Anda di halaman 1dari 100

PERANCANGAN ULANG TAMAN RUMAH SAKIT SEBAGAI

HEALING GARDEN

CHIKA PUSPASARI IRIANTO

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Ulang


Taman Rumah Sakit Sebagai Healing Garden adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Chika Puspasari Irianto


NIM A44090069
ABSTRAK
CHIKA PUSPASARI IRIANTO. Perancangan Ulang Taman Rumah Sakit sebagai
Healing Garden. Dibimbing oleh INDUNG SITTI FATIMAH.

Healing garden merupakan bentuk ruang terbuka hijau yang berperan sebagai
pelepas stres sehingga diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan pasien,
karena itulah sesuai apabila diaplikasikan pada taman rumah sakit. Permasalahannya
adalah banyak rumah sakit yang tidak memaksimalkan fungsi tamannya sebagai
healing garden, seperti Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Islam Jemursari di
Surabaya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa hasil preferensi masyarakat
mengenai taman rumah sakit serta healing garden pada umumnya. Analisa preferensi
digunakan sebagai dasar utama dalam merancang ulang taman sebagai healing
garden disertai dengan studi literatur sebagai data pendukung. Hasil pengumpulan
data melalui metode observasi dan wawancara menunjukkan baik pasien maupun
tenaga medis setuju dengan adanya healing garden sebagai fasilitas pendukung.
Penelitian ini menghasilkan dua desain healing garden untuk masing-masing rumah
sakit. Keduanya sesuai kriteria, preferensi, dan kebutuhan pengguna serta sesuai
dengan kedua rumah sakit.

Kata kunci: taman rumah sakit, healing garden, preferensi taman

ABSTRACT

CHIKA PUSPASARI IRIANTO. Hospital Gardens Redesign as a Healing Garden.


Supervised by INDUNG SITTI FATIMAH.

Healing garden is one type of green open spaces that has significant roles in
relieving stress in the hope to accelerate patients healing process. Thus healing
garden will be suitable to be applied in hospitals garden. The problem is many
hospitals dont provide healing garden as their facility despite having a potential
garden, like Darmo Hospital and Jemursari Islamic Hospital in Surabaya. The
objectives of this research are analyzing people preferences about hospital garden
regarding healing garden in general and using the preferences as a primary
foundation and literature studies as supporting data to redesign each of the hospitals
garden. The result of the collected data through observation and interview method
show that not only patients but also medical personnel agreed to add a healing garden
as a support facility in their hospitals. This research resulted two healing garden
designs for each hospitals. Both designs fulfill all the criteria, users preferences and
needs, and also match with the characteristics of both hospitals.

Keywords: hospital garden, healing garden, garden preferences


PERANCANGAN ULANG TAMAN RUMAH SAKIT SEBAGAI
HEALING GARDEN

CHIKA PUSPASARI IRIANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Perancangan Ulang Taman Rumah Sakit sebagai Healing Garden
Nama : Chika Puspasari Irianto
NIM : A44090069

Disetujui oleh

Dr Ir Indung Sitti Fatimah, MSi


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr


Ketua Departemen

Tanggal Disetujui:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala rahmat dan karuniaNya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Tema yang
dipilih sebagai judul skripsi ini adalah healing garden pada taman rumah sakit
dengan judul Perancangan Ulang Taman Rumah Sakit sebagai Healing Garden.
Ucapan terima kasih penulis berikan kepada Ibu Dr Ir Indung Sitti Fatimah,
MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan masukan. Penulis
juga mengungkap banyak rasa terima kasih kepada semua pihak yang membantu
proses penyelesaian skripsi ini, khususnya Ibu Alis dan Dr Arimbi dari Rumah Sakit
Darmo serta Ibu Yuli serta seluruh pihak departemen pendidikan dan latihan Rumah
Sakit Islam Jemursari. Selanjutnya untuk Ayah, Ibu, adik-adik dan keluarga, serta
teman-teman yang tidak pernah berhenti memberi doa, dukungan, dan semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah
informasi mengenai desain taman khususnya healing garden. Semoga penelitian ini
dapat menjadi bahan pertimbangan pihak rumah sakit khususnya dalam
memaksimalkan penggunaan ruang terbuka hijaunya.

Bogor, Agustus 2015

Chika Puspasari Irianto


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Batasan Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Pengaruh Alam Terhadap Kesehatan Manusia 3
Healing Garden 5
Perancangan Taman Rumah Sakit 8
METODOLOGI 9
Lokasi dan Waktu Penelitian 9
Alat dan Bahan 9
Metode dan Tahapan Penelitian 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Kondisi Umum Rumah Sakit 12
Profil dan Fasilitas Rumah Sakit 12
Lokasi dan Batas Tapak 14
Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak 18
Iklim Makro dan Mikro 19
Topografi dan Drainase 20
Vegetasi dan Satwa 21
Data Visual Tapak 24
Data Sosial 29
Analisis dan Sintesis 36
Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak 36
Iklim Makro dan Mikro 37
Topografi dan Drainase 38
Vegetasi dan Satwa 39
Visual Tapak 40
Sosial 40
Konsep 42
Konsep Dasar 42
Konsep Desain 42
Pengembangan Konsep Desain 44
Desain 48
Rumah Sakit Darmo 50
Rumah Sakit Islam Jemursari 61
SIMPULAN DAN SARAN 75
Simpulan 75
Saran 75
DAFTAR PUSTAKA 76
LAMPIRAN 78
RIWAYAT HIDUP 86
DAFTAR TABEL
1 Kriteria healing garden oleh Marcus (2007) 6
2 Kriteria healing garden oleh Stigsdotter (2005) 7
3 Jenis dan fungsi software 9
4 Data inventarisasi 10
5 Data vegetasi RS Darmo 21
6 Data vegetasi RSI Jemursari 23
7 Rekomendasi desain healing garden 41
8 Daftar vegetasi healing garden Rumah Sakit Darmo 50
9 Daftar vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari 61

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian 2
2 Lokasi penelitian 9
3 Kerangka tahapan penelitian 10
4 Batas Rumah Sakit Darmo 12
5 Batas Rumah Sakit Islam Jemursari 13
6 Kondisi lorong paviliun Rumah Sakit 14
7 Peta inventarisasi taman RS Darmo 15
8 Peta inventarisasi taman Rumah Sakit Islam Jemursari 17
9 Jalan setapak pada taman RS Darmo 18
10 Aksesibilitas taman RS Darmo 18
11 Aksesibilitas taman RSI Jemursari 19
12 Saluran air pada kedua tapak 21
13 Tanaman display pada taman RS Darmo 22
14 Peta view taman Rumah Sakit Darmo 25
15 View taman dari dua lantai 26
16 Peta view taman Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 1) 27
17 Peta view taman Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 2) 28
18 Grafik persepsi pasien terhadap healing garden secara umum 30
19 Grafik preferensi pasien mengenai relaksasi dan healing garden
secara khusus 31
20 Grafik preferensi pasien mengenai relaksasi dan healing garden
secara khusus 31
21 Grafik preferensi pasien terhadap warna, kondisi, dan elemen 32
22 Grafik preferensi pasien terhadap vegetasi dan atribut taman 33
23 Grafik opini dan pengalaman tenaga medis 34
24 Grafik preferensi tenaga medis terhadap healing garden 35
25 Grafik kebutuhan pasien mengenai taman menurut tenaga medis 35
26 Desain profil tangga 38
27 Bentukan matahari pada desain healing garden 43
28 Bentukan air dan penerapan pada desain healing garden 43
29 Konsep ruang healing garden RS Darmo 44
30 Konsep ruang healing garden RSI Jemursari : (a) Konsep ruang
taman a, c, d, dan e dan (b) konsep ruang taman b 45
31 Konsep vegetasi pada taman a, taman b, dan taman c RSI
Jemursari 47
32 Konsep vegetasi pada taman d dan taman e RSI Jemursari 47
33 Site plan healing garden Rumah Sakit Darmo 52
34 Peta view healing garden Rumah Sakit Darmo 53
35 Potongan healing garden Rumah Sakit Darmo 54
36 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Darmo 55
37 Detail gazebo healing garden Rumah Sakit Darmo 56
38 Detail arbor healing garden Rumah Sakit Darmo 57
39 Detail kursi (ruang privat bagian timur) healing garden Rumah
Sakit Darmo 58
40 Site plan healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari 64
41 Peta view healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian
1) 65
42 Peta view healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian
2) 66
43 Potongan healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian
1) 67
44 Potongan healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian
2) 68
45 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
(bagian 1) 69
46 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
(bagian 2) 70
47 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
(bagian 3) 71
48 Detail meja dan kursi ruang privat healing garden Rumah Sakit
Islam Jemursari 72
49 Detail fountain healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
(bagian 1) 73
50 Detail fountain healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
(bagian 2) 74

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner pasien 78
2 Kuesioner tenaga medis 83
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ruang Terbuka Hijau (RTH) telah menjadi kebutuhan masyarakat khususnya di


perkotaan karena RTH memberikan banyak fungsi ekologis serta sosial. Salah satu
fungsi lain yang diberikan namun sering terabaikan adalah peningkatan kesehatan
pengguna yang berada pada masa penyembuhan. Sejak abad ke 17 rumah sakit terutama
di banyak negara belahan bumi barat didesain dengan RTH serta dekat dengan alam,
karena sinar matahari, udara yang bersih serta suasana alam yang hijau berperan penting
dalam proses penyembuhan. Walaupun desain yang dekat dengan alam ini sempat
menghilang pada tahun 1950 hingga 1990an, kini para pelaku bidang kesehatan mulai
sadar kembali akan pentingnya interaksi dengan alam dalam meningkatkan kesehatan
pasien (Marcus, 2007).
RTH pada rumah sakit berperan penting dalam interaksi antara pasien dan alam,
karena rumah sakit terutama pada perkotaaan dikelilingi oleh lingkungan kota yang
identik dengan polusi dan penyakit. Ruang terbuka pada rumah sakit berpotensi menjadi
healing garden yang bermanfaat dalam proses pengobatan pasien.
Healing garden sendiri secara umum merupakan suatu ruang yang dapat
melepaskan stres penggunanya serta dapat menenangkan, mendamaikan, dan
mengembalikan kondisi mental dan emosional pengguna. Healing dalam bahasa Inggris
dapat berarti menyembuhkan, membuat sesuatu menjadi sehat, namun healing garden
bukanlah ruang terbuka yang dapat mengobati luka fisik seseorang secara langsung
(Vapaa, 2002). Healing garden diharapkan dapat menyembuhkan keadaan psikis pasien
untuk kemudian mempercepat proses pengobatan pasien terkait. Menurut Marcus dan
Barnes (1999) healing garden merupakan suatu kategori taman yang spesifik berada di
pusat kesehatan seperti rumah sakit, baik yang berada di dalam maupun luar ruangan
dan memang didesain khusus sebagai healing garden oleh pihak administratif rumah
sakit beserta desainernya.
Keberadaan sebuah healing garden pada rumah sakit juga memberikan
keuntungan karena pengguna, terutama pasien, merasa bahwa ruang terbuka hijau pada
rumah sakit tidaklah sekedar ruang terbuka hijau biasa namun sebuah lingkungan yang
didesain sedemikian rupa untuk memberi manfaat penyembuhan pada penggunanya.
Hal ini menunjukkan kepedulian penuh terhadap pasien melalui hal yang selama ini
kurang diperhatikan atau dianggap tidak berhubungan dengan pengobatan pasien
(Marcus dan Barnes, 1999).
Healing garden sangat baik diterapkan pada ruang terbuka pada rumah sakit,
namun di Indonesia sendiri masih belum banyak rumah sakit yang menyediakan healing
garden sebagai fasilitasnya (Kania, 2010). Tidak adanya fasilitas healing garden pada
rumah sakit menyebabkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat, terutama
masyarakat di bidang kesehatan, akan pentingnya healing garden ini. Ruang terbuka
hijau pada rumah sakit sebatas sebagai taman tanpa desain khusus yang ditujukan dalam
membantu mempercepat proses pengobatan pasien, seperti rumah sakit di Kota
Surabaya. Beberapa rumah sakit telah mengangkat tema hijau sebagai konsep dan
mengelola taman rumah sakit dengan baik. Penerapan healing garden dapat mendukung
konsep yang telah diangkat.
2

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat,


baik di bidang kesehatan maupun arsitektur lanskap, akan healing garden. Penelitian ini
juga diharapkan dapat menghasilkan rancangan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
preferensi pasien dan calon pengguna healing garden di rumah sakit.

Perumusan Masalah

Pembuatan rancangan healing garden ini merupakan solusi yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pengguna, khususnya pasien pada rumah sakit, sesuai
dengan preferensi pengguna. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1:

Kebutuhan ruang terbuka hijau


masyarakat perkotaan

Ruang terbuka hijau pada fasilitas


sosial seperti rumah sakit

Ruang terbuka hijau bagi pasien dalam


proses pengobatan

Healing garden

Aplikasi healing garden pada rumah


sakit

Kriteria healing garden Kriteria healing garden


menurut Marcus (2007): menurut Stigsdotter
aksesibilitas, (2005):
penciptaan suasana, aksesibilitas,
aktivitas yang dapat fleksibilitas,
dilakukan, kekuatan
pengguna, dan emosional user,
interaksi dengan keamanan, dan
alam. karakteristik dasar

Kriteria healing garden yang


dikembangkan

Preferensi Kebutuhan medis


pengguna dan pasien dan
ahli kesehatan pengguna lain

Rancangan
healing garden

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian


3

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. menganalisa persepsi masyarakat medis terhadap keberadaan taman rumah
sakit dan healing garden,
2. menganalisa hasil preferensi dan kebutuhan pasien sebagai pedoman dalam
perancangan healing garden, dan
3. merancang suatu healing garden yang ditujukan untuk pasien rumah sakit
serta pengguna umum lainnya.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:


1. menjadi rekomendasi bagi pihak rumah sakit dalam membuat suatu healing
garden di dalam area rumah sakit terkait,
2. menjadi bahan kajian ilmiah dalam perancangan taman sebagai healing garden,
dan
3. menambah pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai kebutuhan dan
preferensi pasien dan masyarakat terhadap healing garden.

Batasan Penelitian

Penelitian healing garden ini dibatasi oleh tapak taman dua rumah sakit yang
berada di Kota Surabaya. Masyarakat yang menjadi sumber preferensi dan persepsi
merupakan masyarakat di bidang kesehatan, yaitu dokter dan perawat rumah sakit,
termasuk pasien penderita penyakit fisik yang berada pada masa pengobatan. Hasil dari
penelitian dibatasi hingga produk akhir desain berupa site plan, gambar potongan,
gambar detail dan ilustrasi perspektif.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Alam Terhadap Kesehatan Manusia

Selama beberapa abad silam, alam beserta sinar matahari serta udara yang sejuk
telah menjadi komponen penting dalam proses penyembuhan karena menjadi bagian
dari sarana penyembuhan itu sendiri. Mulai dari sarana penyembuhan gereja di era
medieval hingga rumah sakit skala kota pada abad 17 dan 18. Desain yang dekat dengan
alam ini sempat menghilang pada tahun 1950 hingga 1990an di negara-negara barat.
Gedung rumah sakit dibangun menyerupai gedung institusional perkantoran sehingga
pendingin udara menggantikan udara alami, ruang terbuka menyempit untuk area parkir
kendaraan dan interior didesain seefisien mungkin sehingga tidak jarang menimbulkan
kondisi tertekan tidak hanya bagi pasien namun juga pengunjung dan tenaga medis.
Awal tahun 1990 pelaku bidang keehatan mulai sadar kembali akan pentingnya
4

interaksi pasien dengan alam sehingga alam kembali menjadi pertimbangan dalam
penataan fasilitas kesehatan (Marcus, 2007).
Cukup banyak penelitian yang membuktikan bahwa alam memberikan pengaruh
positif bagi masyarakat dalam fasilitas kesehatan, baik itu pasien, staf, maupun
pengunjung lainnya. Penelitian oleh Marcus dan Barnes dalam Marcus (2007)
menunjukkan bahwa pengguna taman di empat rumah sakit memberikan respon positif
setelah menghabiskan beberapa waktu di taman. Respon ini antara lain menjadi lebih
tenang, kuat, dapat berpikir dengan jernih, serta merasakan suatu hubungan spiritual
dalam taman.
Velarde, Fry, dan Tveit (2007) memberikan rangkuman atas 31 penelitian
mengenai pemandangan lanskap terhadap pengaruh kesehatan. Beberapa penelitian
menggunakan metode dengan pengukuran kuantitatif seperti tekanan darah, detak
jantung, aktivitas otak menggunakan elektroensefalogram serta penggunaan obat
penahan rasa sakit. Hasilnya menunjukkan konsistensi dimana responden dari setiap
penelitian yang memberikan hasil baik merupakan responden yang memiliki akses
untuk memandang lanskap alami.
Penelitian yang telah dilakukan menjawab pertanyaan mengenai hubungan antara
alam dengan kesehatan manusia namun tidak menjawab mengapa alam dapat
memberikan efek-efek tersebut. Hingga saat ini belum ada penelitian yang mengungkap
mengapa alam dapat mempengaruhi manusia namun terdapat beberapa teori yang
berusaha menjawab pertanyaan ini. Lima teori pertama dari Stigsdotter dan Grahn
(2002) didapat dari penelitian pada tiga institusi pendidikan: The Healing Garden
School, The Horticultural Therapy School, dan The Cognitive School.
Teori pertama berkaitan dengan sistem limbik otak manusia yang merupakan
tempat terletaknya pusat emosi manusia, dimana emosi ini dipengaruhi oleh efek
penyembuhan yang diberikan oleh lingkungan sekitar dan alam. Teori ini memandang
manusia sebagai makhluk biologis yang cocok memiliki kehidupan dekat dengan alam.
Lingkungan alam yang sifatnya natural membuat manusia secara tidak sadar
mempercayakan aksi dan reaksinya kepada refleks spontan. Sebuah pemandangan
danau yang terbingkai dengan indah akan merangsang manusia secara refleks menjadi
tenang dan rileks. Suasana alam lain juga membuat seseorang yang berada dalam
tekanan secara tidak sadar akan menjadi rileks kembali.
Teori kedua berhubungan dengan kemampuan penyembuhan yang dipengaruhi
oleh hijaunya alam pada fungsi kognitif manusia. Teori ini dilandaskan pada dua tipe
atensi manusia yaitu atensi spontan dan atensi tak spontan. Atensi tak spontan
merupakan suatu bentuk konsentrasi yang sengaja dilakukan dan terarah, memiliki
kapasitas tertentu yang akan cepat lelah dan terkuras dalam waktu yang singkat.
Penggunaannya pada kegiatan sehari-hari seperti mengerjakan tugas sehari-hari atau
saat berkendara. Hal ini juga membutuhkan tingkat kesadaran yang lebih tinggi dan
membutuhkan lebih banyak perhatian karena pikiran akan memilah pada apa yang harus
dilakukan dan apa yang dikesampingkan.
Berkebalikan dengan atensi tak spontan, atensi spontan tidak memiliki kapasitas
tertentu dan pada dasarnya tak terbatas. Pemandangan alam atau hal natural sederhana
seperti bebatuan atau suara yang ditimbulkan gesekan dedaunan menimbulkan
ketertarikan dan rasa kagum yang diciptakan oleh atensi spontan. Hal-hal natural dan
sederhana seperti ini tidak membutuhkan kesadaran yang tinggi dan otak tidak perlu
memilah kembali apa yang harus dilakukan atau dikesampingkan sehingga tidak akan
menimbulkan kelelahan.
5

Teori selanjutnya menyatakan bahwa lingkungan alami seperti vegetasi dan


bebatuan tidak memberi tuntutan yang besar bagi manusia. Teori ini dapat dijelaskan
dengan beberapa perbandingan. Tuntutan yang diberikan oleh keluarga dan kerabat
dekat akan lebih besar dan membebani seseorang dibandingkan dengan tuntutan oleh
orang asing. Hewan akan menuntut lebih sedikit daripada manusia karena sifatnya yang
apa adanya karena mereka tidak dapat menyatakan kebohongan atau membebani
manusia dengan rasa bersalah. Alam, seperti tanaman, bebatuan, dan air akan menuntut
lebih sedikit lagi karena mereka tidak dapat menunjukkan rasa tidak suka dan hanya
berada di tempatnya sepanjang waktu (Searles, 1960; Ottosson 2001).
Dua teori selanjutnya menitikberatkan pada aktivitas yang dilakukan di dalam
taman merupakan hal yang mempengaruhi kesehatan pengunjungnya. Aktivitas yang
dapat dilakukan pada taman, beserta dengan segala atribut taman seperti bentukannya,
aroma dan warna yang diciptakan, dan lainnya akan memberikan seseorang pandangan
yang positif terhadap dirinya sendiri dan seseorang akan merasa lebih berharga.
Manusia sendiri pada dasarnya merupakan makhluk yang aktif sehingga aktivitas itu
sendiri sudah menyehatkan.
Semua teori yang telah dijelaskan memiliki kesimpulan yang sama dimana
manusia secara alamiah dirancang untuk dekat dengan alam dan membutuhkan nuansa
natural untuk memberikan ketenangan dan kedamaian. Selaras dengan teori manusia
sebagai makhluk biophilia yang dikemukakan oleh Edward O. Wilson. Wilson dalam
Vapaa (2002) menjelaskan bahwa manusia secara alamiah tertarik pada makhluk hidup
lainnya yaitu hewan dan tumbuhan. Dibandingkan tembok beton yang berwarna abu-
abu, manusia lebih menyukai tanaman yang berwarna hijau atau air yang berwarna biru.
Sebagai contoh, masyarakat yang setiap hari melakukan kegiatan rutin bekerja di kantor
akan cenderung memilih pantai atau pegunungan sebagai tujuan liburan.
Teori ini menyatakan bahwa manusia membutuhkan atau menginginkan kontak
dengan alam yang natural hingga sampai pada tingkat dimana manusia memberi nilai
lebih terhadap alam dan juga dirinya sendiri. Vapaa (2002) menyatakan bahwa beberapa
peneliti menganggap teori biophilia ini merupakan salah satu landasan dasar yang
mendukung adanya efek penyembuhan yang diberikan alam oleh manusia.

