HEALING GARDEN
Healing garden merupakan bentuk ruang terbuka hijau yang berperan sebagai
pelepas stres sehingga diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan pasien,
karena itulah sesuai apabila diaplikasikan pada taman rumah sakit. Permasalahannya
adalah banyak rumah sakit yang tidak memaksimalkan fungsi tamannya sebagai
healing garden, seperti Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Islam Jemursari di
Surabaya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa hasil preferensi masyarakat
mengenai taman rumah sakit serta healing garden pada umumnya. Analisa preferensi
digunakan sebagai dasar utama dalam merancang ulang taman sebagai healing
garden disertai dengan studi literatur sebagai data pendukung. Hasil pengumpulan
data melalui metode observasi dan wawancara menunjukkan baik pasien maupun
tenaga medis setuju dengan adanya healing garden sebagai fasilitas pendukung.
Penelitian ini menghasilkan dua desain healing garden untuk masing-masing rumah
sakit. Keduanya sesuai kriteria, preferensi, dan kebutuhan pengguna serta sesuai
dengan kedua rumah sakit.
ABSTRACT
Healing garden is one type of green open spaces that has significant roles in
relieving stress in the hope to accelerate patients healing process. Thus healing
garden will be suitable to be applied in hospitals garden. The problem is many
hospitals dont provide healing garden as their facility despite having a potential
garden, like Darmo Hospital and Jemursari Islamic Hospital in Surabaya. The
objectives of this research are analyzing people preferences about hospital garden
regarding healing garden in general and using the preferences as a primary
foundation and literature studies as supporting data to redesign each of the hospitals
garden. The result of the collected data through observation and interview method
show that not only patients but also medical personnel agreed to add a healing garden
as a support facility in their hospitals. This research resulted two healing garden
designs for each hospitals. Both designs fulfill all the criteria, users preferences and
needs, and also match with the characteristics of both hospitals.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Disetujui:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala rahmat dan karuniaNya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Tema yang
dipilih sebagai judul skripsi ini adalah healing garden pada taman rumah sakit
dengan judul Perancangan Ulang Taman Rumah Sakit sebagai Healing Garden.
Ucapan terima kasih penulis berikan kepada Ibu Dr Ir Indung Sitti Fatimah,
MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan masukan. Penulis
juga mengungkap banyak rasa terima kasih kepada semua pihak yang membantu
proses penyelesaian skripsi ini, khususnya Ibu Alis dan Dr Arimbi dari Rumah Sakit
Darmo serta Ibu Yuli serta seluruh pihak departemen pendidikan dan latihan Rumah
Sakit Islam Jemursari. Selanjutnya untuk Ayah, Ibu, adik-adik dan keluarga, serta
teman-teman yang tidak pernah berhenti memberi doa, dukungan, dan semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah
informasi mengenai desain taman khususnya healing garden. Semoga penelitian ini
dapat menjadi bahan pertimbangan pihak rumah sakit khususnya dalam
memaksimalkan penggunaan ruang terbuka hijaunya.
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Batasan Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Pengaruh Alam Terhadap Kesehatan Manusia 3
Healing Garden 5
Perancangan Taman Rumah Sakit 8
METODOLOGI 9
Lokasi dan Waktu Penelitian 9
Alat dan Bahan 9
Metode dan Tahapan Penelitian 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Kondisi Umum Rumah Sakit 12
Profil dan Fasilitas Rumah Sakit 12
Lokasi dan Batas Tapak 14
Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak 18
Iklim Makro dan Mikro 19
Topografi dan Drainase 20
Vegetasi dan Satwa 21
Data Visual Tapak 24
Data Sosial 29
Analisis dan Sintesis 36
Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak 36
Iklim Makro dan Mikro 37
Topografi dan Drainase 38
Vegetasi dan Satwa 39
Visual Tapak 40
Sosial 40
Konsep 42
Konsep Dasar 42
Konsep Desain 42
Pengembangan Konsep Desain 44
Desain 48
Rumah Sakit Darmo 50
Rumah Sakit Islam Jemursari 61
SIMPULAN DAN SARAN 75
Simpulan 75
Saran 75
DAFTAR PUSTAKA 76
LAMPIRAN 78
RIWAYAT HIDUP 86
DAFTAR TABEL
1 Kriteria healing garden oleh Marcus (2007) 6
2 Kriteria healing garden oleh Stigsdotter (2005) 7
3 Jenis dan fungsi software 9
4 Data inventarisasi 10
5 Data vegetasi RS Darmo 21
6 Data vegetasi RSI Jemursari 23
7 Rekomendasi desain healing garden 41
8 Daftar vegetasi healing garden Rumah Sakit Darmo 50
9 Daftar vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari 61
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian 2
2 Lokasi penelitian 9
3 Kerangka tahapan penelitian 10
4 Batas Rumah Sakit Darmo 12
5 Batas Rumah Sakit Islam Jemursari 13
6 Kondisi lorong paviliun Rumah Sakit 14
7 Peta inventarisasi taman RS Darmo 15
8 Peta inventarisasi taman Rumah Sakit Islam Jemursari 17
9 Jalan setapak pada taman RS Darmo 18
10 Aksesibilitas taman RS Darmo 18
11 Aksesibilitas taman RSI Jemursari 19
12 Saluran air pada kedua tapak 21
13 Tanaman display pada taman RS Darmo 22
14 Peta view taman Rumah Sakit Darmo 25
15 View taman dari dua lantai 26
16 Peta view taman Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 1) 27
17 Peta view taman Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 2) 28
18 Grafik persepsi pasien terhadap healing garden secara umum 30
19 Grafik preferensi pasien mengenai relaksasi dan healing garden
secara khusus 31
20 Grafik preferensi pasien mengenai relaksasi dan healing garden
secara khusus 31
21 Grafik preferensi pasien terhadap warna, kondisi, dan elemen 32
22 Grafik preferensi pasien terhadap vegetasi dan atribut taman 33
23 Grafik opini dan pengalaman tenaga medis 34
24 Grafik preferensi tenaga medis terhadap healing garden 35
25 Grafik kebutuhan pasien mengenai taman menurut tenaga medis 35
26 Desain profil tangga 38
27 Bentukan matahari pada desain healing garden 43
28 Bentukan air dan penerapan pada desain healing garden 43
29 Konsep ruang healing garden RS Darmo 44
30 Konsep ruang healing garden RSI Jemursari : (a) Konsep ruang
taman a, c, d, dan e dan (b) konsep ruang taman b 45
31 Konsep vegetasi pada taman a, taman b, dan taman c RSI
Jemursari 47
32 Konsep vegetasi pada taman d dan taman e RSI Jemursari 47
33 Site plan healing garden Rumah Sakit Darmo 52
34 Peta view healing garden Rumah Sakit Darmo 53
35 Potongan healing garden Rumah Sakit Darmo 54
36 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Darmo 55
37 Detail gazebo healing garden Rumah Sakit Darmo 56
38 Detail arbor healing garden Rumah Sakit Darmo 57
39 Detail kursi (ruang privat bagian timur) healing garden Rumah
Sakit Darmo 58
40 Site plan healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari 64
41 Peta view healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian
1) 65
42 Peta view healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian
2) 66
43 Potongan healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian
1) 67
44 Potongan healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian
2) 68
45 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
(bagian 1) 69
46 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
(bagian 2) 70
47 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
(bagian 3) 71
48 Detail meja dan kursi ruang privat healing garden Rumah Sakit
Islam Jemursari 72
49 Detail fountain healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
(bagian 1) 73
50 Detail fountain healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
(bagian 2) 74
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner pasien 78
2 Kuesioner tenaga medis 83
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Pembuatan rancangan healing garden ini merupakan solusi yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pengguna, khususnya pasien pada rumah sakit, sesuai
dengan preferensi pengguna. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1:
Healing garden
Rancangan
healing garden
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Batasan Penelitian
Penelitian healing garden ini dibatasi oleh tapak taman dua rumah sakit yang
berada di Kota Surabaya. Masyarakat yang menjadi sumber preferensi dan persepsi
merupakan masyarakat di bidang kesehatan, yaitu dokter dan perawat rumah sakit,
termasuk pasien penderita penyakit fisik yang berada pada masa pengobatan. Hasil dari
penelitian dibatasi hingga produk akhir desain berupa site plan, gambar potongan,
gambar detail dan ilustrasi perspektif.
TINJAUAN PUSTAKA
Selama beberapa abad silam, alam beserta sinar matahari serta udara yang sejuk
telah menjadi komponen penting dalam proses penyembuhan karena menjadi bagian
dari sarana penyembuhan itu sendiri. Mulai dari sarana penyembuhan gereja di era
medieval hingga rumah sakit skala kota pada abad 17 dan 18. Desain yang dekat dengan
alam ini sempat menghilang pada tahun 1950 hingga 1990an di negara-negara barat.
Gedung rumah sakit dibangun menyerupai gedung institusional perkantoran sehingga
pendingin udara menggantikan udara alami, ruang terbuka menyempit untuk area parkir
kendaraan dan interior didesain seefisien mungkin sehingga tidak jarang menimbulkan
kondisi tertekan tidak hanya bagi pasien namun juga pengunjung dan tenaga medis.
Awal tahun 1990 pelaku bidang keehatan mulai sadar kembali akan pentingnya
4
interaksi pasien dengan alam sehingga alam kembali menjadi pertimbangan dalam
penataan fasilitas kesehatan (Marcus, 2007).
Cukup banyak penelitian yang membuktikan bahwa alam memberikan pengaruh
positif bagi masyarakat dalam fasilitas kesehatan, baik itu pasien, staf, maupun
pengunjung lainnya. Penelitian oleh Marcus dan Barnes dalam Marcus (2007)
menunjukkan bahwa pengguna taman di empat rumah sakit memberikan respon positif
setelah menghabiskan beberapa waktu di taman. Respon ini antara lain menjadi lebih
tenang, kuat, dapat berpikir dengan jernih, serta merasakan suatu hubungan spiritual
dalam taman.
Velarde, Fry, dan Tveit (2007) memberikan rangkuman atas 31 penelitian
mengenai pemandangan lanskap terhadap pengaruh kesehatan. Beberapa penelitian
menggunakan metode dengan pengukuran kuantitatif seperti tekanan darah, detak
jantung, aktivitas otak menggunakan elektroensefalogram serta penggunaan obat
penahan rasa sakit. Hasilnya menunjukkan konsistensi dimana responden dari setiap
penelitian yang memberikan hasil baik merupakan responden yang memiliki akses
untuk memandang lanskap alami.
