Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH ARSITEKTUR

TAMAN PROKLAMASI

Nama : Yassir Naim ( 520114007 )


Wahyudi Solikin ( 5201140 )

M. kuliah : Kapita Selekta


Dosen : Ir. Tjahjo Widodo HB.MT.IAI

PROGRAM STUDY TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BUNG KARNO
JAKARTA 2017
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Sasaran
1.5 Metode Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Gedung pola
2.2 Pemanfaatan gedung pola
2.3 Adaptive rause gedung pola
2.4 Arsip konstruksi gedung pola

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


4.1 Kesimpulan

4.2 Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan taman proklamasi merupakan tempat bersejarah di bacakan nya teks


proklamsi oleh presiden soekarno. Rumah bersejarah ini, yang dulu disebut Gedung
Proklamasi, sudah tidak ada lagi sejak tahun 1960. Pada tanggal 1 Januari 1961
Presiden Soekarno melakukan pencangkulan pertama tanah untuk pembangunan
Tugu Petir, yang kemudian disebut Tugu Proklamasi.

Taman proklamasi bernuansa indah, bersih dan terawat baik. Di sekelilingnya


ada jogging track. Dan di depan Monumen Proklamasi ada pelataran yang luas
sehingga menarik banyak pengunjung , terutama pada hari libur, yang di gunakan
untuk berbagai kegiatan antara lain yaitu jalan-jalan, berolahraga dan berkumpul

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana menjadikan gedung proklamasi sebagai tempat bangunan
yang bersejarah berkonsep modern ?
2) Faktor faktor apakah yang menjadi pendukung untuk gedung
proklamasi menjadi sebuah tempat yang bernilai sejarah tersebut ?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui bahwa gedung proklamasi merupakan tempat
bersejarah dan simbol dari kemerdekaan
2) Untuk menjadikan pembelajaran yang berharga terhadap para
pahlawan yang berjuang keras untuk kemerdekaan yang kita raih
saat ini.
1.4 Sasaran
Menjadikan sebuah konsep bangunan modern pada gedung
proklamasi

1.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang diterapkan dalam penulisan karya


ilmiah ini adalah sebagai berikut :

(1) Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan cara melihat langsung di gedung pola
yang ada pada waktu-waktu tertentu. Hasil pengamatan direkam dengan
kamera maupun sketsa untuk diolah sebagai hasil informasi penelitian.

(2) Studi Literatur


Studi literature digunakan untuk mendapatkan informasi serta data
mengenai sejarah maupun penjelasan-penjelasan lain tentang sejarah
arsitektur taman proklamasi.

Dari hasil pengumpulan data kemudian dilakukan analisis sesuai dengan kriteria
gedung proklamasi . Selanjutnya dari kriteria tersebut ditentukan kualitas public
space yang ada.

Lokasi studi penelitian berada di gedung proklamasi, yang terletak di Jl.


Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.. Pada kondisi umum lokasi penelitian disajikan
mengenai gambaran secara umum dari lokasi penelitian yang meliputi letak geografis
dan administrasi, sarana dan prasarana, aktifitas masyarakat,
3
4
1 2
1

Gambar 1. Peta Figur Ground Lokasi Taman Proklamasi


(Sumber: Pribadi)

Keterangan :

1.
2.
3.
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gedung Pola

Gedung ini adalah salah satu gedung paling kontroversial di masa Demokrasi
Terpimpin. Gedung ini terletak pada persil rumah tempat Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia dibacakan. Pembangunan gedung ini mengambil tidak hanya
persil Pegangsaan Timur tempat berdirinya rumah milik Soekarno tapi juga
membebaskan beberapa rumah lain di samping kiri dan kanan.

Perencanaan gedung pola ini dimaksudkan sebagai sebuah museum atau


galeri yang mempertontonkan rencana-rencana fisik besar yang digagas oleh
Pemerintah Republik Indonesia. Gedung ini dirancang oleh Friedrich Silaban (1912-
1984) sebagai sebuah gedung dengan naungan atap besar yang ditopang oleh kolom-
kolom pipih dan bersalutkan dinding yang tidak pejal/ masif, sehingga
mengekspresikan terbuka dan tropis tanpa kehilangan kualitas monumentalnya.

2.2 Pemanfaatan Gedung Pola

Konservasi dan pelestarian dilakukan agar bangunan lama bersejarah dapat


tetap eksis dalam masyarakat masa kini, memberi dampak positif bagi lingkungan
dan menjaga keberlanjutannya di masa depan. Adaptive Reuse merupakan strategi
konservasi yang tengah berkembang pesat dalam dunia arsitektural masa kini. Di
negara- negara Eropa dan Amerika telah banyak diterapkan konsep ini untuk
mengkonversi bangunan lama bersejarah menjadi bangunan dengan fungsi yang
baru.
Pemanfaatan bangunan untuk memenuhi fungsi baru yang dibutuhkan
masyarakat ini juga unggul dalam aspek mengurangi limbah material dan sisa
konstruksi, mengurangi polusi yang terjadi di lingkungan, dan meminimalisasi
penggunaan material baru yang artinya mendukung siklus pembangunan
berkelanjutan
2.3 Adaptive Rause Gedung Pola

Adaptive Reuse yang dilakukan terhadap Gedung Pola berangkat dari


perencanaan untuk mendefinisikan ulang keberadaan gedung ini di tengah
lingkungan dan lapisan masyarakat masa kini yang terus berkembang. Fungsi baru
yang dibutuhkan tidak hanya sekedar memenuhi aspek ekonomi seperti fungsi
komersil dan residensial yang banyak menjadi proposal desain.
Fungsi baru ini haruslah memperhatikan aspek pelestarian sejarah kebangsaan
yaitu proklamasi kemerdekaan. Menurut Peraturan Pemerintah RDTR DKI Jakarta
Tahun 2004, Gedung Pola berada dalam sub zona prasarana sosial dan budaya (S4).
Sejarah kebangsaan menuju pembangunan, sejarah proklamasi dan proklamator juga
aspek arsitektur modernis dapat menjadi nafas dari perwujudan fungsi baru yang
memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang progresif serta menciptakan tipologi
baru bagi aktifitas sosial dan budaya sehingga Gedung Pola dapat menjadi landmark
Fungsi baru ini akan berkaitan dengan penyediaan prasarana sosial dan
budaya, keinginan pengelola terhadap gedung,kontekstual terhadap nilai sejarah, juga
sesuai dengan kondisi eksisting gedung pola sekarang.

2.4 Arsip konstruksi gedung pola

Gambar 1
(Denah & Tampak)
Sumber : http://www.arsitekturindonesia.org
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1Kesimpulan

4.2Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai