Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Kehilangan
1. Definisi

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.


Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu
tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara
bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau
tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat
kembali.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya.
Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:

a) Arti dari kehilangan


b) Sosial budaya
c) Kepercayaan/spiritual
d) Peran seks
e) Status social ekonomi
f) Kondisi fisik dan psikologi individu

Kemampuan untuk meyelesaikan proses berduka bergantung pada makna


kehilangan dan situasi sekitarnya. Kemampuan untuk menerima bantuan menerima
bantuan mempengaruh apakah yang berduka akan mampu mengatasi kehilangan.
Visibilitas kehilangan mempengaruh dukungan yang diterima. Durasi perubahan
(mis. Apakah hal tersebut bersifat sementara atau permanen) mempengaruhi

1
jumlah waktu yang dibutuhkan dalam menetapkan kembali ekuilibrium fisik,
psikologis, dan sosial. Adapun rentang responnya yaitu:

Anger Denial Bargaining Depresi Acceptance

2. Bentuk-Bentuk Kehilangan
a) Kehilangan orang yang berarti
b) Kehilangan kesejahteraan
c) Kehilangan milik pribadi

3. Sifat Kehilangan
a) Tibatiba (Tidak dapat diramalkan) Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak
diharapkan dapat mengarah pada pemulihan dukacita yang lambat.
Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian
diri akan sulit diterima contoh, kematian, perceraian atau perpisahan.
b) Berangsurangsur (Dapat Diramalkan) Penyakit yang sangat menyulitkan,
berkepanjangan, dan menyebabkan yang ditinggalkan mengalami keletihan
emosional (Rando:1984). Penelitian menunjukan bahwa yang ditinggalkan
oleh klien yang mengalami sakit selama 6 bulan atau kurang mempunyai
kebutuhan yang lebih besar terhadap ketergantungan pada orang lain,
mengisolasi diri mereka lebih banyak, dan mempunyai peningkatan
perasaan marah dan bermusuhan. Kemampuan untuk meyelesaikan proses
berduka bergantung pada makna kehilangan dan situasi sekitarnya.
Kemampuan untuk menerima bantuan menerima bantuan mempengaruh
apakah yang berduka akan mampu mengatasi kehilangan. Visibilitas
kehilangan mempengaruh dukungan yang diterima. Durasi perubahan (mis.
Apakah hal tersebut bersifat sementara atau permanen) mempengaruhi
jumlah waktu yang dibutuhkan dalam menetapkan kembali ekuilibrium fisik,
pshikologis, dan social.

2
4. Tipe Kehilangan
a) Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama
dengan individu yang mengalami kehilangan.
b) Perceived Loss (psikologis)
Perasaan individual, tetapi menyangkut hal hal yang tidak dapat diraba
atau dinyatakan secara jelas.
c) Ancipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu
memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan
yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota)
menderita sakit terminal. Tipe dari kehilangan dipengaruhi tingkat distres.
Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak menimbulkan distres yang sama
ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan kita. Nanun demikian, setiap
individu memiliki respon terhadap kehilangan secara berbeda. Kematian
seorang anggota keluarga mungkin menyebabkan distress lebih besar
dibandingkan kehilangan hewan peliharaan, tetapi bagi orang yang hidup
sendiri kematian hewan peliharaan menyebabkan distress emosional yang
lebih besar dibanding saudaranya yang sudah lama tidak pernah bertemu
selama bertahun-tahun. Kehilangan dapat bersifat aktual atau dirasakan.
Kehilangan yang bersifat actual dapat dengan mudah diidentifikasi, misalnya
seorang anak yang teman bermainnya pindah rumah. Kehilangan yang
dirasakan kurang nyata dan dapat di salahartikan , seperti kehilangan
kepercayaan diri atau prestise.