Penelitian yang telah dilakukan menjawab pertanyaan mengenai hubungan antara
alam dengan kesehatan manusia namun tidak menjawab mengapa alam dapat
memberikan efek-efek tersebut. Hingga saat ini belum ada penelitian yang mengungkap
mengapa alam dapat mempengaruhi manusia namun terdapat beberapa teori yang
berusaha menjawab pertanyaan ini. Lima teori pertama dari Stigsdotter dan Grahn
(2002) didapat dari penelitian pada tiga institusi pendidikan: The Healing Garden
School, The Horticultural Therapy School, dan The Cognitive School.
Teori pertama berkaitan dengan sistem limbik otak manusia yang merupakan
tempat terletaknya pusat emosi manusia, dimana emosi ini dipengaruhi oleh efek
penyembuhan yang diberikan oleh lingkungan sekitar dan alam. Teori ini memandang
manusia sebagai makhluk biologis yang cocok memiliki kehidupan dekat dengan alam.
Lingkungan alam yang sifatnya natural membuat manusia secara tidak sadar
mempercayakan aksi dan reaksinya kepada refleks spontan. Sebuah pemandangan
danau yang terbingkai dengan indah akan merangsang manusia secara refleks menjadi
tenang dan rileks. Suasana alam lain juga membuat seseorang yang berada dalam
tekanan secara tidak sadar akan menjadi rileks kembali.
Teori kedua berhubungan dengan kemampuan penyembuhan yang dipengaruhi
oleh hijaunya alam pada fungsi kognitif manusia. Teori ini dilandaskan pada dua tipe
atensi manusia yaitu atensi spontan dan atensi tak spontan. Atensi tak spontan
merupakan suatu bentuk konsentrasi yang sengaja dilakukan dan terarah, memiliki
kapasitas tertentu yang akan cepat lelah dan terkuras dalam waktu yang singkat.
Penggunaannya pada kegiatan sehari-hari seperti mengerjakan tugas sehari-hari atau
saat berkendara. Hal ini juga membutuhkan tingkat kesadaran yang lebih tinggi dan
membutuhkan lebih banyak perhatian karena pikiran akan memilah pada apa yang harus
dilakukan dan apa yang dikesampingkan.
Berkebalikan dengan atensi tak spontan, atensi spontan tidak memiliki kapasitas
tertentu dan pada dasarnya tak terbatas. Pemandangan alam atau hal natural sederhana
seperti bebatuan atau suara yang ditimbulkan gesekan dedaunan menimbulkan
ketertarikan dan rasa kagum yang diciptakan oleh atensi spontan. Hal-hal natural dan
sederhana seperti ini tidak membutuhkan kesadaran yang tinggi dan otak tidak perlu
memilah kembali apa yang harus dilakukan atau dikesampingkan sehingga tidak akan
menimbulkan kelelahan.
5
Healing Garden
Barnes dan Marcus dalan Vapaa (2002) menyatakan bahwa taman di area rumah
sakit yang dapat memberikan efek penyembuhan terhadap manusia. Efek penyembuhan
yang dimaksud adalah meringankan stres bagi user, serta menyediakan ketenangan,
keteduhan serta meremajakan kembali kondisi mental seseorang. Penyembuhan ini juga
tidak berarti menyembuhkan penyakit atau luka fisik yang diderita seseorang. Sebuah
taman yang memberikan efek penyembuhan ini disebut sebuah healing garden. Healing
garden ini merupakan sebuah kategori taman, baik indoor maupun outdoor, yang
memang didesain khusus sebagai healing garden oleh pihak administrasi rumah sakit
dan desainernya.
Menurut penelitian yang dilakukan Kaplans dan Ulrich dalam Severtsen (2006)
semua bentuk taman dapat dikatakan sebagai healing garden karena pada dasarnya
taman atau ruang terbuka hijau secara umum dapat memberikan efek positif terhadap
pasien. Beberapa fakta ditemukan dalam penelitian antara lain pasien yang dapat
memandang suasana alam dari ruangannya memiliki waktu rawat inap lebih cepat
6
selama paskaoperasi, membutuhkan lebih sedikit obat-obatan, serta staf kesehatan yang
menangani pasien akan memberikan lebih sedikit komentar negatif mengenai pasien.
Stigsdotter (2002) menyatakan bahwa sebuah taman, di rumah sakit khususnya,
mungkin tidak selalu memberikan dampak positif dan sebaliknya, dapat memicu sifat
negatif bagi user. Dibutuhkan pemahaman yang tepat bagi seorang desainer healing
garden untuk memahami siapa yang akan menjadi sasaran sebuah healing garden.
Vapaa (2002) menyatakan bahwa keterlibatan calon user dalam menentukan hasil akhir
dari rancangan nantinya merupakan hal yang penting dalam proses merancang sebuah
healing garden.
Beberapa panduan dalam pembuatan healing garden diajukan oleh beberapa ahli
sebagai hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Panduan ini ditujukan untuk
membantu perancang dalam menentukan rancangan agar apa yang dihasilkan sesuai dan
dapat dikategorikan sebagai sebuah healing garden. Salah satu panduan desain
mengenai healing garden telah dibuat pada tahun 1999 oleh Ulrich, Marcus, dan Barnes
namun dikembangkan kembali sebuah panduan atau kriteria oleh Marcus (2007)
terhadap healing garden (Tabel 1).
Dari kesepuluh kriteria pada Tabel 1 dibentuk lima kriteria yang menggabungkan
kriteria dengan sifat yang sama yaitu:
1. aksesibilitas, taman diharuskan memiliki akses untuk pengguna dari semua
kalangan usia dan kemampuan. Akses masuk maupun dalam taman sebaiknya
berukuran cukup lebar. Ruang penjaga dan perawat juga memiliki akses visual
terhadap keadaan taman terutama area taman untuk anak-anak dan pasien yang
lemah.
2. penciptaan suasana, taman yang memberikan efek terapeutis sebaiknya tenang,
berkebalikan dengan ruang terbuka untuk publik. Suasana yang memberikan
ketenangan seperti suara burung, air mancur, maupun suara dari lonceng
dibutuhkan oleh pasien. Suasana nyaman dan aman juga dibutuhkan sesuai dengan
kebutuhan pasien masing-masing. Perlu dihindari situasi yang menyebabkan
pasien menjadi seperti objek yang diperhatikan oleh sekeliling mereka sehingga
dibutuhkan suasana privat. Kondisi yang familiar terhadap keadaan tempat tinggal
pasien juga dibutuhkan dan dapat diwujudkan dengan pemilihan vegetasi serta
furnitur yang sesuai,
7
Dari kesepuluh kriteria pada Tabel 2 dibentuk lima kriteria yang menggabungkan
kriteria dengan sifat yang sama yaitu:
1. aksesibilitas, desain healing garden dibuat untuk dapat diakses oleh pasien dengan
segala kekurangannya. Penentuan material jalan perlu diperhatikan karena
berdampak pada perhatian pasien terhadap tubuhnya,
2. fleksibilitas, sebuah healing garden sebaiknya dapat terus dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan pasien atau bersifat fleksibel. Walaupun desain yang dibuat
telah disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat ini, healing garden tidak menutup
kemungkinan dikembangkan kembali untuk memenuhi kebutuhan yang bertambah
di masa datang,
3. kekuatan emosional pengunjung, respon yang diberikan pasien terhadap taman
akan tergantung pada kekuatan emosional pasien tersebut. Sebuah healing garden
didesain untuk memberikan fasilitas sesuai dengan berbagai keadaan mental
pasien. Beberapa pasien dalam keadaan emosional yang buruk membutuhkan
privasi untuk menyendiri dan pasien dengan emosi yang lebih baik dan stabil lebih
memilih untuk berinteraksi dengan pengunjung lain pada taman,
4. keamanan, pengguna taman diharuskan memilki rasa aman dalam melakukan
berbagai aktivitas di dalam healing garden, dan
8
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Islam Jemursari,
Surabaya, Jawa Timur. Tapak di RS Darmo merupakan taman utama yang memiliki
luas 2395.19 m2 dan tapak di RSI Jemursari merupakan taman di dalam area rumah
sakit dengan total luas 3003.41 m2. Gambar 2 menunjukkan lokasi penelitian.
Alat yang digunakan selama proses penelitian antara lain: meteran, kamera,
catatan, dan alat tulis untuk pengambilan dan pengumpulan data primer. Pengolahan
data menggunakan tujuh software. Fungsi setiap software dijelaskan pada Tabel 3:
Metode yang digunakan dalam penelitian perancangan ulang taman rumah sakit
sebagai healing garden ini melalui observasi lapang, wawancara, dan studi pustaka.
Observasi lapang digunakan untuk mengumpulkan data umum dan data visual tapak.
Wawancara ditujukan pada masyarakat di bidang kesehatan dan ilmu pendukung terkait
10
serta pasien untuk mendapatkan data sosial. Studi pustaka dilakukan untuk
mendapatkan data pendukung lain. Tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian adalah
persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan desain (Gambar 3).
1. Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan penetapan tujuan penelitian, melengkapi surat-surat
untuk permohonan izin, serta penetapan rumah sakit sebagai lokasi tapak penelitian.
Rumah sakit yang menjadi tapak penelitian adalah rumah sakit yang mengangkat
konsep hijau dengan ruang terbuka hijau di dalam area gedung dan telah memiliki
pengelolaan taman yang baik. Dari seluruh rumah sakit yang memenuhi kriteria
yang dibutuhkan dipilih dua rumah sakit sebagai lokasi penelitian.
2. Inventarisasi
Proses inventarisasi dilakukan untuk mengumpulkan semua data yang terkait
dengan preferensi pengguna serta informasi mengenai healing garden yang meliputi
data umum, data fisik dan biofisik, data visual, dan data sosial. Data sosial yang
dibutuhkan dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner melalui pihak rumah sakit
sebanyak 20 untuk perawat dan tenaga ahli medis serta 20 kuesioner untuk pasien
rumah sakit. Tujuan penyebaran kuesioner adalah mengetahui keinginan, harapan,
serta kebutuhan pasien terhadap taman rumah sakit. Kuesioner ini merupakan
kuesioner gabungan terbuka dan tertutup. Jenis data yang digunakan dalam
pengumpulan preferensi pengguna selengkapnya terdapat pada Tabel 4.
11
Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Islam Jemursari merupakan rumah sakit
swasta yang masing-masing terletak di kawasan Surabaya tengah dan Surabaya selatan.
Kedua rumah sakit memiliki sejarah dan latar belakang yang berbeda. Selain itu salah
satu perbedaan yang cukup mencolok adalah desain gedung keduanya. Rumah Sakit
Darmo dikenal dengan gedungnya yang menjadi bangunan cagar budaya peninggalan
masa kolonial dan masih terjaga dengan baik hingga saat ini. Rumah Sakit Islam
Jemursari memiliki ciri khas dengan dekorasi Islami pada bangunannya dan gedungnya
sendiri masih tergolong baru.
