Anda di halaman 1dari 55

Executive Summary

Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Daftar Isi

Latar Belakang 1
Gambaran Umum Areal Tugu Pahlawan Surabaya 4
Deskripsi Rancangan Kawasan Museum Tugu Pahlawan 10
Analisis 23
Prinsip dan Panduan Rancangan 44
Kesimpulan 53
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Latar Belakang

Tugu Pahlawan Surabaya dibangun pada pada 10 November 1951 merupakan


simbolisasi terhadap perjuangan rakyat Surabaya melawan tentara Belanda dan sekutunya
tahun 1945. Tugu Pahlawan tersebut dibangun pada lahan bekas tempat markas Kanpeitai
berdiri. Monumen setinggi 45 yard ini kemudian menjadi icon kota Surabaya sekaligus
landmark (tetenger) kawasan sekaligus sebagai ruang terbuka publik kota. Pada tahun
1990 terdapat rencana pemugaran taman Tugu Pahlawan serta pembangunan museum
sebagai wisata pendidikan untuk warga kota Surabaya sehingga kini menjadi Areal Tugu
Pahlawan. Dengan adanya pemugaran dan pembangunan museum, diharapkan atensi
masyarakat terhadap sejarah dibalik pembangunan Tugu Pahlawan semakin besar.
Setelah lebih dari sepuluh tahun masa operasional Areal Tugu Pahlawan, tidak
nampak adanya peningkatan atensi terhadap taman Tugu Pahlawan maupun museumnya.
Taman Tugu Pahlawan sepi oleh pengunjung, begitu pula dengan museum Tugu Pahlawan
tersebut. Beberapa kritik yang datang dari tokoh masyarakat adalah desain dari taman Tugu
Pahlawan yang kurang mengundang secara visual, sehingga seakan-akan memisahkan
masyarakat dengan keberadaan monumen tersebut. Beberapa pendapat lain lebih
menunjukkan adanya persoalan desain yang kurang baik secara aksesibilitas sehingga tidak
mudah secara pencapaian.
Di sisi lain, kebutuhan sebuah kota untuk memiliki ruang terbuka publik sangat besar.
Ruang terbuka merupakan oase untuk menyegarkan diri dari kepenatan, atau semacam
tempat rekreasi yang murah dan terjangkau bagi masyarakat. Perbandingan ruang terbuka
publik dengan pendirian bangunan dapat semakin tidak berimbang jika tidak ada langkah
strategis yang dilakukan. Hal ini bisa disebabkan oleh pembangunan kota yang sporadis dan
lebih mengutamakan keuntungan finansial daripada kebutuhan manusianya. Areal Tugu
Pahlawan semestinya dapat menjadi ruang yang dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut,
namun kondisi yang terjadi saat ini adalah penggunaan taman Tugu Pahlawan sebagai ruang
publik masih kurang.

1
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Makna simbolis yang terdapat pada sebuah ruang memang menjadi faktor penentu
timbulnya kekuatan sebuah tempat (sense of place). Terlebih lagi jika makna tersebut
muncul dari peristiwa bersejarah yang amat lekat pada kehidupan kota Surabaya. Namun
makna simbolis tidaklah cukup untuk membentuk kualitas sebuah
ruang kota jika tidak diimbangi dengan adanya tanggapan terhadap kebutuhan interaksi
sosial dan fungsi pada ruang publik. Sebuah ruang tanpa kehidupan menunjukkan kegagalan
ruang tersebut untuk menjadi tempat kehidupan.
Keinginan untuk memperbaiki kondisi tersebut terkendala oleh ketidaktahuan
mengenai persoalan pada kasus ini, yang akhirnya menyebabkan sulitnya menentukan
langkah untuk menyelesaikan persoalan yang ada. Areal Tugu Pahlawan merupakan salah
satu tempat yang memiliki nilai historis di Surabaya sehingga ada semacam ikatan yang
kuat antara tempat tersebut dengan masyarakat. Selain itu saat ini belum diketahui apakah
yang menjadi persoalan utama yang menyebabkan Areal Tugu Pahlawan tidak berfungsi
seperti ruang publik kota. Oleh karenanya perlakuan terhadap kawasan ini tidak dapat
dilakukan tanpa dilakukan penelusuran atau studi sebelumnya. Hal ini menjadikan prinsip
rancangan dengan dasar penelitian sebagai langkah yang penting untuk dilakukan sebelum
menentukan langkah sebelumnya. Penelitian yang dimaksud adalah menelaah sebab-sebab
mengapa Areal Tugu Pahlawan mengalami kegagalan sebagai ruang publik kota. Hasil dari
studi tersebut akan digunakan dalam menyusun prinsip dan panduan rancangan ruang
publik Tugu Pahlawan.
Prinsip dan panduan rancangan ruang publik pada Areal Tugu pahlawan diperlukan
sebagai dasar yang bersifat preskriptif atau bahkan normatif dalam menentukan langkah
berikutnya. Perancangan ruang publik pada Areal Tugu Pahlawan tidak dapat dilakukan
secara pragmatis saja mengingat nilai historisyang dimilikinya serta merupakan tempat
yang memiliki nilai khusus bagi masyarakat Surabaya.
Rumusan Permasalahan
1. Faktor signifikan yang mempengaruhi kualitas ruang publik pada areal Tugu Pahlawan
2. Rekomendasi yang dapat diberikan dalam bentuk prinsip dan panduan

Tujuan
Mengetahui potensi dan penyebab permasalahan yang ada, dan memunculkan usulan yang bersifat
prinsip dan panduan dalam proses revitalisasi ruang publik kota di areal Tugu Pahlawan selanjutnya

2
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

!
Rumusan Permasalahan
1. Faktor signifikan yang mempengaruhi kualitas ruang publik pada areal Tugu Pahlawan
Latar Belakang : Tujuan :
Kondisi Areal Tugu Pahlawan yang Usulan yang dapat menjadi 2. Rekomendasi yang dapat diberikan dalam bentuk prinsip dan panduan
kurang berfungsi sebagai ruang acuan untuk mengembalikan
publik kota. Areal Tugu Pahlawan
menjadi ruang publik kota
yang hidup, yaitu berupa
prinsip dan panduan Tujuan
rancangan.
Permasalahan : Mengetahui potensi dan penyebab permasalahan yang ada, dan memunculkan usulan yang
Dibutuhkan studi yang menjelaskan penyebab utama
berkurangnya fungsi Areal Tugu Pahlawan sebagai bersifat prinsip dan panduan dalam proses revitalisasi ruang publik kota di areal Tugu
ruang publik kota yang baik.
Pahlawan selanjutnya

Sasaran
Tinjauan lokasi
Identifikasi rancangan 1. Menentukan kriteria penilaian
2. Identifikasi rancangan kawasan Museum Tugu Pahlawan
KRITERIA (Issue of Concern) DAN KOMPONEN (Scope 3. Observasi dan pengumpulan data lapangan
of Issue) ANALISIS
4. Analisis
5. Menyusun prinsip dan usulan panduan desain untuk langkah selanjutnya.

Analisis Keberhasilan Ruag Publik


Metodologi
FAKTOR SIGNIFIKAN

Teknik Pengumpulan Data


USULAN PRINSIP DAN 1. Data dokumentasi bangunan dalam kawasan pada setiap koridor jalan. Data
PANDUAN RANCANGAN
dokumentasi bangunan diperlukan sebagai gambaran secara visual mengenai kondisi
yang ada pada kawasan pada saat ini.
Conceptual Framework 2. Data narasumber, yaitu dari pihak perancang Areal Tugu Pahlawan Surabaya, ahli dan
(Sumber : Hasil Analisis, 2011)
pakar Tata Kota, dan pelaku sejarah Kota Surabaya.
Teknik Analisis
1. Menyusun kriteria dan komponen analisis berdasarkan kajian literatur mengenai ruang
publik kota, placemaking dalam rancang kota, dan landmark (tengeran) kota.
2. Identifikasi rancangan berdasarkan brief design dan juga sumber-sumber yang didapat
melalui observasi lapangan.
3. Analisis tapak atau lokasi berdasarkan kriteria dan komponen analisis

3
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Gambaran Umum
Areal Tugu Pahlawan Surabaya

Sejarah Perkembangan Kawasan

Area Tugu Pahlawan Surabaya yang berlokasi di Jalan Pahlawan merupakan bekas
gedung Van Justise yang merupakan gedung pengadilan pada masa pemerintahan kolonial.
Jalan Pahlawan (dulu bernama jalan Pasar Besar) dan sekitarnya dulu merupakan pusat
bisnis di Surabaya dan juga kawasan pemerintahan yang ramai. Ketika proklamasi
kemerdekaan Agustus 1945 terjadi, daerah ini mengalami kondisi siaga karena banyaknya
pertempuran-pertempuran kecil yang terjadi. Pada masa kependudukan Jepang
(1942-1945) gedung Van Justise menjadi markas Kenpeitai yaitu tempat untuk tawanan
orang-orang yang dianggap berpotensi melakukan pemberontakan oleh tentara Jepang.
Banyak rakyat Surabaya yang ditangkap dan disiksa di markas tersebut. Itulah sebabnya
ketika Proklamasi Kemerdekaan telah berlangsung, para pemuda menyerang markas
Kanpeitai dan merampas persenjataan yang ada di tempat tersebut.
Ketika pertempuran melawan Sekutu terjadi markas Kanpeitai hancur karena
bombardir sekutu. Sebelumnya tempat itu sudah diambil alih oleh pemuda-pemuda dari
tangan Tentara Jepang pada 2 Oktober 1945 kemudian digunakan sebagai markas dan
penyimpanan senjata. Pertempuran yang terjadi pada November 1945 itu banyak sekali
memakan korban terutama dari kalangan rakyat Surabaya sendiri yang hanya bermodalkan
persenjataan apa adanya. Pertempuran tersebut terjadi di sekitar jalan Pasar Besar dan
Kebon Rojo karena ultimatum Sekutu adalah warga Surabaya harus menyerahkan senjata
di alun-alun yang waktu itu berlokasi di depan Kantor Pos. Sewaktu pertempuran pecah,
Sekutu menembaki orang-orang pribumi secara membabi buta dari atas pesawat. Dengan
demikian sekitar 6000 pemuda Surabaya tewas menjadi korban peperangan itu.
Foto Lokasi Tugu Pahlawan pada sekitar tahun 1945

4
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Setelah masa pertempuran usai, pembangunan kota dimulai kembali, kawasan sekitar
alun-alun kembali menjadi pusat bisnis yang ramai. Bekas alun-alun kini berdiri gedung Bank
Indonesia yang megah dengan arsitektur modern. Gedung-gedung lama menjadi tempat
perniagaan atau bank, sementara pasar besar sebagai pusat perdagangan berubah
menjadi gedung bioskop. Selain tempat-tempat perniagaan terdapat pula gedung
pemerintahan yang kini menjadi gedung DPRD Jawa Timur dengan menara loncengnya.
Kawasan di sekitar bekas Alun-alun Surabaya yaitu meliputi jalan Veteran, Jembatan Merah,
Indrapura, Kembang Jepun, hingga Tunjungan tumbuh menjadi Central Bussiness District
tertua di Surabaya.
Seiring dengan perkembangan kota, pusat perdagangan merambah ke daerah lain
seperti misal di Jalan Basuki Rahmat dan Jalan Darmo. Pada awalnya daerah Surabaya
Pusat dan Selatan merupakan daerah permukiman, terutama sekitar Jalan Darmo, dahulu
merupakan daerah permukiman elit Belanda. Perlahan-lahan daerah yang awalnya pusat
pemerintahan dan permukiman penduduk tersebut berkembang menjadi pusat perniagaan
baru. Hal ini ditandai dengan dibangunnya pusat perbelanjaan Delta Plaza pada tahun 1980-
an juga Tunjungan Plaza dalam periode yang sama. Adanya pusat keramaian yang tumbuh di
bagian kota lainnya menyebabkan adanya imej kawasan sekitar Tugu Pahlawan menjadi
kawasan kota lama yang juga diikuti dengan menurunnya kualitas fisik lingkungan.
Hingga hari ini kawasan sekitar Tugu Pahlawan masih menjadi pusat bisnis yang ramai
meski sedikit terpinggirkan oleh pusat keramaian kota lainnya. Masih banyak terdapat
pertokoan dan tempat perniagaan yang hidup di kawasan tersebut. Selain pertokoan,
terdapat juga pusat grosir yang berkembang dalam waktu 10 tahun terakhir di sekitar
kawasan dalam radius 1-2 kilometer. Adanya pusat-pusat perdagangan tersebut
mempengaruhi vitalitas kawasan karena jalur-jalur transportasi yang ada merupakan
penghubung utama menuju tempat-tempat perdagangan di sekitar kawasan. Dengan
demikian, kawasan sekitar Tugu Pahlawan tidak mengalami banyak perubahan fungsi sejak
jaman kolonial, namun banyak dipengaruhi oleh dinamika peristiwa sejarah dan
pertumbuhan kawasan di sekitarnya.