5. Lima Kategori Kehilangan


a) Kehilangan objek eksternal
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi
usang berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Kedalaman
berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang bergantung
pada nilai yang dimiliki orng tersebut terhadap nilai yang dimilikinya, dan
kegunaan dari benda tersebut.
b) Kehilangan lingkungan yang telah dikenal

3
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah
dikenal mencakup lingkungan yang telah dikenal Selma periode tertentu atau
kepindahan secara permanen. Contohnya pindah ke kota baru atau perawatan
diruma sakit. Kehilangan melalui perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal
dapat terjadi melalui situasi maturaasionol, misalnya ketika seorang lansia
pindah kerumah perawatan, atau situasi situasional, contohnya mengalami
cidera atau penyakit dan kehilangan rumah akibat bencana alam.
c) Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung,
guru, teman, tetangga, dan rekan kerja.Artis atau atlet terkenal mumgkin
menjadi orang terdekat bagi orang muda. Riset membuktikan bahwa banyak
orang menganggap hewan peliharaan sebagai orang terdekat. Kehilangan dapat
terjadi akibat perpisahan atau kematian.
d) Kehilangan aspek diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis,
atau psikologis.Kehilangan anggota tubuh dapat mencakup anggota gerak,
mata, rambut, gigi, atau payudara. Kehilangan fungsi fisiologis mencakup
kehilangan kontrol kandung kemih atau usus, mobilitas, atau fungsi sensori.
Kehilangan fungsi fisikologis termasuk kehilangan ingatan, harga diri, percaya
diri atau cinta. Kehilangan aspek diri ini dapat terjadi akibat penyakit, cidera,
atau perubahan perkembangan atau situasi. Kehilangan seperti ini dapat
menghilangkan sejatera individu. Orang tersebut tidak hanya mengalami
kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen
dalam citra tubuh dan konsep diri.
e) Kehilangan hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana orang
tersebut akan meninggal. Doka (1993) menggambarkan respon terhadap
penyakit yang mengancam- hidup kedalam empat fase. Fase presdiagnostik
terjadi ketika diketahui ada gejala klien atau faktor resiko penyakit. Fase akut
berpusat pada krisis diagnosis. Dalam fase kronis klien bertempur dengan
penyakit dan pengobatanya ,yang sering melibatkan serangkain krisis yang
diakibatkan. Akhirnya terdapat pemulihan atau fase terminal Klien yang
mencapai fase terminal ketika kematian bukan hanya lagi kemungkinan, tetapi

4
pasti terjadi. Pada setiap hal dari penyakit klien dan keluarga dihadapkan
dengan kehilangan yang beragam dan terus berubah Seseorang dapat tumbuh
dari pengalaman kehilangan melalui keterbukaan, dorongan dari orang lain,
dan dukungan adekuat.

6. Tahapan proses kehilangan


a) Stressor internal atau eksternal gangguan dan kehilangan individu
berfikir positif kompensasi positif terhadap kegiatan yang dilakukan
perbaikan mampu beradaptasi dan merasa nyaman.
b) Stressor internal atau eksternal gangguan dan kehilangan individu
berfikir negatif tidak berdaya marah dan berlaku agresif
diekspresikan ke dalam diri ( tidak diungkapkan) muncul gejala sakit fisik.
c) Stressor internal atau eksternal gangguan dan kehilangan individu
berfikir negatif tidak berdaya marah dan berlaku agresif diekspresikan
ke luar diri individu berperilaku konstruktif perbaikan mampu
beradaptasi dan merasa kenyamanan.
d) Stressor internal atau eksternal gangguan dan kehilangan individu
berfikir negatiftidak berdaya marah dan berlaku agresif diekspresikan
ke luar diri individu berperilaku destruktif perasaan bersalah
ketidakberdayaan.

Inti dari kemampuan seseorang agar dapat bertahan terhadap kehilangan


adalah pemberian makna (personal meaning) yang baik terhadap kehilangan
(husnudzon) dan kompensasi yang positif (konstruktif).

B. Berduka

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang


dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan
lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.

5
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

1. Teori dari Proses Berduka


Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka.
Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana
intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan
mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan
dukungan dalam bentuk empati.
a) Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri,
duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan,
diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan
kelelahan.
Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin
mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan
kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang
hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian

6
yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan
seseorang.
Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum.
Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di
masa lalu terhadap almarhum.
Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga
pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya.
Kesadaran baru telah berkembang.

b) Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi
pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak
untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti Tidak,
tidak mungkin seperti itu, atau Tidak akan terjadi pada saya! umum
dilontarkan klien.
Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin bertindak lebih pada
setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada
fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah.
Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan
merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas
untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat
orang lain.
Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya
melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.