Satu hal yang menjadi persamaan kedua rumah sakit adalah konsep yang diangkat
kedua rumah sakit sebagai salah bentuk upaya publikasi. Baik RS Darmo maupun
Rumah Sakit Islam Jemursari memiliki konsep yang senada terkait dengan ruang
terbuka hijau. RS Darmo memiliki slogan the Green Hospital sedangkan RSI Jemursari
merupakan the Garden Hospital. Secara literal kedua rumah sakit sesuai dengan konsep
yang diangkat.
Visi RS Darmo adalah menjadi rumah sakit pilihan utama di Surabaya dengan
misinya yaitu memberikan pelayanan kesehatan bermutu tinggi dan memuaskan
pelanggan tanpa mengabaikan fungsi sosial. Tujuannya adalah meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif yang
akan dicapai melalui misi dan berbagai program dan kegiatan operasional pelayanan
kesehatan paripurna. RS Darmo memiliki moto yang berbunyi salus aegroti suprema
lex est yang berarti menyelamatkan penderita adalah kewajiban utama (Anonim, 2012).
sumber daya manusia yang profesional dengan integritas yang tinggi dan selalu
menyediakan sarana prasarana rumah sakit untuk mewujudkan implementasi pelayanan
islami dan berstandar internasional.
Kedua rumah sakit berada pada wilayah kota Surabaya yang beriklim tropis dan
memiliki temperatur panas merata. Kota Surabaya cenderung panas, begitu juga suasana
kedua tapak yang cukup panas. Data berikut merupakan data yang disusun menurut
Informasi Data Pokok Kota Surabaya Tahun 2012 dan diambil dari stasiun meteorologi
Juanda. Stasiun Juanda merupakan stasiun meteorologi yang mewakili kondisi cuaca
untuk area Surabaya pusat, lokasi RS Darmo, dan area Surabaya selatan yang
merupakan lokasi RSI Jemursari.
Temperatur tertinggi di area kedua rumah sakit adalah 35.4oC dan terendahnya
sebesar 20.6oC. Temperatur tertinggi terjadi pada bulan November dan temperatur
terendahnya pada bulan Juli dan Agustus. Rata-rata temperatur kedua area sebesar
27.5oC dengan kisaran 26.3oC hingga 29.5oC.
Kelembaban udara Kota Surabaya masih dalam kisaran kelembaban negara tropis
pada umumnya yaitu sebesar 70%-90%. Hasil data tahun 2012 menunjukkan kedua area
20
rumah sakit memiliki rata-rata kelembaban udara sebesar 77.17% dengan kelembaban
udara tertinggi pada bulan Juli sebesar 84% dan terendahnya pada bulan Oktober
dengan kelembaban 68%.
Data curah hujan untuk kedua lokasi tapak adalah 154.3 mm pada tahun 2012.
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 445.9 mm. Selama bulan Juli,
Agustus, dan September sama sekali tidak turun hujan. Pola yang sama juga terjadi
selama tahun 2009-2011 yaitu curah hujan yang tinggi selama musim hujan di bulan
Januari, Februari, dan Maret. Musim kemarau pada bulan Juli hingga Oktober sama
sekali tidak turun hujan. Curah hujan yang rendah serta tidak adanya hujan dalam
beberapa bulan pada musim kemarau menambah kesan panas pada tapak.
Angin yang bertiup di area kedua rumah sakit dapat digolongkan sebagai
hembusan angin pelan. Rata-rata kecepatan angin di area rumah sakit adalah 7 knot,
dengan kisaran sebesar 6.3-9 knot dengan arah terbanyak menuju timur. Hasil observasi
di kedua rumah sakit sendiri juga menunjukkan angin cenderung menuju arah timur.
Rumah sakit Darmo berada di Kecamatan Tegalsari yang merupakan bagian dari
pusat kota Surabaya. Menurut Dinas Pertanian Kota Surabaya dalam Profil
Keanekaragaman Hayati Kota Surabaya (2012), daerah tersebut memiliki ketinggian 1.7
mdpl. Dengan kemiringan lereng 0-2%, Rumah Sakit Darmo tergolong datar. Taman
pada rumah sakit juga tergolong datar dan tidak memiliki permainan ketinggian di
dalamnya. RSI Jemursari berada di Surabaya bagian selatan dengan ketinggian 7 mdpl.
RSI Jemursari juga memiliki kemiringan sebesar 0-2% dan tergolong datar. Taman-
taman yang berada di dalam rumah sakit tergolong datar tanpa perbedaan ketinggian.
Topografi yang tergolong datar di kedua tapak memudahkan user dalam melintasi
taman. Topografi yang datar juga menyebabkan kemungkinan adanya genangan air
pada taman, penutupan tanah yang baik dengan vegetasi serta saluran drainase yang
baik akan menjadi solusi genangan air. Hal ini telah diterapkan dengan baik pada tapak
di kedua rumah sakit kecuali pada taman e RSI Jemursari. Taman e pada RSI Jemursari
ditanami rumput yang kurang merata di beberapa titik dan dapat menyebabkan adanya
genangan saat turun hujan. Selain itu, taman ini menjadi satu-satunya taman yang
dilewati oleh user sehingga membuat rumput yang menjadi pijakan mati dan terbentuk
jalan setapak baru. Jalan ini dapat juga menjadi penyebab genangan air nantinya. Saat
observasi dilakukan masih terdapat limbah bahan bangunan yang menumpuk di satu
titik, hal ini juga dapat menghalangi masuknya air hujan ke dalam tanah.
Drainase eksisting yang ada pada tapak sendiri berupa saluran air yang berada di
sekeliling taman, baik taman RS Darmo maupun taman RSI Jemursari. Taman RS
Darmo memiliki dimensi saluran air yang lebih kecil dibandingkan saluran air pada
taman RSI Jemursari namun mengingat rendahnya curah hujan di kota Surabaya kedua
saluran air ini sudah tergolong baik. Setiap saluran air yang berada pada tapak terjaga
kebersihannya. Hanya terlihat beberapa sampah plastik kecil seperti bungkus permen
pada saat observasi dan sampah organik seperti daun kering. Pemeliharaan taman yang
baik di kedua rumah sakit mencakup menjaga kebersihan saluran air agar tidak terjadi
permasalahan dengan drainase pada taman. Gambar 12 menunjukkan saluran air yang
berada di kedua tapak. Gambar bagian atas menunjukkan saluran air di sekeliling taman
RS Darmo dan bagian bawah menunjukkan saluran air di ketiga dari lima taman yang
menjadi tapak di RSI Jemursari.
21
Salah satu tanaman display dipangkas membentuk topiari antara lain patah tulang
(Pedilanthus tithymaloides) yang membentuk tulisan RS. DARMO serta soka (Ixora
sp.) yang dipangkas membulat. Beberapa vegetasi dipadukan membentuk strata seperti
palem putri (Veitchia merilii), semak ruelia (Ruelia malacosperma), dan dibatasi oleh
teh-tehan (Acalypha macrophylla) pangkas untuk membentuk visual yang menarik.
Gambar 13 menunjukkan tanaman display seperti penjelasan sebelumnya. Pemilihan
tanaman display dipengaruhi oleh warna yang dihasilkan oleh vegetasi tersebut seperti
bugenvil (Bougainvillea sp.) dan soka (Ixora sp.) yang memiliki bunga yang berwarna-
warni.
Tanaman ameliorasi iklim dipilih khusus sebagai peneduh serta membuat taman
lebih sejuk seperti angsana (Pterocarpus indicus) dan trembesi (Samanea saman). Pihak
pengelola menyatakan bahwa nantinya akan ditanam lebih banyak trembesi (Samanea
saman) untuk menambah kesejukan taman. Walaupun terdapat pohon-pohon peneduh
dan pihak rumah sakit tidak melarang user untuk memasuki taman, tidak adanya
fasilitas tempat duduk membuat user tidak memanfaatkan peneduh tersebut.
Penggunaan palem mendominasi tanaman display dengan jumlah yang juga cukup
banyak pada tapak. Penanamannya bervariasi mulai dari berbaris di tepi taman,
menyebar, maupun ditanam soliter sebagai focal point. Vegetasi lainnya, baik tanaman
display maupun tanaman ameliorasi iklim ditanam secara soliter untuk memenuhi tapak.
24
Desain penanaman taman RSI Jemursari ini dipengaruhi juga oleh konsep rumah
sakit sebagai garden hospital. Sebagian besar kamar rawat inap berada di lantai dua dan
pihak rumah sakit menawarkan pemandangan taman pada beranda pribadi masing-
masing kamar. Namun untuk menikmati pemandangan ini user harus berdiri karena
kursi yang disediakan menghadap kearah kamar. Kursi yang menghadap kearah taman
hanya bisa memberikan sedikit view taman. Kamar rawat inap yang berada di lantai satu
tidak dapat akses langsung untuk view taman kecuali ruang hemodialisa. Namun kasur
untuk pasien membelakangi jendela yang memperlihatkan view ini.
Terdapat beberapa burung kecil seperti burung gereja (Passer sp.) yang berada
dalam taman serta serangga-serangga kecil. Penambahan tanaman penarik burung dapat
digunakan untuk memberikan lebih banyak kicauan burung pada taman. Penambahan
kolam yang mencirikan taman Islam dan penambahan ikan di dalamnya juga dapat
menjadi pertimbangan dalam desain healing garden.
Data Sosial
Gambar 19 Grafik preferensi pasien mengenai relaksasi dan healing garden secara
khusus
Taman memiliki berbagai peran untuk pasien secara pribadi dan peran ini
didominasi sebagai tempat untuk mencari ketenangan seperti duduk santai atau sekedar
menikmati pemandangan. Dapat dikatakan bahwa taman yang dibutuhkan pada rumah
sakit adalah taman yang dapat memberikan ketenangan bagi pasiennya, sesuai dengan
peran healing garden. Hal ini juga menjadi aspek penting dalam kriteria yang
dikembangkan pada healing garden sebagai ruang pendorong aktivitas. Desain healing
garden dapat mendorong pasien untuk melakukan aktivitas ringan sebagai bagian dari
relaksasi serta memungkinkan pasien melakukan aktivitas aktif (Stigsdotter, 2005).
Bagian ketiga merupakan preferensi pasien mengenai tipe lanskap serta kondisi
lanskap yang menjadi kampung halaman bagi pasien tersebut. Salah satu kriteria yang
dikembangkan merupakan penciptaan suasana. Suasana yang dibutuhkan oleh pasien
selain ketenangan adalah suasana familiar dan hal ini dapat dimunculkan dengan
menciptakan suasana yang sesuai dengan kampung halaman pasien (Marcus, 2007).
Gambar 20 menunjukkan grafik mengenai kampung halaman pasien dan tipe lanskap
yang ideal menurut pasien.
Gambar 20 Grafik preferensi pasien mengenai relaksasi dan healing garden secara
khusus
32
Grafik di atas menunjukkan bahwa pasien memilih tipe lanskap pegunungan dan
perkebunan yang dekat dengan warna hijau. Sebagian besar pasien juga memilih
suasana yang natural seperti pegunungan dan pedesaan sebagai lanskap ideal mereka.
