
total 2 1 L total 0,991 mm (kebawah)
Material :
ENGINEERING CONSULTANT
150
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
a. Beton
Girder Pracetak
fc = 45,65 MPa
fy = 400 MPa
Pelat
fcp = 29 MPa
ENGINEERING CONSULTANT
151
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
lc
Sec modulus top St = St = 3,374 x 108 mm3
Ct
lc
Sec modulus bottom Sb = St = 3,303 x 108 mm3
Cb
lc
Radius Girasi r = r = 660,337 mm
Ac
r2
Kb = kb = 481,961 mm
Ct
r2
Kt = kt = 471,876 mm
Cb
Telal pelat total (asumsi trial) hslb = 220 mm
ENGINEERING CONSULTANT
152
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Dimana :
Msdl = Momen akibat beban mati superimposed, seperti pelat lantai
Mdl = Momen akibat berat sendiri girder
ML = Momen akibat beban hidup
Vsdl = Geser akibat beban mati superimposed
Vdl = Geser akibat berat sendiri girder
VL = Geser akibat beban hidup
Mu
Ac' Ac' 2,251 10 5 mm 2
0,68 h fc
Ac'
hf
b pl
Lst
bpl = min bw 16 h slb Lc bpl = 2100 mm
4
ENGINEERING CONSULTANT
153
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Ecp
Rasio modulus nc nc 0,797
Ec
12 2
Ick
Sec. Modulus top Stk Stk 7,164 10 8 mm 3
Ctk
Ick
Sec. Modulus bottom Sbk Sbk 4,358 10 8 mm 3
Cbk
ENGINEERING CONSULTANT
154
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Given
Mu
Aps Aps = 4,657 x 103 mm2
0,72fpu h h slb
Pf
Aps = Aps = 5248,886 mm2
f pef f
Aps
n_strand = ceil n_strand = 54
Ap1
Aps = n _ strand Ap1 Aps = 5292 mm2
ENGINEERING CONSULTANT
155
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
fpy
0,9 p 0,28
fpu
1 0,85 if fc 30 MPa
= 0,65 if fc 55 MPa
fc
= 0,85 0,008 30 if 30 MPa < fc < 55 MPa
Mpa
1 0,725
Aps
p p 0,495%
Ack
c 0 c 0
Aps
t t 0,132%
Ack
fy
t t t 0,012
fc
p fpu d
fps fpu 1 pp
1 fc dp
fps
p p p 0,185
fc
ENGINEERING CONSULTANT
156
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
t c 0,36 1
d
OVER = Y if p
dp
N Otherwise
Berdasarkan AASHTO 3rd Edition 2004, Sec 5.7.3.3
Kedalaman tulangan efektif pada penampang
a
c c = 203,753 mm
1
c
0,11 < 0,42 OK
de
c
OVER = Y if 0,42 1 OVER = N
de
= N otherwise
a a
Mn = Tps dp Ast fy d
2 2
Mn = 17102,525 kNm
ENGINEERING CONSULTANT
157
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Pe Pe .e M dl M sdl M L
fakt =
Ac Sb Sb Sbk
fakt = - 0.163 Mpa
Momen untuk meretakan penampang adalah
Mcr = (fr fakt) . Sbk + Mt
Mcr = 9013.961 kN-m
Periksa rasio momen kapasitas terhadap momen retak
.Mn
1.52 > 1.2.........Ok
Mcr
ENGINEERING CONSULTANT
158
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Pelat pracetak diletakkan di atas dua tumpuan, yang menumpu pada sisi arah
y (terpanjang), sehingga dalam analisa strukturnya pelat ini dianggap bekerja
sebagai pelat satu arah (one way slab) saat pelaksanaan.
ENGINEERING CONSULTANT
159
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
b = 1000 mm
h = 70 mm
A = 70000 mm2
I = 2858333,33 mm4
htopp = 50 mm
hcomp = 120 mm
Icomp = 144000000 mm4
Acomposit = 120000 mm2
Lx = 3000 mm
Sprecast = 816666,67 mm3
Scomp =2400000 mm3
emax = 3,49 mm
Peff Peff
Ptop
A pre St
125600 125600 3
Ptop 1,79 0,46 1,33 MPa (tekan)
1000 70 816666,667
Peff Peff e
Pbot
A pre Sb
125600 125600 3
Pbot 1,79 0,46 2.25 MPa (tekan)
1000 70 816666,67
ENGINEERING CONSULTANT
160
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Momen maksimal
1 1
Mx Wu L2 1,81 3000 2 2036250 Nmm
8 8
M 2036250
1 2,50 MPa (tekan)
St 816666,67
M 2036250
1 2,50 MPa (tarik)
Sb 816666,67
ENGINEERING CONSULTANT
161
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
2. Saat beton topping dituang (beton baru belum mengeras, aksi komposit belu
terjadi )
Pembebanan :
Beban Mati (DL) = 2,4.10-5 1000 70 = 1,68 N/mm
Beban hidup (LL) = 2,4.10-5 1000 50 = 1,2 N/mm
Wu = 2,88 N/mm
Momen maksimal
1 1
Mx Wu L2 2,88 3000 2 3240000 Nmm
8 8
M 3240000
1 397 MPa (tekan)
St 816666,67
M 3240000
1 397 MPa (tarik)
St 816666,67
Pembebanan :
Beban Mati
ENGINEERING CONSULTANT
162
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
M 3284604
top2 1,37 Mpa (tekan)
St comp 2400000
top2 1,37
' top2 0,23 Mpa (tekan)
6 6
M 3284604
bot 2 1,37 Mpa (tarik)
Stcomp 2400000
Nilai tegangan eksternal maksimum diberikan oleh resultan antara tegangan pada
kondisi ke dua, yaitu pada saat beton dituang, dan kondisi ke tiga yaitu pada saat
mengalami beban layan.