7
Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross
mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus
asa.

c) Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup
yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan
bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi
yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka
yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
d) Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 kategori:
Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling
dalam dan dirasakan paling akut.
Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien
belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.

8
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan psikososial adalah:
a. Status emosional
1. Apakah emosi sesuai perilaku?
2. Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
3. Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4. Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5. Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri
1. Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2. Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3. Apakan klien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
1. Apakah klien mudah merespon?
2. Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3. Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4. Apakah klien menolak untuk memberi respons?
d. Pola interaksi
1. Kepada siapa klien mau berinteraksi?
2. Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3. Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?
e. Pendidikan dan pekerjaan
1. Pendidikan terakhir
2. Keterampilan yang mampu dilakukan
3. Pekerjaan klien
4. Status keuangan
f. Hubungan sosial
1. Teman dekat klien
2. Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3. Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?

9
g. Faktor kultur sosial
1. Apakah agama dan kebudayaan klien?
2. Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3. Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
h. Pola hidup
1. Dimana tempat tinggal klien?
2. Bagaimana tempat tinggal klien?
3. Dengan siapa klien tinggal?
4. Apa yang klien lakukan untuk meyenangkan diri?
i. Keluarga
1. Apakah klien sudah menikah?
2. Apakah klien sudah mempunyai anak?
3. Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4. Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5. Bagaimana tingkat kecemasaan klien?

1. Faktor pendukung yang perlu dikaji yaitu:


a. Genetik
Seseorang yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai
riwayat depresi akan sulit mengembangkan sifat optimis dalam menghadapi suatu
permasalahan, termasuk dalam menghadapi proses kehilangan.
b. Kesehatan jasmani
Seseorang dengan fisik yang sehat, pola hidup yang teratur cenderung mempunyai
kepampuan mengatasi stress yang lebih tinggi bila dibandingkandengan seseorang
yang sedang mengalami gangguan fisik.
c. Kesehatan mental
Individu yang mengalami gangguan jiwa misalnya defresi yang di tandai dengan
perasaan tidak berdaya, pesimis, selalu di bayangi masa depan yang suram,
biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
d. Pengalaman kehilangan di masa lalu.
Seseorang yang mengalami kehilangan di masa kanak-kanak akan memepengaruhi
kemampuan individu dalam mengatasi kehilangan pada masa dewasa, orang
tersebut akan sulit mencapai fase menerima.

10
2. Faktor pencetus
Perasaan kehilangan dapat berupa stress nyata atau imajinasi individu seperti
kehilangan kesehatan, fungsi seksualitas, harga diri, kehilangan pekerjaan dan lain-
lain.
3. Perilaku
Individu yang mengalami kehilangan sering menangis atau tidak mampu menangis.
Marah-maarah, putus asa. Kadang ada keinginan untuk bunuh diri atau ingin
membunuh orang lain.
4. Mekanisme koping
Individu yang menggunakan mekanisme seperti refresi, regresi dan disosiasi dan
proyeksi.Pada tahat depresi individu sering menggunakan mekanisme koping regresi
dan disosiasi secara berlebihan dan tidak tepat.

B. Diagnosa Keperawatan
Kehilangan

C. Strategi Pelaksanaan Asuhan Keperawatan

11
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Klien mampu; Klien mampu: SP I


Mengungkapakan perasaan berduka. Klien dapat membina hubungan 1. Bina hubungan saling percaya
Menjelaskan makna kehilangan. saling percaya 2. Jelaskan proses berduka
Membagi rasa dengan orang yang berarti. Klien mampu mengungkapkan 3. Beri kesempatan kepada pasien untuk
Menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan berduka mengungkapkan perasaan nya
damai. 4. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Membina hubungan baru yang bermakna 5. Secara verbal dukung pasien,tapi jangan
dengan hal yang baru. dukung pengingkaran yang dilakukan
6. Teknik komunikasi diam dan sentuhan
7. Perhatikan kebutuhan dasar pasien