Kampung halaman pasien sendiri didominasi suasana urban dapat berupa pantai,
pegunungan maupun pedesaan (61.6%). Dapat disimpulkan bahwa pasien familiar
dengan nuansa yang natural dengan vegetasi lokal. Walaupun pasien berasal dari kota
besar pasien tetap memilih nuansa pegunungan yang segar serta pedesaan yang natural.
Bagian akhir dari kuesioner merupakan preferensi pasien terhadap elemen dan
desain taman secara umum. Dalam proses desain sebuah healing garden keikutsertaan
pasien sebagai calon pengguna merupakan hal yang harus diperhatikan. Preferensi
pasien terhadap elemen dan desain taman ini menjadi panduan utama dalam
menentukan desain healing garden terutama pada pemilihan elemen pada rumah sakit.
Grafik berikut menyajikan hasil rekapitulasi preferensi pasien terhadap desain taman
yang mencakup preferensi warna, kondisi dan elemen (Gambar 21).
yang diinginkan pasien adalah tanaman berbunga sebesar 53.8% pilihan. Dominasi
pilihan pasien untuk tanaman yang dihindari adalah 69.2% untuk tanaman berduri
kemudian diikuti oleh tanaman berbau dan tanaman bergetah. Berdasarkan grafik 20
gambaran umum pasien terhadap elemen dan desain lain pada taman antara lain taman
dengan dominasi vegetasi dan elemen lunak. Taman yang didominasi oleh warna hijau
juga lebih disenangi. Sedangkan untuk leveling pada taman kurang disukai oleh pasien
dilihat dari pilihan pasien yang lebih memilih taman tanpa leveling dan taman dengan
pola organik menjadi pilihan pasien. Gambar 22 menyajikan grafik hasil rekapitulasi
kuesioner pasien mengenai preferensi terhadap vegetasi dan atribut taman.
Kebutuhan Pasien
Kebutuhan pasien didapat dari kuesioner yang diberikan pada tenaga medis yang
bertugas di kedua rumah sakit. Sejumlah 10 tenaga medis yang tidak menangani
penyakit tertentu dan 12 tenaga medis yang menangani penyakit khusus menjadi
responden kuesioner. Penyakit khusus yang ditangani antara lain stroke, jantung,
diabetes mellitus, gagal ginjal, bedah, dan AIDS. Sebanyak 90.1% tenaga medis
berjenis kelamin wanita dan 45.5% berusia lebih dari 30 tahun.
Kuesioner dibagi menjadi tiga bagian yang mencakup pengalaman tenaga medis
dalam merawat pasien, preferensi terhadap healing garden, dan kebutuhan pasien
terhadap ruang terbuka atau taman. Bagian pertama merupakan opini dan pengalaman
tenaga medis atau perawat. Opini dan pengalaman mencakup preferensi serta
pengalaman umum tenaga medis dalam menangani pasien dikaitkan dengan taman
rumah sakit. Dari hasil rekapitulasi kuesioner bagian pertama ini, tenaga medis yang
menghadapi keluhan pasien pada saat proses perawatan (40.9%) lebih sedikit
dibandingkan tenaga medis yang tidak menghadapi keluhan (54.5%) dan sisanya
memilih untuk tidak menjawab. Telah banyak tenaga medis yang mencoba mengajak
pasien untuk berjalan-jalan keluar kamar (72.7%) pada saat proses perawatan.
Walaupun hanya 9.1% tenaga medis yang mengajak pasien untuk berjalan ke taman,
34
perubahan suasana dari dalam ke luar ruangan menunjukkan respon positif oleh pasien.
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan suasana menjadi salah satu faktor dalam
meningkatkan kondisi psikis pasien dan nantinya diharapkan dapat mempercepat proses
pengobatan pasien terkait. Sedangkan untuk menghabiskan waktu di luar ruangan untuk
tenaga medis secara pribadi, 45.5% memilih tidak karena pekerjaan yang menuntut
untuk selalu di dalam ruangan dan siaga terhadap pasien, sedangkan sebanyak 54.5%
tenaga medis memilih bersedia menghabiskan waktu di luar ruangan apabila memiliki
waktu luang. Gambar 23 berisi grafik yang menyajikan hasil rekapitulasi kuesioner
kebutuhan pasien bagian pertama.
Kedua rumah sakit berada pada wilayah Kota Surabaya dengan temperatur yang
panas merata dan curah hujan yang rendah. Pada musim kemarau yang tidak turun
hujan dalam beberapa bulan, tapak akan memberikan kesan yang semakin panas. Tapak
yang memberikan kesan terlalu panas tidak akan mengundang user untuk masuk ke
dalamnya, terutama pasien yang butuh kenyamanan. Penanaman vegetasi akan
membantu dalam menurunkan temperatur dalam taman dan mengurangi kesan panas.
Selain itu, penggunaan elemen air pada taman juga dapat ditambahkan karena dapat
juga mengurangi kesan panas dan sesuai dengan preferensi pasien. Naungan atau
pergola untuk berlindung dari teriknya matahari dapat dipertimbangkan untuk
meningkatkan kenyamanan walaupun pasien tidak membutuhkan waktu yang lama
dalam healing garden dan hasil preferensi pasien tidak menginginkan naungan, elemen
ini dibutuhkan oleh pasien dalam perawatan tertentu yang tidak dibolehkan terkena
kontak langsung dengan sinar matahari. Healing garden haruslah mengakomodasi user
dengan berbagai kebutuhan yang berbeda. Selain itu, naungan harus didesain untuk
tidak menghalangi pandangan user kearah langit. Marcus (2007) merekomendasikan
desain healing garden yang mendukung user untuk merasakan ketenangan dengan
memandang langit dan sekedar melihat perubahan awan.
Angin kencang yang sebaiknya dihindari oleh pasien tidak menjadi perhatian
utama karena kecepatan angin yang berhembus di kedua tapak termasuk ke dalam
hembusan angin pelan. Agar tidak menghalangi hembusan angin ini sebaiknya tidak
banyak menggunakan vegetasi yang berukuran sedang atau tinggi dengan desain
38
Tapak kedua rumah sakit tergolong dalam tapak yang datar. Keduanya juga tidak
menggunakan permainan ketinggian seperti penggunaan anak tangga dan ramp. Hasil
dari kuesioner memperlihatkan pasien lebih memilih taman tanpa leveling. Marcus
(2007) menyarankan untuk memberikan level yang berbeda pada healing garden untuk
menambah pengalaman pasien di dalamnya, serta dapat menjadi terapi psikis bagi
pasien sebagai salah satu bentuk pengurangan stres. Penempatan level yang bervariasi
ini sebaiknya diperhatikan, leveling pada jalan setapak utama pada RS Darmo dihindari
karena menjadi lalu lintas utama dan akan memperlambat pasien dengan kursi roda.
Penggunaan variasi leveling dapat ditempatkan di salah satu titik di taman RS Darmo
dan di beberapa jalur terapi berjalan di taman RSI Jemursari. Perbedaan leveling dapat
divariasikan di setiap jalur, seperti variasi ketinggian yang berbeda serta perpaduan
antara anak tangga dan ramp. Tujuan pemberian permainan leveling yang tidak hanya
berada di satu tempat saja agar pasien dapat segera menggunakan fasilitas sederhana ini
tanpa harus berjalan lebih jauh ke taman yang lain. Pemilihan titik pada taman
diharapkan memenuhi kebutuhan untuk seluruh user yang memiliki kepentingan
berbeda di berbagai lokasi dalam RSI Jemursari.
Ukuran dan penggunaan material untuk leveling perlu diperhatikan. Mengacu
pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2006) mengenai pedoman teknis fasilitas dan
aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan untuk tangga bagi pengguna alat
bantu jalan, harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam dengan
kemiringan kurang dari 60o. Tangga juga harus dilengkapi pegangan rambat (handrail)
dengan ketinggian 65-80 cm dari lantai dan dirancang agar tidak ada genangan air saat
hujan. Standar tangga yang direkomendasikan hingga tangga yang tidak diizinkan
terdapat pada Gambar 26.
Ramp harus dilengkapi dengan handrail yang mudah dipegang dengan ketinggian 65-80
cm. Material yang direkomendasikan haruslah kuat, stabil, tidak selip di berbagai cuaca,
dan bebas hambatan. Ubin dari tanah liat, aspal, dan paving granit cocok digunakan
sebagai material ramp dan tangga.
Drainase eksisting pada kedua tapak sudah tergolong baik. Penambahan
perkerasan pada tapak nantinya akan mengurangi permukaan rumput dan
memungkinkan timbulnya genangan air saat hujan. Penggunaan material yang berdaya
serap air tinggi dapat dipertimbangkan. Pengelolaan yang sudah baik dari kedua rumah
sakit juga akan meminimalkan terbentuknya genangan air pada taman.
Healing garden yang dapat memberikan efek terapeutik terhadap pasien haruslah
menyediakan elemen lunak berupa vegetasi yang bervariasi. Vegetasi berbunga akan
memiliki warna yang berbeda pada saat-saat tertentu. Tekstur, warna, dan bentukan
daun dapat menjadi perhatian seseorang yang sekedar duduk menikmati taman.
Vegetasi juga mengandung metafora tersendiri dimana pohon dapat dikaitkan dengan
kekuatan, kekokohan, dan keabadian serta vegetasi tahunan erat dengan sebuah
transformasi. Penambahan label untuk nama spesies dan informasi vegetasi dapat
ditambahkan untuk mendorong adanya percakapan antar user (Marcus, 2007).
Suasana yang diciptakan di dalam healing garden haruslah memberi kesan damai
dan menenangkan. Dua dari delapan karakteristik dasar pada healing garden yang
diajukan oleh Stigsdotter (2005) adalah tentram dan kaya akan spesies. Sebuah taman
yang menyediakan berbagai spesies vegetasi dan satwa, dengan suara angin, percikan
air, dan kicauan burung serta suara dari serangga akan semakin menambah kesan damai
dan tenang.
taman dengan privat. Ruang terbuka maupun tertutup yang dimunculkan tetap
memberikan visual sebagai bentuk pengawasan bagi perawat atau tenaga medis.
Visual Tapak
Salah satu tujuan pasien mengunjungi ruang terbuka atau taman adalah untuk
menikmati pemandangannya dan sekedar duduk santai. Kedua rumah sakit masing-
masing telah memberikan taman dengan pemandangan indah untuk pasiennya, hampir
seluruh sudut taman digolongkan ke dalam good view dan sedikit bad view pada taman
itu sendiri. Visual pada masing-masing taman dapat ditingkatkan sesuai dengan kriteria
healing garden yaitu penciptaan suasana. Suasana yang akan ditampilkan adalah
suasana damai, tenang, dan akan lebih baik apabila pasien merasa dekat atau familiar
dengan kondisi healing garden. Stigsdotter (2005) menyebutkan salah satu karakteristik
dasar taman yang menyediakan vista di dalamnya dan membuat user betah di dalamnya.