Healing Garden

Barnes dan Marcus dalan Vapaa (2002) menyatakan bahwa taman di area rumah
sakit yang dapat memberikan efek penyembuhan terhadap manusia. Efek penyembuhan
yang dimaksud adalah meringankan stres bagi user, serta menyediakan ketenangan,
keteduhan serta meremajakan kembali kondisi mental seseorang. Penyembuhan ini juga
tidak berarti menyembuhkan penyakit atau luka fisik yang diderita seseorang. Sebuah
taman yang memberikan efek penyembuhan ini disebut sebuah healing garden. Healing
garden ini merupakan sebuah kategori taman, baik indoor maupun outdoor, yang
memang didesain khusus sebagai healing garden oleh pihak administrasi rumah sakit
dan desainernya.
Menurut penelitian yang dilakukan Kaplans dan Ulrich dalam Severtsen (2006)
semua bentuk taman dapat dikatakan sebagai healing garden karena pada dasarnya
taman atau ruang terbuka hijau secara umum dapat memberikan efek positif terhadap
pasien. Beberapa fakta ditemukan dalam penelitian antara lain pasien yang dapat
memandang suasana alam dari ruangannya memiliki waktu rawat inap lebih cepat
6

selama paskaoperasi, membutuhkan lebih sedikit obat-obatan, serta staf kesehatan yang
menangani pasien akan memberikan lebih sedikit komentar negatif mengenai pasien.
Stigsdotter (2002) menyatakan bahwa sebuah taman, di rumah sakit khususnya,
mungkin tidak selalu memberikan dampak positif dan sebaliknya, dapat memicu sifat
negatif bagi user. Dibutuhkan pemahaman yang tepat bagi seorang desainer healing
garden untuk memahami siapa yang akan menjadi sasaran sebuah healing garden.
Vapaa (2002) menyatakan bahwa keterlibatan calon user dalam menentukan hasil akhir
dari rancangan nantinya merupakan hal yang penting dalam proses merancang sebuah
healing garden.
Beberapa panduan dalam pembuatan healing garden diajukan oleh beberapa ahli
sebagai hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Panduan ini ditujukan untuk
membantu perancang dalam menentukan rancangan agar apa yang dihasilkan sesuai dan
dapat dikategorikan sebagai sebuah healing garden. Salah satu panduan desain
mengenai healing garden telah dibuat pada tahun 1999 oleh Ulrich, Marcus, dan Barnes
namun dikembangkan kembali sebuah panduan atau kriteria oleh Marcus (2007)
terhadap healing garden (Tabel 1).

Tabel 1 Kriteria healing garden oleh Marcus (2007)


No. Kriteria
1. Mendorong pergerakan dan kegiatan pelatihan
2. Memberikan kesempatan untuk menentukan pilihan, mencari privasi, dan
memegang control
3. Memiliki ruang untuk bersosial
4. Mendorong interaksi dengan alam
5. Visitabilitas
6. Aksesibilitas
7. Menciptakan lingkungan yang familiar
8. Tenang
9. Nyaman
10. Memiliki artwork yang positif

Dari kesepuluh kriteria pada Tabel 1 dibentuk lima kriteria yang menggabungkan
kriteria dengan sifat yang sama yaitu:
1. aksesibilitas, taman diharuskan memiliki akses untuk pengguna dari semua
kalangan usia dan kemampuan. Akses masuk maupun dalam taman sebaiknya
berukuran cukup lebar. Ruang penjaga dan perawat juga memiliki akses visual
terhadap keadaan taman terutama area taman untuk anak-anak dan pasien yang
lemah.
2. penciptaan suasana, taman yang memberikan efek terapeutis sebaiknya tenang,
berkebalikan dengan ruang terbuka untuk publik. Suasana yang memberikan
ketenangan seperti suara burung, air mancur, maupun suara dari lonceng
dibutuhkan oleh pasien. Suasana nyaman dan aman juga dibutuhkan sesuai dengan
kebutuhan pasien masing-masing. Perlu dihindari situasi yang menyebabkan
pasien menjadi seperti objek yang diperhatikan oleh sekeliling mereka sehingga
dibutuhkan suasana privat. Kondisi yang familiar terhadap keadaan tempat tinggal
pasien juga dibutuhkan dan dapat diwujudkan dengan pemilihan vegetasi serta
furnitur yang sesuai,
7

3. aktivitas yang dapat dilakukan, healing garden mendorong penggunanya untuk


melakukan aktivitas olah raga ringan seperti berjalan-jalan sehingga dibutuhkan
jalur yang beragam. Selain itu pengguna juga memiliki pilihan apakah mereka
ingin menyendiri atau beraktivitas dengan orang lain.
4. pengguna, pengguna taman tidak dibatasi untuk pasien saja, namun juga untuk staf
rumah sakit yang juga ingin melepas stres akibat kepenatan pekerjaan. Pasien
yang menggunakan taman diberikan kesempatan kontrol terhadap taman tersebut,
seperti mengubah tempat duduk, dan
5. interaksi dengan alam, healing garden menyediakan berbagai jenis vegetasi
dengan berbagai tekstur, bentuk, dan warna. Pemasangan label pada vegetasi
dapat dilakukan untuk menarik perhatian pengunjung. Pasien di dalamnya dapat
memandang langit dengan bebas atau memandang refleksi langit pada kolam,
selain itu pasien memiliki berbagai pilihan untuk memandang pada jarak pandang
yang luas dan terbuka serta tertutup.
Stigsdotter (2005) telah melakukan penelitian yang serupa dan menghasilkan
beberapa rekomendasi desain yang dapat digunakan dalam membentuk kriteria sebuah
healing garden terutama untuk pasien yang cenderung mudah lelah serta stress akibat
penyakit yang diderita seperti yang terlihat pada Tabel 2:

Tabel 2 Kriteria healing garden oleh Stigsdotter (2005)


No. Kriteria
1. Memiliki tujuan khusus
2. Memiliki ruang untuk aktivitas pemulihan
3. Fleksibel
4. Memperhatikan kekuatan emosional pengunjung
5. Aksesibilitas
6. Keamanan
7. Hubungan dengan karakteristik geografis dan historis lokasi
8. Karakteristik dasar

Dari kesepuluh kriteria pada Tabel 2 dibentuk lima kriteria yang menggabungkan
kriteria dengan sifat yang sama yaitu:
1. aksesibilitas, desain healing garden dibuat untuk dapat diakses oleh pasien dengan
segala kekurangannya. Penentuan material jalan perlu diperhatikan karena
berdampak pada perhatian pasien terhadap tubuhnya,
2. fleksibilitas, sebuah healing garden sebaiknya dapat terus dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan pasien atau bersifat fleksibel. Walaupun desain yang dibuat
telah disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat ini, healing garden tidak menutup
kemungkinan dikembangkan kembali untuk memenuhi kebutuhan yang bertambah
di masa datang,
3. kekuatan emosional pengunjung, respon yang diberikan pasien terhadap taman
akan tergantung pada kekuatan emosional pasien tersebut. Sebuah healing garden
didesain untuk memberikan fasilitas sesuai dengan berbagai keadaan mental
pasien. Beberapa pasien dalam keadaan emosional yang buruk membutuhkan
privasi untuk menyendiri dan pasien dengan emosi yang lebih baik dan stabil lebih
memilih untuk berinteraksi dengan pengunjung lain pada taman,
4. keamanan, pengguna taman diharuskan memilki rasa aman dalam melakukan
berbagai aktivitas di dalam healing garden, dan
8

karakteristik dasar, terdapat beberapa karakteristik dasar pada healing garden


yaitu: memberikan posibilitas pengguna untuk melakukan kegiatan olah raga ringan,
menenangkan, kaya akan spesies vegetasi, natural, dan mencerminkan kebudayaan lokal.

Perancangan Taman Rumah Sakit

Perancangan merupakan suatu bentuk pemecahan masalah dengan beberapa


tahapan serta megacu pada ide-ide desain yang direncanakan. Desain yang baik harus
dapat memecahkan suatu masalah dengan konsep yang baik dan hasilnya merupakan
proses yang saling berhubungan dari tahapan desain. Desain juga berfungsi untuk
mengambil keputusan yang mengacu pada kepentingan di waktu yang akan datang,
serta menciptakan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta bersifat
dinamis, kontinyu, dan fleksibel (VanDyke, 1990).
Simonds (1998), menyatakan perancangan dari suatu lanskap berarti suatu
perubahan fungsi dari pemikiran 2 dimensi menjadi pemikiran 3 dimensi. Dikatakan
lebih lanjut bahwa dengan kata lain, perancangan merupakan suatu perubahan dari use
area menjadi use volume. Dalam proses perancangan dihasilkan sebuah proses kreatif
yang menyatukan berbagai aspek seperti aspek teknologi, sosial, ekonomi, dan biologi
serta efek psikologis dan fisik yang dihasilkan dari bentuk, warna, bentuk, dan ruang.
Suatu tapak atau lanskap dapat dirancang apabila belum ada pengaturan fungsi
elemen lanskap didalamnya, atau dapat juga dirancang ulang jika didalamnya sudah
terdapat elemen lanskap tetapi kondisi lingkungan sekitar sudah tidak sesuai lagi dengan
pengaturan elemen lanskapnya (Permatasari, 2009).
Seperti yang telah dicantumkan dalam Undang Undang No 44 tahun 2009 pasal
10 bahwa rumah sakit harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis
bangunan dengan memberikan paling sedikit satu ruang dari 21 ruang yang disebutkan
termasuk didalamnya adalah sebuah taman. Taman menjadi bagian wajib untuk sebuah
rumah sakit walaupun hanya sebatas ruang terbuka hijau saja. Adanya taman pada
rumah sakit dan dengan perancangan taman rumah sakit sebagai healing garden akan
memberikan dampak positif dibidang kesehatan bagi setiap pengguna rumah sakit, baik
pengunjung, staf, tenaga medis, dan pasien khususnya yang berhadapan dengan situasi
yang membuat jenuh dan stres. Hal ini membuat taman sebagai salah satu sarana
pendukung yang tepat berada pada rumah sakit dan tidak hanya berfungsi sebagai
ruang terbuka hijau saja (Marcus, 2007).
Marcus (2007) juga menyatakan bahwa taman pada rumah sakit akan lenih baik
apabila ditempatkan di dekat ruang pasien, ruang tunggu, dan pintu masuk rumah sakit.
Penempatan ruang juga perlu bagi orang yang menginginkan privasi, menyediakan
furnitur taman yang dapat dipindahkan, serta beberapa area dengan meja dan kursi
sehingga keluarga dan staf rumah sakit dapat makan bersama di tempat tersebut.
Proses perancangan taman sebagai healing garden pada rumah sakit perlu
diperhatikan karena user utama dari healing garden merupakan pasien yang berada di
rumah sakit dan tujuan utamanya adalah mengurangi tingkat stres yang diderita oleh
pasien terkait. Pemahaman mengenai pasien terkait memegang peranan penting dalam
penentuan desain healing garden nantinya. Sebuah healing garden harus mampu
menjadi sarana yang menjawab keinginan dan kebutuhan pasien, dapat bersifat
komunikatif dan memberikan dukungan positif bagi pasien yang berkunjung ke
dalamnya (Stigdotter, 2002).
9

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Islam Jemursari,
Surabaya, Jawa Timur. Tapak di RS Darmo merupakan taman utama yang memiliki
luas 2395.19 m2 dan tapak di RSI Jemursari merupakan taman di dalam area rumah
sakit dengan total luas 3003.41 m2. Gambar 2 menunjukkan lokasi penelitian.

Gambar 2 Lokasi penelitian


Tahap pengambilan data dilaksanakan selama dua bulan selama Maret-Mei 2013.
Tahap pengolahan dan penyusunan, meliputi tahap analisis, sintesis, dan desain
dilaksanakan selama Juni 2013 hingga April 2015.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan selama proses penelitian antara lain: meteran, kamera,
catatan, dan alat tulis untuk pengambilan dan pengumpulan data primer. Pengolahan
data menggunakan tujuh software. Fungsi setiap software dijelaskan pada Tabel 3:

Tabel 3 Jenis dan fungsi software


No. Jenis Software Fungsi
1 AutoCAD 2013 Pengolahan data spasial
2 FotoSketcher 2.99 Pengolahan ilustrasi pendukung
3 Google Earth Pencitraan foto udara
4 Microsoft Word 2013 Pengolahan data deskriptif
5 Microsoft Excel 2013 Pengolahan data kualitatif dan kuantitatif
6 Photoshop CS6 Pengolahan gambar 2D pendukung
7 SketchUp 2014 Pengolahan gambar 3D pendukung

Metode dan Tahapan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian perancangan ulang taman rumah sakit
sebagai healing garden ini melalui observasi lapang, wawancara, dan studi pustaka.
Observasi lapang digunakan untuk mengumpulkan data umum dan data visual tapak.
Wawancara ditujukan pada masyarakat di bidang kesehatan dan ilmu pendukung terkait
10

serta pasien untuk mendapatkan data sosial. Studi pustaka dilakukan untuk
mendapatkan data pendukung lain. Tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian adalah
persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan desain (Gambar 3).

Pemilihan rumah sakit

Rumah sakit dengan fasilitas rawat


inap dan taman dengan
menyesuaikan:
luas taman,
posisi taman, dan
fungsi taman

Perijinan rumah sakit


Persiapan

Pengumpulan data umum dan fisik

Pengumpulan data kebutuhan dan


preferensi pasien Inventarisasi

Pengolahan kriteria healing garden

Pengolahan data inventarisasi dan


analisis Analisis dan sintesis

Konsep desain dan


pengembangannya Desain

Desain healing garden


Gambar 3 Kerangka tahapan penelitian

1. Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan penetapan tujuan penelitian, melengkapi surat-surat
untuk permohonan izin, serta penetapan rumah sakit sebagai lokasi tapak penelitian.
Rumah sakit yang menjadi tapak penelitian adalah rumah sakit yang mengangkat
konsep hijau dengan ruang terbuka hijau di dalam area gedung dan telah memiliki
pengelolaan taman yang baik. Dari seluruh rumah sakit yang memenuhi kriteria
yang dibutuhkan dipilih dua rumah sakit sebagai lokasi penelitian.
2. Inventarisasi
Proses inventarisasi dilakukan untuk mengumpulkan semua data yang terkait
dengan preferensi pengguna serta informasi mengenai healing garden yang meliputi
data umum, data fisik dan biofisik, data visual, dan data sosial. Data sosial yang
dibutuhkan dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner melalui pihak rumah sakit
sebanyak 20 untuk perawat dan tenaga ahli medis serta 20 kuesioner untuk pasien
rumah sakit. Tujuan penyebaran kuesioner adalah mengetahui keinginan, harapan,
serta kebutuhan pasien terhadap taman rumah sakit. Kuesioner ini merupakan
kuesioner gabungan terbuka dan tertutup. Jenis data yang digunakan dalam
pengumpulan preferensi pengguna selengkapnya terdapat pada Tabel 4.
11

Tabel 4 Data inventarisasi


No. Jenis Data Metode Inventarisasi Analisis Kegunaan
1. Data umum
Profil dan fasilitas Observasi dan studi
rumah sakit pustaka
Mengetahui keadaan
Lokasi dan batas Observasi dan studi
umum rumah sakit dan
rumah sakit pustaka
tapak dengan tepat
Luas taman rumah Observasi dan studi
sakit pustaka
2. Data fisik dan biofisik
Lokasi dan batas tapak Observasi
Aksesibilitas tapak Observasi
Iklim makro dan Mengetahui kondisi
Studi pustaka
mikro fisik serta biofisik yang
Topografi dan Observasi dan studi berada pada tapak
Drainase pustaka
Vegetasi dan satwa Observasi
3. Data visual tapak
Good view Observasi Mengetahui potensi
dan kendala visual
Bad view Observasi
tapak
4. Data sosial
Data umum pasien Wawancara dan
dan calon pengguna kuesioner Mengetahui data umum
Persepsi dan Wawancara dan calon pengguna serta
preferensi pasien kuesioner kebutuhannya terhadap
Wawancara dan studi taman
Kebutuhan pasien
pustaka

3. Analisis dan Sintesis


Tahap analisis meliputi pengolahan data inventarisasi. Dipilih tiga dari dua jenis
kriteria healing garden yang telah ada untuk kemudian dikembangkan. Kriteria yang
dipilih merupakan kriteria yang paling dapat dikembangkan dari segi arsitektur
lanskap namun memberikan peran signifikan, selain itu kriteria ini mudah diterima
oleh pihak rumah sakit sebagai bentuk perkenalan terhadap healing garden. Kriteria
yang dipilih yaitu penciptaan suasana oleh healing garden, ruang pendorong
aktivitas, serta aksesibilitas. Data hasil inventarisasi diolah dengan analisis
deskriptif kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui kebutuhan pasien terhadap
healing garden, preferensi pengguna, serta data potensi dan kendala tapak. Tahap
pengolahan data menghasilkan sintesis untuk healing garden.
Tahap sintesis menghasilkan alternatif terbaik berupa sebuah rekomendasi desain
dengan penyesuaian aspek-aspek tersebut yang digunakan sebagai patokan dalam
pengembangan konsep.
4. Desain
Tahapan terakhir berupa desain mencakup pengembangan konsep dan pembuatan
desain. Desain disesuaikan dengan potensi tapak, kriteria healing garden serta
kebutuhan pasien. Desain dihasilkan dalam bentuk site plan, detail plan, tampak,
potongan, dan ditambah ilustrasi pendukung. Desain ini merupakan rekomendasi
yang diberikan pada kedua rumah sakit yang menyesuaikan kebutuhan pasien atau
pengguna masing-masing yang memenuhi kriteria pembentuk healing garden.
12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Rumah Sakit

Profil dan Fasilitas Rumah Sakit

Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Islam Jemursari merupakan rumah sakit
swasta yang masing-masing terletak di kawasan Surabaya tengah dan Surabaya selatan.
Kedua rumah sakit memiliki sejarah dan latar belakang yang berbeda. Selain itu salah
satu perbedaan yang cukup mencolok adalah desain gedung keduanya. Rumah Sakit
Darmo dikenal dengan gedungnya yang menjadi bangunan cagar budaya peninggalan
masa kolonial dan masih terjaga dengan baik hingga saat ini. Rumah Sakit Islam
Jemursari memiliki ciri khas dengan dekorasi Islami pada bangunannya dan gedungnya
sendiri masih tergolong baru.
Satu hal yang menjadi persamaan kedua rumah sakit adalah konsep yang diangkat
kedua rumah sakit sebagai salah bentuk upaya publikasi. Baik RS Darmo maupun
Rumah Sakit Islam Jemursari memiliki konsep yang senada terkait dengan ruang
terbuka hijau. RS Darmo memiliki slogan the Green Hospital sedangkan RSI Jemursari
merupakan the Garden Hospital. Secara literal kedua rumah sakit sesuai dengan konsep
yang diangkat.

Rumah Sakit Darmo


Rumah Sakit (RS) Darmo pada awalnya didirikan oleh sekelompok orang
Belanda pada tanggal 9 Juni 1897 dibawah pimpinan HJ. Offerhaus dan dinamakan
Soerabajasche Zieken Verpleging (SZV). Pada tahun 1921, perkumpulan SZV ini
membeli sebidang tanah di mana bangunan RS Darmo saat ini berdiri dan dimulailah
pembangunan rumah sakit pada tanggal 15 Januari 1921. Aspek sejarah yang melekat
kuat terhadap gedung rumah sakit ini menjadikan RS Darmo sebagai cagar budaya.
RS Darmo dikelilingi oleh kawasan pemukiman, pertokoan, dan bisnis (Gambar
4). Area pertokoan membatasi bagian utara dan barat, area bisnis membatasi bagian
timur, dan bagian selatan dibatasi oleh area bisnis dan pemukiman. Rumah sakit ini
dikepalai oleh seorang direktur yang membawahi dua wakil direktur, yaitu wakil
direktur medis dan wakil direktur administrasi dan keuangan. RS Darmo memiliki
berbagai fasilitas medis seperti: instalasi patologi klinik, rehabilitasi medik, serta
instalasi lain seperti rawat inap dan rawat jalan.

(Sumber gambar : earth.google.com)


Gambar 4 Batas Rumah Sakit Darmo
13

Visi RS Darmo adalah menjadi rumah sakit pilihan utama di Surabaya dengan
misinya yaitu memberikan pelayanan kesehatan bermutu tinggi dan memuaskan
pelanggan tanpa mengabaikan fungsi sosial. Tujuannya adalah meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif yang
akan dicapai melalui misi dan berbagai program dan kegiatan operasional pelayanan
kesehatan paripurna. RS Darmo memiliki moto yang berbunyi salus aegroti suprema
lex est yang berarti menyelamatkan penderita adalah kewajiban utama (Anonim, 2012).

Rumah Sakit Islam Jemursari


Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari diresmikan pada tanggal 25 Mei 2002, sesuai
dengan ijin penyelenggaraan rumah sakit oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya dengan
surat keputusan nomor 503.445/5342/0010/IP.RS/436.55/V tentang ijin rumah sakit.
Rumah sakit ini dibangun berdasarkan konsep garden hospital di atas tanah seluas 4,6
ha dengan ruang terbuka berupa taman dengan total luas sebesar 33042 m2. RSI
Jemursari berada di kota Surabaya bagian selatan dan dibatasi oleh area pendidikan di
bagian utara, area pemukiman di bagian barat dan timur, dan area bisnis di bagian
selatan (Gambar 5).

