A. Kehilangan
1. Definisi
1
jumlah waktu yang dibutuhkan dalam menetapkan kembali ekuilibrium fisik,
psikologis, dan sosial. Adapun rentang responnya yaitu:
2. Bentuk-Bentuk Kehilangan
a) Kehilangan orang yang berarti
b) Kehilangan kesejahteraan
c) Kehilangan milik pribadi
3. Sifat Kehilangan
a) Tibatiba (Tidak dapat diramalkan) Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak
diharapkan dapat mengarah pada pemulihan dukacita yang lambat.
Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian
diri akan sulit diterima contoh, kematian, perceraian atau perpisahan.
b) Berangsurangsur (Dapat Diramalkan) Penyakit yang sangat menyulitkan,
berkepanjangan, dan menyebabkan yang ditinggalkan mengalami keletihan
emosional (Rando:1984). Penelitian menunjukan bahwa yang ditinggalkan
oleh klien yang mengalami sakit selama 6 bulan atau kurang mempunyai
kebutuhan yang lebih besar terhadap ketergantungan pada orang lain,
mengisolasi diri mereka lebih banyak, dan mempunyai peningkatan
perasaan marah dan bermusuhan. Kemampuan untuk meyelesaikan proses
berduka bergantung pada makna kehilangan dan situasi sekitarnya.
Kemampuan untuk menerima bantuan menerima bantuan mempengaruh
apakah yang berduka akan mampu mengatasi kehilangan. Visibilitas
kehilangan mempengaruh dukungan yang diterima. Durasi perubahan (mis.
Apakah hal tersebut bersifat sementara atau permanen) mempengaruhi
jumlah waktu yang dibutuhkan dalam menetapkan kembali ekuilibrium fisik,
pshikologis, dan social.
2
4. Tipe Kehilangan
a) Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama
dengan individu yang mengalami kehilangan.
b) Perceived Loss (psikologis)
Perasaan individual, tetapi menyangkut hal hal yang tidak dapat diraba
atau dinyatakan secara jelas.
c) Ancipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu
memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan
yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota)
menderita sakit terminal. Tipe dari kehilangan dipengaruhi tingkat distres.
Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak menimbulkan distres yang sama
ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan kita. Nanun demikian, setiap
individu memiliki respon terhadap kehilangan secara berbeda. Kematian
seorang anggota keluarga mungkin menyebabkan distress lebih besar
dibandingkan kehilangan hewan peliharaan, tetapi bagi orang yang hidup
sendiri kematian hewan peliharaan menyebabkan distress emosional yang
lebih besar dibanding saudaranya yang sudah lama tidak pernah bertemu
selama bertahun-tahun. Kehilangan dapat bersifat aktual atau dirasakan.
Kehilangan yang bersifat actual dapat dengan mudah diidentifikasi, misalnya
seorang anak yang teman bermainnya pindah rumah. Kehilangan yang
dirasakan kurang nyata dan dapat di salahartikan , seperti kehilangan
kepercayaan diri atau prestise.
3
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah
dikenal mencakup lingkungan yang telah dikenal Selma periode tertentu atau
kepindahan secara permanen. Contohnya pindah ke kota baru atau perawatan
diruma sakit. Kehilangan melalui perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal
dapat terjadi melalui situasi maturaasionol, misalnya ketika seorang lansia
pindah kerumah perawatan, atau situasi situasional, contohnya mengalami
cidera atau penyakit dan kehilangan rumah akibat bencana alam.
c) Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung,
guru, teman, tetangga, dan rekan kerja.Artis atau atlet terkenal mumgkin
menjadi orang terdekat bagi orang muda. Riset membuktikan bahwa banyak
orang menganggap hewan peliharaan sebagai orang terdekat. Kehilangan dapat
terjadi akibat perpisahan atau kematian.
d) Kehilangan aspek diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis,
atau psikologis.Kehilangan anggota tubuh dapat mencakup anggota gerak,
mata, rambut, gigi, atau payudara. Kehilangan fungsi fisiologis mencakup
kehilangan kontrol kandung kemih atau usus, mobilitas, atau fungsi sensori.