Sebuah vista dapat dihadirkan pada taman dengan memanfaatkan ruang yang terbentuk
dalam taman nantinya.
Desain healing garden untuk RS Darmo maupun RSI Jemursari tetap
mempertahankan good view di seluruh area tamannya namun kembali menyesuaikan
kriteria dan preferensi. Penyediaan ruang-ruang di dalam taman dapat memberikan
visual yang berbeda pada user sehingga tidak memberikan nuansa yang monoton. Hal
ini diterapkan pada semua tapak di kedua rumah sakit. Penambahan elemen seperti
kolam ikan atau permainan air sederhana akan menambah daya tarik visual tapak.
Elemen ini diterapkan pada tapak RS Darmo dan beberapa tapak RSI Jemursari.
Sosial
Desain healing garden mengacu pada preferensi dan kebutuhan dari pasien yang
didapat dari kuesioner serta studi pustaka. Dapat ditarik kesimpulan serta rekomendasi
41
desain yang menjembatani preferesi pasien dan kebutuhan pasien menurut tenaga medis
dan hasil studi pustaka. Rekomendasi desain dibagi menjadi sembilan aspek yang
menjadi fokus dalam mengembangkan healing garden sesuai dengan tiga kriteria yaitu
penciptaan suasana dan ruang pendorong aktivitas, dan aksesibilitas. Berikut
kesimpulan dan rekomendasi dari preferensi dan kebutuhan pasien terhadap healing
garden secara umum (Tabel 7).
Penggantian suasana,
Mencari ketenangan, mengurangi stres dan Penciptaan suasana yang
menyegarkan badan jenuh, serta membantu bersifat menenangkan dan
Tujuan dan pikiran, proses penyembuhan menyegarkan, dapat didukung
mengurangi stres dan pasien dengan dengan kicauan burung dan
kejenuhan meningkatkan kondisi percikan air
psikis pasien.
Konsep
Konsep Dasar
Konsep Desain
Konsep desain taman kedua rumah sakit diambil dari bentukan organik yang
menyimbolkan sumber kehidupan yaitu bentukan matahari serta aliran air. Healing
garden pada dasarnya merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan untuk
meringankan rasa sakit yang diderita dengan mengurangi beban psikis bagi pasien
khususnya. Penggunaan bentukan matahari dan aliran air yang menjadi simbol
kehidupan seiring dengan dasar healing garden yang membantu user dalam proses
untuk sehat kembali.
43
Konsep bentukan matahari diterapkan pada RS Darmo. Ciri khas yang melekat di
kalangan masyarakat mengenai RS Darmo adalah bangunannya yang merupakan salah
satu bangunan cagar budaya. Menurut Anjasmara (2012) bangunan RS Darmo
merupakan salah satu bangunan kolonial yang saat ini masih digunakan dan dirawat
dengan baik. Bangunan ini merupakan rancangan arsitek C. Citroen dan dipengaruhi
oleh gaya arsitektur modern fungsional dengan unsur gaya art deco. Sumalyo dalam
Anjasmara (2012) menjelaskan bahwa arsitektur modern fungsional mengutamakan
fungsi dalam setiap elemennya. Keindahan yang terbentuk pada suatu bangunan karena
fungsi dari elemen terkait, tidak lagi ada ornamen yang hanya berfugsi sebagai dekorasi
saja. Bentukan matahari selaras dengan desain bangunan rumah sakit yang kaku dan
fungsional. Gambar 27 menunjukkan contoh bentukan matahari dan penerapannya
dalam desain healing garden. Inspirasi bentukan ini diterapkan pada taman mencakup
perkerasan, desain penanaman, serta elemen keras.
Konsep desain berupa inspirasi bentukan matahari untuk RS Darmo dan aliran air
untuk RSI Jemursari dikembangkan menjadi tiga konsep pengembangan yaitu konsep
ruang, konsep sirkulasi, dan konsep elemen. Ketiga konsep pengembangan ini
didasarkan pada analisis fisik dan biofisik kedua tapak, analisis visual tapak, dan
rekomendasi desain yang diperoleh dari analisis sosial kedua tapak. Masing-masing
konsep pengembangan memenuhi kriteria healing garden yang dikembangkan berupa
aksesibilitas, penciptaan suasana, dan ruang pendorong aktivitas.
Konsep Ruang
Ruangan yang dibentuk merupakan ruang publik atau ruang interaksi, ruang
privat, dan ruang terapi. Ketiga ruang dapat diakses oleh pasien dan diharapkan dapat
juga menjadi ruang untuk relaksasi, sehingga pasien dapat memilih di ruang mana akan
menghabiskan waktunya walaupun aktivitas yang dapat dilakukan pada setiap ruangan
tetap memiliki fokus yang berbeda. Ruang publik mendorong user di dalamnya untuk
melakukan interaksi dengan pemilihan dan penempatatan elemen keras. Begitu pula
elemen lunak yang mengkondisikan user untuk menikmati taman dalam nuansa seprivat
mungkin. Ruang terapi memberikan fasilitas berupa jalan setapak dengan variasi tekstur
permukaan yang berguna sebagai terapi berjalan. Tujuan utama dari ruang terapi ini
untuk mengurangi stres karena aktivitas ringan seperti berjalan dapat memberikan
energi positif dan meningkatkan ketenangan (Kanning dan Schlicht, 2010). Ketiga
ruang ini diterapkan di kedua rumah sakit yang disesuaikan dengan konsep desainnya
masing-masing. Taman b pada RSI Jemursari memiliki konsep ruang tambahan yang
hanya berfungsi sebagai display di dalamnya.
Konsep ruang pada taman RS Darmo seperti yang tampak pada Gambar 29
memperlihatkan ruang publik yang terpusat di tengah taman untuk memudahkan user
yang ingin bersosialisasi. Aktivitas permainan musik yang telah ada sebelumnya
dimainkan di ruang publik ini dan user dapat melihat secara langsung gamelan
dimainkan. Kegiatan sosial dan interaksi antar user menjadi aktivitas utama yang
disediakan, selain itu user dapat sekedar duduk santai dan menikmati pemandangan.
Ruang kedua adalah ruang privat yang disediakan di enam titik dalam taman. Ruang ini
menyediakan fasilitas berupa bangku dan meja taman yang didesain soliter untuk
meminimalkan terjadinya interaksi antar user di dalamnya. Ruang terapi berada di satu
titik dalam taman dan letaknya berdekatan dengan ruang rehab medik rumah sakit untuk
memudahkan dan menyatukan aktivitas yang berada di ruang sekitarnya. Terdapat
ruang keempat yang diisi oleh vegetasi atau area vegetasi yang tidak dirancang untuk
dapat diakses oleh user.
Konsep ruang untuk RSI Jemursari secara umum sama untuk taman a, taman c,
taman d, dan taman e. Setiap taman memiliki ruang publik, ruang privat, dan ruang
terapi tersendiri dengan konsep yang terlihat pada Gambar 30(a). Ruang publik berada
di satu sisi taman dengan ruang privat di sisi lainnya. Ruang privat di sini berupa tempat
duduk yang terpisah yang memungkinkan user untuk menikmati taman seorang diri.
Ruang terapi berjalan berupa jalur yang mengelilingi setiap taman. Tersedianya ketiga
ruang di masing-masing taman diharapkan dapat memudahkan user terutama pasien
dalam memanfaatkan healing garden karena posisi taman yang menyebar dalam rumah
sakit.
Gambar 30 Konsep ruang healing garden RSI Jemursari : (a) Konsep ruang taman
a, c, d, dan e dan (b) konsep ruang taman b
Taman b yang memanjang memiliki konsep tersendiri seperti yang terlihat di
Gambar 30(b) dimana hanya terdiri dua ruang utama berupa ruang publik dan ruang
display. Konsep ini disesuaikan dengan user utama taman b yaitu pasien dan keluarga
pasien hemodialisa yang menghabiskan lebih banyak waktunya di dalam ruangan.
Display pada taman diharapkan menambah daya tarik taman b. Konsep taman b
dijelaskan pada Gambar 30(b).
Konsep Sirkulasi
Sirkulasi di dalam taman RS Darmo terbatas pada dua jalan setapak yang
membentang dari utara ke selatan dan barat ke timur. Sirkulasi pada pengembangan
healing garden selain mempertahankan sirkulasi awal, juga ditambahkan untuk
menghubungkan lebih banyak area, terutama area privat. Bentukan sirkulasi dibuat
lurus dengan lebar minimal yang dianjurkan untuk memudahkan akses bagi berbagai
kalangan pengunjung. Bentukan lurus yang digunakan juga memudahkan pengunjung
saat terjadi evakuasi.
Sirkulasi baru untuk RSI Jemursari yang dibentuk menghubungkan setiap ruangan
yang berada di dalam masing-masing taman dengan tanpa batasan sehingga pengunjung
dapat mengakses semua sudut taman. Sirkulasi ini diwujudkan dengan menggunakan
perkerasan di sebagian besar permukaan taman yang aman bagi pengunjung semua
kalangan. Bentukan taman yang iregular dan luas taman yang terbatas menyebabkan
penggunaan perkerasan yang lebih banyak dibanding permukaan rumput atau vegetasi
untuk memudahkan aksesibilitas user dalam taman dan memaksimalkan kriteria healing
garden yang dikembangkan. Penggunaan vegetasi yang tepat dapat menyeimbangkan
taman agar tetap memberi kesan natural.
Ruang terapi berjalan baik untuk RS Darmo maupun RSI Jemursari memiliki
sirkulasi yang terdiri dari beberapa material perkerasan untuk menstimulasi user.
46
Sirkulasi ini dibatasi oleh vegetasi serta handrailing yang dapat menuntun user untuk
tetap berjalan pada jalur yang disediakan.
Konsep Elemen
Elemen yang digunakan di kedua tapak terdiri dari elemen lunak dan elemen
keras. Elemen lunak berupa vegetasi memegang peran penting dalam tapak karena
selain memiliki fungsi umum dalam lanskap, vegetasi berfungsi dalam menciptakan
suasana yang dibutuhkan dan berfungsi sebagai aspek pendorong aktivitas. Jenis
vegetasi yang digunakan terbagi menurut tiga fungsi utama yaitu vegetasi pembentuk
ruang atau pembatas, vegetasi estetik atau display, dan vegetasi penarik hewan seperti
kupu-kupu dan burung. Beberapa vegetasi eksisting dipertahankan dalam tapak dan
vegetasi yang tidak mendukung diganti. Sedangkan elemen keras yang digunakan
merupakan elemen lanskap yang mendukung kenyamanan yaitu meja bangku taman,
lampu, pergola, dan tempat sampah.