Klien mampu: SP 2

Klien dapat mengungkapkan 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)

kemarahan nya secara verbal 2. Dorong dan beri waktu kepada pasien

Klien dapat mengatasi untuk mengungkapkan kemarahan secara

kemarahan nya dengan koping verbal tanpa melawan dengan kemarahan

yang adaptif 3. Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti


bahwa marah adalah respon yang normal
karena merasakan kehilangan dan

12
ketidakberdayaan
4. Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan
keluarga
5. Hindari menarik diri dan dendam karena
pasien /keluarga bukan marah pada
perawat
6. Tangani kebutuhan pasien pada segala
reaksi kemarahan nya
Klien mampu: SP 3
Klien dapat mengidentifikasi 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)
rasa bersalah dan perasaan 2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa
takutnya bersalah dan rasa takutnya
3. Dengarkan dengan penuh perhatian
4. Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa
bersalah dan ketakutan yang tidak rasional
5. Berikan dukungan spiritual

Klien mampu: SP 4
Klien dapat mengidentifikasi 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2&3)
tingkat depresi 2. Identifikasi tingkat depresi dan bantu
Klien dapat mengurangi rasa mengurangi rasa bersalah

13
bersalah nya 3. Berikan kesempatan kepada pasien untuk
Klien dapat menghindari mengekspresikan kesedihannya
tindakan yang dapat merusak 4. Beri dukungan non verbal dengan cara
diri duduk disamping pasien dan memegang
5. Hargai perasaan pasien
6. Bersama pasien bahas pikiran negatif yang
sering timbul
7. Latih pasien dalam mengidentifikasi hal
positif yang masih dimiliki

Klien mampu: SP 5

Klien dapat menerima 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2,3&4)

kehilangan 2. Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien

Klien dapat bersosialisasi lagi secara teratur

dengan keluarga maupun orang 3. Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena

lain biasaanya tiap anggota tidak berada


ditahap yang sama pada saat yang
bersamaan.
4. Bantu pasien dalam mengidentifikasi
rencana kegiatan yang akan dilakukan
setelah masa berkabung telah dilalui

14
5. Jika keluarga mengikuti proses
pemakaman,hal yang dapat dilakukan
adalah ziarah (menerima kenyataan),
melihat foto-foto proses pemakaman

15
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(SPTK)

PROSES KEPERAWATAN (SP 1)

1. Kondisi Klien

Klien tampak menangis terus dan tampak lemah.

Diagnosa Keperawatan

Kehilangan dan berduka (proses mengingkari terhadap kematian anak)

2. Tujuan Khusus

Klien mampu:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien mampu mengungkapkan perasaan berduka
3. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya


b. Jelaskan proses berduka
c. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya
d. Mendengarkan dengan penuh perhatian
e. Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang
dilakukan
f. Teknik komunikasi diam dan sentuhan
g. Perhatikan kebutuhan dasar pasien

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orientasi

Salam Terapeutik:

Selamat pagi, Bu Ani. Saya perawat Rona.


Evaluasi/Validasi:
Bagaimana perasaan Ibu saat ini? (pasien : sedih)

16
Kontrak:
Bagaimana Bu, kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan sedih yang Ibu
rasakan saat ini ?. Menurut Ibu dimana enaknya kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau ditempat ini saja. Bagaimana kalau kita berbincang-bincang
selama 30 menit. Apakah Ibu bersedia ?.

2. Fase Kerja

Apakah ibu mau menyampaikan sesuatu? Baiklah ibu saya paham dengan
perasaan ibu saat ini,ibu sedih dan kita semua disini juga sedih, tapi semua itu
sudah kehendak dari yang kuasa, kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri
dan menerima semua ini. Ibu mau minum? Saya ambilkan... ya. Bagaimana
dengan makan? coba sedikit ya bu, agar ibu tidak lemas, apakah ibu mau
kemakam? Baiklah akan saya temani ya bu...

3. Fase Terminasi

a) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subjektif

Setelah kembali dari makam, bagaimana perasaan ibu?

Evaluasi objektif

Ibu masih tampak tampak sedih. Saya akan pulang dulu ya bu. Usahakan ibu
makan, minum,dan istirahat ya. Bagus sekali bu, harus semangat ya .
b) Rencana tindak lanjut

Baiklah Ibu nanti saya akan datang lagi, saya akan menemani ibu untuk
mendengarkan tentang yang ibu rasakan. Bagus sekali Bu.

c) Kontrak yang akan datang

Nah, dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu, di jam yang sama.
Baiklah bu,sampai jumpa.

17
PROSES KEPERAWATAN (SP 2)

1. Kondisi Klien

Klien masih tampak sedih dan menyendiri.