topA = top 2 = 1,37 MPa < fc (aman terhadap tekan)
topB = top1 + 'top 2 = 5,30 0,23 = 5,53 MPa < fc (aman terhadap tekan)
bot = bot1 + bot 2 = 1,71 + 1,37 = 3,08 MPa < ft (aman terhadap tarik)
ENGINEERING CONSULTANT
163
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
dlm
Kawat Prategang (wire) Metrik dlm SI
Pj 157000
n 3,38 4
0,7 fpu A ps 43754,07
1000
s 250 mm
4
Jumlah total kawat prategang tiap elemen pelat pracetak prategang :
Ntotal = 4 5 = 20 batang
L 3000
Syarat lendutan : ijin 8,3 mm
360 360
Lendutan saat peralihan
ENGINEERING CONSULTANT
164
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
P e L2 157000 3 3000 4
Pr estress 0,634 mm
8EI 8 29725 2858333
5 WG L4 5 1,68 3000 4
w prec 2,085 mm
384EIprec 384 29725 2858333
Lendutan total :
tot 2 2,085 0,634 1,45 mm
Lendutan total :
tot3 3,86 1,49 1,14 4,21mm
Lendutan setelah kondisi terjadi ( ditambah beban dalam kondisi beban layan tetap
sebesar 7,16 kN/m)
Pr estress 0,634 1,80 1,14 mm
5 Wcomp L4 5 2,88 3000 4
w comp 1,85 1,85 1,31mm
384 EIcomposit 384 29725 144000000
Lendutan total :
total 1,14 1,31 1,76 1,93 mm < ijin .................................... OK
ENGINEERING CONSULTANT
165
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Untuk angkur digunakan tulangan baja polos yang dibengkokan bagian ujungnya
seperti yang terlihat pada sketda gambar dibawah ini.
Gaya tarik nominal yang bekerja pada angkur harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
Kekuatan baja angkur (Nsa)
Nn Nsa
N sa n Ase f uta dan f uta 1,9 ya
Dimana:
Nn = gaya tarik pada angkur (N)
Nsa = kekuatan baja angkur (N)
n = jumlah angkur yang ditanam
Ase = luas tulangan angkur (mm2)
futa = kekuatan tarik angkur baja (MPa)
fya = kekuatan leleh tarik angkur baja (MPa)
Kekuatan pecah beton dari angkur tunggal terhadap gaya tarik (Nb) Nn Nb
Nn Nb
Nb kc f ' c h1,5 ef
Dimana :
Nn = gaya tarik pada angkur (N)
Nb = kekuatan pecah beton dari angkur tunggal (N)
kc = 10 (cast-in anchor)
ENGINEERING CONSULTANT
166
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Jika Nn = Nb diketahui, maka dapat dicari kedalaman angkur minimal, dengan rumus
sebagai berikut :
2
Nn Nn
3
1,5
h ef h ef
k f' c
k c f' c c
Asumsi h pracetak = 70 mm
Berat pelat pracetak :
W = 5 3 0,07 2,4 = 2,52 ton
Berat pelat pracetak terfaktor (1,2)
Wd = 1,2 2,52 = 3,024 ton
Gaya angkat (4 titik angkat ) Nn :
Nn = 3,024/4 = 0,756 ton = 7560 N
Dengan fya = 240 MPa futa = 1,9 240 = 456 MPa (< MPa)
Nsa = Nn
d2
7560 2 456
4
7560 2
d2
456
d 10,56 3,25 mm
Penentuan kedalaman angkur berdasarkan analisa kekuatan pecah beton dari angkur
terhadap gaya tarik.