(Sumber gambar : earth.google.com)


Gambar 5 Batas Rumah Sakit Islam Jemursari
Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe B non pendidikan, yaitu rumah sakit
yang mampu memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis
terbatas, sesuai dengan surat keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
H.03.05/I/7762/2010. RSI Jemursari dikepalai oleh seorang direktur yang membawahi
unit-unit pembentuk rumah sakit dengan total sumber daya manusia berjumlah 476
orang.
RSI Jemursari memiliki fasilitas yang lengkap baik untuk melayani kebutuhan
medis maupun nonmedis pasiennya. Fasilitas yang tersedia antara lain: instalasi rawat
inap dan rawat jalan yang meliputi poliklinik umum, poliklinik KB dan KIA, serta
poliklinik spesialis dengan dua puluh spesialis berbeda. Fasilitas lainnya berupa
instalasi bedah sentral, hemodialisa, stroke center, klinik laktasi, klinik bebas merokok,
dan bina rohani. Terdapat delapan gedung yang direncanakan untuk menampung semua
fasilitas yang ada. Hingga saat ini proses pembangunan serta renovasi di beberapa
tempat masih terus dijalankan.
Visi RSI Jemursari adalah menjadi rumah sakit islam berstandar internasional.
Untuk mencapai visi tersebut, rumah sakit ini berusaha untuk terus memberikan
pelayanan jasa secara prima dan islami sesuai mutu pelayanan internasional serta
melaksanakan manajemen rumah sakit berdasarkan manajemen syariah yang juga
berstandar internasional. Selain itu, RSI Jemursari berupaya untuk terus membangun
14

sumber daya manusia yang profesional dengan integritas yang tinggi dan selalu
menyediakan sarana prasarana rumah sakit untuk mewujudkan implementasi pelayanan
islami dan berstandar internasional.

Lokasi dan Batas Tapak

Rumah Sakit Darmo


RS Darmo memiliki taman utama berbentuk persegi panjang yang berada di
tengah area utama rumah sakit. Taman ini dikelilingi oleh empat paviliun yang
merupakan kamar rawat inap pasien. Berikut batas taman RS Darmo:
utara : ruang rehab medik dan paviliun 3,
selatan : paviliun 1,
barat : paviliun 2 dan paviliun 4,
timur : paviliun 1 dan paviliun 3.
Pasien dapat menikmati taman dari beranda kamar yang berada di lorong
paviliun di sekeliling taman (Gambar 6). Pihak rumah sakit menyediakan fasilitas
seperti kursi dan meja pada setiap beranda sebagai pendukung aktivitas. Pasien atau
pengunjung dapat duduk dan bersosialisasi sambil menikmati taman dari beranda
masing-masing. Taman ini menjadi tapak penelitian karena lokasinya yang strategis dan
berpotensi sebagai welcome area, berada di dalam area rumah sakit setelah melewati
lobi utama dan area ruang informasi rumah sakit. Selain itu, bentuk yang persegi dan
ukuran taman yang cukup luas membuat taman ini berpotensi untuk dikembangkan
sebagai healing garden. Terdapat dua titik evakuasi yang berada di utara taman dan
selatan lobi utama. Gambar 6 menunjukkan peta inventarisasi dan batas taman.

(Sumber gambar : dokumentasi pribadi)


Gambar 6 Kondisi lorong paviliun Rumah Sakit
Area taman hanya berfungsi sebagai pemandangan karena akses yang diperbolehkan
di dalam taman berupa jalan setapak yang membagi taman menjadi empat bagian, jalan
ini terbentang lurus dari barat ke timur dan utara ke selatan, menghubungkan empat
paviliun di sekelilingnya. Pihak rumah sakit mengelola taman dengan baik dan berada
pada kondisi yang sehat. Peraturan yang mengharuskan pengguna untuk melakukan
aktivitas hanya pada jalan setapak yang disediakan ini memudahkan pihak pengelola
dalam pemeliharaan. Setiap hari jumat, diadakan permainan musik gamelan yang dapat
dinikmati pasien yang berada di sekitar taman. Permainan musik ini dimainkan dari
gazebo yang berada di tengah taman.
15

Gambar 7 Peta inventarisasi taman RS Darmo


16

Rumah Sakit Islam Jemursari


RSI Jemursari memiliki ruang terbuka di sekeliling gedungnya yang difungsikan
sebagai taman. RSI Jemursari terus mengembangkan taman yang ada sekarang menjadi
lebih hijau dan asri. Saat ini terdapat enam spot di dalam area rumah sakit yang
difungsikan sebagai taman. Gambar 8 menunjukkan peta inventarisasi dari taman rumah
sakit. Masing-masing taman dikelilingi oleh gedung rumah sakit. Berikut batas untuk
masing-masing taman:
1. taman a:
a. utara : gedung A (lobi utama dan beranda lantai 2) dan gedung D ( kantin dan
ruang rehabilitasi lantai 2),
b. selatan : gedung A (lobi utama),
c. barat : gedung B (ruang bedah dan ruang tunggu lantai 2),
d. timur : gedung A (lorong lobi dan beranda lantai 2),
2. taman b:
a. utara : gedung B (ruang bedah dan ruang tunggu lantai 2),
b. selatan : gedung A (kantin),
c. barat : gedung C (ruang rawat inap),
d. timur : gedung A (ruang hemodialisa dan lorong ruang pegawai lantai 2)
3. taman c:
a. utara : gedung F (dalam proses pembangunan ruang rawat inap),
b. selatan : gedung C (ruang rawat inap),
c. barat : gedung E dan taman E,
d. timur : gedung B (ruang bedah),
4. taman d:
a. utara : gedung D (ruang rawat inap),
b. selatan : gedung B (ruang pegawai),
c. barat : gedung F (dalam proses pembangunan),
d. timur : gedung D (ruang rawat inap),
5. taman e:
a. utara : gedung I dan gedung F (keduanya dalam proses pembangunan),
b. selatan : gedung E (ruang rawat inap) dan taman C,
c. barat : gedung E (ruang rawat inap),
d. timur : gedung F (dalam proses pembangunan) dan taman C
6. taman f:
a. utara : ruang genset dan jalur kendaraan,
b. selatan : gedung E (lorong),
c. barat : jalur kendaraan, dan
d. timur : taman E.
Kelima taman berpotensi untuk menjadi healing garden yang dengan aktivitas di
dalamnya maupun menjadi pemandangan dari beranda yang berada di lantai 2.
Penggunaannya sebagai pemandangan beranda sudah cukup baik namun tidak ada user
yang memasuki taman karena desain yang tidak mendukung adanya aktivitas. Taman
keenam atau taman f kurang berpotensi karena letaknya yang tidak strategis sehingga
penggunaannya sekarang lebih tepat yaitu sebagai penambah ruang terbuka hijau dan
penambah daya tarik visual saja. Bagian pemeliharaan taman berada di bawah unit
rumah tangga dengan tenaga outsourcing sebagai pemeliharanya.
17

Gambar 8 Peta inventarisasi taman Rumah Sakit Islam Jemursari


18

Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak

Rumah Sakit Darmo


Lokasi taman RS Darmo dapat diakses melalui lobi utama rumah sakit maupun
semua pintu masuk RS Darmo. Akses taman ini tergolong baik karena user dapat
dengan mudah menuju dan memasuki taman. Hal yang kurang adalah papan informasi
mengenai keberadaan taman. Tidak ditemukan adanya papan informasi taman dalam
area rumah sakit. Walaupun taman dapat dengan mudah ditemukan melalui semua pintu
masuk rumah sakit, adanya papan informasi ini akan meningkatkan kesadaran user akan
keberadaan taman sebagai bagian dari fasilitas rumah sakit.
Sirkulasi di dalam taman hanya terbatas pada jalan setapak atau path yang telah
disediakan. Gambar 9 memperlihatkan path yang membentuk garis lurus dan membagi
taman menjadi empat area. Akses ini disediakan untuk memudahkan user berjalan
menuju paviliun 4 dan paviliun 2 dari arah lobi utama dan sebaliknya, serta berjalan
menuju paviliun 3 menuju paviliun 1 dan juga arah sebaliknya. Kebijakan pihak rumah
sakit yang menyediakan taman hanya sebagai pemandangan dapat menjadi salah satu
alasan terbatasnya akses dan sirkulasi dalam taman.

(Sumber gambar : dokumentasi pribadi)

Gambar 9 Jalan setapak pada taman RS Darmo


Kedua path memudahkan user berjalan menuju lokasi tujuan karena bentuk yang
lurus dapat memaksimalkan fungsi path tersebut, terutama path yang menghubungkan
antara lobi dan paviliun, karena path inilah yang lebih sering digunakan. Gambar 10
menunjukkan peta aksesibilitas di dalam dan luar tapak.

Gambar 10 Aksesibilitas taman RS Darmo


19

Rumah Sakit Islam Jemursari


Kelima taman RSI Jemursari memiliki akses yang mudah dicapai baik dari pintu
masuk maupun pintu lain rumah sakit. Lorong-lorong gedung rumah sakit yang
mengelilingi kelima taman ini memudahkan user untuk memasuki taman. Papan yang
menginformasikan akan adanya taman tidak dapat ditemukan dalam area rumah
sakit.Walaupun user dapat dengan mudah menemukan taman-taman ini karena hampir
seluruh lorong berbatasan dengan salah satu taman, papan informasi dapat ditambahkan
sebagai media promosi, mengingat konsep rumah sakit yang mengedapankan ruang
terbuka hijaunya.
Tidak disediakan akses di dalam seperti path atau stepping stone pada semua
taman yang berada di rumah sakit ini. Hal ini menyebabkan tidak adanya aktivitas di
dalam taman walaupun tidak ada larangan untuk memasuki taman. Taman e menjadi
satu-satunya taman yang diakses oleh user untuk mempersingkat jalur. Hal ini
dikarenakan kondisi pemeliharaan serta penanaman taman e yang tidak semaksimal
empat taman lainnya. Semua aksesibilitas, baik luar maupun dalam taman dapat dilihat
pada Gambar 11.

Gambar 11 Aksesibilitas taman RSI Jemursari

Iklim Makro dan Mikro

Kedua rumah sakit berada pada wilayah kota Surabaya yang beriklim tropis dan
memiliki temperatur panas merata. Kota Surabaya cenderung panas, begitu juga suasana
kedua tapak yang cukup panas. Data berikut merupakan data yang disusun menurut
Informasi Data Pokok Kota Surabaya Tahun 2012 dan diambil dari stasiun meteorologi
Juanda. Stasiun Juanda merupakan stasiun meteorologi yang mewakili kondisi cuaca
untuk area Surabaya pusat, lokasi RS Darmo, dan area Surabaya selatan yang
merupakan lokasi RSI Jemursari.
Temperatur tertinggi di area kedua rumah sakit adalah 35.4oC dan terendahnya
sebesar 20.6oC. Temperatur tertinggi terjadi pada bulan November dan temperatur
terendahnya pada bulan Juli dan Agustus. Rata-rata temperatur kedua area sebesar
27.5oC dengan kisaran 26.3oC hingga 29.5oC.
Kelembaban udara Kota Surabaya masih dalam kisaran kelembaban negara tropis
pada umumnya yaitu sebesar 70%-90%. Hasil data tahun 2012 menunjukkan kedua area
20

rumah sakit memiliki rata-rata kelembaban udara sebesar 77.17% dengan kelembaban
udara tertinggi pada bulan Juli sebesar 84% dan terendahnya pada bulan Oktober
dengan kelembaban 68%.
Data curah hujan untuk kedua lokasi tapak adalah 154.3 mm pada tahun 2012.
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 445.9 mm. Selama bulan Juli,
Agustus, dan September sama sekali tidak turun hujan. Pola yang sama juga terjadi
selama tahun 2009-2011 yaitu curah hujan yang tinggi selama musim hujan di bulan
Januari, Februari, dan Maret. Musim kemarau pada bulan Juli hingga Oktober sama
sekali tidak turun hujan. Curah hujan yang rendah serta tidak adanya hujan dalam
beberapa bulan pada musim kemarau menambah kesan panas pada tapak.
Angin yang bertiup di area kedua rumah sakit dapat digolongkan sebagai
hembusan angin pelan. Rata-rata kecepatan angin di area rumah sakit adalah 7 knot,
dengan kisaran sebesar 6.3-9 knot dengan arah terbanyak menuju timur. Hasil observasi
di kedua rumah sakit sendiri juga menunjukkan angin cenderung menuju arah timur.

Topografi dan Drainase

Rumah sakit Darmo berada di Kecamatan Tegalsari yang merupakan bagian dari
pusat kota Surabaya. Menurut Dinas Pertanian Kota Surabaya dalam Profil
Keanekaragaman Hayati Kota Surabaya (2012), daerah tersebut memiliki ketinggian 1.7
mdpl. Dengan kemiringan lereng 0-2%, Rumah Sakit Darmo tergolong datar. Taman
pada rumah sakit juga tergolong datar dan tidak memiliki permainan ketinggian di
dalamnya. RSI Jemursari berada di Surabaya bagian selatan dengan ketinggian 7 mdpl.
RSI Jemursari juga memiliki kemiringan sebesar 0-2% dan tergolong datar. Taman-
taman yang berada di dalam rumah sakit tergolong datar tanpa perbedaan ketinggian.
Topografi yang tergolong datar di kedua tapak memudahkan user dalam melintasi
taman. Topografi yang datar juga menyebabkan kemungkinan adanya genangan air
pada taman, penutupan tanah yang baik dengan vegetasi serta saluran drainase yang
baik akan menjadi solusi genangan air. Hal ini telah diterapkan dengan baik pada tapak
di kedua rumah sakit kecuali pada taman e RSI Jemursari. Taman e pada RSI Jemursari
ditanami rumput yang kurang merata di beberapa titik dan dapat menyebabkan adanya
genangan saat turun hujan. Selain itu, taman ini menjadi satu-satunya taman yang
dilewati oleh user sehingga membuat rumput yang menjadi pijakan mati dan terbentuk
jalan setapak baru. Jalan ini dapat juga menjadi penyebab genangan air nantinya. Saat
observasi dilakukan masih terdapat limbah bahan bangunan yang menumpuk di satu
titik, hal ini juga dapat menghalangi masuknya air hujan ke dalam tanah.
Drainase eksisting yang ada pada tapak sendiri berupa saluran air yang berada di
sekeliling taman, baik taman RS Darmo maupun taman RSI Jemursari. Taman RS
Darmo memiliki dimensi saluran air yang lebih kecil dibandingkan saluran air pada
taman RSI Jemursari namun mengingat rendahnya curah hujan di kota Surabaya kedua
saluran air ini sudah tergolong baik. Setiap saluran air yang berada pada tapak terjaga
kebersihannya. Hanya terlihat beberapa sampah plastik kecil seperti bungkus permen
pada saat observasi dan sampah organik seperti daun kering. Pemeliharaan taman yang
baik di kedua rumah sakit mencakup menjaga kebersihan saluran air agar tidak terjadi
permasalahan dengan drainase pada taman. Gambar 12 menunjukkan saluran air yang
berada di kedua tapak. Gambar bagian atas menunjukkan saluran air di sekeliling taman
RS Darmo dan bagian bawah menunjukkan saluran air di ketiga dari lima taman yang
menjadi tapak di RSI Jemursari.
21

(Sumber gambar: dokumentasi pribadi)

) Gambar 12 Saluran air pada kedua tapak

Vegetasi dan Satwa

Rumah Sakit Darmo


Desain penanaman di RS Darmo tidak memiliki pola yang khusus. Namun dapat
dikatakan bahwa polanya menuju kearah taman formal yang simetris, dilihat dari
pembagian taman menjadi empat sama besar akibat jalan setapak serta pola penanaman
beberapa vegetasinya. Vegetasinya sendiri didominasi oleh tanaman display yang
ditanam di keempat bagian taman secara merata untuk memenuhi taman. Tabel 5
menampilkan vegetasi yang digunakan serta jenis dan fungsinya.

Tabel 5 Data vegetasi RS Darmo


No. Spesies Nama Lokal Jenis
Tanaman Display
1 Adenium sp. Kamboja jepang Semak rendah
2 Agave angustivolia Agave Semak rendah
3 Araucaria heterophylla Cemara norfolk Pohon tinggi
4 Arundinaria pumila Bambu jepang Semak tinggi
5 Bougainvillea sp. Bugenvil Tanaman rambat
6 Brunfelsia calycina Melati costa Perdu rendah
7 Casuarina equisetifolia Cemara udang Pohon tinggi
8 Caryota mitis Palem ekor ikan Pohon rendah
9 Duranta sp. Pangkas kuning Semak tinggi
10 Nerium oleander Oleander Perdu tinggi
11 Pedilanthus tithymaloides Patah tulang Semak rendah
12 Ruelia malacosperma Ruelia Semak rendah
22

Tabel 5 Data vegetasi RS Darmo (Lanjutan)


No. Spesies Nama Lokal Jenis
13 Vetchia merilii Palem putri Pohon rendah
Tanaman Pembatas dan Pengarah
14 Murraya sp. Kemuning Semak rendah
15 Ixora sp. Soka Semak tinggi
16 Wodyetia bifurcata Palem ekor tupai Palem tinggi
Tanaman Pembatas
17 Acalypha macrophylla Teh-tehan Semak sedang
Tanaman Penutup Tanah
18 Axonopus compressus Rumput paetan Rumput

Salah satu tanaman display dipangkas membentuk topiari antara lain patah tulang
(Pedilanthus tithymaloides) yang membentuk tulisan RS. DARMO serta soka (Ixora
sp.) yang dipangkas membulat. Beberapa vegetasi dipadukan membentuk strata seperti
palem putri (Veitchia merilii), semak ruelia (Ruelia malacosperma), dan dibatasi oleh
teh-tehan (Acalypha macrophylla) pangkas untuk membentuk visual yang menarik.
Gambar 13 menunjukkan tanaman display seperti penjelasan sebelumnya. Pemilihan
tanaman display dipengaruhi oleh warna yang dihasilkan oleh vegetasi tersebut seperti
bugenvil (Bougainvillea sp.) dan soka (Ixora sp.) yang memiliki bunga yang berwarna-
warni.

(Sumber gambar : dokumentasi pribadi)


Gambar 13 Tanaman display pada taman RS Darmo
Banyaknya tanaman display yang digunakan sesuai dengan tujuan pembuatan
taman yang hanya sebagai daya tarik visual saja. Beberapa tanaman ditanam sesuai
dengan penggunaan dalam lanskap pada umumnya seperti palem ekor tupai (Wodyetia
bifurcata) yang berfungsi sebagai pengarah dan pembatas taman. Sebuah healing
garden yang dapat dikunjungi maupun dinikmati juga membutuhkan tanaman-tanaman
display yang menarik untuk menarik perhatian serta menenangkan user.
Satwa yang terdapat pada taman utama ini hanya terbatas pada burung dan
serangga. Pada waktu-waktu tertentu akan terdengar kicauan burung pada taman
maupun beranda kamar pasien. Kicauan burung dapat menambah kesan damai sehingga
perlu dipertahankan. Penambahan vegetasi yang dapat menarik perhatian burung dapat
digunakan dalam memilih vegetasi nantinya.
23

Rumah Sakit Islam Jemursari


Pemilihan vegetasi serta desain penanaman di RSI Jemursari menunjukkan bahwa
konsep yang ingin diangkat adalah taman Islam. Kesimpulan ini diperoleh dari
penggunaan berbagai jenis palem, yang identik dengan nuansa timur tengah, di berbagai
spot taman. Selain itu bentuk dua taman yang simetris serta penanamannya yang dibuat
sesimetris mungkin di beberapa spot merepresentasikan salah satu ciri taman Islam.
Walaupun secara keseluruhan konsep ini tidak terlihat namun secara visual taman-
taman ini menuju kearah taman Islam. Terdapat sembilan belas jenis vegetasi yang
diidentifikasi pada taman seperti dijelaskan pada Tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6 Data vegetasi RSI Jemursari


No. Spesies Nama Lokal Jenis
Tanaman Display
1 Acalypha macrophylla Teh-tehan Semak sedang
2 Butia capitata - Palem rendah
3 Codiaeum sp. Puring Perdu rendah
4 Dictyosperma album - Palem rendah
5 Elaeis sp. Sawit Pohon tinggi
6 Mascarena lagenicaulis Palem botol Palem rendah
7 Pedilanthus tithymaloides Patah tulang Semak tinggi
8 Plumeria rubra Kamboja Semak rendah
9 Phoenix roebelenii - Palem rendah
10 Polyalthia longifolia Glodogan tiang Pohon sedang
11 Rhapis excelsa Palem wregu Palem sedang
Tanaman Ameliorasi Iklim
12 Artocarpus communis Sukun Pohon tinggi
13 Morinda citrifolia Mengkudu Pohon rendah
14 Pterocarpus indicus Angsana Pohon tinggi
15 Samanea saman Trembesi Pohon sedang
16 Swietenia mahogany Mahoni Pohon tinggi
17 Terminalia catappa Ketapang Pohon tinggi
Tanaman Penutup Tanah
18 Axonopus compressus Rumput paetan Rumput
19 Chlorophytum comosum Lili paris Rumput

Tanaman ameliorasi iklim dipilih khusus sebagai peneduh serta membuat taman
lebih sejuk seperti angsana (Pterocarpus indicus) dan trembesi (Samanea saman). Pihak
pengelola menyatakan bahwa nantinya akan ditanam lebih banyak trembesi (Samanea
saman) untuk menambah kesejukan taman. Walaupun terdapat pohon-pohon peneduh
dan pihak rumah sakit tidak melarang user untuk memasuki taman, tidak adanya
fasilitas tempat duduk membuat user tidak memanfaatkan peneduh tersebut.
Penggunaan palem mendominasi tanaman display dengan jumlah yang juga cukup
banyak pada tapak. Penanamannya bervariasi mulai dari berbaris di tepi taman,
menyebar, maupun ditanam soliter sebagai focal point. Vegetasi lainnya, baik tanaman
display maupun tanaman ameliorasi iklim ditanam secara soliter untuk memenuhi tapak.
24

Desain penanaman taman RSI Jemursari ini dipengaruhi juga oleh konsep rumah
sakit sebagai garden hospital. Sebagian besar kamar rawat inap berada di lantai dua dan
pihak rumah sakit menawarkan pemandangan taman pada beranda pribadi masing-
masing kamar. Namun untuk menikmati pemandangan ini user harus berdiri karena
kursi yang disediakan menghadap kearah kamar. Kursi yang menghadap kearah taman
hanya bisa memberikan sedikit view taman. Kamar rawat inap yang berada di lantai satu
tidak dapat akses langsung untuk view taman kecuali ruang hemodialisa. Namun kasur
untuk pasien membelakangi jendela yang memperlihatkan view ini.
Terdapat beberapa burung kecil seperti burung gereja (Passer sp.) yang berada
dalam taman serta serangga-serangga kecil. Penambahan tanaman penarik burung dapat
digunakan untuk memberikan lebih banyak kicauan burung pada taman. Penambahan
kolam yang mencirikan taman Islam dan penambahan ikan di dalamnya juga dapat
menjadi pertimbangan dalam desain healing garden.

Data Visual Tapak

Rumah Sakit Darmo


Taman RS Darmo yang berbentuk persegi panjang dan berada di sekeliling
gedung membuat user dapat melihat tampilan keseluruhan taman tanpa adanya sudut
mati, baik di dalam taman maupun dari lorong. Pandangan user akan sedikit terhalang
dengan barisan palem ekor tupai (Wodyetia bifurcata) yang ditanam berbaris
membentuk pengarah jalan namun tidak sepenuhnya. Hal ini menyebabkan
pemeliharaan taman yang baik secara menyeluruh sehingga tidak ada spot yang tidak
terpelihara dan view ke dalam taman pun dapat dikategorikan sebagai good view secara
umum. Terdapat spot yang dimaksudkan sebagai focal point yaitu topiari namun karena
ketinggiannya yang kurang dari 1 meter sehingga hanya dapat dilihat saat user melewati
lokasi topiari tersebut. Penanaman vegetasi yang berstrata serta vegetasi-vegetasi yang
memiliki bunga berwarna-warni juga menarik perhatian dan dikategorikan sebagai good
view.
Hanya satu area yang yang masuk ke dalam kategori bad view yaitu area di
sekeliling gudang. Walaupun sudah ditutup dengan beberapa vegetasi dengan cukup
baik, pemeliharaan dan penempatannya masih belum maksimal sehingga menjadi bad
view apabila dibandingkan dengan yang lain. Spot yang dapat dikategorikan sebagai
bad view adalah pandangan kearah luar taman, yaitu pandangan kearah lorong rumah
sakit. Pasien menemukan ketenangan dengan bersantai melihat ruang terbuka hijau
sehingga pandangan kearah lorong rumah sakit sebaiknya dihindari untuk menghindari
stres yang dapat ditimbulkan akibat melihat bangunan yang kaku dan dapat
menimbulkan trauma pada sebagian pasien. Desain selama ini yang hanya
memperbolehkan pasien untuk melihat dan menikmati pemandangan taman saja sudah
cukup baik karena pandangan pasien akan lebih terfokus pada taman sehingga perlu
diperhatikan dalam penempatan bangku nantinya saat pengembangan desain.
Terdapat sebuah gazebo tepat di tengah taman pada persimpangan jalan setapak
yang hanya digunakan untuk tempat bermain musik. Lokasinya strategis karena user
dapat melihat seluruh view dalam tapak dari dalam taman, namun sama seperti bagian
taman yang lain baik pasien maupun pengunjung tidak diperkenankan mengakses
gazebo ini. Arah hadap dan penempatan elemen kembali diperhatikan apabila
menggunakan lokasi ini. Gambar 14 merupakan peta view yang menunjukkan spot good
view maupun bad view di RS Darmo.
25

Gambar 14 Peta view taman Rumah Sakit Darmo


26

Rumah Sakit Islam Jemursari


Kelima taman yang berpotensi sebagai healing garden memiliki karakteristik
yang mirip termasuk dari segi visual. Taman a memiliki vegetasi berupa pohon tinggi
dan teduh yang memenuhi taman, dan menjadi taman yang paling rindang, dengan focal
point berupa penanaman berstrata dengan bentukan berupa bintang di bawahnya. Taman
a didominasi oleh good view kecuali di salah satu titik yang terlihat agak berantakan.
Taman a merupakan taman yang dijumpai pertama kali oleh user apabila masuk melalui
pintu utama rumah sakit. Taman ini berpotensi sebagai welcome area sehingga focal
point di dalamnya sudah tepat namun dapat lebih dimaksimalkan dari segi desain
maupun penempatannya.
Taman b memiliki visual yang indah secara umum dari berbagai sudut pandang,
baik dari lantai satu maupun lantai 2. Begitu pula dengan taman c dan taman d yang
serupa desain penanamannya. Taman c dan taman d yang menjadi view untuk beranda
pribadi di lantai 2 memiliki good view dari berbagai sisi. Hal ini dapat dimaksimalkan
dari segi desain taman untuk lebih menarik perhatian user.
Taman e didominasi oleh bad view akibat dari penanaman yang kurang teratur
serta akibat pembangunan rumah sakit yang masih dalam proses. Salah satu sudut
menjadi gersang akibat pasir yang menutupi tanah dan sudut lain tampak kurang rapi
jika dibandingkan dengan empat taman sebelumnya. Taman e yang juga menjadi view
teras pribadi ini dapat ditingkatkan untuk mendapatkan good view. Akibat dari
penanaman yang tidak teratur serta kurangnya pemeliharaan menjadikan taman e satu-
satunya taman yang digunakan user untuk melintas. View beberapa spot di RSI
Jemursari ditampilkan pada gambar 15 baik dari lantai satu maupun lantai 2.

(Sumber gambar : dokumentasi pribadi)


Gambar 15 View taman dari dua lantai
Dilihat dari segi pasien yang berada dalam healing garden pandangan kearah
bangunan rumah sakit sebaiknya dihindari, hal ini menjadi pertimbangan dalam
penempatan fasilitas seperti tempat duduk nantinya. Namun tidak ada pandangan yang
menghalangi tenaga medis kearah pasien saat menjaga pasien tersebut untuk
menghindari hal yang tidak diinginkan. Gambar 16 dan 17 merupakan peta view taman
RSI Jemursari.
27

Gambar 16 Peta view taman Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 1)


28

Gambar 17 Peta view taman Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 2)


29

Data Sosial

Data Umum Pasien dan Calon User


Pasien kedua rumah sakit memiliki latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang
beragam, mulai dari pelajar, pekerja swasta, hingga ibu rumah tangga. Kedua rumah
sakit juga memiliki pasien dengan usia yang sangat beragam. Latar belakang penyakit
pasien bersifat rahasia dan dilindungi oleh masing-masing rumah sakit, namun target
pasien yang menjadi calon user healing garden merupakan pasien yang menggunakan
fasilitas rawat inap rumah sakit serta pasien yang melakukan perawatan secara intensif
atau rutin di rumah sakit terkait, seperti pasien dengan penyakit gagal ginjal. Calon user
potensial selain pasien rumah sakit antara lain tenaga medis dan non-medis rumah sakit
serta keluarga pasien atau pengunjung lain yang berada di lingkungan rumah sakit.
Aktivitas yang dilakukan user di taman saat ini terbatas pada berjalan pada path
yang telah disediakan serta menikmati pemandangan pada beranda pribadi kamar untuk
RS Darmo dan sekedar menikmati pemandangan taman pada RSI Jemursari. Aktivitas
ini dapat dikembangkan dengan perancangan ulang taman menjadi sebuah healing
garden dengan fungsi optimal.

Persepsi dan Preferensi Pasien


Persepsi dan preferensi pasien RS Darmo didapat dari kuesioner yang dibagikan
pada 10 pasien dengan masa rawat inap lebih dari 3 hari dan berada pada paviliun 1,
paviliun 2, paviliun 3, dan paviliun 4 yang berada tepat mengelilingi tapak. Persepsi dan
preferensi pasien RSI Jemursari didapat dari wawancara langsung dari kuesioner yang
sama yang dilakukan terhadap 3 keluarga pasien yang mengalami gagal ginjal. Pasien
melakukan kunjungan rutin ke rumah sakit untuk hemodialisa. Ruang hemodialisa
berada pada lantai satu rumah sakit, berada tepat di depan salah satu taman dan
dilengkapi dengan jendela yang memberikan akses pandangan langsung ke arah taman,
pengunjung yang datang untuk menemani pasien dapat menikmati taman melalui
jendela ini. Pasien di kedua rumah sakit berusia 20 tahun hingga 60 tahun.
Perbedaan pengambilan data sosial dan jumlah responden ditempuh karena
perbedaan kebijakan yang diberikan oleh rumah sakit. Masing-masing memiliki
pertanyaan yang sama dan mengarah pada preferensi pasien terhadap healing garden di
rumah sakit. Hasil dari pengambilan data menunjukkan bahwa pasien di kedua rumah
sakit memiliki preferensi dan persepsi yang serupa terhadap healing garden dan taman
eksisting masing-masing rumah sakit walaupun taman RS Darmo berbeda dengan
taman RSI Jemursari. Kuesioner dibagi menjadi empat bagian mulai dari persepsi
healing garden secara umum hingga preferensi elemen dan desain taman.
Bagian pertama dari kuesioner merupakan pengetahuan serta persepsi pasien
mengenai healing garden secara umum. Hasilnya menunjukkan 46.2% pasien kedua
rumah sakit telah mengetahui dan mengunjungi healing garden sebelumnya. Semua
pasien yang telah mengunjungi mendapatkan respon positif baik di dalam maupun
setelah keluar dari healing gaden terutama dari segi psikis seperti berkurangnya stres.
Pasien yang tidak mengetahui akan healing garden memiliki ketertarikan karena
efek positif yang dimiliki dan bersedia untuk mengunjungi healing garden. Pasien
memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap perubahan kondisinya terutama untuk
mengembalikan kesegaran. Sebanyak 92.3% pasien setuju apabila sebuah rumah sakit
menyediakan healing garden sebagai salah satu fasilitasnya seperti yang diperlihatkan
di grafik 4, selain menganggap healing garden sebagai salah satu kebutuhan pasien,
30

healing garden diasumsikan dapat menghilangkan kejenuhan serta membantu


kesembuhan. Hanya satu pasien yang tidak menganggap sebuah rumah sakit harus
menyediakan healing garden karena alasan yang tidak disebutkan. Gambar 18
menunjukkan grafik hasil persepsi pasien terhadap healing garden secara umum.

Gambar 18 Grafik persepsi pasien terhadap healing garden secara umum


Bagian kedua adalah preferensi pasien mengenai relaksasi, ruang terbuka, dan
healing garden secara lebih dalam. Relaksasi merupakan salah satu aspek yang
dibutuhkan pasien dalam membantu mempercepat proses penyembuhan. Relaksasi
sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) berarti istirahat, pengenduran
otot dan syaraf, sedangkan menurut istilah psikologi relaksasi sendiri merupakan suatu
teknik untuk mengembalikan otot pada keadaan istirahat setelah mengalami kontraksi
atau peregangan, satu tegangan rendah tanpa emosi yang kuat (Chaplin, 2008). Manfaat
yang didapat dari relaksasi antara lain mengurangi hipertensi, sakit kepala, insomnia,
selain itu relaksasi dapat meningkatkan keyakinan diri sendiri, mengurangi tingkat
kecemasan, serta menjadi bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dan operasi
(Subandi, 2003). Preferensi mengenai ruang terbuka menunjukkan sejauh mana pasien
mau menyediakan waktunya untuk melakukan kegiatan di luar ruangan.
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa 76.9% pasien lebih memilih untuk bersantai
di luar ruangan seperti di taman, teras ataupun balkon. Sebanyak 61.5% pasien bersedia
menyediakan waktu setengah hingga satu jam untuk berada di luar ruangan karena
dapat menenangkan serta menyegarkan. Aktivitas yang biasa dilakukan untuk dapat
rileks adalah kegiatan ringan seperti duduk santai dan berjalan-jalan. Apabila disediakan
sebuah healing garden pada rumah sakit, pasien bersedia untuk melakukan kegiatan
ringan yang sama untuk dapat rileks, serta dalam kondisi yang memungkinkan bersedia
untuk lebih aktif seperti berkebun. Sebanyak 76.9% pasien bersedia meluangkan waktu
mulai dari setengah jam hingga satu jam dalam healing garden. Sedangkan untuk
preferensi privasi pasien di dalam healing garden jawaban pasien seimbang. Pilihan
preferensi yang pertama adalah berkumpul bersama, baik bersama kerabat maupun
teman. Pilihan pertama seimbang dengan preferensi pasien yaitu sendiri sehingga butuh
privasi pada saat tertentu namun dapat juga berkumpul bersama kerabat saat ingin
bersosialisasi. Gambar 19 menjelaskan grafik hasil kuesioner bagian kedua yaitu
mengenai relaksasi dan healing garden secara lebih spesifik.
31

Gambar 19 Grafik preferensi pasien mengenai relaksasi dan healing garden secara
khusus
Taman memiliki berbagai peran untuk pasien secara pribadi dan peran ini
didominasi sebagai tempat untuk mencari ketenangan seperti duduk santai atau sekedar
menikmati pemandangan. Dapat dikatakan bahwa taman yang dibutuhkan pada rumah
sakit adalah taman yang dapat memberikan ketenangan bagi pasiennya, sesuai dengan
peran healing garden. Hal ini juga menjadi aspek penting dalam kriteria yang
dikembangkan pada healing garden sebagai ruang pendorong aktivitas. Desain healing
garden dapat mendorong pasien untuk melakukan aktivitas ringan sebagai bagian dari
relaksasi serta memungkinkan pasien melakukan aktivitas aktif (Stigsdotter, 2005).
Bagian ketiga merupakan preferensi pasien mengenai tipe lanskap serta kondisi
lanskap yang menjadi kampung halaman bagi pasien tersebut. Salah satu kriteria yang
dikembangkan merupakan penciptaan suasana. Suasana yang dibutuhkan oleh pasien
selain ketenangan adalah suasana familiar dan hal ini dapat dimunculkan dengan
menciptakan suasana yang sesuai dengan kampung halaman pasien (Marcus, 2007).
Gambar 20 menunjukkan grafik mengenai kampung halaman pasien dan tipe lanskap
yang ideal menurut pasien.

Gambar 20 Grafik preferensi pasien mengenai relaksasi dan healing garden secara
khusus
32

Grafik di atas menunjukkan bahwa pasien memilih tipe lanskap pegunungan dan
perkebunan yang dekat dengan warna hijau. Sebagian besar pasien juga memilih
suasana yang natural seperti pegunungan dan pedesaan sebagai lanskap ideal mereka.
Kampung halaman pasien sendiri didominasi suasana urban dapat berupa pantai,
pegunungan maupun pedesaan (61.6%). Dapat disimpulkan bahwa pasien familiar
dengan nuansa yang natural dengan vegetasi lokal. Walaupun pasien berasal dari kota
besar pasien tetap memilih nuansa pegunungan yang segar serta pedesaan yang natural.
Bagian akhir dari kuesioner merupakan preferensi pasien terhadap elemen dan
desain taman secara umum. Dalam proses desain sebuah healing garden keikutsertaan
pasien sebagai calon pengguna merupakan hal yang harus diperhatikan. Preferensi
pasien terhadap elemen dan desain taman ini menjadi panduan utama dalam
menentukan desain healing garden terutama pada pemilihan elemen pada rumah sakit.
Grafik berikut menyajikan hasil rekapitulasi preferensi pasien terhadap desain taman
yang mencakup preferensi warna, kondisi dan elemen (Gambar 21).

Gambar 21 Grafik preferensi pasien terhadap warna, kondisi, dan elemen


Sebesar 69.2% pilihan pasien terhadap warna yang diinginkan dalam taman adalah
warna hijau dan lainnya cenderung pada warna panas seperti merah dan jingga. Warna
dingin seperti biru dan ungu tidak menjadi pilihan mayoritas pasien. Udara sejuk
merupakan hal yang paling diharapkan dan menjadi perhatian pasien saat berada pada
taman. Pilihan mayoritas lainnya diikuti oleh tanaman dan ketenangan. Sesuai dengan
lanskap ideal yang menjadi pilihan mayoritas pasien, pegunungan memberikan nuansa
natural yang erat dengan ketenangan, pepohonan yang hijau dan udara yang sejuk.
Sedangkan 69.2% pilihan pasien terhadap hal yang dihindari adalah serangga kemudian
diikuti oleh kondisi yang terlalu lembab. Elemen taman yang diinginkan pasien elemen
air, terutama kolam atau kolam ikan, serta meja dan bangku taman, sedangkan masing-
masing 61.6% pilihan pasien terhadap elemen yang tidak diinginkan jatuh pada patung
dan pergola.
Jenis vegetasi yang menjadi pilihan terbanyak pasien antara lain pohon, tanaman
air dan yang paling besar (46.2%) berupa rumput. Sedangkan jenis vegetasi spesifik
33

yang diinginkan pasien adalah tanaman berbunga sebesar 53.8% pilihan. Dominasi
pilihan pasien untuk tanaman yang dihindari adalah 69.2% untuk tanaman berduri
kemudian diikuti oleh tanaman berbau dan tanaman bergetah. Berdasarkan grafik 20
gambaran umum pasien terhadap elemen dan desain lain pada taman antara lain taman
dengan dominasi vegetasi dan elemen lunak. Taman yang didominasi oleh warna hijau
juga lebih disenangi. Sedangkan untuk leveling pada taman kurang disukai oleh pasien
dilihat dari pilihan pasien yang lebih memilih taman tanpa leveling dan taman dengan
pola organik menjadi pilihan pasien. Gambar 22 menyajikan grafik hasil rekapitulasi
kuesioner pasien mengenai preferensi terhadap vegetasi dan atribut taman.

Gambar 22 Grafik preferensi pasien terhadap vegetasi dan atribut taman

Kebutuhan Pasien
Kebutuhan pasien didapat dari kuesioner yang diberikan pada tenaga medis yang
bertugas di kedua rumah sakit. Sejumlah 10 tenaga medis yang tidak menangani
penyakit tertentu dan 12 tenaga medis yang menangani penyakit khusus menjadi
responden kuesioner. Penyakit khusus yang ditangani antara lain stroke, jantung,
diabetes mellitus, gagal ginjal, bedah, dan AIDS. Sebanyak 90.1% tenaga medis
berjenis kelamin wanita dan 45.5% berusia lebih dari 30 tahun.
Kuesioner dibagi menjadi tiga bagian yang mencakup pengalaman tenaga medis
dalam merawat pasien, preferensi terhadap healing garden, dan kebutuhan pasien
terhadap ruang terbuka atau taman. Bagian pertama merupakan opini dan pengalaman
tenaga medis atau perawat. Opini dan pengalaman mencakup preferensi serta
pengalaman umum tenaga medis dalam menangani pasien dikaitkan dengan taman
rumah sakit. Dari hasil rekapitulasi kuesioner bagian pertama ini, tenaga medis yang
menghadapi keluhan pasien pada saat proses perawatan (40.9%) lebih sedikit
dibandingkan tenaga medis yang tidak menghadapi keluhan (54.5%) dan sisanya
memilih untuk tidak menjawab. Telah banyak tenaga medis yang mencoba mengajak
pasien untuk berjalan-jalan keluar kamar (72.7%) pada saat proses perawatan.
Walaupun hanya 9.1% tenaga medis yang mengajak pasien untuk berjalan ke taman,
34

perubahan suasana dari dalam ke luar ruangan menunjukkan respon positif oleh pasien.
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan suasana menjadi salah satu faktor dalam
meningkatkan kondisi psikis pasien dan nantinya diharapkan dapat mempercepat proses
pengobatan pasien terkait. Sedangkan untuk menghabiskan waktu di luar ruangan untuk
tenaga medis secara pribadi, 45.5% memilih tidak karena pekerjaan yang menuntut
untuk selalu di dalam ruangan dan siaga terhadap pasien, sedangkan sebanyak 54.5%
tenaga medis memilih bersedia menghabiskan waktu di luar ruangan apabila memiliki
waktu luang. Gambar 23 berisi grafik yang menyajikan hasil rekapitulasi kuesioner
kebutuhan pasien bagian pertama.

Gambar 23 Grafik opini dan pengalaman tenaga medis


Bagian kedua merupakan preferensi tenaga medis terhadap healing garden secara
umum. Bagian ini mencakup preferensi terhadap healing garden pada rumah sakit serta
kondisi taman rumah sakit saat ini. Hasil rekapitulasi menunjukkan bahwa sebanyak
45.5% tenaga medis telah mengetahui healing garden sebelumnya. Walaupun lebih
banyak tenaga medis yang belum mengetahui akan healing garden sebelumnya
dominasi tenaga medis sebesar 63.6% mengatakan bahwa healing garden dirasa sangat
penting untuk menghilangkan kejenuhan dan stres pasien. Sebanyak 95.5% memilih
perlu bagi rumah sakit untuk menyediakan healing garden. Walaupun dominasi tenaga
medis memilih bahwa taman yang telah ada sekarang sudah indah, asri, dan nyaman,
sebanyak 81.8% tenaga medis memilih setuju apabila rumah sakit menyediakan healing
garden. Tenaga medis yang memilih tidak setuju hanya sebesar 4.5% dengan alasan
taman yang ada sekarang telah bagus dan sisanya memilih untuk tidak menjawab. Dari
hasil rekapitulasi menunjukkan antusiasme yang tergolong tinggi dari pihak tenaga
medis terhadap healing garden serta penerapannya pada rumah sakit dengan harapan
dapat membantu proses penyembuhan pasien. Gambar 24 menyajikan grafik
rekapitulasi preferensi tenaga medis terhadap healing garden pada rumah sakit secara
umum.
35

Gambar 24 Grafik preferensi tenaga medis terhadap healing garden


Bagian terakhir dari kuesioner merupakan kebutuhan pasien dari sisi tenaga medis
dikaitkan dengan kegiatan yang dilakukan pasien untuk dapat santai dan rileks serta
ruang terbuka atau taman. Kegiatan ini dibutuhkan pasien untuk mempercepat proses
pengobatan dan healing garden menjadi fasilitasnya. Gambar 25 menyajikan
rekapitulasi bagian akhir dalam bentuk grafik.