Diagnosa Keperawatan

Kehilangan dan berduka (respon marah terhadap kematian anak)

2. Tujuan Khusus

Klien mampu:
Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal
Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif

3. Tindakan Keperawatan

6. Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan


secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan
7. Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon
yang normal karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan
8. Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga
9. Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah
pada perawat
10. Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya.

A. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orientasi

Salam Terapeutik:

Selamat pagi, Bu Ani, masih ingat dengan saya? Saya perawat Rona yang
kemarin kesini bu.
Evaluasi/Validasi:
Tampak nya ibu sedang kesal?
Kontrak:
Bagaimana Bu, kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan kesal yang Ibu
rasakan saat ini ?. Menurut Ibu/Bapak dimana enaknya kita berbincang-

18
bincang? Bagaimana kalau ditempat ini saja. Saya akan menemani Ibu selama
20 menit. Apakah Ibu bersedia ?.

2. Fase Kerja

Apa yang membuat ibu kesal? Apa yang ibu rasakan saat kesal dan apa yang
telah ibu lakukan untuk mengatasi kekesalan ibu? Baiklah bu..saya mengerti.

Ada beberapa cara untuk meredakan kekesalan ibu, yaitu tarik nafas dalam,
istigfar ,berwudhu , shalat , dan bercakap- cakap dengan anggota keluarga ibu
yang lain. Ibu punya ibu punya hobi olah raga atau hobi yang lain nya?
Oya...kalau begitu ibu bisa melakukan hobi ibu untuk dapat mengatasi kekesalan
ibu.

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subjektif

Nah, kalau masih muncul rasa kesal , coba lakukan cara yang kita bahas tadi
ya bu? Mau coba cara yang mana?

Evaluasi objektif

Bagus sekali bu sudah mau mencoba .


b. Rencana tindak lanjut

Baiklah nanti saya akan datang lagi membahas tentang perasaan ibu lebih
lanjut, bagaimana ibu?

Kontrak yang akan datang

Nah, dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu, di jam yang sama.
Baiklah bu,sampai jumpa.

19
PROSES KEPERAWATAN (SP 3)

1. Kondisi Klien

Klien tampak merasa bersalah.

Diagnosa Keperawatan

Kehilangan dan berduka (respon tawar menawar terhadap kematian anak)

2. Tujuan Khusus

Klien mampu:
Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya

3. Tindakan Keperawatan

a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya


b. Dengarkan dengan penuh perhatian
c. Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak
rasional
d. Berikan dukungan spiritual

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi

Salam Terapeutik:

Selamat pagi, Bu Ani, masih ingat dengan saya? Saya perawat Rona yang
kemarin kesini bu.
Evaluasi/Validasi:
Selamat siang bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah melakukan
cara yang saya ajarkan untuk mengurangi perasaan kesal ibu?
Kontrak:
Bagaimana Bu, kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan yang Ibu
rasakan saat ini ?. Menurut Ibu dimana enaknya kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau ditempat ini saja. Saya akan menemani Ibu selama 20 menit.
Apakah Ibu bersedia ?.

20
2. Fase Kerja

Saya dapat memahami perasaan ibu, silahkan bercerita tentang perasaan ibu.
Tidak ada yang dapat kita salahkan, bu. Saya mengerti, sulit bagi ibu untuk
menerima kehilangan ini . Bagus, ibu mulai menyadari perasaan yang sudah
diungkapkan karena semua ini adalah kehendak Allah. Apabila perasaan
bersalah dan takut itu muncul kembali ibu berzikir , shalat, atau melakukan
kegiatan ibadah yang lain . Bagaimana, bu? Apakah ibu akan coba lakukan?

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subjektif

Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?. Iya, bu. Ibu terus
berdoa ya. Ibu bisa bercerita dengan anggota keluarga ibu yang lain.

Evaluasi objektif

Bagus sekali bu sudah mau mencoba mengungkapkannya .


b. Rencana tindak lanjut

Baiklah nanti saya akan datang lagi membahas tentang perasaan ibu lebih
lanjut, bagaimana ibu?

Kontrak yang akan datang

Nah, dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu, di jam yang sama.
Baiklah bu,sampai jumpa.