!
5
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Karakter Sosial dan Budaya Masyarakat

Masyarakat yang tinggal dalam kawasan Tugu Pahlawan sebagian besar merupakan
masyarakat pendatang. Hal ini dipengaruhi oleh fungsi dominan dalam kawasan yang
didominasi oleh tempat perniagaan, pertokoan dan beberapa perkampungan lama
menjadikan lebih banyak pendatang yang mencari kesempatan berdagang dan membuka
usaha di sekitar tempat itu. Selain kaum pendatang, terdapat pula penduduk lama yang
tinggal di sekitar kawasan namun tidak banyak jumlahnya yang telah menempati kampung
tersebut turun temurun.
Masyarakat di sekitar kawasan merupakan warga kelas mengah, dan menengah ke bawah.
Hal ini dapat dilihat dari situasi lingkungan yang merupakan bagian dari kota lama Surabaya
dan memiliki karakter lingkungan yang sangat padat, sehingga hanya kalangan masyarakat
tersebut yang memiliki pilihan untuk menempati lingkungan seperti ini. Karakter sosial dan
budaya masyarakat sama dengan dengan karakter masyarakat Surabaya pada umumnya
yaitu pekerja keras, serta mewakili karakter masyarakat urban yaitu heterogen, memiliki
sifat individualis, dan dinamis. Masyarakat itu sendiri terdiri atas suku Jawa, Madura dan
Tionghoa.

Potensi Kawasan Sekitar

Kawasan sekitar Tugu Pahlawan merupakan Old Central Business District Surabaya.
Kawasan Tugu Pahlawan
Sumber : www.kitlv.nl Dengan adanya kegiatan perniagaan yang ramai tersebut, kawasan ini masih menjadi pusat
aktivitas kota (nodes) yang ramai dikunjungi orang. Vitalitas kawasan dapat memberi
kontribusi penting bagi perkembangan kota Surabaya. Selain banyaknya pertokoan dan
tempat perniagaan, terdapat pula fasilitas pendidikan (sekolah), fasilitas peribadatan (masjid
dan gereja) serta fasilitas publik yaitu kantor pos. Namun jenis fungsi ini tidak begitu
dominan jika dibandingkan dengan fungsi perdagangan dan jasa.
Selain dengan pusat keramaiannya, kawasan sekitar Tugu Pahlawan juga memiliki citra
bagi masyarakat Surabaya. Citra kawasan tersebut lepas dari adanya makna historis,
namun daya tarik yang lain yaitu sebagai tempat yang menarik untuk dituju. Contoh dari
adanya daya tarik tersebut adalah keramaian Pedagang Kaki Lima pada hari Minggu yang
hampir memenuhi separuh badan jalan. Munculnya pedagang sektor informal yang semakin
banyak jumlahnya tentunya mengikuti jumlah orang yang juga semakin bertambah. Ini
menunjukkan bahwa terdapat minat publik dan adanya daya tarik dari tempat tersebut
(sense of place) yang disebabkan oleh keberadaan monumen maupun pusat keramaian.
6
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Kawasan sekitar Tugu Pahlawan merupakan kawasan kota lama Surabaya di mana
banyak terdapat bangunan-bangunan tua dengan arsitektur indis (urban heritage). Sampai
saat ini banyak dari bangunan tersebut yang masih dimanfaatkan sebagai bangunan kantor
atau pertokoan. Demikian bangunan yang ada di sekitar Area Tugu Pahlawan juga memiliki
langgam arsitektur De Stijl, termasuk bangunan baru yang harus menyesuaikan dengan
bangunan lama yang ada di sekitarnya. Deret bangunan dengan arsitektur De Stijl dan Indis
ini membentuk townscape yang menarik, berbeda dengan koridor jalan dengan bangunan
modern di bagian kota lainnya. Dengan demikian, suasana yang dibentuk adanya townscape
tersebut dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat Surabaya.
Adanya daya tarik tempat memunculkan potensi dapat dikembangkannya tempat
tersebut menjadi destinasi bagi warga kota, bukan hanya sebagai tempat yang marginal
atau hanya sebagai tempat yang kegiatannya padat dalam kehidupan sehari-hari. Destinasi
berupa pemanfaatan urban space yang ada, dapat menjadi alternatif atau bahkan pilihan
utama bagi warga Surabaya untuk menikmati kota bukan hanya pusat komersial modern
seperti yang sedang marak dibangun seperti saat ini.

Maket Rancangan Tugu Pahlawan

7
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Batas Wilayah Studi

Batas fisik dalam kajian evaluasi ini adalah kawasan museum Tugu Pahlawan yang dibatasi
oleh :
Batas Utara : Gedung Bank Indonesia Regional Jawa Timur
Batas Selatan : Jalan Tembaan
Batas Timur : Jalan Pahlawan
Batas Barat : Jalan Bubutan

Lahan kawasan museum Tugu Pahlawan ini terdiri atas fasilitas yang semuanya menjadi
objek dalam kajian evaluasi, adalah sebagai berikut :
1. Taman Tugu Pahlawan
2. Museum

Foto Udara Kawasan Museum Tugu Pahlawan


(Sumber : Google Earth, 2011)

8
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011
!"#$%#&!'(#)*#+%!,#&-#&.#&!"#/#+#&!0*.*!1#2)#/#&!
! !"#$%#&!'(#)*#+%!,#&-#&.#&!"#/#+#&!0*.*!1#2)#/#&!
! !
! !
! Fasilitas
Sebagai tempat wisata dan juga monumen sejarah, area Museum dan Lapangan
Tugu Pahlawan memiliki tujuan memberi pelayanan yang baik kepada publik. Secara umum,
kawasan Museum ini terdiri atas ruang terbuka dan bangunan. Ruang terbuka tersebut
?! dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik atau taman kota. Area Museum dan Lapangan
=!
=! ?! Tugu Pahlawan terdiri atas fasilitas :
@! =!
=! 1. Museum Ruang luar
=E!
=E! @!
=! Museum ini dirupakan dalam bentuk taman dengan sculpture tokoh-tokoh
=E!
=E! pergerakan peristiwa November 1945 dan kendaraan perang. Ada bagian tembok
=!
D! B! D! pembatas yang diberi relief yang menceritakan kisah pergerakan tahun 1945 di
D! B! Surabaya, namun belum terbangun hingga saat ini.
D!
2. Museum
Bangunan museum ini terletak di belakang atau sisi utara monumen Tugu pahlawan
>! berbentuk prisma yang terpancung. Isi dari museum adalah benda-benda yang
=!
=! berhubungan dengan peristiwa November 1945 yang terdiri dari foto, dokumen,
>!
=! senjata dan juga diorama statis.
=!
3. Lapangan Upacara
=!
Lapangan upacara digunakan sebagai tempat upacara peringatan hari nasional,
terutama hari kemerdekaan dan hari Pahlawan. Namun saat ini pelaksanaan
A! =! C!
<! <! upacara tersebut sudah dipindah ke Grahadi Surabaya, sehingga lapangan yang ada
A! C!
di dalam area tidak pernah digunakan lagi untuk peringatan resmi.
<! <! 4. Tempat penjualan souvenir
Gambar 3.2 Siteplan Kawasan Museum Tugu Pahlawan
Tempat penjualan souvenir berada di dalam bangunan museum yang terletak dekat
Sumber : Modeling Pribadi, 2011 lobby ruang pameran.
Gambar 3.2 Siteplan Kawasan Museum Tugu Pahlawan
5. Mini Kafetaria
LEGENDA : Sumber : Modeling Pribadi, 2011 Mini kafetaria melayani kebutuhan makan dan minum pengunjung, terletak pada
1. Museum Ruang luar
2. Museum bangunan pintu keluar museum. Luasan mini kafetaria ini sangat kecil dan hanya
3. Lapangan
LEGENDA : Upacara tersedia satu counter saja dan belum sebanding dengan luas area.
1. Museum Ruang
4. Tempat luar souvenir
penjualan
2. Museum
5. Mini Kafetaria
3. Lapangan Upacara
6. Area Parkir Kendaraan Bermotor
4. Tempat Pahlawansouvenir
7. Tugupenjualan
5. 8. Pintu
Mini Masuk Utama
Kafetaria
6. 9. Pintu
Area Masuk
Parkir Samping
Kendaraan Bermotor
7. 10. Pintu
Tugu Masuk Museum
Pahlawan
8. Pintu Masuk Utama
9. Pintu Masuk Samping
10. Pintu Masuk Museum
9
"#$%&#'!()*+&! ...!;!<!
,#-!...!/#0-#&#'!1020!(&3#!4252!6#*7#8#'!92&#-#:#!
!

"#$%&#'!()*+&!
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Deskripsi Rancangan
Kawasan Museum Tugu Pahlawan

Sejarah Pembangunan Monumen Tugu Pahlawan

Lokasi tempat monumen Tugu Pahlawan berdiri sebelumnya merupakan markas


Kenpeitei (polisi militer) Jepang. Sedangkan ketika masa pendudukan Belanda gedung
tersebut bernama Raad van Justitie (Gedung Pengadilan). Ketika pertempuran November
1945 terjadi di Surabaya, gedung ini mengalami kerusakan dan digunakan sebagai markas
PTKR (Polisi Tentara Keamanan Rakyat). Di lokasi ini pula peristiwa pertempuran arek-arek
Suroboyo dengan tentara sekutu berlangsung. Berlangsungnya pertempuran tersebut
membekas begitu dalam bagi masyarakat Surabaya kala itu. Hal ini dapat disimak pada
kisah-kisah sejarah bahwa setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan masa
kependudukan Jepang di Indonesia berakhir tidak lantas keadaan berubah menjadi lebih
baik. Belum tuntas luka pada masa penjajahan berakhir, masyarakat kala itu sudah harus
menghadapi serangan lagi yang kali ini datang dari Sekutu. Adanya tekad dari masyarakat
Surabaya untuk tidak jatuh kembali dalam cengkraman penjajah dibuktikan dengan
perlawanan sengit dalam pertempuran di bulan November 1945.

Pertempuran yang puncaknya terjadi pada tanggal 10 November 1945 merupakan


peristiwa yang sangat heroik dan merupakan momentum perjuangan arek-arek Suroboyo
dimana dalam pertempuran tersebut dua orang Jendral Inggris tewas terbunuh. Pada
pertempuran itu juga para pejuang hanya bermodal senjata seadanya saja melawan
bombardir tentara Sekutu yang datang dari segala penjuru baik dari darat, laut, dan udara.
Momentum yang dahsyat inilah yang mengilhami walikota Surabaya pertama yaitu Dul
Arnowo pada tahun 1950 untuk membangun monumen untuk mengenang peristiwa yang
luar biasa heroik tersebut. Keinginan tersebut baru terlaksana pada masa pemerintahan
walikota berikutnya yakni R. Mustajab Sumowidigdo pada tahun 1952 untuk membawa
usulan rencana (ontwerp) kepada Presiden Soekarno dan meminta saran.