Gambar 25 Grafik kebutuhan pasien mengenai taman menurut tenaga medis


Dari hasil rekapitulasi menunjukkan sebanyak 100% tenaga medis yang menjadi
responden memperbolehkan pasien untuk berada di luar ruangan untuk mengatasi
kejenuhan dan menghirup udara segar. Tentu saja hal ini dapat dilakukan apabila
36

kondisi pasien memungkinkan untuk keluar kamar. Kegiatan yang dianjurkan


merupakan kegiatan pasif dan aktif yang tidak memberatkan pasien seperti duduk
santai, berjalan-jalan, dan bersosialisasi. Kegiatan aktif yang terlalu menguras tenaga
seperti berolah-raga dan berlarian tidak dianjurkan serta pasien dilarang untuk merokok.
Sebesar 68.2% tenaga medis menganjurkan bagi pasien waktu yang dapat digunakan
untuk berada di dalam taman selama setengah jam hingga satu jam. Sebanyak 63.6%
pilihan tenaga medis menganjurkan pasien untuk menghindari angin kencang. Tenaga
medis juga mengharapkan taman yang bebas serangga yang mengganggu seperti
nyamuk. Sebanyak 86.4% pilihan tenaga medis tidak menganjurkan adanya tanaman
berduri dalam taman sehingga tanaman berduri perlu dihindari.

Analisis dan Sintesis

Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak

Kriteria healing garden yang dikembangkan menurut Marcus (2007)


menjelaskan bahwa sebuah healing garden diharuskan memiliki akses untuk semua
kalangan usia dan kemampuan. Akses masuk maupun sirkulasi dalam taman sebaiknya
berukuran lebar, cukup untuk dua kursi roda saling berpapasan dengan lebar minimal 6
kaki atau 1.8 meter. Jalan setapak yang lebar juga diharapkan dapat diakses oleh pasien
yang harus didorong menggunakan tempat tidur. Jalan setapak pada taman diharuskan
menggunakan material yang halus, jarak celah yang terbentuk antara conblock harus
diperhatikan agar tidak tidak menyulitkan pengguna tongkat dan segala bentuk alat
bantu jalan lainnya dalam berjalan. Ruang penjaga dan perawat juga memiliki akses
visual terhadap keadaan taman terutama area taman untuk anak-anak dan pasien yang
lemah agar tenaga medis dapat mengawasi pasien dengan optimal.
Desain untuk healing garden yang direkomendasikan oleh Stigsdotter (2005)
sangat memperhatikan aksesibilitas karena berdampak pada perhatian pasien terhadap
tubuhnya. Pasien yang berjalan di permukaan jalan yang berbeda-beda akan
meningkatkan kesadaran akan tubuhnya serta dapat menjadi latihan bagi pasien yang
telah sakit dalam jangka waktu yang lama. Taman harus dapat diakses oleh pasien
dengan segala keterbatasannya namun tidak mengurangi nilai pengalaman yang dapat
diperoleh oleh setiap pasien.

Rumah Sakit Darmo


Sirkulasi di dalam taman terbatas pada dua jalan setapak yang membentang dari
utara ke selatan dan barat ke timur. Selain memberikan user jalur yang paling efisien,
jalan setapak ini merupakan bentuk yang paling tepat untuk menghindari pengunjung
memasuki area taman, seperti yang telah menjadi kebijakan rumah sakit untuk tidak
memasuki taman. Sirkulasi di dalam taman dapat ditambahkan untuk mendorong
adanya aktivitas healing garden. Kebijakan rumah sakit masih dapat diterapkan dengan
membatasi pergerakan user hanya pada sirkulasi yang ditambahkan nantinya. Jalan
setapak utama yang lebarnya hanya 100 cm untuk barat-timur dan 70 cm untuk utara-
selatan sebaiknya diperlebar menjadi 200 cm dan 180 cm, sedangkan jalan setapak
tambahan memiliki lebar minimal 180 cm.
Bentuk lurus kedua jalan setapak ini dapat dipertahankan untuk memaksimalkan
fungsinya dan sirkulasi tambahan dapat mengadaptasi bentuk yang lebih organik, sesuai
37

dengan preferensi pasien namun tetap memperhatikan keefektifannya terutama saat


terjadi tindakan evakuasi. Terdapat jalur evakuasi yang telah direncanakan pihak rumah
sakit sehingga penambahan sirkulasi dalam taman menuntut dibentuknya jalur evakuasi
tambahan dengan bentuk yang paling efektif di dalam taman untuk memudahkan user
taman apabila terjadi evakuasi.

Rumah Sakit Islam Jemursari


Sirkulasi di dalam taman tidak disediakan oleh pihak rumah sakit sehingga
direkomendasikan untuk memberikan sirkulasi. Mengingat luas taman serta bentukan
taman yang tidak teratur, sirkulasi yang ditambahkan memudahkan user dalam
mobilisasi dalam taman adalah dengan memberi sirkulasi yang bebas sehingga user
dapat mengakses seluruh sudut taman. Perilaku user yang melintasi taman e juga
menunjukkan kebutuhan user akan akses yang menghubungkan antar gedung melalui
taman. Penambahan sirkulasi ini juga akan memenuhi kebutuhan user.
Sirkulasi ini diterapkan pada kelima taman termasuk pada taman b yang
memanjang dengan user potensial yaitu pengunjung yang menemani pasien
hemodialisa yang menikmati taman melalui ruang cuci darah. Ruang cuci darah ini
terdapat pada sisi timur taman. Pasiennya sendiri tidak dapat menikmati taman saat
proses cuci darah berlangsung karena tempat tidur pasien membelakangi jendela.
Walaupun membelakangi jendela, letak furnitur dan alat medis dalam ruangan ini
berada pada posisi yang paling efektif sehingga kemungkinan untuk mengubah posisi
sangat kecil. Hasil wawancara sendiri menegaskan bahwa pasien hemodialisa ingin
meminimalkan waktunya di rumah sakit sehingga menghabiskan waktu luang di taman
rumah sakit akan kecil kemungkinannya.

Iklim Makro dan Mikro

Kedua rumah sakit berada pada wilayah Kota Surabaya dengan temperatur yang
panas merata dan curah hujan yang rendah. Pada musim kemarau yang tidak turun
hujan dalam beberapa bulan, tapak akan memberikan kesan yang semakin panas. Tapak
yang memberikan kesan terlalu panas tidak akan mengundang user untuk masuk ke
dalamnya, terutama pasien yang butuh kenyamanan. Penanaman vegetasi akan
membantu dalam menurunkan temperatur dalam taman dan mengurangi kesan panas.
Selain itu, penggunaan elemen air pada taman juga dapat ditambahkan karena dapat
juga mengurangi kesan panas dan sesuai dengan preferensi pasien. Naungan atau
pergola untuk berlindung dari teriknya matahari dapat dipertimbangkan untuk
meningkatkan kenyamanan walaupun pasien tidak membutuhkan waktu yang lama
dalam healing garden dan hasil preferensi pasien tidak menginginkan naungan, elemen
ini dibutuhkan oleh pasien dalam perawatan tertentu yang tidak dibolehkan terkena
kontak langsung dengan sinar matahari. Healing garden haruslah mengakomodasi user
dengan berbagai kebutuhan yang berbeda. Selain itu, naungan harus didesain untuk
tidak menghalangi pandangan user kearah langit. Marcus (2007) merekomendasikan
desain healing garden yang mendukung user untuk merasakan ketenangan dengan
memandang langit dan sekedar melihat perubahan awan.
Angin kencang yang sebaiknya dihindari oleh pasien tidak menjadi perhatian
utama karena kecepatan angin yang berhembus di kedua tapak termasuk ke dalam
hembusan angin pelan. Agar tidak menghalangi hembusan angin ini sebaiknya tidak
banyak menggunakan vegetasi yang berukuran sedang atau tinggi dengan desain
38

penanaman yang dapat mengurangi kecepatan angin secara drastis. Penambahan


artwork sederhana yang memanfaatkan angin serta bangku taman dapat ditambahkan
untuk menambah kenyamanan di dalam healing garden.

Topografi dan Drainase

Tapak kedua rumah sakit tergolong dalam tapak yang datar. Keduanya juga tidak
menggunakan permainan ketinggian seperti penggunaan anak tangga dan ramp. Hasil
dari kuesioner memperlihatkan pasien lebih memilih taman tanpa leveling. Marcus
(2007) menyarankan untuk memberikan level yang berbeda pada healing garden untuk
menambah pengalaman pasien di dalamnya, serta dapat menjadi terapi psikis bagi
pasien sebagai salah satu bentuk pengurangan stres. Penempatan level yang bervariasi
ini sebaiknya diperhatikan, leveling pada jalan setapak utama pada RS Darmo dihindari
karena menjadi lalu lintas utama dan akan memperlambat pasien dengan kursi roda.
Penggunaan variasi leveling dapat ditempatkan di salah satu titik di taman RS Darmo
dan di beberapa jalur terapi berjalan di taman RSI Jemursari. Perbedaan leveling dapat
divariasikan di setiap jalur, seperti variasi ketinggian yang berbeda serta perpaduan
antara anak tangga dan ramp. Tujuan pemberian permainan leveling yang tidak hanya
berada di satu tempat saja agar pasien dapat segera menggunakan fasilitas sederhana ini
tanpa harus berjalan lebih jauh ke taman yang lain. Pemilihan titik pada taman
diharapkan memenuhi kebutuhan untuk seluruh user yang memiliki kepentingan
berbeda di berbagai lokasi dalam RSI Jemursari.
Ukuran dan penggunaan material untuk leveling perlu diperhatikan. Mengacu
pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2006) mengenai pedoman teknis fasilitas dan
aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan untuk tangga bagi pengguna alat
bantu jalan, harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam dengan
kemiringan kurang dari 60o. Tangga juga harus dilengkapi pegangan rambat (handrail)
dengan ketinggian 65-80 cm dari lantai dan dirancang agar tidak ada genangan air saat
hujan. Standar tangga yang direkomendasikan hingga tangga yang tidak diizinkan
terdapat pada Gambar 26.

(Sumber gambar : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2006))


Gambar 26 Desain profil tangga
Untuk penggunaan ramp, kemiringan yang direkomendasikan di luar bangunan
maksimum 6o, dengan perbandingan antara tinggi dan kelandaian 1:10. Lebar minimum
untuk ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman dan 120 cm dengan tepi pengaman.
39

Ramp harus dilengkapi dengan handrail yang mudah dipegang dengan ketinggian 65-80
cm. Material yang direkomendasikan haruslah kuat, stabil, tidak selip di berbagai cuaca,
dan bebas hambatan. Ubin dari tanah liat, aspal, dan paving granit cocok digunakan
sebagai material ramp dan tangga.
Drainase eksisting pada kedua tapak sudah tergolong baik. Penambahan
perkerasan pada tapak nantinya akan mengurangi permukaan rumput dan
memungkinkan timbulnya genangan air saat hujan. Penggunaan material yang berdaya
serap air tinggi dapat dipertimbangkan. Pengelolaan yang sudah baik dari kedua rumah
sakit juga akan meminimalkan terbentuknya genangan air pada taman.

Vegetasi dan Satwa

Healing garden yang dapat memberikan efek terapeutik terhadap pasien haruslah
menyediakan elemen lunak berupa vegetasi yang bervariasi. Vegetasi berbunga akan
memiliki warna yang berbeda pada saat-saat tertentu. Tekstur, warna, dan bentukan
daun dapat menjadi perhatian seseorang yang sekedar duduk menikmati taman.
Vegetasi juga mengandung metafora tersendiri dimana pohon dapat dikaitkan dengan
kekuatan, kekokohan, dan keabadian serta vegetasi tahunan erat dengan sebuah
transformasi. Penambahan label untuk nama spesies dan informasi vegetasi dapat
ditambahkan untuk mendorong adanya percakapan antar user (Marcus, 2007).
Suasana yang diciptakan di dalam healing garden haruslah memberi kesan damai
dan menenangkan. Dua dari delapan karakteristik dasar pada healing garden yang
diajukan oleh Stigsdotter (2005) adalah tentram dan kaya akan spesies. Sebuah taman
yang menyediakan berbagai spesies vegetasi dan satwa, dengan suara angin, percikan
air, dan kicauan burung serta suara dari serangga akan semakin menambah kesan damai
dan tenang.

Rumah Sakit Darmo


Vegetasi pada RS Darmo didominasi oleh vegetasi display dengan jenis semak.
Semak yang ditanam merupakan vegetasi berbunga yang memberikan kesan semarak
seperti soka (Ixora sp.) dan bugenvil (Bougainvillea sp.). Vegetasi yang berbunga juga
menjadi pilihan utama pasien untuk kategori vegetasi spesifik yang diinginkan.
Pemilihan beberapa jenis vegetasi pada taman RS Darmo dapat dipertahankan seperti
berbagai macam semak dan pohon tinggi. Palem ekor tupai (Wodyetia bifurcata) yang
berfungsi sebagai pengarah sebaiknya tidak digunakan di sepanjang jalan setapak
karena membentuk kesan jalan yang tertutup dan menghalangi pandangan ke seluruh
taman. Vegetasi topiari yang sebelumnya tertutup dimunculkan dengan tidak menanam
vegetasi yang dapat menghalangi pandangan kearah topiari. Vegetasi yang
menimbulkan bau menyengat dan berduri dihindari penggunaannya. Serangga
pengganggu dapat diminimalisir kehadirannya dengan memilih vegetasi yang tidak
menarik serangga yang tidak diinginkan. Sedangkan kehadiran satwa untuk menambah
kekayaan spesies taman seperti burung dan kupu-kupu dapat ditambah dengan berbagai
macam vegetasi penarik satwa.
Desain penanaman awal yang menyebar mengikuti pola yang menyesuaikan
konsep desain. Penanaman vegetasi yang berstrata dan mengelompok digunakan untuk
menciptakan ruang di dalam taman. Ruang ini dibagi menjadi terbuka dan tertutup
untuk memberi pilihan pada user, ingin bersosialisasi dalam taman atau menikmati
40

taman dengan privat. Ruang terbuka maupun tertutup yang dimunculkan tetap
memberikan visual sebagai bentuk pengawasan bagi perawat atau tenaga medis.

Rumah Sakit Islam Jemursari


Pemilihan vegetasi pada RSI Jemursari didominasi oleh jenis palem dengan
desain penanaman soliter dan menyebar. Penggunaan palem yang mencirikan timur
tengah dapat dipertahankan dan taman Islam dapat digunakan sebagai konsep desain.
Penanaman yang menyebar dapat disesuaikan dengan tujuan aktivitas yang ingin
ditampilkan pada healing gaden namun tetap memberikan tampilan visual yang indah
bagi user yang berada di lantai dua. Perbanyakan vegetasi ameliorasi iklim dan
penambahan fasilitas seperti kolam dengan bangku dan meja taman juga dapat
dipertimbangkan untuk menambah kesejukan pada taman serta menarik user untuk
masuk ke dalam taman. Kehadiran satwa seperti burung dapat dimunculkan dengan
menambah vegetasi penarik satwa di setiap taman.
Desain vegetasi untuk taman c, taman d, dan taman e dibuat mengelompok yang
akan digunakan untuk membentuk ruang privasi dan publik namun tidak menghalangi
pandangan tenaga medis yang mengawasi pasien dari luar tapak. Taman b yang
bentuknya memanjang difokuskan sebagai taman display namun tetap memungkinkan
untuk mengakses ke dalamnya. Taman a yang dapat berfungsi sebagai welcome area
untuk area rumah sakit dapat ditanami vegetasi sebagai display pada bagian timur taman
yang berbatasan dengan lobi rumah sakit dan vegetasi yang membentuk ruang ditanam
di bagian lainnya.

Visual Tapak

Salah satu tujuan pasien mengunjungi ruang terbuka atau taman adalah untuk
menikmati pemandangannya dan sekedar duduk santai. Kedua rumah sakit masing-
masing telah memberikan taman dengan pemandangan indah untuk pasiennya, hampir
seluruh sudut taman digolongkan ke dalam good view dan sedikit bad view pada taman
itu sendiri. Visual pada masing-masing taman dapat ditingkatkan sesuai dengan kriteria
healing garden yaitu penciptaan suasana. Suasana yang akan ditampilkan adalah
suasana damai, tenang, dan akan lebih baik apabila pasien merasa dekat atau familiar
dengan kondisi healing garden. Stigsdotter (2005) menyebutkan salah satu karakteristik
dasar taman yang menyediakan vista di dalamnya dan membuat user betah di dalamnya.
Sebuah vista dapat dihadirkan pada taman dengan memanfaatkan ruang yang terbentuk
dalam taman nantinya.
Desain healing garden untuk RS Darmo maupun RSI Jemursari tetap
mempertahankan good view di seluruh area tamannya namun kembali menyesuaikan
kriteria dan preferensi. Penyediaan ruang-ruang di dalam taman dapat memberikan
visual yang berbeda pada user sehingga tidak memberikan nuansa yang monoton. Hal
ini diterapkan pada semua tapak di kedua rumah sakit. Penambahan elemen seperti
kolam ikan atau permainan air sederhana akan menambah daya tarik visual tapak.
Elemen ini diterapkan pada tapak RS Darmo dan beberapa tapak RSI Jemursari.

Sosial

Desain healing garden mengacu pada preferensi dan kebutuhan dari pasien yang
didapat dari kuesioner serta studi pustaka. Dapat ditarik kesimpulan serta rekomendasi
41

desain yang menjembatani preferesi pasien dan kebutuhan pasien menurut tenaga medis
dan hasil studi pustaka. Rekomendasi desain dibagi menjadi sembilan aspek yang
menjadi fokus dalam mengembangkan healing garden sesuai dengan tiga kriteria yaitu
penciptaan suasana dan ruang pendorong aktivitas, dan aksesibilitas. Berikut
kesimpulan dan rekomendasi dari preferensi dan kebutuhan pasien terhadap healing
garden secara umum (Tabel 7).

Tabel 7 Rekomendasi desain healing garden


Aspek Preferensi Kebutuhan Rekomendasi
Penciptaan Suasana

Penggantian suasana,
Mencari ketenangan, mengurangi stres dan Penciptaan suasana yang
menyegarkan badan jenuh, serta membantu bersifat menenangkan dan
Tujuan dan pikiran, proses penyembuhan menyegarkan, dapat didukung
mengurangi stres dan pasien dengan dengan kicauan burung dan
kejenuhan meningkatkan kondisi percikan air
psikis pasien.

Udara segar, tidak


Penggunaan vegetasi yang
mendorong adanya
Hijau, sejuk, dan mendominasi, tidak banyak
Suasana aktivitas aktif, terbuka
menenangkan artwork, kondisi taman yang
(memudahkan
terbuka
pengawasan)

Penggunaan vegetasi yang tidak


Serangga, kondisi Angin yang kencang, mengundang serangga yang
Hal yang yang terlalu lembab, serangga, tanaman tidak diinginkan seperti nyamuk
dihindari tanaman berduri dan yang berduri dan dan lalat, tidak menggunakan
berbau menyengat berbau menyengat vegetasi yang berduri dan
berbau menyengat.

Ruang Pendorong Aktivitas


Pasif (bersantai,
menikmati
Healing garden yang
pemandangan dan
mendorong pengguna untuk
Jenis udara segar, berjalan- Pasif (Berjalan-jalan
melakukan kegiatan pasif
Aktivitas jalan, bersosialisasi) dan duduk-duduk)
seperti penyediaan path dan
dan aktif apabila
bangku taman
kondisi
memungkinkan
Penciptaan suasana yang
Setengah jam hingga Tidak lebih dari satu membuat betah dan terbuka
Durasi
lebih dari satu jam jam untuk memudahkan tenaga
medis melakukan pengawasan
Interaksi aktif dengan Penyediaan space untuk
Interaksi Interaksi aktif
kerabat bersosialisasi
42

Tabel 5 Rekomendasi desain healing garden (Lanjutan)


Aspek Preferensi Kebutuhan Rekomendasi
Aksesibilitas
Garis horizontal, garis Penggunaan lebih banyak garis
Dominasi garis dan
Bentukan bergelombang, dan horizontal dan garis-garis
pola organic
tidak terputus organik
Nyaman, tidak
Material yang aman dan nyaman
membahayakan
Material Nyaman dan aman bagi user terutama pasien
pasien, perawatan
dengan berbagai kebutuhan
mudah
Ruang yang cukup Ruang yang tak Penciptaan ruang sesuai
Dimensi,
luas, terdapat ruang terputus, tidak luas kebutuhan namun tetap
Akses,
untuk privasi dan juga maupun sempit, serta terhubung antara satu dengan
dan
area untuk sirkulasi yang yang lain dengan akses yang
Ruang
bersosialisasi memadai semua user dibutuhkan

Konsep

Konsep Dasar

Healing garden merupakan sebuah konsep dasar tersendiri. Konsep healing


garden merupakan taman yang membawa user untuk menenangkan pikiran mereka,
mengurangi stres terutama akibat dari penyakit yang diderita, serta bersifat
mendamaikan. Hal ini diharapkan mampu mengembalikan kondisi mental dan
emosional user dan menyembuhkan keadaan psikis pasien untuk kemudian
mempercepat proses pengobatan yang dijalani oleh pasien terkait. Sebuah healing
garden harus mampu mengakomodasi kebutuhan berbagai user dengan segala
keterbatasannya. Selain pasien rumah sakit yang menjadi user utama taman, masyarakat
rumah sakit seperti tenaga medis, staf, dan pengunjung rumah sakit juga dapat
menggunakan healing garden dan merasakan manfaatnya terkait dengan stres yang
dirasakan.
Perwujudan konsep healing garden ini disesuaikan dengan kriteria yang
dikembangkan yaitu penciptaan suasana, ruang pendorong aktivitas, dan aksesibilitas.
Ketiganya dipenuhi dengan pemilihan elemen desain, fasilitas yang disediakan, elemen
lunak dan keras taman, serta penciptaan jalur sirkulasi di dalam taman. Konsep healing
garden ini diterapkan pada kedua taman rumah sakit.