21
PROSES KEPERAWATAN (SP 4)

1. Kondisi Klien

Klien tampak sedih berkepanjangan.

Diagnosa Keperawatan

Kehilangan dan berduka (respon depresi terhadap kematian anak)

2. Tujuan Khusus

Klien mampu:
Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya
Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri

3. Tindakan Keperawatan

a. Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah


b. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya
c. Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan
memegang
d. Hargai perasaan pasien
e. Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul
f. Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi

Salam Terapeutik:

Selamat pagi, Bu Ani, senang bertemu ibu lagi.


Evaluasi/Validasi:
Selamat siang bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ada yang ingin ibu
ceritakan?.
Kontrak:
Bagaimana Bu, kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan yang Ibu
rasakan saat ini dan hal-hal positif yang dapat ibu lakukan?. Menurut Ibu

22
dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat ini saja.
Saya akan menemani Ibu selama 20 menit. Apakah Ibu bersedia ?.

2. Fase Kerja

Baiklah bu, saya akan duduk disebelah ibu dan menemani ibu. Saya siap
mendengarkan apabila apabila ada yang ingin disampaikan. Ibu boleh menangis,
akan ada perasaan lega. Ibu, saya dapat merasakan apa yang sedang ibu
rasakan. Ibu juga dapat menggunakan kesempatan yang ada dengan bercakap-
cakap dengan anggota keluarga ibu seperti anak ibu yang dua lagi, atau suami
ibu. (mulai membawa ke realitas aspek positif.)
Ibu dapat berbicara dengan tetangga yang punya pengalaman yang sama
seperti ibu. Sekarang, bagaimana kalau kita berdiskusi tentang kegiatan positif
yang ibu lakukan? Mulai dari yang biasa ibu lakukan dirumah maupun kegiatan
lain di luar rumah. Bagaimana kalau kita buat daftar kegiatan yang dapat ibu
lakukan? Wow..banyak sekali kegiatan yang dapat ibu lakukan.

3. Fase Terminasi

c. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subjektif

Ibu, bagaimana perasaan ibu setelah kita bicara? Iya, benar,masih banyak
yang dapat ibu lakukan. Ibu dapat melakukan kegiatan yang tadi sudah kita
bahas tadi.

Evaluasi objektif

Bagus sekali bu. Saya percaya ibu dapat melakukannya.


d. Rencana tindak lanjut

Baiklah nanti saya akan datang lagi membahas tentang hal-hal apa saja yang
ibu sudah lakukan, bagaimana ibu?

Kontrak yang akan datang

Nah, dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu, di jam yang sama.
Baiklah bu,sampai jumpa.

23
PROSES KEPERAWATAN (SP 5)

1. Kondisi Klien

Klien tampak lebih tabah walaupun masih terlihat sedih.

2. Diagnosa Keperawatan

Kehilangan dan berduka (respon penerimaan terhadap kematian anak)

3. Tujuan Khusus

Klien mampu:
Klien dapat menerima kehilangan
Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga maupun orang lain

4. Tindakan Keperawatan

a. Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur


b. Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada
ditahap yang sama pada saat yang bersamaan.
c. Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan
setelah masa berkabung telah dilalui
d. Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah
ziarah (menerima kenyataan), melihat foto-foto proses pemakaman

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi

Salam Terapeutik:

Selamat pagi, Bu Ani, senang bertemu ibu lagi.


Evaluasi/Validasi:
Selamat siang bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ada yang ingin ibu
ceritakan?.
Kontrak:
Bagaimana Bu, kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan yang Ibu
rasakan saat ini dan hal-hal positif yang sudah dapat ibu lakukan?. Menurut Ibu
dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat ini saja.
Saya akan menemani Ibu selama 20 menit. Apakah Ibu bersedia ?.

24
2. Fase Kerja

Ibu tampak agak ceria dan sangat berbeda dengan 2 hari yang lalu. Saya dengar
ibu sudah banyak melakukan aktifitas. Bagus sekali ibu...

Kegiatan apa lagi yang sudah ibu rencanakan untuk mengisi waktu? Saya
percaya ibu dapat kembali semangat dalam mengisi kehidupan ini. Kapan ibu
akan berziarah kemakam anak ibu? Ibu sudah melihat foto-foto proses
pemakaman anak ibu? Ya, ibu tampak sudah semangat lagi.