10
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Perletakan batu pertama yang mengawali pembangunan monumen ini dilakukan oleh
presiden Soekarno pada tanggal 10 November 1951. Masa konstruksi Tugu Pahlawan
dimulai pada Februari 1952 dengan konsep bentuk paku terbalik yang merupakan usulan
langsung dari Presiden Soekarno. Proses konstruksi meliputi pembuatan pondasi,
pengecoran beton, dan pembuatan batang tubuh. Waktu dari proses konstruksi tidak
sampai satu tahun, yaitu tepat selesai pada tanggal 17 Agustus 1952. Pada tanggal 10
November 1952 Presiden Soekarno meresmikan pembukaan Tugu Pahlawan untuk yang
pertama kalinya. Masa konstruksi yang begitu singkat menyebabkan hasil pekerjaan
dianggap kurang rapi dan prosesnya mengalami beberapa perubahan dan penyesuaian. Hal
ini terlihat pada hasil Tugu Pahlawan yang hanya 45 yard (41,15 meter), bukan 45 meter
seperti yang direncanakan semula, yang dikarenakan pada waktu itu lokasi Tugu berada
pada lintasan pesawat udara.

Rehabilitasi Tugu Pahlawan

Pada masa awal 1990-an, terdapat rencana untuk merehabilitasi Tugu Pahlawan
untuk menghormati kemonumentalannya dan juga rencana pembangunan museum sebagai
sarana edukasi untuk generasi masa sekarang mengenai peristiwa heroik pada November
1945 tersebut. Rehabilitasi Tugu Pahlawan dimulai pada tahun 1991 yang diawali oleh
diselenggarakannya sayembara desain. Hasil dari sayembara tersebut kemudian mengalami
revisi beberapa kali sebelum akhirnya menjadi rencana yang siap dilaksanakan.
Rehabilitasi ini meliputi pembangunan taman dan museum yang pembangunannya
melalui tahap panjang, bahkan pada saat ini ada beberapa bagian yang belum selesai
dikerjakan. Museum dan taman tugu Pahlawan selesai dibangun pada tahun 1998 dan
diresmikan pada tahun 2000 dan memasuki masa operasional. Dengan demikian, taman
dan museum menjadi satu rangkaian memorial park yaitu tempat dimana orang selain
mengunjungi taman untuk melihat monumen juga dapat mengunjungi museum untuk
mempelajari sejarah peristiwa 10 November 1945.

11
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Hasil rancangan yang dibangun pada kawasan tugu pahlawan memiliki konsep berupa
keheningan, atau dengan kata lain mengajak pengunjung untuk mengingat dan refleksi
dirinya sendiri sebagai bagian dari sejarah Surabaya. Jika sebelumnya monumen Tugu
Pahlawan terletak pada ruang luar yang terbuka aksesnya dari jalan raya, maka kini terdapat
pagar massif yang mengelilinginya. Adanya pagar pembatas tersebut merupakan
perwujudan dari konsep lingga yoni, dengan monumen sebagai lingga dan pagar masif
tersebut sebagai yoni. Adanya pembatasan fisik pada ruang luar juga memiliki maksud
bahwa area tersebut merupakan area yang disakralkan di mana didalamnya kita hanya
boleh bersikap hening dan bercermin pada sejarah masa lalu. Massa bangunan museum
yang berada pada ketinggian di bawah permukaan tanah seakan menjadi pengiring dari
monumen yang menjadi landmark utama dari ruang luar tersebut.
Adanya museum dan taman Tugu Pahlawan ini benar-benar diharapkan sebagai upaya
perawatan dan penghormatan monumen bersejarah dan juga sebagai generator wisata
sejarah di Surabaya. Seperti yang telah banyak diulas pada tulisan-tulisan lainnya bahwa
Surabaya merupakan tempat terjadinya peristiwa heroik perlawanan terhadap tentara
Sekutu. Adanya memorial park dan museum merupakan tempat untuk mengingat kembali
peristiwa besar yang telah menjadi bagian dari sejarah kota Surabaya.

Latar Belakang Rancangan Pembangunan Area Tugu Pahlawan

Area Tugu Pahlawan Surabaya merupakan kompleks museum yang terdiri atas
ruang terbuka atau ruang luar dan bangunan museum yang berdiri di bawah ketinggian
tanah. Ruang terbuka pada ini merupakan public space yang juga berfungsi sebagai
museum di ruang luar di mana terdapat Monumen Tugu Pahlawan di tengah-tengah ruang
terbuka tersebut. Area Tugu Pahlawan ini memiliki konsep sebagai memorial park, yaitu
tempat untuk mengingat kembali peristiwa bersejarah pada masa lampau yang memiliki
dampak besar pada kelangsungan hidup suatu tempat. Dengan adanya memorial park
tersebut, orang dapat mempelajari atau merenungi peristiwa besar yang telah lama berlalu.

12
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Tugu pahlawan yang selesai masa pembangunannya tahun 1952, pada awalnya
berdiri pada lahan berumput kosong. Prakarsa untuk membuat Lapangan Taman Tugu
Pahlawan muncul dari Pemda Kotamadya Dati II Surabaya agar ruang terbuka tersebut
tidak hanya sekedar menjadi ruang kosong namun juga menjadi ruang publik bagi warga
kota. Selain Lapangan, baik Pemda, walikota dan pimpinan DPRD Jawa Timur berencana
akan membuat museum yang dapat menampung rekaman sejarah perjuangan pada
pertempuran November 1945. Pada akhirnya disepakati bahwa lokasi Museum Perjuangan
10 Nopember tersebut akan dibangun pada Lapangan Taman Tugu Pahlawan Surabaya.
Pembangunan Area Tugu Pahlawan diawali dengan dibukanya sayembara tingkat
nasional untuk perancangan museum Tugu Pahlawan pada tahun 1990. Sayembara
tersebut diikuti oleh 84 peserta dari berbagai kota di Indonesia. Dari 84 peserta tersebut
hanya 37 peserta yang mengumpulkan berkas sayembara. Tidak ada pemenang dalam
sayembara tersebut karena para juri menganggap tidak satupun tim peserta yang
memenuhi kriteria yang diinginkan oleh stakeholder. Selanjutnya pemda Kotamadya
Surabaya bekerja sama dengan jurusan Arsitektur FTSP ITS membentuk Tim Perancang
yang bertugas merangkum ide-ide terbaik dari hasil sayembara tersebut. Dari hasil
sayembara tersebut terseleksi enam peserta terbaik yang kemudian hasil karya mereka
diolah kembali menjadi satu rancangan final.
Pembangunan museum Tugu Pahlawan secara umum selesai pada tahun 1998 dan
diresmikan pada tahun 2000. Hingga saat ini masih terdapat bagian-bagian yang belum
terbangun atau belum terselesaikan karena kendala dana.

Tujuan Pembangunan Area Tugu Pahlawan

Tujuan dari pembangunan area Tugu Pahlawan tersebut antara lain mengubah
suasana dan citra lapangan Tugu Pahlawan yang waktu itu hanya sekedar ruang-kosong
yang di tengahnya berdiri sebuah monumen. Penggunaan lapangan kosong itu hanya
terdapat pada waktu upacara peringatan 10 November atau pada peringatan hari-hari
besar lainnya. Area Tugu Pahlawan yang lebih tertata diharapkan mampu menjadi urban
space yang hidup atau (tempat) PLACE bagi warga kota Surabaya untuk merenungi dan
memahami kisah perjuangan para pahlawan pada masa lampau. Area Tugu Pahlawan
merupakan tempat untuk mengenal sejarah peristiwa 10 November 1945 dan juga tempat
untuk belajar dan berkomunikasi, serta saling tukar dan kenal budaya.

13
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Kriteria Perancangan Area Tugu Pahlawan

Kriteria pokok yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya antara lain :
1. Tersedianya lapangan upacara yang representatif untuk upacara-upacara
kenegaraan dalam rangka peringatan hari besar.
2. Untuk menjaga sifat resmi sebagai Taman Kota Lapangan Taman Tugu Pahlawan
yang keberadaannya di depan kantor Gubernur tersebut harus tertutup atau
dipagari agar tidak dipergunakan secara tidak terkendali oleh setiap orang.
3. Tujuan pembangunan museum adalah sebagai tempat penyimpanan benda-benda
sejarah yang digunakan di sekitar tanggal 10 November 1945 dan peristiwa-
peristiwa yang berkaitan dengan hari 10 November tersebut, menampung rekaman
persitiwa sejarah perjuangan para pahlawan yang berupa diorama, perpustakaan
dan auditorium.
4. Bangunan museum hendaknya tidak menyaingi kemegahan Tugu Pahlawan bahkan
harus menunjang kemonumentalan Tugu Pahlawan dan kawasan sekitarnya.
5. Adanya relief-relief utama yang menggambarkan beberapa episode atau
pertempuran yang menonjol dari sejarah perjuangan
6. Adanya relief-relief tambahan sebagai latar belakang penunjang yang
menggambarkan sejarah perkembangan kota Surabaya sejak berdirinya, dan relief-
relief yang menggambarkan keberhasilan pembangunan Daerah Tingkat I Jawa
Timur dan Daerah Kotamadya Dati II Surabaya.
7. Adanya 7 patung tokoh pejuang 10 November, yaitu Doel Arnowo, Gurbernur Suryo,
Bung Tomo, Mayjend Sungkono, Residen Sudirman, dan HR Mohammad.

Suasana Kawasan Tugu Pahlawan (sumber: dok.pribadi)

14
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Konsep Rancangan

Konsep rancangan dibuat berdasarkan kriteria yang ditetapkan Pemda dengan mengambil
ide-ide rancangan terbaik dari pemenang sayembara.
1. Dari Juara I diambil ide tentang 10 Sang Saka, yaitu deretan bendera merah putih
yang berjajar 10 buah di atas atap bangunan museum yang memiliki bentuk
melengkung mengikuti bentuk oval lapangan. Arti simbolik dari 10 Sang Saka
adalah perjuangan mempertahankan kemerdekaan mengalami masa puncak pada
10 November 1945. Ide kedua adalah ruang semi basement yang digunakan untuk
kegiatan penunjang, seperti kiosk-kiosk cinderamata, ice-cream corner dan
sebagainya, menyebabkan pemandangan di atas permukaan lahan lapangan Taman
Tugu Pahlawan tidak terganggu.
2. Dari Juara II diambil ide tentang bentuk museum perjuangan 10 November, yaitu
bentuk gugusan tiga buah piramida dengan piramida induk yang lebih besar
ditempatkan di tengah yang tinggi keseluruhannya adalah 17 meter, digunakan
dalam rangkuman ini, dengan beberapa penyempurnaan.
3. Dari Juara-Harapan I diambil ide tentang sunken plaza dengan kolam hias yang
berfungsi sebagai reflecting pool untuk menghadirkan suasana dramatik di dalam
Suasana Kawasan Tugu Pahlawan (sumber: dok.pribadi)
taman.
4. Dari Juara-Harapan II diambil ide tentang penyelesaian detail-detail secara lengkap
serta penggarapan dan penempatan nama-nama sponsor yang ikut berperan
dalam menunjang pembangunan lapangan.

Dari Juara-Harapan III diambil ide tentang mempertegas keberadaan Tugu Pahlawan yaitu
dengan cara menempatkan ruang museum di ruang bawah tanah (basement) langsung di
sekitar Tugu Pahlawan.