Kehilangan fungsi fisikologis termasuk kehilangan ingatan, harga diri, percaya
diri atau cinta. Kehilangan aspek diri ini dapat terjadi akibat penyakit, cidera,
atau perubahan perkembangan atau situasi. Kehilangan seperti ini dapat
menghilangkan sejatera individu. Orang tersebut tidak hanya mengalami
kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen
dalam citra tubuh dan konsep diri.
e) Kehilangan hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana orang
tersebut akan meninggal. Doka (1993) menggambarkan respon terhadap
penyakit yang mengancam- hidup kedalam empat fase. Fase presdiagnostik
terjadi ketika diketahui ada gejala klien atau faktor resiko penyakit. Fase akut
berpusat pada krisis diagnosis. Dalam fase kronis klien bertempur dengan
penyakit dan pengobatanya ,yang sering melibatkan serangkain krisis yang
diakibatkan. Akhirnya terdapat pemulihan atau fase terminal Klien yang
mencapai fase terminal ketika kematian bukan hanya lagi kemungkinan, tetapi
4
pasti terjadi. Pada setiap hal dari penyakit klien dan keluarga dihadapkan
dengan kehilangan yang beragam dan terus berubah Seseorang dapat tumbuh
dari pengalaman kehilangan melalui keterbukaan, dorongan dari orang lain,
dan dukungan adekuat.
B. Berduka
5
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
6
yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan
seseorang.
Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum.
Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di
masa lalu terhadap almarhum.
Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga
pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya.
Kesadaran baru telah berkembang.
b) Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi
pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak
untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti Tidak,
tidak mungkin seperti itu, atau Tidak akan terjadi pada saya! umum
dilontarkan klien.
Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin bertindak lebih pada
setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada
fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah.
Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan
merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas
untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat
orang lain.
Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya
melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
7
Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross
mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus
asa.
c) Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup
yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan
bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi
yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka
yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
d) Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 kategori:
Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling
dalam dan dirasakan paling akut.
Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien
belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
8
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan psikososial adalah:
a. Status emosional
1. Apakah emosi sesuai perilaku?
2. Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
3. Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4. Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5. Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri
1. Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2. Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3. Apakan klien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
1. Apakah klien mudah merespon?
2. Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3. Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4. Apakah klien menolak untuk memberi respons?
d. Pola interaksi
1. Kepada siapa klien mau berinteraksi?
2. Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3. Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?
e. Pendidikan dan pekerjaan
1. Pendidikan terakhir
2. Keterampilan yang mampu dilakukan
3. Pekerjaan klien
4. Status keuangan
f. Hubungan sosial
1. Teman dekat klien
2. Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3. Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
9
g. Faktor kultur sosial
1. Apakah agama dan kebudayaan klien?
2. Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3. Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
h. Pola hidup
1. Dimana tempat tinggal klien?
2. Bagaimana tempat tinggal klien?
3. Dengan siapa klien tinggal?
4. Apa yang klien lakukan untuk meyenangkan diri?
i. Keluarga
1. Apakah klien sudah menikah?
2. Apakah klien sudah mempunyai anak?
3. Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4. Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5. Bagaimana tingkat kecemasaan klien?
10
2. Faktor pencetus
Perasaan kehilangan dapat berupa stress nyata atau imajinasi individu seperti
kehilangan kesehatan, fungsi seksualitas, harga diri, kehilangan pekerjaan dan lain-
lain.
3. Perilaku
Individu yang mengalami kehilangan sering menangis atau tidak mampu menangis.
Marah-maarah, putus asa. Kadang ada keinginan untuk bunuh diri atau ingin
membunuh orang lain.
4. Mekanisme koping
Individu yang menggunakan mekanisme seperti refresi, regresi dan disosiasi dan
proyeksi.Pada tahat depresi individu sering menggunakan mekanisme koping regresi
dan disosiasi secara berlebihan dan tidak tepat.