Nb = Nn = 7560 N, dimana fc = 40 MPa, maka kedalaman angkur efektif minimal (h ef)
2
7560
h ef 3
10 40
ENGINEERING CONSULTANT
167
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
h ef 3
119,53 2 24,265 mm
Berdasarkan analisa kekuatan baja angkur dan kekuatan pecah beton terhadap
angkur, maka ditentuka :
Diameter baja polos angkur 6
Kedalaman efektif minimal baja angkur pada pelat pracetak
hef = 24,27 mm
hpracetak = 70 mm
wd = 0,07 2,4 = 0,168 ton/m2
a =5m
b =3m
Elemen pelat pracetak dimodelkan sebagai struktur shell yang diberi tumpuan sendi
di empat titik. Tumpuan tersebut adalah letak titik angkat nya.
Arah
Momen Momen Elemen Keterangan
M11 Max 72.68 22,23,29,30,32,33,39,40 Lapangan
M11 Min -111.66 12,13,19,30,42,43,49,50 Tumpuan
M22 Max 116.47 55,56,57,5,6,7 Lapangan
M22 Min -159.07 12,13,19,30,42,43,49,50 Tumpuan
ENGINEERING CONSULTANT
168
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Beban mati :
Berat pelat pracetak (tebal = 0,07 m)
Wpracetak = 2,4 0,07 = 0,168 t/m2
fc = 40 Mpa = 400 kg/cm2
fy = 400 Mpa = 400top0 kg/cm2
hpracetak = 70 mm
tul = 8 mm
P = 20 mm
dy = h P 1/2 tul = 70 20 4 = 46 mm
Perhitungan tegangan arah x akibat gaya prategang dan gaya saat pengangkatan
Tegangan akibat gaya prategang
Peff Peff.e
Ptop
A pre St
125600 125600 3
Ptop 1,79 0,46 1,33MPa ( tekan )
1000 70 816666,67
Peff Peff.e
Pbot
A pre St
125600 125600 3
Pbot 1.79 0.46 2.25MPa ( tekan )
1000 70 816666,667
ENGINEERING CONSULTANT
169
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Mlx 1116600
bot 3 1.37Mpa( tekan )
St 816666,67
Jadi, momen lentur arah-x pada lapangan dan tumpuan akibat beban saat
pengangkatan dapat ditahan oleh gaya prategang pada arah-x, sehingga tidak
memerlukan tulangan arah-x.
ENGINEERING CONSULTANT
170
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Mu
fy 1 0,588 fy
b d
2
f'c
y
1.1647 10 6 400
0,8 4001 0,588
1000 ( 46) 2
40
1,4 1,4
min 0,0035
fy 400
Mu
fy 1 0,588 fy
b d
2
f'c
y
1.5907 10 6 400
0,8 4001 0,588
1000 ( 46) 2
40
1,4 1,4
min 0,0035
fy 400
ENGINEERING CONSULTANT
171
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
Pelat komposit dalam kondisi beban layan memiliki tumpuan pada ke empat sisinya
yang merupakan tumpuan jepit, sehingga analisa pelat adalah dua arah (two way
slab). Karena momen lapangan pelat arah-x ditahan oleh gaya prategang, maka
momen lapangan dan tumpuan pelat pada arah-y serta momen tumpuan arah-x
ditahan dengan tulangan non-prategang atau tulangan lentur biasa.
a) Perhitungan Tulangan Pelat Pracetak Komposit
Contoh Perhitungan Pelat Tipe A
1,4 1,4
min 0,0035
fy 400
0,85 f ' c 600 0,85 4 0,85 600
b 0,04335
fy 600 fy 400 600 400
max 0,75 b 0,75 0,04335 0,035
min maka yang digunakan adalah 0.0035
As b d 0,0035 1000 96 336 mm 2
ENGINEERING CONSULTANT
172
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
7.593x10 6 400
0,8 4001 0,588 x x
30
2
1000x(96)
0.824 320 2508.8 2
Dengan rumus abc didapatkan nilai = 0,0026
1,4 1,4
min 0,0035
fy 400
0,85 f ' c 600 0,85 30 0,85 600
b 0,0325
fy 600 fy 400 600 400
max 0,75 b 0,75 . 0,0325 0.0244
min maka yang digunakan adalah 0.0035
As .b. d 0,0035 1000 96 336 mm 2
Mu
fy 1 0,588 fy
b d 2 f'c
y
5.517 10 6 400
0,8 4001 0,588
1000 (96) 2
30
0,5596 320 2508,8 2
Dengan rumus abc didapatkan nilai = 0,0026
1,4 1,4
min 0,0035
fy 400
0,85 f ' c 600 0,85 30 0,85 600
b 0,0325
fy 600 fy 400 600 400
max 0,75 b 0,75 0,0325 0,0244
ENGINEERING CONSULTANT
173
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ENGINEERING CONSULTANT
174
STUDI PENINGKATAN KUALITAS PEMBETONAN STRUKTUR DERMAGA/TRESTLE OUTLINE BUKU
DENGAN SISTEM PRACETAK DAN PRATEKAN PANDUAN
ENGINEERING CONSULTANT
175