15
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Konsep Tata Massa Bangunan

Bangunan museum terletak pada sebelah utara monumen yang posisinya terbenam
sebagian di bawah tanah. Pintu masuk dan keluar museum terdapat pada sisi kanan dan kiri
bangunan utama yang juga dilengkapi oleh fasilitas loket, toilet, dan kafetaria untuk
pengunjung. Dari bangunan pintu masuk tersebut, pengunjung berjalan turun menuju
bangunan utama melalui jalur ramp dan tangga, demikian pula ketika pengunjung hendak
keluar harus melalui tangga naik untuk mencapai bagian luar museum. Dengan demikian,
terdapat 3 bagian massa museum yang nampak terpisah namun terhubung di dalamnya,
yaitu bangunan pintu masuk, bangunan utama yang terbenam sebagian, dan bangunan
pintu keluar.
Gubahan bentuk bangunan mengambil bentuk limas yang terpancung pada bagian
puncaknya dan kemudian ditumpuk lagi dengan limas yang lebih kecil di atasnya. Pada
puncak bagian limas tersebut terdapat efek pencahayaan dengan warna merah-oranye,
namun belum selesai pelaksanaannya karena kendala dana. Maksud dari mengapa
bangunan utama museum terbenam (sunken museum) sebagian adalah adanya makna dari
simbol menggali kembali semangat rakyat Indonesia.
Sedangkan untuk efek pencahayaan dari pucuk limas adalah perlambang dari bara
yang tidak pernah padam. Maksud lain dari posisi bangunan museum yang terbenam adalah
agar museum tersebut tidak mengalahkan kemonumentalan Tugu Pahlawan. Apabila massa
bangunan diletakkan tepat di atas tanah maka dimensi bangunan yang besar tersebut akan
menyaingi keberadaan monumen tersebut.
Antara monumen dengan ruang luar juga memiliki konsep bentuk lingga dan yoni,
Beberapa Foto Bangunan di Kawasan Museum
(Sumber : Dok.Pribadi, 2011) dengan monumen sebagai lingga dan pagar masif yang mengelilingi taman sebagai yoni.
Selain yoni yang besar, terdapat juga yoni kecil yang berupa kolam dan deretan lampu yang
mengelilingi monumen. Konsep lingga dan yoni pada ruang luar merupakan perlambang dari
sumber keseimbangan dan sumber kehidupan seperti yin yang atau laki-laki dengan
perempuan. Namun tidak ada keterkaitan antara konsep lingga dan yoni dengan spirit
perjuangan yang disimbolkan oleh monumen Tugu Pahlawan.

16
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Konsep Tatanan Ruang Luar


Konsep Sumbu

Monumen dan museum Tugu Pahlawan terletak pada ruang terbuka seluas 1,3
hektar. Dengan ruang terbuka seluas itu maka diperlukan penataan ruang luar sehingga
tercipta alur dan penggunaan ruang yang lebih efektif. Ruang luar pada taman Tugu
Pahlawan memiliki konsep hirarkis yang artinya terdapat alur dan bagian-bagian ruang luar
yang di tata secara berurutan. Monumen Tugu Pahlawan merupakan sumbu utama baik
dari utara-selatan maupun barat-timur.
Penataan ruang luar Taman tugu pahlawan ini menggunakan sistem sumbu yang
tujuannya antara lain untuk membuat Tugu Pahlawan menjadi pusat orientasi kawasan. Hal
ini disesuaikan pula dengan konsep Jawa dalam mengatur tempat tinggal dengan
berpedoman pada filosofi sedulur papat lima pancer yaitu adanya empat arah utama
dengan titik pusat di tengah pada perpotongan dua buah sumbu sebagai satu sistem tata
letak yang padu. Keempat arahnya, yaitu utara selatan dan timur barat dalam tatanan
kompas diartikan sebagai sedulur papat yang merupakan sumbu utama tatanan tapak
kawasan, sedangkan Tugu Pahlawan sebagai pancer-nya. Tugu Pahlawan dalam hal ini
diposisikan sebagai titik pusat perpotongan kedua sumbu utara-selatan dan timur-barat
tersebut. Selanjutnya, pada titik-titik perpotongan sumbu itu, ditempatkan pintu-pintu masuk
kawasan yang diwujudkan dalam bentuk pintu gerbang kecuali titik perpotongan di batas
utara diwujudkan dalam gugusan patung dan relief proklamasi (saat ini belum terbangun).
Gerbang Selatan merupakan pintu masuk utama taman yang dalam hal ini disebut
counter point terhadap keberadaan via-duct di batas utara. Gerbang Timur dan Gerbang
Barat merupakan pintu masuk samping yang memiliki hirarki berbeda. Gerbang Timur
menghubungkan Tugu Pahlawan dengan Gedung Gurbernur. Rancangan kedua gerbang
tersebut memiliki bentuk yang berbeda dalam susunannya namun memiliki karakter yang
sama yaitu berupa regol dengan bentuk dasar joglo yang diolah dengan bentuk gaya
tradisional dan bahan modern yang tahan zaman dan cuaca. Gerbang Timur berbentuk
Regol Agung Kembar Tiga dengan regol tengah lebih besar dari kedua regol di kiri dan
kanannya.

17
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Hirarki Ruang Luar

Hirarki ruang luar dimulai dari bagian selatan yaitu pintu masuk sebagai penerima dan
bagian utara sebagai ruang utama dari ruang luar di mana terdapat museum dan
monumen. Dengan adanya hirarki ini maka pengunjung diarahkan untuk memasuki taman
dari pintu utama yang ada di selatan sehingga mendapatkan pengalaman ruang yang
diharapkan oleh perancang. Perjalanan pengunjung dari selatan ke utara akan melalui galeri
ruang luar pada sisi barat maupun timur. Pada galeri ini terdapat patung tokoh-tokoh yang
berpengaruh pada pergerakan dan perjuangan arek-arek Suroboyo pada masa tersebut.
Selain itu pada dinding yang melingkupi bagian ini, akan dilengkapi oleh relief yang
menggambarkan peran tokoh tersebut pada perjuangan masa itu. Galeri ruang luar
terdapat pada sisi atau tepi barat-timur pada sebelah selatan sebelum monumen dan juga
pada sebelah utara pada kanan-kiri museum.
Hirarki ruang luar kedua adalah lapangan utama yang berada di tengah ruang luar.
Lapangan berumput ini digunakan sebagai tempat pelaksanaan upacara pada tanggal 10
November dan dilengkapi dengan tiang bendera. Pada bagian utara lapangan terdapat
bagian taman yang memiliki undak-undakan, merupakan tempat untuk undangan upacara.
Adanya lapangan tersebut juga sebagai bukaan visual yang besar sehingga monumen Tugu
Pahlawan dapat terlihat secara utuh dari sisi manapun, di dalam taman.
Hirarki utama dalam ruang luar adalah pada monumen Tugu Pahlawan dan museum.
Terdapat batas perseptual di sekeliling monumen berupa lampu dan kolam yang
Visualisasi Tugu dari balik Museum mengelilinginya. Di belakang monumen berdiri bangunan museum yang seolah menjadi
(Sumber : Dok.Pribadi, 2011)
pengiring dari monumen tersebut. Pengunjung dapat berjalan mengelilingi bangunan
museum dari atas maupun dari bawah, yaitu sirkulasi di sekeliling bangunan. Adanya
perbedaan level ketinggian memberi pengalaman ruang bagi pengunjung untuk mengamati
dan diamati (place to see and to be seen) dari sisi masing-masing.
Adanya hirarki ruang luar membentuk pengalaman ruang dan visual bagi seseorang. Setiap
titik memberikan sensasi yang berbeda, contohnya ketika pengunjung berada di pintu masuk
dan berjalan menuju monumen, atau dari bawah museum dengan mata memandang
monumen, terdapat keberagaman yang berbeda satu sama lain. Adanya hirarki ruang juga
mempertegas bahwa monumen Tugu Pahlawan merupakan titik tekan utama pada ruang
luar sehingga keberadaannya dapat dirasakan secara menonjol dari segi manapun.

18
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Tembok Penyengker

Sejak awal, terdapat keinginan untuk menjadikan taman tugu pahlawan sebagai taman
yang tertutup agar orang tidak dapat bebas atau semaunya berperilaku di dalam taman.
Bentuk pembatas yang dipilih adalah berupa taman ber-trap dengan pertimbangan agar
menjadi pelindung dari kebisingan yang ditimbulkan oleh lalulintas di sekitarnya, sehingga
dapat menciptakan suasana yang khidmad di dalam taman. Dengan adanya pelindung
tersebut maka diharapkan urban space tetap ada, walau tidak langsung, namun tetap
berfungsi demikian. Adanya tembok penyengker juga bertujuan untuk menciptakan
enclosure yang baik di dalam taman.
Penggunaan tembok penyengker diakui memiliki kelemahan oleh perancang yaitu
secara visual memutus hubungan luar dan dalam taman, memisahkan lingkungan di dalam
tembok dari masyarakat sekitarnya. Hal ini menjadikan aktivitas-aktivitas yang penting di
dalamnya tidak dapat dilihat oleh masyarakat sekitar. Dengan adanya beberapa kelemahan
tersebut, perancang tetap memilih tembok penyengker untuk melindungi lingkungan yang
dianggap suci atau sakral. Kelemahan-kelamahan tersebut juga dianggap dapat dikurangi
dengan pengolahan detail yang lebih baik.
Contoh pengolahan detail tersebut adalah mengolah tembok penyengker menjadi
berupa taman ber-trap yang berisikan bak-bak bunga atau tanaman hias. Selain memiliki
fungsi fisik sebagai pagar pengaman, taman ber-trap memiliki fungsi estetis. Fungsi estetis
dari taman ber-trap antara lain sebagai objek visual dalam lansekap kota atau memberi
Beberapa Foto Tembok Penyengker
pemandangan baru dalam lansekap kota (urban landscape), sebagai pembentuk enclosure
(Sumber : Dok.Pribadi, 2011) ruang positif yang ada di dalamnya. Selain fungsi fisik, estetis, terdapat pula fungsi filosofis
antara lain : sebagai frame atau pigura bagi monumen Tugu Pahlawan, dan juga sebagai
palang bala atau penghala bala, molo (bahaya, penyakit) melindungi tempat yang dianggap
sakral.
Fungsi terakhir dari tembok penyengker adalah fungsi psikologis yaitu memanfaatkan
sifat-sifat manusia yang pada dasarnya selalu ingin tahu yaitu dengan membuat tembok
penyengker yang berfungsi sebagai aling atau tabir yang justru membuat perasaan orang
terdorong untuk mengetahui apa yang ada di dalam. Sesuatu yang bersifat rahasia jika
diperlihatkan langsung secara terbuka tidak akan menarik lagi, namun jika ditutupi sedikit
atau sebagian akan mengundang minat orang untuk mengetahui atau melihat lebih jauh apa
yang ada di dalamnya.