B. Diagnosa Keperawatan
Kehilangan
11
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Klien mampu: SP 2
kemarahan nya secara verbal 2. Dorong dan beri waktu kepada pasien
12
ketidakberdayaan
4. Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan
keluarga
5. Hindari menarik diri dan dendam karena
pasien /keluarga bukan marah pada
perawat
6. Tangani kebutuhan pasien pada segala
reaksi kemarahan nya
Klien mampu: SP 3
Klien dapat mengidentifikasi 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)
rasa bersalah dan perasaan 2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa
takutnya bersalah dan rasa takutnya
3. Dengarkan dengan penuh perhatian
4. Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa
bersalah dan ketakutan yang tidak rasional
5. Berikan dukungan spiritual
Klien mampu: SP 4
Klien dapat mengidentifikasi 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2&3)
tingkat depresi 2. Identifikasi tingkat depresi dan bantu
Klien dapat mengurangi rasa mengurangi rasa bersalah
13
bersalah nya 3. Berikan kesempatan kepada pasien untuk
Klien dapat menghindari mengekspresikan kesedihannya
tindakan yang dapat merusak 4. Beri dukungan non verbal dengan cara
diri duduk disamping pasien dan memegang
5. Hargai perasaan pasien
6. Bersama pasien bahas pikiran negatif yang
sering timbul
7. Latih pasien dalam mengidentifikasi hal
positif yang masih dimiliki
Klien mampu: SP 5
dengan keluarga maupun orang 3. Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena
14
5. Jika keluarga mengikuti proses
pemakaman,hal yang dapat dilakukan
adalah ziarah (menerima kenyataan),
melihat foto-foto proses pemakaman
15
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)
1. Kondisi Klien
Diagnosa Keperawatan
2. Tujuan Khusus
Klien mampu:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien mampu mengungkapkan perasaan berduka
3. Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
Salam Terapeutik:
16
Kontrak:
Bagaimana Bu, kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan sedih yang Ibu
rasakan saat ini ?. Menurut Ibu dimana enaknya kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau ditempat ini saja. Bagaimana kalau kita berbincang-bincang
selama 30 menit. Apakah Ibu bersedia ?.
2. Fase Kerja
Apakah ibu mau menyampaikan sesuatu? Baiklah ibu saya paham dengan
perasaan ibu saat ini,ibu sedih dan kita semua disini juga sedih, tapi semua itu
sudah kehendak dari yang kuasa, kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri
dan menerima semua ini. Ibu mau minum? Saya ambilkan... ya. Bagaimana
dengan makan? coba sedikit ya bu, agar ibu tidak lemas, apakah ibu mau
kemakam? Baiklah akan saya temani ya bu...
3. Fase Terminasi
Evaluasi subjektif
Evaluasi objektif
Ibu masih tampak tampak sedih. Saya akan pulang dulu ya bu. Usahakan ibu
makan, minum,dan istirahat ya. Bagus sekali bu, harus semangat ya .
b) Rencana tindak lanjut
Baiklah Ibu nanti saya akan datang lagi, saya akan menemani ibu untuk
mendengarkan tentang yang ibu rasakan. Bagus sekali Bu.
Nah, dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu, di jam yang sama.
Baiklah bu,sampai jumpa.
17
PROSES KEPERAWATAN (SP 2)
1. Kondisi Klien
Diagnosa Keperawatan
2. Tujuan Khusus
Klien mampu:
Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal
Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif
3. Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
Salam Terapeutik:
Selamat pagi, Bu Ani, masih ingat dengan saya? Saya perawat Rona yang
kemarin kesini bu.
Evaluasi/Validasi:
Tampak nya ibu sedang kesal?
Kontrak:
Bagaimana Bu, kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan kesal yang Ibu
rasakan saat ini ?. Menurut Ibu/Bapak dimana enaknya kita berbincang-
18
bincang? Bagaimana kalau ditempat ini saja. Saya akan menemani Ibu selama
20 menit. Apakah Ibu bersedia ?.
2. Fase Kerja
Apa yang membuat ibu kesal? Apa yang ibu rasakan saat kesal dan apa yang
telah ibu lakukan untuk mengatasi kekesalan ibu? Baiklah bu..saya mengerti.
Ada beberapa cara untuk meredakan kekesalan ibu, yaitu tarik nafas dalam,
istigfar ,berwudhu , shalat , dan bercakap- cakap dengan anggota keluarga ibu
yang lain. Ibu punya ibu punya hobi olah raga atau hobi yang lain nya?