Konsep Desain

Konsep desain taman kedua rumah sakit diambil dari bentukan organik yang
menyimbolkan sumber kehidupan yaitu bentukan matahari serta aliran air. Healing
garden pada dasarnya merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan untuk
meringankan rasa sakit yang diderita dengan mengurangi beban psikis bagi pasien
khususnya. Penggunaan bentukan matahari dan aliran air yang menjadi simbol
kehidupan seiring dengan dasar healing garden yang membantu user dalam proses
untuk sehat kembali.
43

Konsep bentukan matahari diterapkan pada RS Darmo. Ciri khas yang melekat di
kalangan masyarakat mengenai RS Darmo adalah bangunannya yang merupakan salah
satu bangunan cagar budaya. Menurut Anjasmara (2012) bangunan RS Darmo
merupakan salah satu bangunan kolonial yang saat ini masih digunakan dan dirawat
dengan baik. Bangunan ini merupakan rancangan arsitek C. Citroen dan dipengaruhi
oleh gaya arsitektur modern fungsional dengan unsur gaya art deco. Sumalyo dalam
Anjasmara (2012) menjelaskan bahwa arsitektur modern fungsional mengutamakan
fungsi dalam setiap elemennya. Keindahan yang terbentuk pada suatu bangunan karena
fungsi dari elemen terkait, tidak lagi ada ornamen yang hanya berfugsi sebagai dekorasi
saja. Bentukan matahari selaras dengan desain bangunan rumah sakit yang kaku dan
fungsional. Gambar 27 menunjukkan contoh bentukan matahari dan penerapannya
dalam desain healing garden. Inspirasi bentukan ini diterapkan pada taman mencakup
perkerasan, desain penanaman, serta elemen keras.

(Sumber gambar : penelusuran google)


Gambar 27 Bentukan matahari pada desain healing garden
RSI Jemursari memiliki ciri khas sebagai rumah sakit Islam, baik beberapa
ornamen bangunannya maupun pelayanan yang diberikan. Desain healing garden yang
mengacu pada taman Islam akan semakin memperkuat identitas RSI Jemursari sebagai
rumah sakit Islam. Konsep awal RSI Jemursari sendiri berupa garden hospital dapat
diterjemahkan di sini menjadi rumah sakit dengan taman-taman yang tidak hanya indah
namun juga memberikan manfaat terhadap penghuni rumah sakit tersebut, seperti
halnya sebuah healing garden.
Menurut Hamed (1994) taman Islam merupakan taman yang didesain berdasarkan
pada prinsip-prinsip agama Islam dan kebudayaan Muslim dengan elemen yang tipikal
berada di dalamnya antara lain elemen air, pepohonan dan tanaman berbunga, serta
kaligrafi pada dindingnya. Taman Islam mempunyai desain yang dicirikan dengan air.
Taman yang terbagi empat oleh aliran air dengan kolam di tengahnya merupakan ciri
umum taman Islam.
Bentukan permukaan air yang tenang yang dipadukan dengan bentukan garis
organik digunakan sebagai konsep desain untuk RSI Jemursari. Walaupun tidak
memenuhi syarat sebagai taman Islam, desain healing garden mengacu pada ciri
khasnya seperti penggunaan elemen air pada taman. Gambar 28 memberikan referensi
terhadap permukaan air yang tenang dan implementasinya dalam desain.

(Sumber gambar : penelusuran google)


Gambar 28 Bentukan air dan penerapan pada desain healing garden
44

Pengembangan Konsep Desain

Konsep desain berupa inspirasi bentukan matahari untuk RS Darmo dan aliran air
untuk RSI Jemursari dikembangkan menjadi tiga konsep pengembangan yaitu konsep
ruang, konsep sirkulasi, dan konsep elemen. Ketiga konsep pengembangan ini
didasarkan pada analisis fisik dan biofisik kedua tapak, analisis visual tapak, dan
rekomendasi desain yang diperoleh dari analisis sosial kedua tapak. Masing-masing
konsep pengembangan memenuhi kriteria healing garden yang dikembangkan berupa
aksesibilitas, penciptaan suasana, dan ruang pendorong aktivitas.

Konsep Ruang
Ruangan yang dibentuk merupakan ruang publik atau ruang interaksi, ruang
privat, dan ruang terapi. Ketiga ruang dapat diakses oleh pasien dan diharapkan dapat
juga menjadi ruang untuk relaksasi, sehingga pasien dapat memilih di ruang mana akan
menghabiskan waktunya walaupun aktivitas yang dapat dilakukan pada setiap ruangan
tetap memiliki fokus yang berbeda. Ruang publik mendorong user di dalamnya untuk
melakukan interaksi dengan pemilihan dan penempatatan elemen keras. Begitu pula
elemen lunak yang mengkondisikan user untuk menikmati taman dalam nuansa seprivat
mungkin. Ruang terapi memberikan fasilitas berupa jalan setapak dengan variasi tekstur
permukaan yang berguna sebagai terapi berjalan. Tujuan utama dari ruang terapi ini
untuk mengurangi stres karena aktivitas ringan seperti berjalan dapat memberikan
energi positif dan meningkatkan ketenangan (Kanning dan Schlicht, 2010). Ketiga
ruang ini diterapkan di kedua rumah sakit yang disesuaikan dengan konsep desainnya
masing-masing. Taman b pada RSI Jemursari memiliki konsep ruang tambahan yang
hanya berfungsi sebagai display di dalamnya.
Konsep ruang pada taman RS Darmo seperti yang tampak pada Gambar 29
memperlihatkan ruang publik yang terpusat di tengah taman untuk memudahkan user
yang ingin bersosialisasi. Aktivitas permainan musik yang telah ada sebelumnya
dimainkan di ruang publik ini dan user dapat melihat secara langsung gamelan
dimainkan. Kegiatan sosial dan interaksi antar user menjadi aktivitas utama yang
disediakan, selain itu user dapat sekedar duduk santai dan menikmati pemandangan.
Ruang kedua adalah ruang privat yang disediakan di enam titik dalam taman. Ruang ini
menyediakan fasilitas berupa bangku dan meja taman yang didesain soliter untuk
meminimalkan terjadinya interaksi antar user di dalamnya. Ruang terapi berada di satu
titik dalam taman dan letaknya berdekatan dengan ruang rehab medik rumah sakit untuk
memudahkan dan menyatukan aktivitas yang berada di ruang sekitarnya. Terdapat
ruang keempat yang diisi oleh vegetasi atau area vegetasi yang tidak dirancang untuk
dapat diakses oleh user.

Gambar 29 Konsep ruang healing garden RS Darmo


45

Konsep ruang untuk RSI Jemursari secara umum sama untuk taman a, taman c,
taman d, dan taman e. Setiap taman memiliki ruang publik, ruang privat, dan ruang
terapi tersendiri dengan konsep yang terlihat pada Gambar 30(a). Ruang publik berada
di satu sisi taman dengan ruang privat di sisi lainnya. Ruang privat di sini berupa tempat
duduk yang terpisah yang memungkinkan user untuk menikmati taman seorang diri.
Ruang terapi berjalan berupa jalur yang mengelilingi setiap taman. Tersedianya ketiga
ruang di masing-masing taman diharapkan dapat memudahkan user terutama pasien
dalam memanfaatkan healing garden karena posisi taman yang menyebar dalam rumah
sakit.

Gambar 30 Konsep ruang healing garden RSI Jemursari : (a) Konsep ruang taman
a, c, d, dan e dan (b) konsep ruang taman b
Taman b yang memanjang memiliki konsep tersendiri seperti yang terlihat di
Gambar 30(b) dimana hanya terdiri dua ruang utama berupa ruang publik dan ruang
display. Konsep ini disesuaikan dengan user utama taman b yaitu pasien dan keluarga
pasien hemodialisa yang menghabiskan lebih banyak waktunya di dalam ruangan.
Display pada taman diharapkan menambah daya tarik taman b. Konsep taman b
dijelaskan pada Gambar 30(b).

Konsep Sirkulasi
Sirkulasi di dalam taman RS Darmo terbatas pada dua jalan setapak yang
membentang dari utara ke selatan dan barat ke timur. Sirkulasi pada pengembangan
healing garden selain mempertahankan sirkulasi awal, juga ditambahkan untuk
menghubungkan lebih banyak area, terutama area privat. Bentukan sirkulasi dibuat
lurus dengan lebar minimal yang dianjurkan untuk memudahkan akses bagi berbagai
kalangan pengunjung. Bentukan lurus yang digunakan juga memudahkan pengunjung
saat terjadi evakuasi.
Sirkulasi baru untuk RSI Jemursari yang dibentuk menghubungkan setiap ruangan
yang berada di dalam masing-masing taman dengan tanpa batasan sehingga pengunjung
dapat mengakses semua sudut taman. Sirkulasi ini diwujudkan dengan menggunakan
perkerasan di sebagian besar permukaan taman yang aman bagi pengunjung semua
kalangan. Bentukan taman yang iregular dan luas taman yang terbatas menyebabkan
penggunaan perkerasan yang lebih banyak dibanding permukaan rumput atau vegetasi
untuk memudahkan aksesibilitas user dalam taman dan memaksimalkan kriteria healing
garden yang dikembangkan. Penggunaan vegetasi yang tepat dapat menyeimbangkan
taman agar tetap memberi kesan natural.
Ruang terapi berjalan baik untuk RS Darmo maupun RSI Jemursari memiliki
sirkulasi yang terdiri dari beberapa material perkerasan untuk menstimulasi user.
46

Sirkulasi ini dibatasi oleh vegetasi serta handrailing yang dapat menuntun user untuk
tetap berjalan pada jalur yang disediakan.

Konsep Elemen
Elemen yang digunakan di kedua tapak terdiri dari elemen lunak dan elemen
keras. Elemen lunak berupa vegetasi memegang peran penting dalam tapak karena
selain memiliki fungsi umum dalam lanskap, vegetasi berfungsi dalam menciptakan
suasana yang dibutuhkan dan berfungsi sebagai aspek pendorong aktivitas. Jenis
vegetasi yang digunakan terbagi menurut tiga fungsi utama yaitu vegetasi pembentuk
ruang atau pembatas, vegetasi estetik atau display, dan vegetasi penarik hewan seperti
kupu-kupu dan burung. Beberapa vegetasi eksisting dipertahankan dalam tapak dan
vegetasi yang tidak mendukung diganti. Sedangkan elemen keras yang digunakan
merupakan elemen lanskap yang mendukung kenyamanan yaitu meja bangku taman,
lampu, pergola, dan tempat sampah.
Pada RS Darmo vegetasi yang digunakan didominasi oleh vegetasi estetik
berbunga yang juga berfungsi sebagai vegetasi pembentuk ruang. Pemilihan vegetasi ini
disesuaikan dengan rekomendasi antara lain aman bagi user, tidak mengundang
serangga yang merugikan, dan dapat menciptakan suasana yang nyaman dan
menyegarkan. Desain penanaman yang digunakan pada RS Darmo mengikuti konsep
desain berupa matahari.
Warna yang diciptakan oleh penggunaan vegetasi estetika di masing-masing
ruang tetap disesuaikan dengan preferensi user sehingga warna hijau mendominasi
healing garden namun warna-warna hangat juga dimunculkan. Vegetasi dengan warna
merah, jingga, dan kuning banyak digunakan pada tapak. Beberapa vegetasi yang
digunakan adalah bunga merak (Caesalpinia pulcherrima) dan pucuk merah (Syzygium
oleana).
Elemen keras yang digunakan pada healing garden RS Darmo berupa meja dan
bangku taman dibagi menjadi dua tipe yaitu permanen atau tidak dapat dipindahkan dan
meja bangku dan dapat dipindahkan. Meja dan bangku yang dapat dipindahkan
memberikan kontrol bagi user dalam memenuhi keinginan mereka serta memudahkan
user dalam interaksi dan bersosialisasi. Meja dan bangku yang sifatnya permanen
diletakkan pada ruang privat untuk memberikan kondisi yang maksimal bagi user dalam
menikmati privasinya. Elemen keras lainnya berupa arbor, lampu taman dan tempat
sampah merupakan elemen pendukung kenyamanan user.
Konsep elemen untuk RSI Jemursari mengacu pada analisis, rekomendasi serta
konsep desain taman Islam. Elemen air dimunculkan pada tapak di masing-masing
taman. Elemen air berfungsi penting dalam menciptakan suasana yang damai dan
menenangkan karena berperan secara visual serta auditorial.
Penggunaan vegetasi berupa pohon dan vegetasi berbunga menjadi dominasi
healing garden. Vegetasi berbunga memiliki semua fungsi yang dibutuhkan berupa
display dan pembentuk ruang sedangkan desain penanamannya mengikuti desain
perkerasan berupa aliran air. Setiap taman pada RSI Jemursari memiliki konsep warna
vegetasi yang berbeda walaupun warna hijau masih tetap mendominasi.Variasi warna
merah muda untuk taman a, warna putih hingga kuning muda untuk taman b, dan
variasi warna ungu untuk taman c. Gambar 31 menunjukkan konsep warna yang
diciptakan dari vegetasi pada setiap taman beserta referensi vegetasi yang digunakan.
47

Gambar 31 Konsep vegetasi pada taman a, taman b, dan taman c RSI Jemursari
Variasi warna jingga dan merah dimunculkan pada taman d dan taman e
menggunakan warna-warna hijau dan putih. Gambar 32 menjelaskan konsep warna
taman d dan taman e beserta referensi vegetasi yang digunakan kedua taman. Kelima
taman juga menggunakan vegetasi hijau, salah satunya palem ekor tupai (Wodyetia
bifurcata), palem hijau (Ptychosperma macarthurii), palem ekor ikan (Caryota mitis),
dan ki hujan (Samanea saman).

Gambar 32 Konsep vegetasi pada taman d dan taman e RSI Jemursari


48

Konsep elemen keras untuk RSI Jemursari yaitu bangku taman terbagi menjadi
dua yaitu bangku publik dan bangku privat. Bangku publik ditata untuk menciptakan
kondisi ruang sosiopetal dan mendorong user untuk berinteraksi. Penggunaan warna
kayu diharapkan memberi kesan yang hangat dan membuat user betah dan nyaman.
Bangku privat ditata berjauhan dengan kapasitas satu orang untuk menambah kesan
privasi. Elemen keras lain berupa lampu taman serta tempat sampah berfungsi sebagai
elemen pendukung ditempatkan pada titik-titik yang ideal di setiap taman.

Desain

Konsep desain berupa bentukan matahari untuk RS Darmo dan bentukan aliran air
untuk RSI Jemursari dikembangkan menjadi tiga konsep pengembangan yaitu konsep
ruang, konsep sirkulasi, dan konsep elemen. Ketiga konsep pengembangan ini
didasarkan pada analisis fisik dan biofisik kedua tapak, analisis visual tapak, dan
rekomendasi desain yang diperoleh dari analisis sosial kedua tapak.

Rumah Sakit Darmo


Healing garden RS Darmo yang mengadaptasi bentukan matahari. Aplikasi dari
konsep desain matahari ini dapat dilihat pada Gambar 33 yang menunjukkan site plan
healing garden RS Darmo. Aplikasi bentukan juga berlaku untuk elemen keras dalam
taman. Secara visual terdiri dari ruang perkerasan yang dapat diakses user dan ruang
vegetasi yang berada di sekelilingnya. Bentukan sinar matahari menjadi dasar dalam
desain penanaman serta bentuk bulat terlihat pada penciptaan ruang-ruang dalam taman.
Healing garden terdiri dari empat ruang utama yaitu ruang publik, ruang privat, ruang
terapi berjalan, dan ruang vegetasi. Semua ruang kecuali ruang vegetasi dapat diakses
langsung oleh user. Gambar 34 menunjukkan perspektif semua ruang yang terbentuk
dan Gambar 35 menunjukkan gambar potongan healing garden.
Ruang Publik
Berkumpul bersama keluarga atau bersosialisasi menjadi kegiatan yang paling
ingin dilakukan user selama berada di dalam healing garden. Ruang publik menjadi
tempat unruk kegiatan ini, sekaligus berfungsi sebagai welcome area healing garden.
Ruang ini juga menjadi salah satu ruang yang berfungsi sebagai pendorong aktivitas
user. Ruang publik terletak tepat di tengah healing garden untuk memudahkan user
dalam mengakses ruang publik dari berbagai sisi.
Tersedia elemen keras dan lunak dalam ruang ini untuk menunjang aktivitas di
dalamnya. Berdasarkan jumlah elemen keras yang disediakan di dalamnya, ruang ini
dapat menampung hingga 43 user. Kursi serta meja dengan naungan yang berada di
beberapa sisi ruang dapat digunakan untuk kegiatan sosialisasi seperti berbincang,
berdiskusi atau makan bersama. Kedua elemen keras ini dapat dipindahkan sesuai
keinginan untuk meningkatkan kenyamanan user selama bersosialisasi.
Topiari didesain ulang dan dipindah agar dapat terlihat dengan mudah, bertuliskan
identitas rumah sakit berada di tengah untuk menarik perhatian user karena berfungsi
sebagai focal point sekaligus signage taman. Gazebo berada di belakang topiari dan
memiliki kapasitas hingga enam orang. Bentuk gazebo yang semula hanya berupa
gazebo persegi sederhana, didesain ulang sesuai dengan konsep taman. Bentuk ini juga
disesuaikan dengan fungsi utama gazebo berupa panggung atau tempat bagi pemain
gamelan untuk memainkan musiknya pada waktu tertentu. Pasien yang semula hanya
49

bisa mendengarkan suara melalui beranda masing-masing paviliun dapat melihat


permainan langsung dalam healing garden. Tempat duduk tambahan untuk menikmati
permainan musik dari gazebo disediakan tepat menghadap ke arah gazebo. Elemen
keras lain yang berada pada ruang ini merupakan elemen penunjang seperti lampu
taman, tempat sampah, dan handrailing untuk meningkatkan kenyamanan dan
keamanan user.
Kondisi ruang yang terbuka diaplikasikan pada ruang publik ini untuk
memberikan kesan yang mengundang user untuk masuk, duduk, dan bersosialisasi
dengan user lain, ditambah dengan elemen lunak pada planter box untuk memberi kesan
segar dalam ruang. Sebagai penambah pengalaman user, pasien khususnya, terdapat
perbedaan ketinggian beberapa sisi dalam ruang publik.
Ruang Privat
Ruang privat memenuhi kebutuhan user yang ingin menikmati taman dalam
kondisi seprivat mungkin. Setiap pasien memiliki kondisi serta keterbatasan yang
berbeda-beda sehingga pengawasan dari tenaga medis tetap tidak dapat diabaikan
walaupun pasien menginginkan kondisi privat. Jumlah, desain, dan penempatan elemen
keras dalam ruang mengakomodasi kebutuhan pasien untuk mendapatkan privasi
sekaligus pengawasan. Terdapat tiga ruang privat dengan desain berbeda yang masing-
masing berada di barat, selatan, dan timur healing garden. Desain yang berbeda dapat
mencegah kebosanan saat user berkunjung serta mendorong user untuk mengunjungi
seluruh bagian healing garden.
Ruang privat di bagian barat memiliki arbor dengan kapasitas satu orang sebanyak
enam buah. Penempatan mengikuti desain matahari dengan dua water feature berupa
fountain sederhana sebagai pusatnya. Penempatan ini tidak hanya memungkinkan
tenaga medis untuk melakukan pengawasan terhadap pasien, baik dari dalam maupun
dari pos yang berada di luar taman, namun juga meminimalkan terjadinya percakapan
antar user. Fountain memiliki desain organik sederhana dengan menggunakan air yang
mengalir tenang. Fountain ini memberikan pemandangan berbeda bagi user dan
memberi kesan damai pada taman.
Ruang privat di bagian selatan memiliki elemen keras berupa kursi permanen
dengan kapasitas satu orang yang berjumlah enam buah. Keempat kursi yang berada di
salah satu sisi menghadap ke arah rumah sakit, namun pandangan user tertutup oleh
vegetasi sehingga bangunan solid rumah sakit tidak terlihat langsung oleh user.
Terdapat fountain di tengah area duduk dengan percikan air yang menstimulasi
pendengaran user.
Terdapat tiga kursi yang bersifat permanen dengan kapasitas masing-masing satu
orang di ruang privat di bagian timur healing garden. Ruang privat ini dikelilingi oleh
tanaman semak aromatik seperti Gardenia augusta untuk menambah pengalaman user
dalam menikmati healing garden. Perbedaan ketinggian dalam ruang privat timur juga
disediakan dan didesain untuk digunakan secara aman.
Ruang Terapi Berjalan
Ruang terapi berjalan merupakan ruang pendorong aktivitas yang disediakan
sebagai fasilitas tambahan dalam healing garden. Ruang ini diharapkan mendorong
user, pasien khususnya, yang ingin berjalan-jalan santai dalam healing garden. Ruang
ini juga dapat digunakan untuk pasien yang sedang belajar untuk kembali berjalan
karena berbagai tekstur permukaan berbeda dan dilengkapi dengan handrailing. Elemen
keras yang digunakan merupakan elemen penunjang seperti kursi yang ditempatkan di
tiga titik dan handrailing sebagai penunjang keamanan. Ruang dengan total luas 503.93
50

m2 ini dapat diakses melalui bagian dalam healing garden yaitu ruang publik, koridor
paviliun 4, dan koridor ruang rehab medik.
Ruang Vegetasi
Ruang vegetasi merupakan ruang keempat yang diciptakan merupakan ruang yang
sepenuhnya ditutup oleh elemen lunak atau vegetasi. Pihak RS Darmo memiliki
kebijakan terkait taman dimana user tidak boleh menginjak rumput, untuk
mempertahankan kebijakan ini desain healing garden terbagi menjadi dua: perkerasan
di mana user dapat melakukan aktivitas dan nonperkerasan dimana user hanya dapat
melihat dan menikmati. Kebijakan ini dipertahankan karena memudahkan pihak rumah
sakit dalam melakukan perawatan serta mendukung user terkait aksesibilitas dalam
healing garden.
Aplikasi konsep matahari, berupa pancaran sinar terlihat jelas pada pola desain
penanaman vegetasi. Vegetasi yang digunakan merupakan vegetasi yang sesuai dengan
iklim dan cuaca kota Surabaya serta memiliki warna-warna cerah yang menarik
perhatian, namun tetap didominasi oleh warna hijau. Beberapa contohnya antara lain
pucuk merah (Syzygium oleana), bunga merak (Caesalpinia pulcherrima), dan kostus
(Costus sp.). Vegetasi yang dapat membahayakan pengunjung, seperti bugenvil
(Bougainvillea sp.) ditempatkan pada lokasi yang tidak dapat dijangkau oleh
pengunjung. Vegetasi lain dapat digunakan sebagai penarik hewan seperti burung dan
kupu-kupu seperti bunga tasbih (Canna sp.). Penambahan berbagai jenis spesies baru
dalam desain memperkaya keanekaragaman hayati dalam healing garden.
Pemasangan papan informasi akan menambah informasi user, terutama informasi
yang terkait dengan fungsi medis dari vegetasi tersebut. Papan informasi ini tidak
dipasang pada setiap vegetasi mengingat akses langsung user terhadap vegetasi terbatas
sehingga hanya dipasang pada beberapa vegetasi yang ditanam di pinggir saja. Vegetasi
juga dipilih dengan menyesuaikan keamanan dan kenyamanan user selama berada di
dalam healing garden. Gambar 36 menunjukkan peta vegetasi healing garden RS
Darmo. Berikut daftar lengkap vegetasi yang digunakan beserta keterangan tambahan
terutama terkait informasi medis (Tabel 8).