Pada RS Darmo vegetasi yang digunakan didominasi oleh vegetasi estetik
berbunga yang juga berfungsi sebagai vegetasi pembentuk ruang. Pemilihan vegetasi ini
disesuaikan dengan rekomendasi antara lain aman bagi user, tidak mengundang
serangga yang merugikan, dan dapat menciptakan suasana yang nyaman dan
menyegarkan. Desain penanaman yang digunakan pada RS Darmo mengikuti konsep
desain berupa matahari.
Warna yang diciptakan oleh penggunaan vegetasi estetika di masing-masing
ruang tetap disesuaikan dengan preferensi user sehingga warna hijau mendominasi
healing garden namun warna-warna hangat juga dimunculkan. Vegetasi dengan warna
merah, jingga, dan kuning banyak digunakan pada tapak. Beberapa vegetasi yang
digunakan adalah bunga merak (Caesalpinia pulcherrima) dan pucuk merah (Syzygium
oleana).
Elemen keras yang digunakan pada healing garden RS Darmo berupa meja dan
bangku taman dibagi menjadi dua tipe yaitu permanen atau tidak dapat dipindahkan dan
meja bangku dan dapat dipindahkan. Meja dan bangku yang dapat dipindahkan
memberikan kontrol bagi user dalam memenuhi keinginan mereka serta memudahkan
user dalam interaksi dan bersosialisasi. Meja dan bangku yang sifatnya permanen
diletakkan pada ruang privat untuk memberikan kondisi yang maksimal bagi user dalam
menikmati privasinya. Elemen keras lainnya berupa arbor, lampu taman dan tempat
sampah merupakan elemen pendukung kenyamanan user.
Konsep elemen untuk RSI Jemursari mengacu pada analisis, rekomendasi serta
konsep desain taman Islam. Elemen air dimunculkan pada tapak di masing-masing
taman. Elemen air berfungsi penting dalam menciptakan suasana yang damai dan
menenangkan karena berperan secara visual serta auditorial.
Penggunaan vegetasi berupa pohon dan vegetasi berbunga menjadi dominasi
healing garden. Vegetasi berbunga memiliki semua fungsi yang dibutuhkan berupa
display dan pembentuk ruang sedangkan desain penanamannya mengikuti desain
perkerasan berupa aliran air. Setiap taman pada RSI Jemursari memiliki konsep warna
vegetasi yang berbeda walaupun warna hijau masih tetap mendominasi.Variasi warna
merah muda untuk taman a, warna putih hingga kuning muda untuk taman b, dan
variasi warna ungu untuk taman c. Gambar 31 menunjukkan konsep warna yang
diciptakan dari vegetasi pada setiap taman beserta referensi vegetasi yang digunakan.
47
Gambar 31 Konsep vegetasi pada taman a, taman b, dan taman c RSI Jemursari
Variasi warna jingga dan merah dimunculkan pada taman d dan taman e
menggunakan warna-warna hijau dan putih. Gambar 32 menjelaskan konsep warna
taman d dan taman e beserta referensi vegetasi yang digunakan kedua taman. Kelima
taman juga menggunakan vegetasi hijau, salah satunya palem ekor tupai (Wodyetia
bifurcata), palem hijau (Ptychosperma macarthurii), palem ekor ikan (Caryota mitis),
dan ki hujan (Samanea saman).
Konsep elemen keras untuk RSI Jemursari yaitu bangku taman terbagi menjadi
dua yaitu bangku publik dan bangku privat. Bangku publik ditata untuk menciptakan
kondisi ruang sosiopetal dan mendorong user untuk berinteraksi. Penggunaan warna
kayu diharapkan memberi kesan yang hangat dan membuat user betah dan nyaman.
Bangku privat ditata berjauhan dengan kapasitas satu orang untuk menambah kesan
privasi. Elemen keras lain berupa lampu taman serta tempat sampah berfungsi sebagai
elemen pendukung ditempatkan pada titik-titik yang ideal di setiap taman.
Desain
Konsep desain berupa bentukan matahari untuk RS Darmo dan bentukan aliran air
untuk RSI Jemursari dikembangkan menjadi tiga konsep pengembangan yaitu konsep
ruang, konsep sirkulasi, dan konsep elemen. Ketiga konsep pengembangan ini
didasarkan pada analisis fisik dan biofisik kedua tapak, analisis visual tapak, dan
rekomendasi desain yang diperoleh dari analisis sosial kedua tapak.
m2 ini dapat diakses melalui bagian dalam healing garden yaitu ruang publik, koridor
paviliun 4, dan koridor ruang rehab medik.
Ruang Vegetasi
Ruang vegetasi merupakan ruang keempat yang diciptakan merupakan ruang yang
sepenuhnya ditutup oleh elemen lunak atau vegetasi. Pihak RS Darmo memiliki
kebijakan terkait taman dimana user tidak boleh menginjak rumput, untuk
mempertahankan kebijakan ini desain healing garden terbagi menjadi dua: perkerasan
di mana user dapat melakukan aktivitas dan nonperkerasan dimana user hanya dapat
melihat dan menikmati. Kebijakan ini dipertahankan karena memudahkan pihak rumah
sakit dalam melakukan perawatan serta mendukung user terkait aksesibilitas dalam
healing garden.
Aplikasi konsep matahari, berupa pancaran sinar terlihat jelas pada pola desain
penanaman vegetasi. Vegetasi yang digunakan merupakan vegetasi yang sesuai dengan
iklim dan cuaca kota Surabaya serta memiliki warna-warna cerah yang menarik
perhatian, namun tetap didominasi oleh warna hijau. Beberapa contohnya antara lain
pucuk merah (Syzygium oleana), bunga merak (Caesalpinia pulcherrima), dan kostus
(Costus sp.). Vegetasi yang dapat membahayakan pengunjung, seperti bugenvil
(Bougainvillea sp.) ditempatkan pada lokasi yang tidak dapat dijangkau oleh
pengunjung. Vegetasi lain dapat digunakan sebagai penarik hewan seperti burung dan
kupu-kupu seperti bunga tasbih (Canna sp.). Penambahan berbagai jenis spesies baru
dalam desain memperkaya keanekaragaman hayati dalam healing garden.
Pemasangan papan informasi akan menambah informasi user, terutama informasi
yang terkait dengan fungsi medis dari vegetasi tersebut. Papan informasi ini tidak
dipasang pada setiap vegetasi mengingat akses langsung user terhadap vegetasi terbatas
sehingga hanya dipasang pada beberapa vegetasi yang ditanam di pinggir saja. Vegetasi
juga dipilih dengan menyesuaikan keamanan dan kenyamanan user selama berada di
dalam healing garden. Gambar 36 menunjukkan peta vegetasi healing garden RS
Darmo. Berikut daftar lengkap vegetasi yang digunakan beserta keterangan tambahan
terutama terkait informasi medis (Tabel 8).
Gambar 39 Detail kursi (ruang privat bagian timur) healing garden Rumah Sakit Darmo
59
kapasitas satu orang. Water feature berupa fountain ditempatkan pada beberapa titik
untuk menambah kesan damai dan sejuk, tidak hanya melalui penglihatan namun
percikan airnya dapat juga menstimulasi kesan melalui pendengaran user. Penempatan
masing-masing kursi disesuaikan untuk memberikan privasi yang cukup tanpa
mengurangi pengawasan dari tenaga medis. Masing-masing titik untuk duduk santai
dipisahkan vegetasi, baik pohon maupun semak yang ditanam dalam planter box.
Ruang Terapi Berjalan
Ruang tambahan yang digunakan untuk mendorong aktivitas user dalam healing
garden adalah ruang terapi berjalan. Berbeda pada healing garden RS Darmo yang
terpusat pada salah satu bagian taman, ruang terapi berjalan RSI Jemursari berupa jalur
yang berada pada sekeliling taman dan didesain pada semua taman kecuali taman b.
Ruang terapi berjalan ini menggunakan tiga jenis perkerasan dengan tekstur, jenis dan
warna permukaan yang berbeda. Sebuah kursi disediakan dengan jarak maksimal 25 m
dalam jalur untuk user yang ingin beristirahat sejenak. Ketinggian permukaan yang
digunakan dalam jalur berbeda-beda. Sesuai dengan batas anjuran dalam penggunaan
tangga dan ramp, anak tangga pada jalur terapi berjalan memiliki ketinggian 0.2 m
dengan nosing antislip dan handrail dengan ketinggian 0.72 m. Ramp didesain dengan
berbagai ketinggian dan panjang namun semuanya memiliki kemiringan tidak lebih dari
10o. Setiap adanya leveling pada jalur, digunakan permukaan perkerasan dengan warna
dan tekstur berbeda untuk memberi peringatan user.
Variasi leveling dengan anak tangga dan ramp didesain berbeda-beda di setiap
taman agar user tidak merasa bosan saat menggunakan fasilitas ini pada taman yang
berbeda. Taman a menggunakan dua jenis warna dan tekstur permukaan dari campuran
semen dan pasir. Taman c menggunakan tiga jenis permukaan yang sama dengan
tambahan andesit alur horizontal. Taman d menggunakan dua jenis tekstur permukaan
dengan tambahan leveling dan anak tangga. Taman e menggabungkan dua jenis tekstur
perkerasan berbeda dan menggunakan lebih banyak leveling dalam jalurnya dengan
ketinggian maksimal sebesar 0.32 m.
Elemen Lunak
Vegetasi yang ditanam di setiap healing garden menciptakan nuansa yang
berbeda. Hal ini ditujukan bagi user agar merasakan pengalaman dan kesan yang
berbeda setiap memasuki taman yang berbeda. Gambar 45, Gambar 46, dan Gambar 47
menunjukkan peta vegetasi untuk setiap taman pada healing garden RSI Jemursari.
Gambar 45 menunjukkan vegetasi pada taman a dan taman b. Taman a
menggunakan beberapa vegetasi berbunga merah muda seperti pohon bungur
(Lagerstroemia indica), ruelia (Ruellia malacosperma), dan taiwan beauty (Cuphea
hyssopifolia). Taman b mengambil tema putih dan kuning muda dengan menggunakan
vegetasi bunga pukul delapan (Turnera subulata) dan iris (Neomarica longifolia).
Gambar 46 memperlihatkan peta vegetasi taman c dan taman d. Variasi warna ungu
dimunculkan dengan menggunakan vegetasi jakaranda (Jacaranda sp.), adam hawa
(Rhoeo discolor), dan bunga kancing (Gomphrena globosa) pada taman c. Taman d
menggunakan vegetasi bunga soka (Ixora sp.), flamboyan (Delonix regia), dan
crossandra (Crossandra infundibuliformis) untuk menciptakan warna jingga dan merah.