Fase Terminasi

e. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subjektif

Ibu, bagaimana perasaan sekarang. syukurlah kalau begitu.Ibu jangan


lupa untuk selalu beraktivitas yang positif ya..

Evaluasi objektif

Bagus sekali bu. Saya senang ibu mau melakukannya.


f. Rencana tindak lanjut

Baiklah nanti saya akan datang lagi untuk menemani ibu bercerita

Kontrak yang akan datang

Nah, dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu, di jam yang sama.
Baiklah bu,sampai jumpa.

25
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian dan
Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Dalami, Ermawati,dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta:
Trans Info Media.

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

Yosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

26
1. Situasi dimana individu kehilangan sesuatu yang sebelumnya dimiliki yaitu :
A. Loss
B. Grieving
C. Loss and grieving
D. Semua benar
E. Semua salah

2. Individu sering menarik diri, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, dan
merasa tidak berharga. Reaksi berduka yang dialami individu tersebut termasuk
ke dalam fase :
A. Fase Denial
B. Fase Bargaining
C. Fase depresi
D. Fase Anger
E. Fase Acceptance
3. Pada reaksi berduka terdapat beberapa fase . Yang termasuk kedalam fase
acceptance (penerimaan) adalah
A. Mengingkari kenyataan bahwa kehilangan itu memang terjadi
B. Dimulai dengan timbulnyakesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan
C. Individu sering menarik diri, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan
dan merasa tidak berharga
D. Menerima kenyataan kehilangan yang dialami
E. Mulai tawar menawar terhadap loss, mengekspresikan rasa bersalah, takut,
punishmen terhadap rasa berdosanya
4. Robi baru saja mengantarkan pulang kekasihnya anggrek setelah menikmati
malam indah berhiaskan kembang api di taman arek lancor. Beberapa saat
kemudian anggrek di telfon teman nya kalau robi terlibat dalam kecelakaan dan
kritis di UGD RS Pamekasan. Kontan saja anggrek terkejut, menjerit dan histeris.
Dalam jeritannya ia mengatakan tidak, pasti bukan dia, dia baru saja dari sini.
Pasti bikan dia, tapi orang lain. Respon kehilangan yang ditunjukkan oleh
anggrek termasuk pada fase sebagao berikut...
a. Denial.
b. Anger
c. Bargaining
d. Depression
e. Acceptance

5. Kebutuhan keluarga yang berduka membutuhkan :


1. Harapan.
2. Partisipasi.

27
3. Support.
4. Kebutuhan spiritual.

6. Akhirnya jiwa robi tidak tertolong, anggrek sedih yang sangat dalam. Ia tidak
mau ditemani oleh siapapun, ia hanya mau sendiri, tidak mau makan,
aktifitasnya terganggu, tidak mandi beberapa hari. Respon kehilangan yang
ditunjukkan oleh anggrek termasuk pada fase sebagai berikut..
a. Denial
b. Anger
c. Bargaining
d. Depression.
e. Acceptance

7. Ny. A baru saja kehilangan anaknya seminggu yang lalu. Semenjak itu Ny.A sering
berdiam diri di kamar, terkadang beliau berteriak dan membanting barang-
barang yang ada di sekitarnya. Pada saat dilakukan pengkajian di dapati klien
dengan muka yang marah, gelisah, nadi cepat, dan agresif. Menurut rentang
respon kehilangan dari keterangan di atas Ny.A mengalami rentang respon
kehilangan pada fase...
a. Denial
b. Anger.
c. Bergaining
d. Depression
e. Acceptance

8. Dari kasus diatas Ny.A mengalami kehilangan pada kategori ..


a. Kehilangan objek eksternal
b. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
c. Kehilangan orang terdekat.
d. Kehilangan aspek diri
e. Kehilngan hidup

9. Sebutkan bentuk dan karakteristik kehilangan......


Jawaban :
1. Kehilangan orang yang berarti
2. Kehilangan kesejahteraan fisiopsikologis
3. Kehilangan milik pribadi

10. Reaksi emosi terhadap kehilangan, biasanya akibat perpisahan dimanifestasikan


dalam perilaku perasaan dan pemikiran yaitu:
Jawaban
Grieving

28

Anda mungkin juga menyukai