Oya...kalau begitu ibu bisa melakukan hobi ibu untuk dapat mengatasi kekesalan
ibu.
3. Fase Terminasi
Evaluasi subjektif
Nah, kalau masih muncul rasa kesal , coba lakukan cara yang kita bahas tadi
ya bu? Mau coba cara yang mana?
Evaluasi objektif
Baiklah nanti saya akan datang lagi membahas tentang perasaan ibu lebih
lanjut, bagaimana ibu?
Nah, dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu, di jam yang sama.
Baiklah bu,sampai jumpa.
19
PROSES KEPERAWATAN (SP 3)
1. Kondisi Klien
Diagnosa Keperawatan
2. Tujuan Khusus
Klien mampu:
Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
3. Tindakan Keperawatan
Salam Terapeutik:
Selamat pagi, Bu Ani, masih ingat dengan saya? Saya perawat Rona yang
kemarin kesini bu.
Evaluasi/Validasi:
Selamat siang bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah melakukan
cara yang saya ajarkan untuk mengurangi perasaan kesal ibu?
Kontrak:
Bagaimana Bu, kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan yang Ibu
rasakan saat ini ?. Menurut Ibu dimana enaknya kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau ditempat ini saja. Saya akan menemani Ibu selama 20 menit.
Apakah Ibu bersedia ?.
20
2. Fase Kerja
Saya dapat memahami perasaan ibu, silahkan bercerita tentang perasaan ibu.
Tidak ada yang dapat kita salahkan, bu. Saya mengerti, sulit bagi ibu untuk
menerima kehilangan ini . Bagus, ibu mulai menyadari perasaan yang sudah
diungkapkan karena semua ini adalah kehendak Allah. Apabila perasaan
bersalah dan takut itu muncul kembali ibu berzikir , shalat, atau melakukan
kegiatan ibadah yang lain . Bagaimana, bu? Apakah ibu akan coba lakukan?
3. Fase Terminasi
Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?. Iya, bu. Ibu terus
berdoa ya. Ibu bisa bercerita dengan anggota keluarga ibu yang lain.
Evaluasi objektif
Baiklah nanti saya akan datang lagi membahas tentang perasaan ibu lebih
lanjut, bagaimana ibu?
Nah, dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu, di jam yang sama.
Baiklah bu,sampai jumpa.
21
PROSES KEPERAWATAN (SP 4)
1. Kondisi Klien
Diagnosa Keperawatan
2. Tujuan Khusus
Klien mampu:
Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya
Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri
3. Tindakan Keperawatan
Salam Terapeutik:
22
dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat ini saja.
Saya akan menemani Ibu selama 20 menit. Apakah Ibu bersedia ?.
2. Fase Kerja
Baiklah bu, saya akan duduk disebelah ibu dan menemani ibu. Saya siap
mendengarkan apabila apabila ada yang ingin disampaikan. Ibu boleh menangis,
akan ada perasaan lega. Ibu, saya dapat merasakan apa yang sedang ibu
rasakan. Ibu juga dapat menggunakan kesempatan yang ada dengan bercakap-
cakap dengan anggota keluarga ibu seperti anak ibu yang dua lagi, atau suami
ibu. (mulai membawa ke realitas aspek positif.)
Ibu dapat berbicara dengan tetangga yang punya pengalaman yang sama
seperti ibu. Sekarang, bagaimana kalau kita berdiskusi tentang kegiatan positif
yang ibu lakukan? Mulai dari yang biasa ibu lakukan dirumah maupun kegiatan
lain di luar rumah. Bagaimana kalau kita buat daftar kegiatan yang dapat ibu
lakukan? Wow..banyak sekali kegiatan yang dapat ibu lakukan.
3. Fase Terminasi
Evaluasi subjektif
Ibu, bagaimana perasaan ibu setelah kita bicara? Iya, benar,masih banyak
yang dapat ibu lakukan. Ibu dapat melakukan kegiatan yang tadi sudah kita
bahas tadi.
Evaluasi objektif
Baiklah nanti saya akan datang lagi membahas tentang hal-hal apa saja yang
ibu sudah lakukan, bagaimana ibu?
Nah, dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu, di jam yang sama.
Baiklah bu,sampai jumpa.
23
PROSES KEPERAWATAN (SP 5)
1. Kondisi Klien
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
Klien mampu:
Klien dapat menerima kehilangan
Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga maupun orang lain
4. Tindakan Keperawatan
Salam Terapeutik:
24
2. Fase Kerja
Ibu tampak agak ceria dan sangat berbeda dengan 2 hari yang lalu. Saya dengar
ibu sudah banyak melakukan aktifitas. Bagus sekali ibu...
Kegiatan apa lagi yang sudah ibu rencanakan untuk mengisi waktu? Saya
percaya ibu dapat kembali semangat dalam mengisi kehidupan ini. Kapan ibu
akan berziarah kemakam anak ibu? Ibu sudah melihat foto-foto proses
pemakaman anak ibu? Ya, ibu tampak sudah semangat lagi.
Fase Terminasi
Evaluasi subjektif
Evaluasi objektif
Baiklah nanti saya akan datang lagi untuk menemani ibu bercerita
Nah, dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu, di jam yang sama.
Baiklah bu,sampai jumpa.
25
DAFTAR PUSTAKA
Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian dan
Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Dalami, Ermawati,dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta:
Trans Info Media.
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.
26
1. Situasi dimana individu kehilangan sesuatu yang sebelumnya dimiliki yaitu :
A. Loss
B. Grieving
C. Loss and grieving
D. Semua benar
E. Semua salah
2. Individu sering menarik diri, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, dan
merasa tidak berharga. Reaksi berduka yang dialami individu tersebut termasuk
ke dalam fase :
A. Fase Denial
B. Fase Bargaining
C. Fase depresi
D. Fase Anger
E. Fase Acceptance
3. Pada reaksi berduka terdapat beberapa fase . Yang termasuk kedalam fase
acceptance (penerimaan) adalah
A. Mengingkari kenyataan bahwa kehilangan itu memang terjadi
B. Dimulai dengan timbulnyakesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan
C. Individu sering menarik diri, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan
dan merasa tidak berharga
D. Menerima kenyataan kehilangan yang dialami
E. Mulai tawar menawar terhadap loss, mengekspresikan rasa bersalah, takut,
punishmen terhadap rasa berdosanya
4. Robi baru saja mengantarkan pulang kekasihnya anggrek setelah menikmati
malam indah berhiaskan kembang api di taman arek lancor. Beberapa saat
kemudian anggrek di telfon teman nya kalau robi terlibat dalam kecelakaan dan
kritis di UGD RS Pamekasan. Kontan saja anggrek terkejut, menjerit dan histeris.
Dalam jeritannya ia mengatakan tidak, pasti bukan dia, dia baru saja dari sini.
Pasti bikan dia, tapi orang lain. Respon kehilangan yang ditunjukkan oleh
anggrek termasuk pada fase sebagao berikut...
a. Denial.
b. Anger
c. Bargaining
d. Depression
e. Acceptance
27
3. Support.
4. Kebutuhan spiritual.
6. Akhirnya jiwa robi tidak tertolong, anggrek sedih yang sangat dalam. Ia tidak
mau ditemani oleh siapapun, ia hanya mau sendiri, tidak mau makan,
aktifitasnya terganggu, tidak mandi beberapa hari. Respon kehilangan yang
ditunjukkan oleh anggrek termasuk pada fase sebagai berikut..
a. Denial
b. Anger
c. Bargaining
d. Depression.
e. Acceptance
7. Ny. A baru saja kehilangan anaknya seminggu yang lalu. Semenjak itu Ny.A sering
berdiam diri di kamar, terkadang beliau berteriak dan membanting barang-
barang yang ada di sekitarnya. Pada saat dilakukan pengkajian di dapati klien
dengan muka yang marah, gelisah, nadi cepat, dan agresif. Menurut rentang
respon kehilangan dari keterangan di atas Ny.A mengalami rentang respon
kehilangan pada fase...
a. Denial
b. Anger.
c. Bergaining
d. Depression
e. Acceptance
28