Taman e didominasi oleh warna hijau serta putih dengan vegetasi seperti kumis kucing
(Orthosiphon aristatus) dan kerai payung (Filicium decipiens) seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 47.
Kelima taman tidak terbatas pada vegetasi yang telah disebutkan, beberapa
spesies lain juga ditanam untuk menambah kekayaan spesies dalam healing garden.
61
Beberapa jenis vegetasi yang sama ditanam pada kelima taman seperti trembesi
(Samanea saman), palem ekor tupai (Wodyetia bifurcata), dan palem hijau
(Ptychosperma macathurii). Penambahan papan informasi, terutama mengenai info
medis, pada beberapa vegetasi juga ditambahkan sebagai bentuk edukasi kepada user.
Tabel 9 menunjukkan daftar lengkap vegetasi yang digunakan pada healing garden RSI
Jemursari.
Acalypha
2 Akalipa Hi, Pu Obat tradisional
wilkesiana
Allamanda Hi,
3 Alamanda Harum
cathartica Ku
Kacang- Hi,
4 Arachis pintoi
kacangan Ku
Artocarpus
5 Sukun Hi
communis
Axonopus Rumput
6 Hi
compressus paetan
Hi,
7 Bougainvillea sp. Bugenvil Un,
Mm
Hi,
Caesalpinia Bunga
8 Un, Obat tradisional
pulcherrima merak
Ku
Palem ekor
9 Caryota mitis Hi Obat tradisional
ikan
Bagian tertentu
Hi, pada buah dapat
10 Cassia surattensis -
Ku menyebabkan
gatal
Chlorophytum Hi,
11 Lili paris
comosum Pu
Jawer
12 Coleus blumei Me
kotok
Crossandra
13 Krosandra Hi, Ji Obat tradisional
infundibuliformis
Taiwan Hi,
14 Cuphea hyssopifolia
beauty Pu
*Fungsi B : Pembatas **Warna Hi : Hijau Ji : Jingga
D : Display Pu : Putih Un : Ungu
H : Penarik hewan kecil Me: Merah Mm : Merah muda
(kupu-kupu atau burung) Ku: Kuning
62
Tabel 9 Daftar vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (lanjutan)
Fungsi*
No. Spesies Nama Lokal Warna** Keterangan
B D H
Hi,
15 Delonix regia Flamboyan
Me
Harum, obat
16 Filicium decipiens Kerai payung Hi
tradisional
Hi,
17 Gardenia augusta Kacapiring Harum
Pu
Gomphrena Bunga Hi,
18 Harum
globosa kancing Un
Obat tradisional,
Hi, beberapa bagian
19 Ixora sp. Soka
Me tertentu dapat
dimakan
Hi,
20 Jacaranda sp. Jakaranda
Un
Lagerstroemia Hi,
21 Bungur Bunga gugur
indica Mm
Hi,
22 Lantana camara Lantana Un, Bunga gugur
Mm
Livistona
23 Palem sadeng Hi
rotundifolia
Hi,
24 Mansoa hymenaea -
Mm
Neomarica Hi,
25 Iris
longifolia Ku
26 Ophiopogon sp. Ophiopogon Hi
Orthosiphon Hi, Harum, obat
27 Kumis kucing
aristatus Pu tradisional
28 Palisota barteri Palisota Hi, Ji
Bagian daun
29 Pandanus sp. Pandan Hi dapat dimasak,
obat tradisional
Hi,
30 Pentas lanceolata Bunga pentas Un,
Mm
Pithecellobium Obat
33 Asam kranji
dulce tradisional
31 Petunia sp. Petunia Hi,Un
Hi Obat
32 Pisonia grandis Kol banda
tradisional
*Fungsi B : Pembatas **Warna Hi : Hijau Ji : Jingga
D : Display Pu : Putih Un : Ungu
H : Penarik hewan kecil Me: Merah Mm : Merah muda
(kupu-kupu atau burung) Ku: Kuning
63
Tabel 9 Daftar vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (lanjutan)
Fungsi*
No. Spesies Nama Lokal Warna** Keterangan
B D H
Pseuderantemum Hi,
35 Melati jepang Harum
reticulatum Pu
Ptychosperma
36 Palem hijau HI
macathurii
Hi, Obat
37 Rhoeo discolor Adam hawa
Un tradisional
Ruellia Hi,
38 Ruelia
malacosperma Un
Hi,
39 Samanea saman Trembesi
Mm
Solanum Hi,
40 -
macranthum Un
Hi,
41 Syzygium oleana Pucuk merah
Me
Hi,
42 Tabernaemontana sp. - Harum
Pu
Obat
tradisional,
43 Terminalia catappa Ketapang Hi beberapa
bagian dapat
dimakan
Kembang Hi, Obat
44 Turnera subulata
pukul delapan Pu tradisional
Palem ekor
45 Wodyetia bifurcata Hi
tupai
Hi,
46 Zephyranthes sp. Lili hujan
Pu
*Fungsi B : Pembatas **Warna Hi : Hijau Ji : Jingga
D : Display Pu : Putih Un : Ungu
H : Penarik hewan kecil Me: Merah Mm : Merah muda
(kupu-kupu atau burung) Ku: Kuning
Elemen Keras
Elemen keras pada healing garden RSI Jemursari yang berupa meja dan kursi
terbagi menjadi dua yaitu privat dan publik. Meja dan kursi ruang privat seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 48 mengikuti konsep taman sehingga berbentuk organik.
Keduanya berbahan besi dan kayu dan disesuaikan dengan evidence-based design untuk
fasilitas medis (Malone dan Dellinger, 2011).
Gambar 49 dan Gambar 50 memperlihatkan empat tipe fountain sederhana
dengan pompa pada healing garden. Tipe 1 terdapat pada welcome area taman a, tipe 2
dengan area tanaman penutup tanah yang lebih luas terdapat di taman c, tipe 3 terdapat
di taman d serta taman e, dan tipe 4 terdapat di taman b yang juga berfungsi sebagai
focal point taman.
64
Gambar 41 Peta view healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 1)
66
Gambar 42 Peta view healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 2)
67
Gambar 45 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 1)
70
Gambar 46 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 2)
71
Gambar 47 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 3)
72
Gambar 48 Detail meja dan kursi ruang privat healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
73
Gambar 49 Detail faountain healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 1)
74
Gambar 50 Detail fountain healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 2)
75
Beberapa rumah sakit di Surabaya, Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit
Jemursari khususnya, telah menyediakan ruang terbuka dalam bentuk taman untuk
dapat dinikmati oleh pengunjungnya sebagai bagian dari fasilitas tambahan yang
ditawarkan. Keduanya memiliki manajemen yang bagus dalam pemeliharaan taman dan
berpotensi untuk dikembangkan. Hasil inventarisasi dan analisis aspek sosial kedua
masyarakat rumah sakit, baik pasien, keluarga pasien maupun tenaga medis
menunjukkan respon positif mengenai healing garden sebagai solusi dalam
mengembangkan taman yang sudah ada. Salah satu hasil ini, berupa preferensi
masyarakat, pasien khususnya, memegang peranan penting dalam rekomendasi desain
karena healing garden bertujuan untuk memberi kenyamanan, kedamaian serta
mengurangi tekanan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Taman kedua rumah sakit, walaupun berada pada rumah sakit dan manajemen
yang berbeda, memiliki banyak kesamaan. Keduanya memiliki desain penanaman yang
sama, tidak dapat dimasuki oleh pengunjung karena kurangnya elemen keras, tidak
memiliki desain atau tema spesifik, dan hanya dapat dinikmati dari luar taman. Pasien
RS Darmo maupun RSI Jemursari memiliki preferensi sama terkait taman masing-
masing sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai dasar desain healing garden kedua
rumah sakit. Preferensi pasien ini memegang peranan penting dalam rekomendasi
desain karena healing garden bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan
pasien. Hasil preferensi menunjukkan bahwa healing garden yang diinginkan
merupakan taman yang dapat memberikan kenyamanan, kedamaian dan ketenangan.
Dominasi vegetasi diutamakan karena kegiatan yang ingin dilakukan merupakan
kegiatan pasif. Hasil preferensi ditambah dengan tiga kriteria dari studi literatur yaitu
penciptaan suasana, ruang pendorong aktivitas, dan aksesibilitas diterjemahkan dalam
konsep desain healing garden yang berbeda untuk masing-masing rumah sakit. Konsep
ini menghasilkan desain kedua healing garden rumah sakit juga memenuhi ketiga
kriteria namun tetap mempertahankan dan meningkatkan kekhasan masing-masing
rumah sakit. Desain tidak hanya memenuhi preferensi masyarakat, namun juga sesuai
dengan koridor ketentuan yang berlaku dan kriteria lain yang disarankan dalam
pembuatan healing garden.
Healing garden yang terinspirasi oleh matahari serta pancaran sinarnya
melembutkan bangunan RS Darmo dengan desain kolonialnya yang cenderung kaku
dan monoton. Healing garden dengan desain yang mengacu pada taman Islam sesuai
dengan RSI Jemursari yang merupakan salah satu rumah sakit Islam di Surabaya.
Keduanya memiliki desain yang khas namun tetap berfungsi sama sebagai healing
garden. Setiap kebutuhan yang ada dalam preferensi pasien terpenuhi pada desain baru
kedua taman dan beberapa fasilitas pendukung juga ditambahkan untuk meningkatkan
kenyamanan dan keamanan semua user.
Saran
nilai lebih terhadap rumah sakit terkait, juga memberi keuntungan bagi pasien dengan
mempercepat proses kesembuhannya. Rumah sakit swasta khususnya, memiliki
peraturan yang lebih ketat dengan jumlah pasien yang lebih sedikit sehingga besar
kemungkinan untuk menerapkan healing garden sebagai fasilitas tambahan bagi
pengunjungnya.
Kajian lebih dalam khususnya terkait hubungan alam dan manusia sebagai dasar
dalam healing garden serta pemahaman lebih lanjut mengenai calon user, khususnya
dari sudut pandang terapis dapat diperdalam untuk mempertajam desain healing garden
itu sendiri. Penambahan kriteria lain sebagai dasar dalam pembuatan healing garden
selanjutnya dapat digunakan untuk mendapatkan hasil desain yang lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anjasmara M. 2012. Arsitektur Kolonial Rumah Sakit Darmo dan Perubahan Fungsi
Ruang. [Internet]. [diunduh 2013 Okt 06]. Tersedia pada: http://ojs.unud.ac.id
Anonim. 2012. Visi Misi RS Darmo. [Internet]. [diunduh 2014 Mei 16]. Tersedia pada:
http://www.rsdarmo.co.id
Chaplin JP. 2008. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada
Hamed. 1994. Paradise on Earth: Historical Gardens of the Arid Middle East. The Arid
Land Newsletter [Internet]. [diunduh 2014 Mei 16]. Tersedia pada:
http://ag.arizona.edu
Departemen Kesehatan. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta (ID)
Dinas Pertanian Kota Surabaya. 2012. Profil Keanekaragaman Hayati Kota Surabaya.