19
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Konsep Ruang Dalam Bangunan

Ruang dalam bangunan dapat dicapai melalui bangunan pintu masuk dan pintu keluar.
Dari akses tersebut pengunjung dapat mencapai bagian dalam museum dengan menuruni
ramp dan tangga. Ramp yang terdapat pada bangunan entrance merupakan sirkulasi yang
dapat dilalui oleh penyandang cacat (diffable). Selain jalur ramp, terdapat pula lift yang
khusus diperuntukkan oleh penyandang cacat.
Museum memiliki konsep ruang yang sederhana di mana antara ruang satu dengan
yang lain terhubung secara langsung oleh hall utama. Bagian inti museum terdiri atas hall
utama, dua ruang diorama statis, audiovisual dua dimensi dan audiovisual tiga dimensi.
Terdapat ruang perantara (foyer) yang terletak antara tangga dengan hall utama museum
yang fungsinya sebagai pengantar atau ruang peralihan dari pintu masuk atau keluar
kepada lobby museum. Foyer tersebut berisi foto-foto suasana Surabaya tempo dulu dan
kegiatan selama perlawanan terhadap tentara sekutu.
Selain bagian utama museum, terdapat ruang berupa jalur sirkulasi yang mengelilingi tubuh
bangunan utama. Ruang ini hanya bisa dicapai pengunjung yang masuk dari pintu utama
museum. Ruang sirkulasi ini juga yang menghubungkan antara bangunan utama dengan
ruang servis yaitu ruang MEE dan ruang pompa. Maksud dari adanya ruang ini adalah
tempat untuk berdiam dan merenung karena hanya kekosongan yang dapat dirasakan
dalam ruang tersebut. Pada ruang tersebut pengunjung juga dapat menikmai air terjun yang
turun dari dinding dekitar bangunan. Namun untuk memasang instalasi tersebut
membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga belum dilakukan hingga saat ini.

Konsep Sirkulasi dan Aksesibilitas

Konsep sirkulasi utama pada taman ini adalah sirkulasi untuk pejalan kaki. Sirkulasi
kendaraan hanya terdapat pada pintu utama menuju tempat parkir yang terletak pada
sebelah selatan tapak, satu sumbu dengan pintu masuk taman. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, sikap pengunjung sejak mula sudah diarahkan ketika mereka memasuki tapak.
Gerbang Utama di Selatan Terdapat tiga akses masuk untuk pengunjung, yaitu pintu utama yang ada di sebelah selatan
(Sumber : Dok.Pribadi, 2011)
dan juga side entrance yang ada di sisi barat serta sisi timur. Namun pengunjung hanya bisa
memasuki taman melalui pintu utama saja dengan tujuan pengunjung dapat melihat-lihat
galeri ruang luar yang alurnya sudah disiapkan dari sisi selatan menuju utara.

20
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Sirkulasi pejalan kaki diarahkan dari selatan ke utara dan sekeliling ruang luar. Dalam
konsepnya tidak terdapat pembatasan sirkulasi menuju ruang-ruang tertentu di dalam
ruang publik atau semuanya terbuka bagi pengunjung. Hal ini tentu saja terkecuali pada
akses menuju bagian dalam museum ketika orang harus terlebih dahulu mengantri di loket
untuk membeli tiket masuk. Kemudahan sirkulasi juga tersedia untuk penyandang cacat
(diffable) yaitu selain penggunaan undak-undakan terdapat juga ramp sehingga seluruh
bagian taman mudah dicapai oleh siapapun.
Seluruh bagian sirkulasi utama berorientasi langsung terhadap monumen sehingga
dapat dirasakan bahwa monumen merupakan bagian utama dari ruang luar. Demikian pula,
pada titik sirkulasi manapun, pengunjung tetap dapat memandang ke arah monumen.
Sirkulasi utama ruang luar juga berperan sebagai pengantar menuju monumen.
Terbatasnya akses pengunjung sejak semula sudah direncanakan demikian dengan tujuan
melindungi ruang publik dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan, seperti misalnya
pedagang kaki lima atau tuna wisma. Pembatasan akses juga bertujuan untuk
mempermudah pengawasan ruang publik dari orang yang hendak menyalahgunakan ruang
untuk tujuan kriminal atau asusila.

Penambahan estetika (beautification) dalam Ruang Luar

Elemen estetika museum terdiri atas pencahayaan, warna, vegetasi, dan air.
Pencahayaan lazim digunakan sebagai pemberi efek visual pada museum. Vegetasi selain
sebagai penyeimbang iklim mikro juga memberi kontribusi pada kekayaan visual pada ruang
luar. Dengan demikian elemen estetika selain memberikan fungsi penggunaan juga
berperan dalam upaya beautifikasi (membentuk keindahan) pada ruang.
Beautifikasi pada pencahayaan museum mengoptimalkan pemanfaatan pencahayaan
Elemen-elemen Ruang Luar alami (daylight) untuk ruang dalam yang dihadirkan oleh skylight pada hall utama maupun
(Sumber : Dok.Pribadi, 2011)
ruang diorama statis. Dengan adanya skylight tersebut maka penggunaan lampu sebagai
pencahayaan buatan tidak dibutuhkan lagi. Penggunaan pencahayaan alami tidak
dikhawatirkan dapat merusak barang-barang museum karena jenis barang yang dipajang
bukan barang yang mudah rapuh atau rusak seperti gerabah atau barang kesenian. Selain
pencahyaan untuk ruang dalam museum, beautifikasi juga terdapat pada ruang luar yaitu
adanya lampu-lampu sorot (spotlight) pada titik-titik dimana terdapat sculpture, lampu obor
pada monumen serta efek cahaya pada atap bangunan museum. Penggunaan lampu pada
ruang luar baru dirasa efektif jika jam operasional museum berlangsung hingga malam hari.

21
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Vegetasi pada ruang luar terdiri atas berbagai jenis tanaman langka baik itu berupa
vegetasi peneduh maupun pengarah. Vegetasi terutama terdapat pada galeri ruang luar
yang juga berperan sebagai batas perseptual ruang tersebut. Jenis vegetasi yang ada
membutuhkan perawatan yang baik setiap harinya, sehingga aspek perawatan taman juga
menjadi perhatian yang utama dalam hal ini.
Warna utama yang digunakan pada taman adalah putih gading (broken white) dan abu-
abu untuk memberi kesan tenang dan monumental seperti warna Tugu Pahlawan itu
sendiri. Perawatan dan pengecatan bangunan maupun gapura hendaknya memang harus
berkonsultasi lebih dahulu agar tidak mengurangi efek warna yang diinginkan. Efek warna
monochrome diimbangi dengan warna yang diberikan oleh vegetasi sehingga masih
memberi keberagaman visual.
Elemen air terdapat pada kolam sekeliling monumen, kolam teratai pada tepi atas museum
dan sekeliling museum. Kolam berperan sebagai pendingin dan penenang dan juga
mempertegas batas perseptual ruang luar. Selain kolam sesungguhnya terdapat air terjun
yang direncanakan ada disekeliling museum namun saat ini belum dapat terlaksana karena
biaya pemasangan instalasinya cukup memakan biaya. Adanya beautifikasi dengan elemen
air juga cukup menuntut perawatan yang baik karena adanya cuaca panas dan hujan dapat
menyebabkan air menjadi keruh dan kotor atau menjadi sarang lumut, jamur, dan jentik
nyamuk.

22
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Analisis

Kriteria (Issue of Concern) Topik utama yang berkaitan dengan Rumusan Kriteria (Issue of Concern) dan Komponen (Scope of Issue) Analisis
perancangan ruang publik,
merupakan kualitas utama yang Tujuan dari analisis adalah memetakan fakta yang ada di lapangan menjadi lebih jelas
diharapkan dari sebuah obyek manakah yang menjadi potensi dan manakah yang merupakan persoalan. Kriteria dan
rancangan
variabel dalam analisis ruang publik dirumuskan melalui tinjauan literatur yang bersifat
normatif. Kriteria yang dapat digunakan dalam analisis ruang publik merupakan Issue of
concern atau topik utama yang berkaitan dengan penyusunan prinsip dan panduan
Komponen (Scope of Issue) Hal-hal yang menjadi komponen
rancangan ruang publik. Dengan kata lain issue of concern merupakan kualitas utama yang
prinsip, diturunkan dari kriteria
diharapkan dari objek rancangan tersebut. Sedangkan scope of issue adalah hal-hal yang
yang dihasilkan dari topik utama
menjadi komponen prinsip dan panduan. Scope of issue diturunkan dari kriteria yang
dihasilkan dalam issue of concern. Indikator merupakan tolok ukur tingkat keberhasilan dan
bersifat normatif. Selain kriteria dan komponen, analisis juga memerlukan adanya indikator
yang menjadi standard bahwa dalam satu komponen tersebut dapat dikategorikan potensi
ataukah persoalan. Indikator disusun berdasarkan literatur dan acuan standard yang
Tolok ukur tingkat keberhasilan, berlaku bagi umum.
Indikator
bersifat normatif. Indikator menjadi
standar bahwa dalam suatu
komponen tersebut dapat
dikategorikan potensi ataukah
persoalan

dua kategori besar yang dapat


Museum & Taman
dijumpai di areal Tugu Pahlawan

Bagan Analisis
(Sumber : Hasil Analisis, 2011)

23
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Kriteria (Issue of Concern) Komponen (Scope of Issue) Kriteria (Issue of Concern) Komponen (Scope of Issue)

Sanitasi
Penerangan
Pengairan (Irrigation)
Material
Ventilasi Keamanan (Security)
Hubungan ruang
Kelembaban
Lingkungan (Environment) Akses pengunjung
Drainase

Sistem akustik
Dimensi sirkulasi dan tangga
Pencahayaan ruangan
Batas pengaman
Penghawaan Keselamatan (Safety)
Fire Protecting
Lokasi Sirkulasi darurat
Hubungan ruang
Vitalitas
Aksesibilitas

Sirkulasi kendaraan Affordability


Kemudahan (Easiness)
Spatio temporal
Sirkulasi pedestrian/manusia
Kebersinambungan (Sustainbility) Kontinuitas
Sirkulasi barang
Durability
Parkir
Perawatan (Maintenance)
Fasilitas penunjang

Kebutuhan ruang

Fleksibilitas pengguna

Kenyamanan (Convinience) Interaksi sosial

Vegetasi

Perabot (furniture)

24
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011
!"#$"%&'(")*"+$&,"%-"%."%&!"/"+"%&0*.*&1"2)"/"%&
!
! Tabel Kriteria-Variabel-Indikator
Tabel 4.2. Kriteria, Variabel, dan Indikator
Kriteria (Issue of Variabel (Scope of Issue) Indikator
Concern Museum Taman
Lingkungan (Environment) Sanitasi Tersedianya toilet pengunjung yang memadai (-)
Tersedianya air bersih sebesar 3,8 liter per
orang
Terdapatnya saluran dan instalasi sanitasi
Pengairan (Irrigation) (-) Terdapat penyiram tanaman berupa sprinkler,
namun siraman air dari sprinkler tidak boleh
langsung mengenai tanaman.
Ventilasi Sirkulasi udara tetap menjaga suhu ruangan (-)
tetap pada kisaran 22-25 derajat celcius
Kelembaban Kelembaban relatif ruang hendaknya tetap Kelembaban relatif ruang hendaknya tetap pada
pada kisaran 10% hingga 55% kisaran 10% hingga 55%
Drainase Terdapat sistem talang yang mampu Saluran drainase untu menampung air hujan
mengalirkan air hujan menuju saluran kota terletak di sekeliling taman dan terhubung
langsung dengan saluran kota
Sistem akustik Adanya material yang melapisi dinding Terdapatnya barrier kebisingan dapat berupa
ruangan yang tujuannya untuk mencegah perbedaan ketinggian lantai, dinding, maupun
terjadinya kerusakan pada benda-benda vegetasi.
museum
Pencahayaan ruangan Pencahayaan buatan lebih diutamakan Menjaga pembayangan melalui pemberian
daripada pencahayaan alami vegetasi peneduh.
Cahaya alami hendaknya tidak mengenai Memberikan tempat peneduh atau tempat
benda-benda museum secara langsung berlindung dari cuaca panas maupun hujan, misal
pendopo atau gazebo.
Pencahayaan buatan tentunya dapat
memberikan mood bagi suasana ruang
(ambience)
Penghawaan Penggunaan penghawaan buatan (-)
dimungkinkan jika penghawaan alami tidak
cukup karena banyaknya jumleh pengguna.
Kemudahan (Easiness) Lokasi Mudah diakses dari setiap bagian kota dan Mudah diakses dari setiap bagian kota dan dilalui
dilalui oleh kendaraan umum oleh kendaraan umum