Tabel 8 Daftar vegetasi healing garden Rumah Sakit Darmo


Fungsi*
No. Spesies Nama Lokal Keterangan
B D H
1 Acalypha macrophylla Teh-tehan Topiari

Kacang-
2 Arachis pintoi
kacangan
3 Araucaria heterophylla Cemara norflok

4 Axonopus compressus Rumput paetan
5 Bougainvillea sp. Bugenvil Berduri
Obat
6 Caesalpinia pulcherrima Bunga merak
tradisional
7 Canna sp. Bunga tasbih

8 Carex morrowii Kucai

9 Casuarina equisetifolia Cemara angin Biji gugur
*Fungsi B : Pembatas
D : Display
H : Penarik hewan kecil (kupu-kupu atau burung)
51
Tabel 8 Daftar vegetasi healing garden Rumah Sakit Darmo (lanjutan)
Fungsi*
No. Spesies Nama Lokal Keterangan
B D H
Obat
10 Celosia argentea Jengger ayam
tradisional
11 Chlorophytum comosum Lili paris
12 Cosmos bipinnatus Kenikir

Obat
13 Costus sp. Kostus
tradisional
14 Gardenia augusta Kacapiring Harum

15 Hymenocallis speciosa -

Obat
16 Iresine herbstii Bayam merah
tradisional
Obat
tradisional,
17 Ixora sp. Soka beberapa

bagian tertentu
dapat dimakan
18 Mansoa hymenaea - Harum
Bunga pukul Obat
19 Mirabilis jalapa
empat tradisional
Harum, obat
20 Murraya paniculata Kemuning
tradisional
21 Pentas lanceolata Bunga pentas

Obat
22 Pithecellobium dulce Asam kranji
tradisional
Obat
tradisional,
23 Portulaca oleacea Sutra bombay beberapa
bagian tertentu
dapat dimakan
24 Ruellia malacosprema Ruelia

25 Syzygium oleana Pucuk merah
26 Veitchia merrillii Palem putri

27 Zephyranthes sp. Lili hujan
*Fungsi B : Pembatas
D : Display
H : Penarik hewan kecil (kupu-kupu atau burung)
Elemen Keras
Elemen keras merupakan salah satu bagian penting. Gambar 37 berupa detail
gazebo yang berfungsi utama sebagai panggung dengan tangga di salah satu sisi
menegaskan fungsi utama gazebo sebagai panggung. Gambar 38 dan Gambar 39
merupakan arbor dan kursi, berada di ruang privat bagian barat dan timur. Semua
elemen keras berbahan kayu dan didesain untuk satu orang. Terdapat beberapa kalimat
motivasi dituliskan pada elemen keras, salah satunya pada armrest (Gambar 38) untuk
meningkatkan motivasi sekaligus perhatian user terhadap detail kecil. Elemen keras
juga didasarkan pada evidence-based design (ebd) untuk fasilitas kesehatan (Malone
dan Dellinger, 2011) seperti memiliki permukaan halus, memiliki sandaran dan armrest,
kokoh, stabil, dan berbahan dasar yang terkait dengan alam. Selain itu, desainnya
atraktif dan tidak mencerminkan furnitur sebuah institusi yang cenderung kaku.
52

Gambar 33 Site plan healing garden Rumah Sakit Darmo


53

Gambar 34 Peta view healing garden Rumah Sakit Darmo


54

Gambar 35 Potongan healing garden Rumah Sakit Darmo


55

Gambar 36 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Darmo


56

Gambar 37 Detail gazebo healing garden Rumah Sakit Darmo


Peta view healing garden Rumah Sakit Darmo
57

Gambar 38 Detail arbor healing garden Rumah Sakit Darmo


58

Gambar 39 Detail kursi (ruang privat bagian timur) healing garden Rumah Sakit Darmo
59

Rumah Sakit Islam Jemursari


Healing garden RSI Jemursari mengambil bentukan aliran air yang diterjemahkan
dalam bentuk perkerasan taman, elemen keras, serta desain penanaman. Secara visual,
terutama dari segi warna yang diciptakan seperti terlihat pada Gambar 40, healing
garden RSI Jemusari memberi kesan timur tengah. Penggunaan warna pasir pada
perkerasan serta hijaunya vegetasi memberikan kesan oase pada healing garden. Sesuai
dengan konsep, healing garden banyak menggunakan garis organik untuk
menghilangkan kesan kaku.
Sirkulasi yang digunakan pada kelima healing garden adalah sirkulasi bebas di
mana user dapat berjalan ke seluruh area tanpa jalan setapak khusus. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan user dalam healing garden serta menyesuaikan bentuk dan
luasannya. Penggunaan sirkulasi bebas untuk memaksimalkan aksesibilitas yang
menjadi poin penting healing garden menyebabkan berkurangnya permukaan hijau. Hal
ini diatasi dengan penambahan jumlah vegetasi pohon yang tersebar sesuai pola
penanaman dalam setiap healing garden serta penambahan vegetasi pendukung yang
sesuai lainnya.
Terdapat tiga ruang yang dibentuk dalam desain healing garden yaitu ruang
publik, ruang privat, dan ruang terapi berjalan. Sesuai dengan konsep ruang, ketiga
ruang diterapkan tidak pada semua taman, terutama disesuaikan dengan user potensial
untuk masing-masing taman. Gambar 41 dan Gambar 42 merupakan peta view yang
menunjukkan perbesaran setiap taman beserta perspektif ruang pada taman. Gambar
potongan untuk masing-masing taman ditunjukkan pada Gambar 43 dan Gambar 44.
Ruang Publik
Ruang publik healing garden RSI Jemursari diaplikasikan di semua healing
garden. Ruang ini dapat digunakan untuk sekedar duduk hingga bersosialisasi. Jumlah
kursi dan meja yang disediakan berbeda antar taman dan semuanya merupakan furnitur
nonpermanen yang dapat dipindahkan sesuai kebutuhan. Berdasarkan jumlah kursi yang
berkapasitas satu orang, masing-masing ruang publik taman a, taman b dan taman e
dapat menampung 16 orang, sedangkan taman c dan taman d berkapasitas 12 orang.
Elemen keras penunjang kenyamanan dan keamanan user juga disediakan pada
setiap ruang publik, seperti pergola, lampu taman, dan tempat sampah. Taman a yang
berfungsi ganda sebagai welcome area rumah sakit memiliki elemen keras yang lebih
bervariasi dibandingkan taman lain. Terdapat water feature berupa fountain sederhana
serta signage pada ruang publik taman a. Taman b dengan keluarga pasien hemodialisa
sebagai user potensialnya hanya terdiri dari ruang publik. Ruang publik taman b
memiliki water feature berupa fountain dengan ukuran yang sesuai untuk dinikmati dari
dalam ruangan hemodialisa.
Pergola yang berfungsi untuk memberikan naungan bagi user tidak disediakan
pada beberapa titik seperti pada taman d. Pada taman d naungan pohon di sekitar ruang
publik cukup bagi user untuk melindungi diri dari sinar matahari sedangkan pada taman
c ditambahkan fountain sederhana untuk menambah kesejukan pada healing garden.
Begitu pula pada taman e yang memiliki pergola di salah satu sisi dan tanpa pergola di
sisi lainnya.
Ruang Privat
Kebutuhan user untuk sekedar duduk dan menikmati healing garden secara
individu dipenuhi dengan adanya ruang privat. Healing garden RSI Jemursari didesain
dengan ruang privat, kecuali untuk taman b, di salah satu sisi masing-masing taman.
Elemen keras yang menjadi penunjang ruang antara lain meja dan kursi dengan
60

kapasitas satu orang. Water feature berupa fountain ditempatkan pada beberapa titik
untuk menambah kesan damai dan sejuk, tidak hanya melalui penglihatan namun
percikan airnya dapat juga menstimulasi kesan melalui pendengaran user. Penempatan
masing-masing kursi disesuaikan untuk memberikan privasi yang cukup tanpa
mengurangi pengawasan dari tenaga medis. Masing-masing titik untuk duduk santai
dipisahkan vegetasi, baik pohon maupun semak yang ditanam dalam planter box.
Ruang Terapi Berjalan
Ruang tambahan yang digunakan untuk mendorong aktivitas user dalam healing
garden adalah ruang terapi berjalan. Berbeda pada healing garden RS Darmo yang
terpusat pada salah satu bagian taman, ruang terapi berjalan RSI Jemursari berupa jalur
yang berada pada sekeliling taman dan didesain pada semua taman kecuali taman b.
Ruang terapi berjalan ini menggunakan tiga jenis perkerasan dengan tekstur, jenis dan
warna permukaan yang berbeda. Sebuah kursi disediakan dengan jarak maksimal 25 m
dalam jalur untuk user yang ingin beristirahat sejenak. Ketinggian permukaan yang
digunakan dalam jalur berbeda-beda. Sesuai dengan batas anjuran dalam penggunaan
tangga dan ramp, anak tangga pada jalur terapi berjalan memiliki ketinggian 0.2 m
dengan nosing antislip dan handrail dengan ketinggian 0.72 m. Ramp didesain dengan
berbagai ketinggian dan panjang namun semuanya memiliki kemiringan tidak lebih dari
10o. Setiap adanya leveling pada jalur, digunakan permukaan perkerasan dengan warna
dan tekstur berbeda untuk memberi peringatan user.
Variasi leveling dengan anak tangga dan ramp didesain berbeda-beda di setiap
taman agar user tidak merasa bosan saat menggunakan fasilitas ini pada taman yang
berbeda. Taman a menggunakan dua jenis warna dan tekstur permukaan dari campuran
semen dan pasir. Taman c menggunakan tiga jenis permukaan yang sama dengan
tambahan andesit alur horizontal. Taman d menggunakan dua jenis tekstur permukaan
dengan tambahan leveling dan anak tangga. Taman e menggabungkan dua jenis tekstur
perkerasan berbeda dan menggunakan lebih banyak leveling dalam jalurnya dengan
ketinggian maksimal sebesar 0.32 m.
Elemen Lunak
Vegetasi yang ditanam di setiap healing garden menciptakan nuansa yang
berbeda. Hal ini ditujukan bagi user agar merasakan pengalaman dan kesan yang
berbeda setiap memasuki taman yang berbeda. Gambar 45, Gambar 46, dan Gambar 47
menunjukkan peta vegetasi untuk setiap taman pada healing garden RSI Jemursari.
Gambar 45 menunjukkan vegetasi pada taman a dan taman b. Taman a
menggunakan beberapa vegetasi berbunga merah muda seperti pohon bungur
(Lagerstroemia indica), ruelia (Ruellia malacosperma), dan taiwan beauty (Cuphea
hyssopifolia). Taman b mengambil tema putih dan kuning muda dengan menggunakan
vegetasi bunga pukul delapan (Turnera subulata) dan iris (Neomarica longifolia).
Gambar 46 memperlihatkan peta vegetasi taman c dan taman d. Variasi warna ungu
dimunculkan dengan menggunakan vegetasi jakaranda (Jacaranda sp.), adam hawa
(Rhoeo discolor), dan bunga kancing (Gomphrena globosa) pada taman c. Taman d
menggunakan vegetasi bunga soka (Ixora sp.), flamboyan (Delonix regia), dan
crossandra (Crossandra infundibuliformis) untuk menciptakan warna jingga dan merah.
Taman e didominasi oleh warna hijau serta putih dengan vegetasi seperti kumis kucing
(Orthosiphon aristatus) dan kerai payung (Filicium decipiens) seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 47.
Kelima taman tidak terbatas pada vegetasi yang telah disebutkan, beberapa
spesies lain juga ditanam untuk menambah kekayaan spesies dalam healing garden.
61

Beberapa jenis vegetasi yang sama ditanam pada kelima taman seperti trembesi
(Samanea saman), palem ekor tupai (Wodyetia bifurcata), dan palem hijau
(Ptychosperma macathurii). Penambahan papan informasi, terutama mengenai info
medis, pada beberapa vegetasi juga ditambahkan sebagai bentuk edukasi kepada user.
Tabel 9 menunjukkan daftar lengkap vegetasi yang digunakan pada healing garden RSI
Jemursari.

Tabel 9 Daftar vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari


Fungsi*
No. Spesies Nama Lokal Warna** Keterangan
B D H
Acalypha
1 Teh-tehan Hi, Me
macrophylla

Acalypha
2 Akalipa Hi, Pu Obat tradisional
wilkesiana

Allamanda Hi,
3 Alamanda Harum
cathartica Ku
Kacang- Hi,
4 Arachis pintoi
kacangan Ku
Artocarpus
5 Sukun Hi
communis
Axonopus Rumput
6 Hi
compressus paetan
Hi,
7 Bougainvillea sp. Bugenvil Un,

Mm
Hi,
Caesalpinia Bunga
8 Un, Obat tradisional
pulcherrima merak
Ku
Palem ekor
9 Caryota mitis Hi Obat tradisional
ikan
Bagian tertentu
Hi, pada buah dapat
10 Cassia surattensis -
Ku menyebabkan
gatal
Chlorophytum Hi,
11 Lili paris
comosum Pu
Jawer
12 Coleus blumei Me
kotok
Crossandra
13 Krosandra Hi, Ji Obat tradisional
infundibuliformis
Taiwan Hi,
14 Cuphea hyssopifolia
beauty Pu
*Fungsi B : Pembatas **Warna Hi : Hijau Ji : Jingga
D : Display Pu : Putih Un : Ungu
H : Penarik hewan kecil Me: Merah Mm : Merah muda
(kupu-kupu atau burung) Ku: Kuning
62

Tabel 9 Daftar vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (lanjutan)
Fungsi*
No. Spesies Nama Lokal Warna** Keterangan
B D H
Hi,
15 Delonix regia Flamboyan
Me
Harum, obat
16 Filicium decipiens Kerai payung Hi
tradisional
Hi,
17 Gardenia augusta Kacapiring Harum
Pu
Gomphrena Bunga Hi,
18 Harum
globosa kancing Un
Obat tradisional,
Hi, beberapa bagian
19 Ixora sp. Soka
Me tertentu dapat
dimakan
Hi,
20 Jacaranda sp. Jakaranda
Un
Lagerstroemia Hi,
21 Bungur Bunga gugur
indica Mm
Hi,
22 Lantana camara Lantana Un, Bunga gugur
Mm
Livistona
23 Palem sadeng Hi
rotundifolia
Hi,
24 Mansoa hymenaea -

Mm
Neomarica Hi,
25 Iris
longifolia Ku
26 Ophiopogon sp. Ophiopogon Hi
Orthosiphon Hi, Harum, obat
27 Kumis kucing
aristatus Pu tradisional
28 Palisota barteri Palisota Hi, Ji

Bagian daun
29 Pandanus sp. Pandan Hi dapat dimasak,
obat tradisional
Hi,
30 Pentas lanceolata Bunga pentas Un,

Mm
Pithecellobium Obat
33 Asam kranji
dulce tradisional
31 Petunia sp. Petunia Hi,Un
Hi Obat
32 Pisonia grandis Kol banda
tradisional
*Fungsi B : Pembatas **Warna Hi : Hijau Ji : Jingga
D : Display Pu : Putih Un : Ungu
H : Penarik hewan kecil Me: Merah Mm : Merah muda
(kupu-kupu atau burung) Ku: Kuning
63

Tabel 9 Daftar vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (lanjutan)
Fungsi*
No. Spesies Nama Lokal Warna** Keterangan
B D H
Pseuderantemum Hi,
35 Melati jepang Harum
reticulatum Pu
Ptychosperma
36 Palem hijau HI
macathurii
Hi, Obat
37 Rhoeo discolor Adam hawa
Un tradisional
Ruellia Hi,
38 Ruelia
malacosperma Un
Hi,
39 Samanea saman Trembesi
Mm
Solanum Hi,
40 -
macranthum Un
Hi,
41 Syzygium oleana Pucuk merah
Me
Hi,
42 Tabernaemontana sp. - Harum
Pu
Obat
tradisional,
43 Terminalia catappa Ketapang Hi beberapa
bagian dapat
dimakan
Kembang Hi, Obat
44 Turnera subulata
pukul delapan Pu tradisional
Palem ekor
45 Wodyetia bifurcata Hi
tupai
Hi,
46 Zephyranthes sp. Lili hujan
Pu
*Fungsi B : Pembatas **Warna Hi : Hijau Ji : Jingga
D : Display Pu : Putih Un : Ungu
H : Penarik hewan kecil Me: Merah Mm : Merah muda
(kupu-kupu atau burung) Ku: Kuning

Elemen Keras
Elemen keras pada healing garden RSI Jemursari yang berupa meja dan kursi
terbagi menjadi dua yaitu privat dan publik. Meja dan kursi ruang privat seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 48 mengikuti konsep taman sehingga berbentuk organik.
Keduanya berbahan besi dan kayu dan disesuaikan dengan evidence-based design untuk
fasilitas medis (Malone dan Dellinger, 2011).
Gambar 49 dan Gambar 50 memperlihatkan empat tipe fountain sederhana
dengan pompa pada healing garden. Tipe 1 terdapat pada welcome area taman a, tipe 2
dengan area tanaman penutup tanah yang lebih luas terdapat di taman c, tipe 3 terdapat
di taman d serta taman e, dan tipe 4 terdapat di taman b yang juga berfungsi sebagai
focal point taman.
64

Gambar 40 Site plan healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari


65

Gambar 41 Peta view healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 1)
66

Gambar 42 Peta view healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 2)
67

Gambar 43 Potongan healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 1)


68

Gambar 44 Potongan healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 2)


69

Gambar 45 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 1)
70

Gambar 46 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 2)
71

Gambar 47 Peta vegetasi healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 3)
72

Gambar 48 Detail meja dan kursi ruang privat healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari
73

Gambar 49 Detail faountain healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 1)
74

Gambar 50 Detail fountain healing garden Rumah Sakit Islam Jemursari (bagian 2)
75

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan

Beberapa rumah sakit di Surabaya, Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit
Jemursari khususnya, telah menyediakan ruang terbuka dalam bentuk taman untuk
dapat dinikmati oleh pengunjungnya sebagai bagian dari fasilitas tambahan yang
ditawarkan. Keduanya memiliki manajemen yang bagus dalam pemeliharaan taman dan
berpotensi untuk dikembangkan. Hasil inventarisasi dan analisis aspek sosial kedua
masyarakat rumah sakit, baik pasien, keluarga pasien maupun tenaga medis
menunjukkan respon positif mengenai healing garden sebagai solusi dalam
mengembangkan taman yang sudah ada. Salah satu hasil ini, berupa preferensi
masyarakat, pasien khususnya, memegang peranan penting dalam rekomendasi desain
karena healing garden bertujuan untuk memberi kenyamanan, kedamaian serta
mengurangi tekanan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Taman kedua rumah sakit, walaupun berada pada rumah sakit dan manajemen
yang berbeda, memiliki banyak kesamaan. Keduanya memiliki desain penanaman yang
sama, tidak dapat dimasuki oleh pengunjung karena kurangnya elemen keras, tidak
memiliki desain atau tema spesifik, dan hanya dapat dinikmati dari luar taman. Pasien
RS Darmo maupun RSI Jemursari memiliki preferensi sama terkait taman masing-
masing sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai dasar desain healing garden kedua
rumah sakit. Preferensi pasien ini memegang peranan penting dalam rekomendasi
desain karena healing garden bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan
pasien. Hasil preferensi menunjukkan bahwa healing garden yang diinginkan
merupakan taman yang dapat memberikan kenyamanan, kedamaian dan ketenangan.
Dominasi vegetasi diutamakan karena kegiatan yang ingin dilakukan merupakan
kegiatan pasif. Hasil preferensi ditambah dengan tiga kriteria dari studi literatur yaitu
penciptaan suasana, ruang pendorong aktivitas, dan aksesibilitas diterjemahkan dalam
konsep desain healing garden yang berbeda untuk masing-masing rumah sakit. Konsep
ini menghasilkan desain kedua healing garden rumah sakit juga memenuhi ketiga
kriteria namun tetap mempertahankan dan meningkatkan kekhasan masing-masing
rumah sakit. Desain tidak hanya memenuhi preferensi masyarakat, namun juga sesuai
dengan koridor ketentuan yang berlaku dan kriteria lain yang disarankan dalam
pembuatan healing garden.
Healing garden yang terinspirasi oleh matahari serta pancaran sinarnya
melembutkan bangunan RS Darmo dengan desain kolonialnya yang cenderung kaku
dan monoton. Healing garden dengan desain yang mengacu pada taman Islam sesuai
dengan RSI Jemursari yang merupakan salah satu rumah sakit Islam di Surabaya.
Keduanya memiliki desain yang khas namun tetap berfungsi sama sebagai healing
garden. Setiap kebutuhan yang ada dalam preferensi pasien terpenuhi pada desain baru
kedua taman dan beberapa fasilitas pendukung juga ditambahkan untuk meningkatkan
kenyamanan dan keamanan semua user.