[Internet]. [diunduh 2014 Mei 16) Tersedia pada: http://lh.surabaya.go.id/
Kania R. 2010. Evaluasi Taman Rumah Sakit Sebagai Healing Garden (Studi Kasus
Bandung International Hospital). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Kanning M, Schlicht W. 2010. Be Active and Become Happy: An Ecological
Momentary Assesment of Physical Activity and Mood. Journal of Sport and
Exercise Psychology [Internet]. [diunduh 2015 Apr 10]; 32:253-261. Tersedia pada:
http://www.researchgate.net
Malone EB, Dellinger BA. 2011. Furniture Design Features and Healthcare Outcomes.
[Internet]. [diunduh 2014 Nov 19]. Tersedia pada: https://www.healthdesign.org
Marcus CC. 2007. Healing Garden in Hospitals. IDRP [Internet]. [diunduh 2013 Jan
25]; I(1):1-27. Tersedia pada: http://www.idrp.wsu.edu/
Marcus CC, Barnes M. 1999. Healing Garden: Therapeutic Benefits and Design
Recommendation. Di dalam: Marcus CC. Healing Garden in Hospitals. IDRP
[Internet]. [diunduh 2013 Jan 25]; I(1):1-27. Tersedia pada:
http://www.idrp.wsu.edu/
Ottoson J. 2001. The Importance of Nature in Coping with a Crisis. Di dalam:
Stigsdotter UA, Grahn P. What Makes a Garden a Healing Garden. Journal of
Therapeutic Horticulture [Internet]. [diunduh 2013 Des 2]; 13:60-69. Tersedia pada:
http://www.protac.dk
Permatasari I. 2009. Redesign Tapak Entrance Dan Akses Masuk Menuju Club House
Di Padang Golf Matoa Nasional Country Club, Ciganjur, Jakarta Selatan. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
77
LAMPIRAN
Umur :
Jenis kelamin :L/P
Pekerjaan :
Pengobatan suatu penyakit dapat ditempuh tidak hanya dengan pengobatan secara
medis saja. Ruang terbuka hijau (rth) ternyata memberikan peran dalam pengobatan,
walaupun tidak secara langsung mengobati pasien yang bersangkutan. Rth dapat
berfungsi dalam mempercepat proses pengobatan pasien, terutama rth yang memang
didesain sebagai healing garden.
Healing garden merupakan rth yang dapat memulihkan kondisi mental dan emosi
pasien karena sifatnya yang menenangkan. Walaupun tidak dapat menyembuhkan
pasien secara langsung, healing garden diharapkan memberikan kenyamanan serta
menjadi tempat untuk melepas stres pasien.
Saya adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang melakukan penelitian
healing garden. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan
melingkari jawaban yang sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu. Hasil kuesioner ini dapat
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi saya. Besar harapan saya agar kuesioner
ini dapat saya ambil kembali pada hari Rabu, 8 Mei 2013. Atas kesediaan Bapak/Ibu
saya ucapkan terima kasih.
Healing Garden
1. Apakah Anda mengetahui healing garden?
a. Ya (lanjut ke jika Ya)
b. Tidak (lanjut ke jika Tidak)
Jika Ya:
a). Apa Anda pernah mengunjunginya?
a. Ya
b. Tidak (lanjut ke jika Tidak)
b). Apa yang Anda rasakan saat berada di dalamnya? (jawaban boleh lebih dari
satu)
a. Tenang
b. Nyaman
c. Tertekan
d. Tidak betah
e. Lain-lain,seperti_____________________________________________
c). Apa yang Anda rasakan setelah keluar dari taman? (jawaban boleh lebih dari
satu)
a. Semakin rileks
b. Stres berkurang
c. Dapat berpikir lebih jernih
d. Semakin stress
e. Memusingkan
79
c. Tertekan
d. Stres
e. Tidak merasakan apa pun
f. Lain-lain, seperti __________________________________________________
6. Apabila dibangun sebuah healing garden di RS ini, apa Anda lebih suka sendirian
atau berkumpul bersama kerabat atau teman dalam healing garden?
a. Sendiri untuk mencari ketenangan
b. Sendiri di saat tertentu dan berkumpul saat ingin bersosialisasi
c. Berkumpul dengan kerabat keluarga dan teman
7. Kegiatan apa yang ingin Anda lakukan saat berada di healing garden tersebut?
(jawaban boleh lebih dari satu)
a. Duduk santai
b. Berjalan-jalan
c. Menikmati pemAndangan
d. Lain-lain, seperti __________________________________________________
8. Apakah Anda ingin turut aktif dalam healing garden seperti berkebun?
a. Ya, saat kondisi memungkinkan
b. Tidak tertarik
9. Berapa lama waktu yang ingin Anda habiskan dalam healing garden?
a. Kurang dari setengah jam
b. Setengah jam hingga satu jam
c. Lebih dari satu jam
10. Menurut Anda apa peran ruang terbuka (taman) untuk Anda?
a. Sebagai tempat untuk mencari ketenangan
b. Sebagai bagian dari bangunan saja
c. Sebagai pemanis bangunan
d. Sebagai tempat untuk dapat aktif bergerak
e. Lain-lain, seperti __________________________________________________
Terima Kasih Atas Kerja Sama dan Waktu yang Anda Berikan
83
Umur :
Jenis kelamin :L / P
Pengobatan suatu penyakit dapat ditempuh tidak hanya dengan pengobatan secara
medis saja. Ruang terbuka hijau (rth) ternyata memberikan peran dalam pengobatan,
walaupun tidak secara langsung mengobati pasien yang bersangkutan. Rth dapat
berfungsi dalam mempercepat proses pengobatan pasien, terutama rth yang memang
didesain sebagai healing garden.
Healing garden merupakan rth yang dapat memulihkan kondisi mental dan emosi
pasien karena sifatnya yang menenangkan. Walaupun tidak dapat menyembuhkan
pasien secara langsung, healing garden diharapkan memberikan kenyamanan serta
menjadi tempat untuk melepas stres pasien.
Saya adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang melakukan penelitian
healing garden. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan
melingkari jawaban yang sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu. Hasil kuesioner ini dapat
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi saya. Besar harapan saya agar kuesioner
ini dapat saya ambil kembali pada hari Rabu, 8 Mei 2013. Atas kesediaan Bapak/Ibu
saya ucapkan terima kasih.
Healing Garden
1. Apakah Anda mengetahui healing garden sebelumnya?
a. Ya
b. Tidak
2. Seberapa pentingnya healing garden untuk pasien menurut Anda?
a. Sangat penting
b. Penting
c. Cukup penting
d. Tidak penting
3. Apakah RS perlu menyediakan healing garden? Mengapa?
a. Perlu,
karena___________________________________________________________
b. Tidak perlu, karena_________________________________________________
4. Bagaimana pendapat Anda mengenai taman yang sudah ada sekarang?
a. Sudah sangat indah, asri, dan nyaman
b. Indah, asri, dan nyaman
c. Cukup indah, asri, dan nyaman
d. Tidak indah, asri, dan nyaman
5. Bagaimana menurut Anda apabila RS ini dibangun sebuah healing garden?
(jawaban boleh lebih dari 1)
a. Setuju, karena akan memaksimalkan fungsi taman pada RS
b. Setuju, alasan lain karena ___________________________________________
c. Tidak setuju, karena taman yang ada saat ini sudah bagus
d. Tidak setuju,alasan lain karena_______________________________________
6. Apakah Anda akan mengunjunginya jika taman RS menjadi sebuah healing garden?
(jawaban boleh lebih dari 1)
a. Ya, bersama rekan kerja lainnya
b. Ya, bersama pasien yang membutuhkan
c. Ya, bersama ______________________________________________________
d. Tidak,
karena___________________________________________________________
Kebutuhan Pasien
1. Apa yang dibutuhkan pasien agar merasa santai/rileks?
a. Istirahat
b. Melakukan hobi ringan yang disenangi
c. Lain-lain ________________________________________________________
2. Apa pasien boleh berada di luar ruangan (taman)? Mengapa?
a. Boleh, karena _____________________________________________________
b. Tidak, karena_____________________________________________________
3. Kegiatan apa yang dianjurkan untuk pasien saat berada dalam taman? (jawaban
boleh lebih dari 1)
a. Duduk-duduk santai
b. Berjalan-jalan
c. Berinteraksi dengan yang lain atau bersosialisasi
d. Berkebun
e. Lain-lain, seperti __________________________________________________
85
4. Kegiatan apa yang tidak dianjurkan untuk pasien saat berada dalam taman?
(jawaban boleh lebih dari 1)
a. Berlarian
b. Berolah raga
c. Lain-lain, seperti __________________________________________________
5. Hal apa yang harus dihindari oleh pasien saat berada dalam taman? (jawaban boleh
lebih dari 1)
a. Tanaman tertentu
b. Air atau kolam
c. Cahaya matahari
d. Angin kencang
e. Serangga atau hewan lainnya, seperti __________________________________
f. Lain-lain, seperti __________________________________________________
6. Apa ada tanaman tertentu yang harus dihindari pasien? (jawaban boleh lebih dari 1)
a. Tanaman berduri
b. Tanaman berbau menyengat
c. Tanaman berbuah
d. Tanaman bergetah
e. Tanaman lainnya, seperti ____________________________________________
f. Tidak ada tanaman yang perlu dihindari
7. Berapa lama pasien diperbolehkan untuk berada di taman?
a. Kurang dari setengah jam
b. Setengah jam hingga satu jam
c. Lebih dari satu jam
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 23 Juni 1991 dari pasangan Joko
Agus Irianto dan Dyah Listyo Hapsari. Penulis merupakan anak pertama dari empat
bersaudara. Pendidikan awal penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Kosgoro pada
tahun 1994 dan dilanjutkan ke Sekolah Dasar Al-Hikmah Surabaya pada tahun 1997.
Penulis lulus pada tahun 2003 dan di tahun yang sama dilanjutkan ke Sekolah
Menengah Pertama Al-Hikmah Surabaya dan lulus tahun 2006. Penulis melanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas Negeri 15 Surabaya dan lulus pada tahun 2009 dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Tulis Masuk (UTM). Penulis mengikuti tingkat
persiapan bersama selama satu tahun dan masuk sebagai mahasiswa Departemen
Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor di tahun berikutnya.
Selama mengikuti perkuliahan penulis turut serta dalam beberapa acara lepas yang
diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap serta aktif dalam acara yang
diadakan oleh Departemen Arsitektur Lanskap. Penulis juga mengikuti beberapa
seminar dan workshop terkait dengan arsitektur lanskap seperti Landscape and Lighting
Create Amazing Environment 2011 dan Landscape Project for Good Environment 2011.