Mudah dicapai oleh kendaraan maupun Mudah dicapai oleh kendaraan maupun pejalan
pejalan kaki kaki
Dekat atau mudah dicapai dari fasilitas Dekat atau mudah dicapai dari fasilitas
pendidikan perkantoran, perdagangan maupun permukiman

25
"#$%&#'!()*+&! ./!2!3!
,#-!./!('#0+1+1!
!
Executive Summary
Kajian Evaluasi !"#$"%&'(")*"+$&,"%-"%."%&!"/"+"%&0*.*&1"2)"/"%&
Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011
!
!
Kriteria (Issue of Variabel (Scope of Issue) Indikator
Concern Museum Taman
sebagai titik henti atau titik peristirahatan dari
pergerakan kota.
Hubungan ruang Pemisahan zona pekerja (workshop) dengan Adanya hubungan langsung terhadap pintu masuk
galeri yang untuk pengunjung. museum.
Adanya hubungan langsung antara kantor
pengelola dengan ruang galeri sehingga ada
pengawasan langsung dari pihak pengelola
dengan galeri.
Aksesibilitas Pintu masuk utama dapat dilalui oleh siapa Titik entrance maupun exit sebaiknya mudah
saja termasuk untuk penyandang cacat. dilihat dan dikenali, berada pada sisi yang mudah
dilalui oleh kendaraan maupun pejalan kaki.
Sirkulasi kendaraan (-) Lebar sirkulasi adalah 7,5 - 9 meter untuk asumsi
dapat dilalui oleh kendaraan besar
Radius manuver kendaraan adalah 4 m
Sirkulasi Tersedianya ruang yang cukup untuk Lebar minimum jalur pedestrian adalah 80 cm
pedestrian/manusia pergerakan pengunjung
Alur sirkulasi dengan orientasi yang jelas Jalur pedestrian sebaiknya tidak berbelit atau
(legible) terutama untuk pengunjung. terlalu jauh.
Sirkulasi barang Sirkulasi pengunjung dengan sirkulasi barang Terdapat sirkulasi barang dari bangunan menuju
harus dipisahkan parkir.
Parkir (-) Lokasi parkir hendaknya dekat dengan akses
masuk kendaraan.
Jumlah parkir kendaraan sesuai dengan koefisien
yakni 1 unit parkir per 100m2
Parkir kendaraan hendaknya menampung jenis
kendaraan roda dua, roda empat dan kendaraan
besar (bis dan mobil pemadam kebakaran)
Fasilitas penunjang Adanya sarana penunjang yaitu kantor Terdapat fasilitas makan dan minum. Selain itu
pengelola, perpustakan, pusat budaya dan terdapat fasilitas penunjang misal tempat
kafetaria untuk menunjang kehidupan kegiatan bersama seperti pertunjukan musik
museum. untuk menciptakan adanya triangualitas.
Kafetaria dan tempat pembelian souvenir
hendaknya terpisah dari ruang galeri
Kenyamanan Kebutuhan ruang Ruang yang tidak terlalu besar untuk galeri, (-)
(Convinience) namun tersedia ruang yang memadai untuk
menyimpan dokumen.
Terdapat titik-titik berhenti sebagai tempat
untuk pengunjung beristirahat jika museum
memiliki skala besar

"#$%&#'!()*+&! 26
./!2!3!
,#-!./!('#0+1+1!
!
Executive Summary
!"#$"%&'(")*"+$&,"%-"%."%&!"/"+"%&0*.*&1"2)"/"%&
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011
!
!
Kriteria (Issue of Variabel (Scope of Issue) Indikator
Concern Museum Taman
Fleksibilitas pengguna Adanya ruang yang memadai untuk menjamin Pengguna secara leluasa dapat menggunakan
keleluasaan pengunjung bergerak ruang bersama-sama maupun sendiri dan tidak
terganggu satu sama lain.
Adanya jaminan bahwa pengunjung dapat
memilih apa yang ingin dilihatnya.
Interaksi sosial Terdapat ruang-ruang pertemuan atau ruang Terdapat ruang-ruang dalam bentuk perseptual
perantara seperti misalnya lobby sebagai namun dalam definisi yang jelas dan terawasi
tempat pengunjung untuk mempersiapkan diri sehingga orang mau menggunakan ruang
sebelum masuk ke dalam ruang pameran. tersebut.
Vegetasi (-) Vegetasi memberi kontribusi pada estetika yaitu
pada bentuk, warna dan tekstur.
Jenis vegetasi meliputi vegetasi penutup,
pengarah dan peneduh yang mampu memberi
suasana tenang dan sejuk.
Jenis vegetasi hendaknya bukan vegetasi yang
beracun atau berduri sehingga membahayakn
pengunjung.
Penempatan vegetasi setidaknya setiap 8 meter.
Perabot (furniture) Pemberian papan petunjuk (signage) untuk Jenis perabot yang terdapat pada ruang luar
memberi informasi pada pengunjung. adalah : tempat duduk, tempat sampah,
penerangan, tempat tanaman.
Perabot diletakkan sebagai sarana penunjang Dimensi minimal untuk perabot ruang luar adalah
atau tempat beristirahat. 60 cmx60 cm
Penempatan perabot ruang luar adalah kursi tiap
4-5 meternya
Pemberian papan petunjuk (signage) untuk
memberi informasi pada pengunjung.
Keamanan (Security) Penerangan Pencahayaan yang ada tidak kurang dari 200 Pencahayaan ruang luar tidak kurang dari 25 lux
lux dan tidak lebih 650 lux
Material Desain pintu pada akses utama terbuat dari Penggunaan material yang tahan lama dan
bahan solid,tebal dan hanya dapat dibuka dari sebaiknya bersifat permanen, bukan temporer
dalam saja atau dapat dipindah-pindah.
Hubungan ruang Seluruh ruang berorientasi pada galery untuk (-)
tujuan pengawasan yang baik
Akses pengunjung Hanya ada satu saja akses untuk pengunjung. Keterbukaan dan transparasi pada ruang luar
Dapat diatur satu pintu saja untuk masuk dan mendorong terjadinya pengawasan pada ruang
keluar untuk mempermudah pengawasan tersebut.
Keselamatan (Safety) Dimensi sirkulasi dan Fasilitas untuk penyandang cacat berupa Fasilitas untuk penyandang cacat berupa ramp,
tangga ramp, railing dan dimensi yang lebih lebar railing dan dimensi yang lebih lebar untuk sirkulasi

"#$%&#'!()*+&! 27
./!2!3!
,#-!./!('#0+1+1!
!
Executive Summary
Kajian Evaluasi !"#$"%&'(")*"+$&,"%-"%."%&!"/"+"%&0*.*&1"2)"/"%&
Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011
!
!
Kriteria (Issue of Variabel (Scope of Issue) Indikator
Concern Museum Taman
untuk sirkulasi
Pengaman untuk pengunjung anak-anak Penggunaan material yang tidak licin saat hujan
maupun manula berupa dimensi yang atau terlalu tajam sehingga melukai.
sesuai,maupun railing.
Batas pengaman Batas pengaman dapat berupa railing yang Batas pengaman dapat berupa bollard, batu,
disesuaikan dengan jenis pengunjung, apakah rantai atau tali untuk mencegah pengunjung
itu pengunjung anak-anak, orang dewasa melalui daerah berbahaya, misal jalan raya atau
maupun manula. kolam.
Fire Protecting Terdapat instalasi pemadam kebakaran Jarak bangunan dengan jalur pemadam,
berupa penempatan tabung CO2 serta maksimum 50 meter untuk jangkauan air dari
sprinkler mobil pemadam kebakaran
Terdapat detektor kebakaran berupa detektor Tersedia hydran di luar ruangan.
asap, panas ataupun ultraviolet
Sirkulasi darurat Terdapat sirkulasi yang langsung menuju luar Terdapat jalur untuk mobil pemadam kebakaran
bangunan, sebaiknya menghindari adanya yang mengelilingi tapak.
"ruang di dalam ruang"
Keindahan (Visual Simbolisme Eksterior bangunan menyiratkan simbol Suasana taman mengarahkan orang untuk tenang
Dimension) tertentu sehingga melengkapi makna sebagai dan menghormati monumen bersejarah, namun
tempat bersejarah. tidak menghilangkan kehidupan manusia di
dalamnya.
Pencahayaan buatan Terdapat pembentuk suasana sehingga ruang Terdapat pembentuk suasana sehingga ruang
dapat dinikmati hingga malam hari. dapat dinikmati hingga malam hari.
Pencahayaan buatan mampu memberikan Terdapat dua jenis penerangan yaitu : penerangan
kesan atau tekanan visual pada objek atau untuk kendaraan (vehicular) dan penerangan
benda museum. untuk pedestrian. Penerangan untuk kendaraan
hendaknya bersifat seragam, sedangkan
penerangan untuk pedestrian dapat saja memiliki
variasi
terdapat jenis pencahayaan yang digunakan Pencahayaan mampu membantu kejelasan arah
yaitu : general lighting dan spotlight. General maupun penekanan visual pada suatu landmark
lighting dapat digunakan untuk kejelasan
orientasi arah, sedangkan spotlight digunakan
untuk tekanan visual pada objek tertentu.
Titik potensi visual Ada baiknya terletak pada suatu enclosure Terdapat jarak pandang yang memadai bagi mata
dengan ruang luar sebagai perantara dan pengunjung dari luar tapak menuju dalam tapak
pelindung psikologis.
Memiliki sifat "see and to be seen" melalui
transparasi ruang
Keberagaman (diversity) Terdapatnya kompleksitas dalam hasil Terdapatnya keberagaman kegiatan dan visual

28
"#$%&#'!()*+&! ./!2!3!
,#-!./!('#0+1+1!
!
Executive Summary
Kajian Evaluasi !"#$"%&'(")*"+$&,"%-"%."%&!"/"+"%&0*.*&1"2)"/"%&
Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011
!
!
Kriteria (Issue of Variabel (Scope of Issue) Indikator
Concern Museum Taman
untuk sirkulasi
Pengaman untuk pengunjung anak-anak Penggunaan material yang tidak licin saat hujan
maupun manula berupa dimensi yang atau terlalu tajam sehingga melukai.
sesuai,maupun railing.
Batas pengaman Batas pengaman dapat berupa railing yang Batas pengaman dapat berupa bollard, batu,
disesuaikan dengan jenis pengunjung, apakah rantai atau tali untuk mencegah pengunjung
itu pengunjung anak-anak, orang dewasa melalui daerah berbahaya, misal jalan raya atau
maupun manula. kolam.
Fire Protecting Terdapat instalasi pemadam kebakaran Jarak bangunan dengan jalur pemadam,
berupa penempatan tabung CO2 serta maksimum 50 meter untuk jangkauan air dari
sprinkler mobil pemadam kebakaran
Terdapat detektor kebakaran berupa detektor Tersedia hydran di luar ruangan.
asap, panas ataupun ultraviolet
Sirkulasi darurat Terdapat sirkulasi yang langsung menuju luar Terdapat jalur untuk mobil pemadam kebakaran
bangunan, sebaiknya menghindari adanya yang mengelilingi tapak.
"ruang di dalam ruang"
Keindahan (Visual Simbolisme Eksterior bangunan menyiratkan simbol Suasana taman mengarahkan orang untuk tenang
Dimension) tertentu sehingga melengkapi makna sebagai dan menghormati monumen bersejarah, namun
tempat bersejarah. tidak menghilangkan kehidupan manusia di
dalamnya.
Pencahayaan buatan Terdapat pembentuk suasana sehingga ruang Terdapat pembentuk suasana sehingga ruang
dapat dinikmati hingga malam hari. dapat dinikmati hingga malam hari.
Pencahayaan buatan mampu memberikan Terdapat dua jenis penerangan yaitu : penerangan
kesan atau tekanan visual pada objek atau untuk kendaraan (vehicular) dan penerangan
benda museum. untuk pedestrian. Penerangan untuk kendaraan
hendaknya bersifat seragam, sedangkan
penerangan untuk pedestrian dapat saja memiliki
variasi
terdapat jenis pencahayaan yang digunakan Pencahayaan mampu membantu kejelasan arah
yaitu : general lighting dan spotlight. General maupun penekanan visual pada suatu landmark
lighting dapat digunakan untuk kejelasan
orientasi arah, sedangkan spotlight digunakan
untuk tekanan visual pada objek tertentu.
Titik potensi visual Ada baiknya terletak pada suatu enclosure Terdapat jarak pandang yang memadai bagi mata
dengan ruang luar sebagai perantara dan pengunjung dari luar tapak menuju dalam tapak
pelindung psikologis.
Memiliki sifat "see and to be seen" melalui
transparasi ruang
Keberagaman (diversity) Terdapatnya kompleksitas dalam hasil Terdapatnya keberagaman kegiatan dan visual