Saran

Penerapan healing garden merupakan hal yang penting dipertimbangkan bagi


setiap rumah sakit karena selain memaksimalkan fungsi taman rumah sakit, memberi
76

nilai lebih terhadap rumah sakit terkait, juga memberi keuntungan bagi pasien dengan
mempercepat proses kesembuhannya. Rumah sakit swasta khususnya, memiliki
peraturan yang lebih ketat dengan jumlah pasien yang lebih sedikit sehingga besar
kemungkinan untuk menerapkan healing garden sebagai fasilitas tambahan bagi
pengunjungnya.
Kajian lebih dalam khususnya terkait hubungan alam dan manusia sebagai dasar
dalam healing garden serta pemahaman lebih lanjut mengenai calon user, khususnya
dari sudut pandang terapis dapat diperdalam untuk mempertajam desain healing garden
itu sendiri. Penambahan kriteria lain sebagai dasar dalam pembuatan healing garden
selanjutnya dapat digunakan untuk mendapatkan hasil desain yang lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Anjasmara M. 2012. Arsitektur Kolonial Rumah Sakit Darmo dan Perubahan Fungsi
Ruang. [Internet]. [diunduh 2013 Okt 06]. Tersedia pada: http://ojs.unud.ac.id
Anonim. 2012. Visi Misi RS Darmo. [Internet]. [diunduh 2014 Mei 16]. Tersedia pada:
http://www.rsdarmo.co.id
Chaplin JP. 2008. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada
Hamed. 1994. Paradise on Earth: Historical Gardens of the Arid Middle East. The Arid
Land Newsletter [Internet]. [diunduh 2014 Mei 16]. Tersedia pada:
http://ag.arizona.edu
Departemen Kesehatan. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta (ID)
Dinas Pertanian Kota Surabaya. 2012. Profil Keanekaragaman Hayati Kota Surabaya.
[Internet]. [diunduh 2014 Mei 16) Tersedia pada: http://lh.surabaya.go.id/
Kania R. 2010. Evaluasi Taman Rumah Sakit Sebagai Healing Garden (Studi Kasus
Bandung International Hospital). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Kanning M, Schlicht W. 2010. Be Active and Become Happy: An Ecological
Momentary Assesment of Physical Activity and Mood. Journal of Sport and
Exercise Psychology [Internet]. [diunduh 2015 Apr 10]; 32:253-261. Tersedia pada:
http://www.researchgate.net
Malone EB, Dellinger BA. 2011. Furniture Design Features and Healthcare Outcomes.
[Internet]. [diunduh 2014 Nov 19]. Tersedia pada: https://www.healthdesign.org
Marcus CC. 2007. Healing Garden in Hospitals. IDRP [Internet]. [diunduh 2013 Jan
25]; I(1):1-27. Tersedia pada: http://www.idrp.wsu.edu/
Marcus CC, Barnes M. 1999. Healing Garden: Therapeutic Benefits and Design
Recommendation. Di dalam: Marcus CC. Healing Garden in Hospitals. IDRP
[Internet]. [diunduh 2013 Jan 25]; I(1):1-27. Tersedia pada:
http://www.idrp.wsu.edu/
Ottoson J. 2001. The Importance of Nature in Coping with a Crisis. Di dalam:
Stigsdotter UA, Grahn P. What Makes a Garden a Healing Garden. Journal of
Therapeutic Horticulture [Internet]. [diunduh 2013 Des 2]; 13:60-69. Tersedia pada:
http://www.protac.dk
Permatasari I. 2009. Redesign Tapak Entrance Dan Akses Masuk Menuju Club House
Di Padang Golf Matoa Nasional Country Club, Ciganjur, Jakarta Selatan. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
77

[PERMEN] Pekerjaan Umum. 2006. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor


30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan. Jakarta (ID)
Searless HF. 1960. The Nonhuman Environment in Normal Development in
Schizophrenia. Di dalam: Stigsdotter UA, Grahn P. What Makes a Garden a Healing
Garden. Journal of Therapeutic Horticulture [Internet]. [diunduh 2013 Des 2];
13:60-69. Tersedia pada: http://www.protac.dk
Severtsen B. 2006. Healing Gardens. [Internet]. [diunduh 2013 Feb 3]. Tersedia pada:
http://www.dept.washington.edu
Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. New York (US): McGraw-Hill Book
Company
Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya. 2012. Informasi Data Pokok Kota Surabaya
Tahun 2012. [Internet]. [diunduh 2013 Okt 6]. Tersedia pada:
http://www.surabaya.go.id
Stigsdotter UA, Grahn P. 2002. What Makes a Garden a Healing Garden. Journal of
Therapeutic Horticulture [Internet]. [diunduh 2013 Des 2]; 13:60-69. Tersedia pada:
http://www.protac.dk
Stigsdotter UA. 2005. Landscape Architecture and Health: Evidence-Based Health-
Promoting Design and Planning. [tesis]. Uppsala (SE): Swedish University of
Agricultural Sciences
Subandi MA. 2003. Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan Kontemporer.
Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar
Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta (ID): Pusat Bahasa
VanDyke S. 1982. From Line to Design. Indiana (US): PDA publ. Corp.
Vapaa AG. 2002. Healing Garden: Creating Places for Restoration, Meditation, and
Sanctuary. [tesis]. Virginia (US): Virginia Polytechnic and State University
Velarde MD, Fry G, Tveit M. 2007. Health Effects of Viewing Landscapes
Landscapes Types in Environmental Psychology. Urban Forestry and Urban
Greening [Internet]. [diunduh 2013 Jan 25]; 6:199-212. Tersedia pada:
http://www.sciencedirect.com
78

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner pasien

Kuesioner Healing Garden

Umur :
Jenis kelamin :L/P
Pekerjaan :

Pengobatan suatu penyakit dapat ditempuh tidak hanya dengan pengobatan secara
medis saja. Ruang terbuka hijau (rth) ternyata memberikan peran dalam pengobatan,
walaupun tidak secara langsung mengobati pasien yang bersangkutan. Rth dapat
berfungsi dalam mempercepat proses pengobatan pasien, terutama rth yang memang
didesain sebagai healing garden.
Healing garden merupakan rth yang dapat memulihkan kondisi mental dan emosi
pasien karena sifatnya yang menenangkan. Walaupun tidak dapat menyembuhkan
pasien secara langsung, healing garden diharapkan memberikan kenyamanan serta
menjadi tempat untuk melepas stres pasien.
Saya adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang melakukan penelitian
healing garden. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan
melingkari jawaban yang sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu. Hasil kuesioner ini dapat
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi saya. Besar harapan saya agar kuesioner
ini dapat saya ambil kembali pada hari Rabu, 8 Mei 2013. Atas kesediaan Bapak/Ibu
saya ucapkan terima kasih.

Healing Garden
1. Apakah Anda mengetahui healing garden?
a. Ya (lanjut ke jika Ya)
b. Tidak (lanjut ke jika Tidak)
Jika Ya:
a). Apa Anda pernah mengunjunginya?
a. Ya
b. Tidak (lanjut ke jika Tidak)
b). Apa yang Anda rasakan saat berada di dalamnya? (jawaban boleh lebih dari
satu)
a. Tenang
b. Nyaman
c. Tertekan
d. Tidak betah
e. Lain-lain,seperti_____________________________________________
c). Apa yang Anda rasakan setelah keluar dari taman? (jawaban boleh lebih dari
satu)
a. Semakin rileks
b. Stres berkurang
c. Dapat berpikir lebih jernih
d. Semakin stress
e. Memusingkan
79

f. Tidak ada perubahan apa pun


g. Lain-lain,seperti_____________________________________________
Jika Tidak:
a). Apa yang Anda bayangkan mengenai healing garden?
a. Taman yang memiliki fungsi-fungsi terapi untuk pasien
b. Taman yang tidak berbeda dengan taman lainnya
c. Lain-lain,seperti _____________________________________________
b). Apa Anda ingin mengunjunginya?
a. Ya, saya akan mengunjungi dalam:
a. Setiap hari atau setiap ada waktu luang
b. Tiga kali dalam satu minggu
c. Satu kali dalam satu minggu
d. Satu kali dalam satu bulan
b. Tidak
c). Apa ekspektasi Anda ketika mengunjungi healing garden? (jawaban boleh
lebih dari satu)
a. Menjadi lebih tenang
b. Menjadi segar kembali
c. Melepas stress dan rasa tertekan
d. Menjadi lebih sehat
e. Lain-lain, seperti ______________________________________________
2. Menurut Anda haruskah RS menyediakan healing garden? Mengapa?
a. Ya, karena telah menjadi kebutuhan pasien
b. Ya, alasan lain karena _______________________________________________
c. Tidak, karena bukan menjadi kebutuhan utama pasien
d. Tidak, karena ______________________________________________________

Relaksasi, Ruang Terbuka, dan Healing Garden


1. Apa yang Anda lakukan untuk dapat rileks? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Duduk santai
b. Melakukan hobi ringan, seperti membaca, menonton, dll
c. Istirahat dengan tidur
d. Berjalan-jalan
e. Lain-lain, seperti___________________________________________________
2. Apakah Anda lebih menyukai bersantai di dalam atau di luar ruangan?
a. Dalam ruangan
b. Luar, seperti taman, teras, dan balkon
3. Apa Anda menikmati saat berada di luar ruangan?
a. Ya
b. Tidak
4. Berapa lama waktu yang Anda habiskan saat berada di luar ruangan?
a. Kurang dari setengah jam
b. Setengah jam hingga satu jam
c. Lebih dari satu jam
5. Apa yang Anda rasakan saat berada di luar ruangan terutama di dalam taman?
(jawaban boleh lebih dari satu)
a. Rileks dan tenang
b. Refresh
80

c. Tertekan
d. Stres
e. Tidak merasakan apa pun
f. Lain-lain, seperti __________________________________________________
6. Apabila dibangun sebuah healing garden di RS ini, apa Anda lebih suka sendirian
atau berkumpul bersama kerabat atau teman dalam healing garden?
a. Sendiri untuk mencari ketenangan
b. Sendiri di saat tertentu dan berkumpul saat ingin bersosialisasi
c. Berkumpul dengan kerabat keluarga dan teman
7. Kegiatan apa yang ingin Anda lakukan saat berada di healing garden tersebut?
(jawaban boleh lebih dari satu)
a. Duduk santai
b. Berjalan-jalan
c. Menikmati pemAndangan
d. Lain-lain, seperti __________________________________________________
8. Apakah Anda ingin turut aktif dalam healing garden seperti berkebun?
a. Ya, saat kondisi memungkinkan
b. Tidak tertarik
9. Berapa lama waktu yang ingin Anda habiskan dalam healing garden?
a. Kurang dari setengah jam
b. Setengah jam hingga satu jam
c. Lebih dari satu jam
10. Menurut Anda apa peran ruang terbuka (taman) untuk Anda?
a. Sebagai tempat untuk mencari ketenangan
b. Sebagai bagian dari bangunan saja
c. Sebagai pemanis bangunan
d. Sebagai tempat untuk dapat aktif bergerak
e. Lain-lain, seperti __________________________________________________

Tipe Lanskap Ideal


1. Tipe lanskap seperti apa yang Anda sukai
a. Pegunungan
b. Perbukitan
c. Perkebunan
d. Padang
e. Pantai
f. Lain-lain, seperti __________________________________________________
2. Di mana kampung halaman Anda?
___________________________________________________________________
Dapat Anda deskripsikan kondisi dan suasananya?
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
3. Seperti apa kondisi atau suasana lanskap yang ideal menurut Anda?
a. Suasana pegunungan dengan udara yang segar
b. Suasana pedesaan yang masih natural
c. Suasana perkotaan yang ramai
d. Suasana pantai
e. Lain-lain, seperti __________________________________________________
81

Elemen dan Desain (jawaban boleh lebih dari satu)


1. Warna apa yang Anda inginkan untuk muncul pada taman?
a. Putih
b. Kuning
c. Merah
d. Biru
e. Hijau
f. Ungu
g. Jingga
h. Lain-lain, seperti __________________________________________________
2. Berikut ini mana hal yang menjadi penting bagi Anda saat berada dalam taman?
a. Cahaya matahari
b. Udara yang sejuk
c. Tanaman
d. Warna yang dihasilkan
e. Ketenangan
f. Lain-lain, seperti __________________________________________________
3. Apa ada hal tertentu dari taman yang Anda hindari?
a. Sinar matahari
b. Angin yang kencang
c. Serangga
d. Kondisi yang terlalu lembab
e. Tangga atau undakan
f. Lain-lain, seperti___________________________________________________
4. Apa ada artwork atau elemen tertentu yang Anda inginkan pada taman?
a. Patung
b. Kolam atau kolam ikan
c. Permainan air
d. Bangku taman
e. Meja taman
f. Pergola atau naungan
g. Lain-lain, seperti___________________________________________________
5. Apa ada artwork atau elemen tertentu yang tidak Anda inginkan pada taman?
a. Patung
b. Kolam atau kolam ikan
c. Permainan air
d. Bangku taman
e. Meja taman
f. Pergola atau naungan
g. Lain-lain, seperti___________________________________________________
6. Jenis tanaman apa yang Anda inginkan untuk berada di taman?
a. Pohon
b. Tanaman semak
c. Rumput
d. Tanaman air
e. Tanaman gantung
f. Tanaman merambat
82

7. Tanaman mana yang lebih Anda inginkan untuk berada di taman?


a. Tanaman berbunga
b. Tanaman berbuah
c. Tanaman aromatik
d. Tanaman sayur
e. Lain-lain, seperti___________________________________________________
8. Tanaman apa yang Anda hindari?
a. Tanaman berduri
b. Tanaman berbau
c. Tanaman berbuah
d. Tanaman bergetah
e. Lain-lain, seperti___________________________________________________
9. Berikut terdapat beberapa atribut dari taman, Anda dapat memilih satu atribut yang
sesuai dengan preferensi Anda dengan mencoret yang tidak diinginkan:
a. Taman dengan : bunga yang berwarna-warni / tanaman hijau
b. Taman dengan dominasi : tanaman / perkerasan (contoh: paving, gazebo,
patung, dll)
c. Taman dengan ketinggian : naik-turun / rata
d. Taman dengan pola : organik (lengkungan, bulat) / geometris (kotak,
segitiga)

Silahkan memberikan saran dan kritik untuk kelancaran skripsi ini:


______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

Terima Kasih Atas Kerja Sama dan Waktu yang Anda Berikan
83

Lampiran 2 Kuesioner tenaga medis

Kuesioner Healing Garden

Umur :
Jenis kelamin :L / P

Pengobatan suatu penyakit dapat ditempuh tidak hanya dengan pengobatan secara
medis saja. Ruang terbuka hijau (rth) ternyata memberikan peran dalam pengobatan,
walaupun tidak secara langsung mengobati pasien yang bersangkutan. Rth dapat
berfungsi dalam mempercepat proses pengobatan pasien, terutama rth yang memang
didesain sebagai healing garden.
Healing garden merupakan rth yang dapat memulihkan kondisi mental dan emosi
pasien karena sifatnya yang menenangkan. Walaupun tidak dapat menyembuhkan
pasien secara langsung, healing garden diharapkan memberikan kenyamanan serta
menjadi tempat untuk melepas stres pasien.
Saya adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang melakukan penelitian
healing garden. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan
melingkari jawaban yang sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu. Hasil kuesioner ini dapat
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi saya. Besar harapan saya agar kuesioner
ini dapat saya ambil kembali pada hari Rabu, 8 Mei 2013. Atas kesediaan Bapak/Ibu
saya ucapkan terima kasih.

Opini dan Pengalaman


1. Apa Anda menangani pasien dengan penyakit tertentu? Sebutkan
a. Ya,_____________________________________________________________
b. Tidak
2. Apa ada keluhan saat Anda menangani pasien tersebut?
a. Ya,_____________________________________________________________
b. Tidak
3. Apa anda pernah mengajak pasien untuk berjalan-jalan keluar? (Tidak, lanjut no 5)
a. Ya, hanya di sekitar lorong
b. Ya, ke taman
c. Ya, ke ___________________________________________________________
d. Tidak
4. Apa ada perubahan pasien terhadap suasana di luar ruangan? (jawaban boleh lebih
dari 1)
a. Ya, pasien menjadi lebih tenang
b. Ya, keluhan pasien berkurang
c. Ya, _____________________________________________________________
d. Tidak, pasien justru semakin memburuk
e. Tidak ada perubahan apa pun
5. Apakah Anda pribadi ingin menghabiskan waktu santai di luar ruangan (taman)?
a. Ya, karena _______________________________________________________
b. Tidak, karena_____________________________________________________
84

Healing Garden
1. Apakah Anda mengetahui healing garden sebelumnya?
a. Ya
b. Tidak
2. Seberapa pentingnya healing garden untuk pasien menurut Anda?
a. Sangat penting
b. Penting
c. Cukup penting
d. Tidak penting
3. Apakah RS perlu menyediakan healing garden? Mengapa?
a. Perlu,
karena___________________________________________________________
b. Tidak perlu, karena_________________________________________________
4. Bagaimana pendapat Anda mengenai taman yang sudah ada sekarang?
a. Sudah sangat indah, asri, dan nyaman
b. Indah, asri, dan nyaman
c. Cukup indah, asri, dan nyaman
d. Tidak indah, asri, dan nyaman
5. Bagaimana menurut Anda apabila RS ini dibangun sebuah healing garden?
(jawaban boleh lebih dari 1)
a. Setuju, karena akan memaksimalkan fungsi taman pada RS
b. Setuju, alasan lain karena ___________________________________________
c. Tidak setuju, karena taman yang ada saat ini sudah bagus
d. Tidak setuju,alasan lain karena_______________________________________
6. Apakah Anda akan mengunjunginya jika taman RS menjadi sebuah healing garden?
(jawaban boleh lebih dari 1)
a. Ya, bersama rekan kerja lainnya
b. Ya, bersama pasien yang membutuhkan
c. Ya, bersama ______________________________________________________
d. Tidak,
karena___________________________________________________________

Kebutuhan Pasien
1. Apa yang dibutuhkan pasien agar merasa santai/rileks?
a. Istirahat
b. Melakukan hobi ringan yang disenangi
c. Lain-lain ________________________________________________________
2. Apa pasien boleh berada di luar ruangan (taman)? Mengapa?
a. Boleh, karena _____________________________________________________
b. Tidak, karena_____________________________________________________
3. Kegiatan apa yang dianjurkan untuk pasien saat berada dalam taman? (jawaban
boleh lebih dari 1)
a. Duduk-duduk santai
b. Berjalan-jalan
c. Berinteraksi dengan yang lain atau bersosialisasi
d. Berkebun
e. Lain-lain, seperti __________________________________________________
85

4. Kegiatan apa yang tidak dianjurkan untuk pasien saat berada dalam taman?
(jawaban boleh lebih dari 1)
a. Berlarian
b. Berolah raga
c. Lain-lain, seperti __________________________________________________
5. Hal apa yang harus dihindari oleh pasien saat berada dalam taman? (jawaban boleh
lebih dari 1)
a. Tanaman tertentu
b. Air atau kolam
c. Cahaya matahari
d. Angin kencang
e. Serangga atau hewan lainnya, seperti __________________________________
f. Lain-lain, seperti __________________________________________________
6. Apa ada tanaman tertentu yang harus dihindari pasien? (jawaban boleh lebih dari 1)
a. Tanaman berduri
b. Tanaman berbau menyengat
c. Tanaman berbuah
d. Tanaman bergetah
e. Tanaman lainnya, seperti ____________________________________________
f. Tidak ada tanaman yang perlu dihindari
7. Berapa lama pasien diperbolehkan untuk berada di taman?
a. Kurang dari setengah jam
b. Setengah jam hingga satu jam
c. Lebih dari satu jam

Tambahan saran, kritik, dan rekomendasi untuk kelancaran skripsi ini:

-Terima kasih atas kerja sama dan waktu Anda-


86

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 23 Juni 1991 dari pasangan Joko
Agus Irianto dan Dyah Listyo Hapsari. Penulis merupakan anak pertama dari empat
bersaudara. Pendidikan awal penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Kosgoro pada
tahun 1994 dan dilanjutkan ke Sekolah Dasar Al-Hikmah Surabaya pada tahun 1997.
Penulis lulus pada tahun 2003 dan di tahun yang sama dilanjutkan ke Sekolah
Menengah Pertama Al-Hikmah Surabaya dan lulus tahun 2006. Penulis melanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas Negeri 15 Surabaya dan lulus pada tahun 2009 dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Tulis Masuk (UTM). Penulis mengikuti tingkat
persiapan bersama selama satu tahun dan masuk sebagai mahasiswa Departemen
Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor di tahun berikutnya.
Selama mengikuti perkuliahan penulis turut serta dalam beberapa acara lepas yang
diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap serta aktif dalam acara yang
diadakan oleh Departemen Arsitektur Lanskap. Penulis juga mengikuti beberapa
seminar dan workshop terkait dengan arsitektur lanskap seperti Landscape and Lighting
Create Amazing Environment 2011 dan Landscape Project for Good Environment 2011.

Anda mungkin juga menyukai