29
"#$%&#'!()*+&! ./!2!3!
,#-!./!('#0+1+1!
!
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

!"#$"%&'(")*"+$&,"%-"%."%&!"/"+"%&0*.*&1"2)"/"%&
!
!
Kriteria (Issue of Variabel (Scope of Issue) Indikator
Concern Museum Taman
rancangan sebagai pembentuk keindahan. melalui dimensi,warna dan tekstur yang
ditampilkan melalui material maupun vegetasi.
Tata massa bangunan Bentuk dan dimensi bangunan sebaiknya tidak Terdapat satu elemen dominan dalam tapak
mengalahkan monumen yang didampinginya. (landmark) sedangkan massa lainnya mengikuti.
Memiliki orientasi bangunan yang jelas Keberadaan ruang terbuka mampu memberikan
morfologi yang baik terhadap lingkungan
sekitarnya.
Tata massa bangunan memiliki integrasi
dengan lingkungan sekitar, baik itu bersifat
kontras atau kesamaan (continuity)
Daya tarik (Attractiveness) Mampu menarik atensi pengunjung dan Mampu menarik orang untuk datang untuk
menjadi tempat destinasi di suatu kota menggunakan atau menikmati ruang.
Skala Menciptakan skala manusia yang baik Menciptakan skala manusia yang baik sehingga
sehingga tetap memberikan definisi yang baik tetap memberikan definisi yang baik terhadap
terhadap ruang tersebut ruang tersebut
Special Features (-) Sculpture dapat diletakkan sebagai penanda.
Kebersinambungan Vitalitas Terdapatnya kegiatan yang aktif dan bersifat Adanya kehidupan dalam ruang berupa
(Sustainbility) keseharian (bukan hanya temporer). penggunaan publik yang terjadi sepanjang waktu
Affordability Terjangkau bagi seluruh kalangan baik itu Penggunaan ruang terbuka bagi siapa saja atau
kalangan umum maupun pelajar. bebas digunakan oleh kalangan manapun.
Kontinuitas Aktivitas terjadi secara tetap dan konsisten Adanya kegiatan yang berjalan sepanjang waktu
baik itu aktivitas pengunjung maupun
pengelola.
Durability Penggunaan material yang berkualitas dan Penggunaan material yang berkualitas dan tahan
tahan lama lama
Perawatan (Maintenance) Hasil rancangan memudahkan perawatan Hasil rancangan memudahkan perawatan
bangunan. Hal ini dapat dilihat dari sistem bangunan. Hal ini dapat dilihat dari sistem
sirkulasi, penggunaan material, serta bentuk sirkulasi, penggunaan material, serta bentuk
bangunan. taman, serta fasilitas kebersihan seperti tempat
sampah.
Tersedianya fasilitas-fasilitas untuk menjaga
kebersihan.

30

"#$%&#'!()*+&! ./!2!3!
,#-!./!('#0+1+1!
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Kriteria Lingkungan
Secara umum museum telah memenuhi standar dan kelengkapan lain seperti
sanitasi, pencahayaan, penghawaan telah dipenuhi dengan baik.

Kriteria Kemudahan

Kemudahan diukur melalui komponen lokasi, akesibilitas, hubungan ruang, sirkulasi,


dan fasilitas. Melalui hasil rekaman terhadap kondisi aktual, kemudahan dalam pencapaian
lokasi atau tapak bagi pengunjung masih kurang.
Adanya akses yang terbatas menyebabkan pejalan kaki hanya bisa mencapai tapak
dari sisi selatan saja, sementara bagi pengunjung yang membawa kendaraan pribadi dapat
lebih mudah mencapai sisi selatan yang sekaligus merupakan tempat parkir kendaraan.
Sirkulasi di dalam tapak, juga belum dapat mengarahkan pengunjung pada pusat atau titik
tekan ruang luar yang dimaksud, dan masih membingungkan pengunjung jalur manakah
yang harus ditempuh terlebih dahulu.
Fasilitas areal Tugu Pahlawan terdiri atas museum, taman, lapangan upacara dan
mini kafetaria. Fasilitas tersebut sudah memenuhi kebutuhan minimum pengguna, namun
dirasa kurang dalam mendorong interaksi satu sama lain. Taman mestinya berfungsi
sebagai ruang publik kota sepi pengunjung, adanya museum tidak mampu menjadi daya tarik
taman untuk menjadi lebih hidup dan demikian pula sebaliknya. Lapangan upacara kini tidak
digunakan kembali sesuai rencana semula karena aktivitas upacara pada peringatan hari
besar seperti hari Kemerdekaan 17 Agustus dan hari Pahlawan 10 November
dilangsungkan di Grahadi Surabaya. Meskipun lapangan tersebut dapat digunakan menjadi
tempat pertunjukan atau acara temporer, namun hal tersebut masih bergantung pada
momen tertentu saja, bukan dalam waktu keseharian. Mini kafetaria sebagai fasilitas untuk
makan dan minum bagi pengunjung hanya dalam kapasitas memenuhi kebutuhan
Kondisi Lingkungan di Taman Museum Tugu Pahlawan pengunjung museum, bukan sampai pada fasilitas ruang publik yang lebih besar. Adanya
(Sumber : Dok.Pribadi, 2011)
fasilitas yang minim ini belum mendorong tumbuhnya triangualitas dalam ruang publik.

31
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

32
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

33
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

kriteria kenyamanan
kebutuhan ruang, interaksi, fleksibilitas, vegetasi, dan perabot

kriteria keamanan
komponen penerangan, material, hubungan ruang, dan akses pengunjung

kriteria keselamatan
dimensi sirkulasi, batas pengaman, fire protecting, dan sirkulasi darurat

kriteria keindahan
komponen simbolisme, pencahayaan buatan, titik potensi visual, keberagaman
(richness), tata massa bangunan, daya tarik (attractiveness), kesinambungan
visual, dan skala.

Terdapat ruang-ruang yang kurang optimal untuk difungsikan (kosong), akhirnya menjadi lost
space dan tidak terawat.

Perawatan bangunan sedikit kurang diperhatikan dengan adanya material yang


mengelupas, kusam maupun bernoda. Bagian dalam bangunan juga kurang terawat
dengan baik dengan banyaknya cat yang mengelupas dan langit-langit (plafond) yang
berlubang

34
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Absennya transparansi ini menyebabkan tidak adanya tempat yang bersifat see and to be seen
sehingga tidak mengundang orang untuk datang dan menggunakan ruang

Terdapatnya ruang-ruang yang tersembunyi sehingga luput dari pengawasan dan memungkinkan
adanya tindak kriminal atau vandalisme tanpa diketahui umum.

35
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

36
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

37
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

38
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

39
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

kriteria kebersinambungan

40
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Tabel Analisa
No Aspek signifikan Potensi Persoalan No Aspek signifikan Potensi Persoalan

1 Sirkulasi dan Aksesibilitas 2 Visual

Areal ini kurang memiliki


Akses yang dibatasi Akses yang terbatas sifat visible, orang yang
Akses
bertujuan untuk bagi pengunjung Transparansi berada di luar tidak
masuk dan
melindungi ruang luar sehingga cenderung ruang dapat mengetahui apa
keluar
dari serbuan PKL mempersulit yang ada di dalam dan
begitu pula sebaliknya.

Adanya tanggapan yang


Landmark tidak dapat
berlebihan terhadap terlihat sempurna dalam
faktor eksternal seperti Bukaan
Landmark dapat jarak dekat sehingga
visual
misalnya PKL. terlihat dari jauh secara visual terhalangi
landmark
oleh tembok
penyengker.

Telah memperhatikan
kebutuhan kaum diffable Keberagaman tersebut
dan kenyamanan orang memang menciptakan
umum dengan Berbagai elemen pengalaman visual yang
Jalur sirkulasi fisik menyumbang menarik namun belum
memberikan keteduhan
pedestrian Keberagaman keberagaman dapat menunjukkan
melalui adanya pergola
serta dimensi yang (Richness) visual dari segi adanya koherensi satu
mencukupi kebutuhan warna,bentuk dan sama lain, atau belum
gerak. tekstur. jelas apa yang menjadi
tekanan utama (focal
point) dalam ruang luar.

Sirkulasi yang ada


jelas memiliki alur Adanya keserupaan Keserupaan tersebut
Visual
tertentu, namun bentuk dan warna belum cukup kuat untuk
Alur sirkulasi Appropriate
belum dapat jelas pada masing- membentuk linkage
ness
dirasakan oleh masing elemen. (tautan) visual.
pengunjung

41
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Tabel Analisa
No Aspek signifikan Potensi Persoalan No Aspek signifikan Potensi Persoalan

3 Bentuk dan tata massa 4 Fasilitas

Adanya hirarki justru Namun fasilitas itu


Membentuk tatanan membuat orang belum cukup untuk
Sumbu Sudah ada fasilitas
dalam hirarki yang merasa dibatasi melayani skala luasan
ruang luar Keterjangkauan untuk memenuhi
jelas dalam menikmati yang ada dan belum
kebutuhan pengguna.
ruang luar. mewadahi kebutuhan
secara keseluruhan.

Terdapat pembedaan
skala pada tiap bagian Sudah terdapat ragam Fasilitas tersebut belum
ruang luar : skala fasilitas yang mampu membentuk
Skala Triangulasi
monumental, skala d i r e n c a n a k a n hubungan atau interaksi
normal, maupun skala sebelumnya. satu sama lain.
yang lebih intim.

5 Pemeliharaan

Terdapat upaya
Elemen fisik seperti
pemecahan ruang luar Masih terdapat ruang
vegetasi, kolam, air
menjadi ruang-ruang yang seolah tak
Sub ruang Elemen terjun, sculpture
lebih kecil untuk tergunakan atau Pemeliharaan yang
dalam fisik dalam m e m b u t u h k a n
m e m u d a h k a n menjadi lost space ada saat ini
ruang luar ruang pemeliharaan yang sulit
munculnya "rasa" karena kurang dapat
dan memakan biaya
dengan batas ruang termanfaatkan
besar.
yang lebuh definitif.

Dari banyaknya bagian


yang rusak dan
terkelupas maka
Material
dibutuhkan jenis
material yang lebih
durable

42
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Hasil Analisa

Hasil rancangan yang dibangun pada kawasan tugu pahlawan memiliki konsep berupa
keheningan, atau dengan kata lain mengajak pengunjung untuk mengingat dan refleksi
dirinya sendiri sebagai bagian dari sejarah Surabaya. Jika sebelumnya monumen Tugu
Pahlawan terletak pada ruang luar yang terbuka aksesnya dari jalan raya, maka kini terdapat
pagar massif yang mengelilinginya.
Minimnya vitalitas dalam ruang publik selain dipengaruhi oleh sudut pandang
kalangan umum juga dipengaruhi oleh perlakuan terhadap ruang tersebut. Taman Tugu
Pahlawan sejak awalnya memiliki konsep sebagai museum dalam ruang luar. Konsep ini
membawa konsekuensi bahwa apa yang ada di dalam taman tersebut seluruhnya memiliki
alur dan rangkaian cerita. Begitupun perabot maupun vegetasi yang ada di dalamnya harus
dilindungi dan dirawat sebaik-baik dari gangguan vandalisme. Hal ini yang menyebabkan
adanya perlakuan taman yang seharusnya menjadi ruang publik menjadi ruang privat,
sehingga harus dilindungi dan diberi pembatas agar tidak mengganggu apa yang ada di
dalamnya. Perlakuan tersebut menciptakan kesan bahwa ruang yang ada di dalam pagar
adalah ruang yang tidak terbuka atau tidak bisa sembarang orang masuk ke dalamnya. Pun
demikian dengan sikap orang yang berada dalam ruang luar yang terlindung tersebut
seakan-akan harus dibatasi dan dijaga, tidak bisa semaunya.
Dapat disimpulkan bahwa kurangnya citra taman Tugu Pahlawan sebagai ruang publik
sesungguhnya diakibatkan oleh perlakuan terhadap ruang publik tersebut pada awalnya.
Adanya ide awal tersebut menyebabkan munculnya tindakan-tindakan untuk membatasi
akses orang untuk melindungi ruang yang dianggap privat, dan juga mengarahkan orang
untuk bersikap seperti yang diharapkan. Hal ini contoh penerapannya ruang luar ditata
dengan sistem hirarki dan entrance hanya ada pada sisi selatan saja dengan tujuan orang
dapat merasakan urut-urutan ruang yang dimaksud. Dalam kenyataannya, pada momen
tertentu ruang yang dianggap privat tersebut dapat menjadi bersifat publik di mana
orang dapat dengan bebas datang dan pergi dan berbuat apa saja dalam ruang. Momen di
mana taman Tugu Pahlawan dapat benar-benar menjadi ruang publik hanya berlangsung
pada hari-hari tertentu saja, bukan setiap saat. Pada saat lainnya, ruang terbuka tersebut
menjadi ruang luar yang bersifat privat

43
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Prinsip dan Panduan Rancangan

Tujuan dari penyusunan prinsip dan panduan rancangan adalah sebagai upaya dalam
memperbaiki kualitas ruang publik kota dalam bentuk batasan dan aturan bagi perancang
yang hendak membuat konsep rancangan ruang publik tersebut pada tahap selanjutnya.
Penyusunan prinsip dan panduan rancangan tentunya dapat disusun setelah diketahui
faktor apa yang paling menentukan kualitas ruang publik dalam konteks areal Tugu
Pahlawan Surabaya.
Beberapa hal yang akan dimunculkan sebagai panduan rancangan adalah hal yang
didasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sehubungan dengan melihat kualitas ruang
publik yang tercipta di kawasan Tugu Pahlawan. Aspek-aspek yang akan dievaluasi dengan
memunculkan ilustrasi panduan rancangan antara lain sirkulasi dan aksesibilitas, aspek
visual, bentuk dan tata massa, perencanaan fasilitas, dan aspek pemeliharaan. Masing-
masing aspek tersebut akan memiliki beberapa hal terkait.

Ilustrasi Prinsip dan panduan sirkulasi dan aksesibilitas

Kriteria yang dimunculkan adalah Titik entrance maupun exit sebaiknya mudah
dilihat dan dikenali sehingga memudahkan pencapaian pengunjung dan berada pada sisi
yang mudah dilalui oleh kendaraan maupun pejalan kaki.
Pada kondisi eksisting kawasan Tugu Pahlawan, telah terdapat 3 (tiga) titik
entrance dan exit, di bagian timur-barat-selatan. Panduan yang diusulkan adalah
mengoptimalkan ketiganya, sehingga kondisi saat ini yang hanya memanfaatkan akses
selatan dapat diubah. Ketiga entrance dimanfaatkan untuk menambah aksesibilitas
pengunjung, terutama bagi pejalan kaki. Akses yang ada hendaknya tetap dapat menjaga
ruang publik dari serbuan PKL, dapat dengan cara penjagaan atau membuat akses hanya
memungkinkan untuk dilalui oleh satu orang pejalan kaki saja
Dari pengoptimalan tiga titik akses tersebut, maka hirarki yang dulunya diatur
sedemikian rupa sehingga pengunjung akan bergerak secara linear akan tergantikan
Posisi entrance dan exit eksisting
dengan alur yang lebih variatif, memiliki multi akses, dengan harapan tercipta kemudahan
(Sumber : Hasil Analisis, 2011)
dalam pencapaian dan sirkulasi manusia..

44
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Ilustrasi Prinsip dan panduan aspek visual

Permasalahan akses visual menjadi salah satu perhatian utama dalam evaluasi
kualitas ruang publik di kawasan Tugu Pahlawan. Seperti yang telah ditunjukkan dalam
analisis, masyarakat mendapati kesulitan untuk dapat mengakses secara visual terhadap
kawasan Tugu Pahlawan tersebut.

Pembagian zoning yang terjadi adalah membagi kawasan menjadi dua zona, yaitu
zona museum indoor dan zona museum outdoor. Kemudian juga terdapat zona parkir
kendaraan. Disini yang dapat ditangkap adalah seluruh kawasan Tugu Pahlawan adalah
kawasan museum. Ruang terbuka yang ada juga merupakan bagian dari museum.
Kekurangan yang dirasakan oleh pengunjung adalah tidak dirasakannya kualitas ruang publik
Zona Museum Indoor
yang didedikasikan bagi mereka, akibat dimunculkannya barrier (pembatas) fisik berupa
pagar, yang secara langsung juga menjadi pembatas visual mereka terhadap kawasan Tugu
Pahlawan tersebut.

Zona Museum Outdoor

Zona Parkir Kendaraan

Pembagian Zoning pada Eksisting


(Sumber : Hasil Analisis, 2011)

45
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

usulan pembagian zoning yang diusulkan adalah mencoba mendefinisikan dengan


lebih kreatif perihal batas. Dan berusaha membedakan antara batas fisik dan batas visual.
Pada gambar tersebut terdapat beberapa zona antara lain :
1. Zona A : Museum indoor, memiliki batas fisik
2. Zona B : Area museum outdoor (lapangan Tugu Pahlawan), memiliki batas
fisik namun tidak memiliki batas visual.
3. Zona C : Zona ruang publik, tidak memiliki batas fisik dan visual.
4. Zona D :Zona parkir kendaraan, tidak memiliki batas fisik dan visual.
Zona A
Konsekuensi dari usulan yang dimunculkan tersebut, tembok pembatas di bagian
timur dan barat ditiadakan, dan diganti dengan ruang publik yang dapat berupa taman
publik. Taman publik ini memiliki batas fisik yang tidak berupa pagar pembatas, namun hanya
berupa batas elevasi permukaan / platform, sehingga tidak memungkinkan untuk dilintasi
oleh kendaraan, maupun Pedagang Kaki Lima. Namun ruang terbuka tersebut tidak memiliki
batas visual, sehingga masyarakat akan dapat tetap leluasa mengakses apa yang ada di
dalam kawasan Tugu Pahlawan dengan leluasa secara visual. Dengan begitu diharapkan
batasan kepemilikan ruang akan menjadi jauh lebih fleksibel dan tidak rigid.

Konsekuensi lain dari usulan penghilangan pagar pembatas di sisi timur dan barat
adalah memindahkan relief-relief yg ada di tembok sebagai bagian dari Museum secara
Zona C Zona C keseluruhan, ke zona Sunken Museum. Aplikasi yang dapat ditempuh akan dapat beragam
Zona B sesuai konsep perencanaan nantinya.

Zona D

Pembagian Zoning pada Eksisting


(Sumber : Hasil Analisis, 2011)

46
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

pagar dibongkar

pagar dibongkar
dipertahankan

dipertahankan

Ilustrasi Usulan Perubahan pada Eksisting


(Sumber : Hasil Analisis, 2011)

47
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

penambahan barrier

spatio temporal space

spatio temporal space

penambahan barrier

Ilustrasi Usulan dan Prinsip Rancangan Baru


(Sumber : Hasil Analisis, 2011)

48
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Ilustrasi Usulan Pembagian Zona Baru


(Sumber : Hasil Analisis, 2011)

49
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Ilustrasi perbandingan kondisi eksisting dengan usulan

Pagar Masif

Pagar Masif

Ilustrasi Kondisi Eksisting


(Sumber : Hasil Analisis, 2011)

Ilustrasi Desain Usulan


(Sumber : Hasil Analisis, 2011)

50
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Ilustrasi perbandingan kondisi eksisting dengan usulan

Pagar Masif

Pagar Masif
Ilustrasi Kondisi Eksisting
(Sumber : Hasil Analisis, 2011)

Ilustrasi Desain Usulan


(Sumber : Hasil Analisis, 2011)

51
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Ilustrasi perbandingan kondisi eksisting dengan usulan

Pagar Masif

Pagar Masif
Ilustrasi Kondisi Eksisting
(Sumber : Hasil Analisis, 2011)

Ilustrasi Desain Usulan


(Sumber : Hasil Analisis, 2011)

52
Executive Summary
Kajian Evaluasi Rancangan Kawasan Tugu Pahlawan Surabaya 2011

Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap kualitas ruang publik di Kawasan Museum Tugu Pahlawan, didapatkan
beberapa kesimpulan dan rekomendasi antara lain :
1. Hal paling mendasar dari upaya pengembangan dan perbaikan Kawasan Museum Tugu Pahlawan pada
jangka panjang adalah mengetahui sejarah dari Tugu Pahlawan, yang juga berarti mengetahui kekuatan
tempat dari kawasan tersebut.
2. Perkembangan yang dirasakan oleh masyarakat saat ini yaitu kurang maksimalnya akses visual terhadap
Tugu Pahlawan sebagian besar disebabkan oleh adanya tembok pembatas yang berbentuk pejal, sehingga
menambah terhalangnya proporsi tampilan dari Tugu Pahlawan dari visual masyarakat di sekitarnya.
3. Jika memang langkah yang dirasa perlu diambil adalah mengganti tembok pembatas, maka usulan dan
rekomendasi yang dimunculkan adalah :
A. Menghilangkan tembok pembatas bagian Timur dan Barat, karena dari observasi dan analisis yang
dilakukan menunjukkan sisi Timur dan Barat mengalami halangan visual yang cukup besar.
B. Mengganti keberadaan tembok masif tersebut dengan pembatas yang lebih cair, transparan, dan memiliki
dualisme sifat sebagai barrier non visual sekaligus sebagai taman.
C. Menindak lanjuti dengan memperbaiki batas fisik antara pengunjung dan Tugu dengan kolam pantul yang
lebih representatif, sehingga berfungsi sebagai pembatas sekaligus pendukung skala Tugu Pahlawan secara
visual.
4. Pengembalian penyediaan ruang terbuka publik pada kawasan Museum Tugu Pahlawan dirasakan perlu
dimunculkan, mengingat salah satu cara menghidupkan kawasan adalah dengan menyediakan ruang terbuka
publik yang cukup baik, nyaman, aman, dan dapat diakses oleh masyarakat, tanpa mengesampingkan
batasan-batasan yang diberlakukan pada kawasan Museum.
5. Perlu dilakukan langkah-langkah sebagai tindak lanjut dalam meningkatkan kualitas Kawasan Museum Tugu
Pahlawan secara menyeluruh, antara lain pertimbangan strategi pengelola Museum itu sendiri sampai
dengan pertimbangan langkah-langkah strategis pemeliharaan fisik bangunan dan keberlanjutan.

53

Anda mungkin juga menyukai