Abstrak—Alun-alun dalam konsep tata ruang kota Jawa Alun- tersebut secara simbolik terlihat pada bangunan keraton dan
alun merupakan lapangan rumput luas berbentuk persegi, dan tata ruang kota kerajaan dalam pemahaman Jawa kesejajaran
di tengahnya terdapat pohon beringin yang dapat ditemukan antara makrokosmos atau jagat raya dengan mikrokosmos
hampir di setiap kediman penguasa daerah di kota Jawa, Alun- atau dunia manusia merupakan hal yang penting, tidak hanya
alun juga merupakan salah satu identitas bagi kota-kota di
sebagai pusat politik tetapi juga menjadi pusat magi bagi
Pulau Jawa. Alun-alun juga di maknai sebagai pusat
kemasyarakatan atau civic centre. Alun-alun merupakan ruang
seluruh wilayah kerajaan, kerajaan menunjukkan diri nya
terbuka publik yang bersifat sakral yang dapat terlihat dari sebagai jagad kepada pejabat istana, penguasa-penguasa
pemanfaatan, unsur fisik dan non fisik yang membentuk Alun- yang berada di bawah nya dan rakyat pada alun-alun saat
alun. Alun-alun Surabaya sendiri memiliki karateristik fisik upacara atau pertunjukkan [1].
dan prinsip-prinsip pengaturan ruang yang berbeda dengan Mata angin menjadi sumbu dalam mengorganisir tata
Alun-alun Tradisonal atau Alun-alun pada umumnya, sehingga ruang dan bangunan secara keseluruhan pada alun-alun,
perlu diteliti mengenai pengaturan ruang serta karateristik fisik sumbu imajiner ini melambangkan keselarasan dan
terhadap Alun-alun Surabaya, yang akan berdampak pada keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhannya,
makna dan nilai kesakralan dari Alun-alun Surabaya.
manusia dengan manusia dan manusia dengan alam. Sumbu
Penelitian ini menggunakan metode content analysis yang
imajiner ini dapat dilihat dari orientasi ruang pada alun-alun
bertujuan untuk mengetahui unsur fisik dan non fisik yang
membentuk Alun-alun Surabaya. Dari penelitian ini yang tersusun dari elemen fisik dan elemen non fisik [3].
didapatkan faktor-faktor yang membentuk konsep Alun-alun Kondisi alun-alun semakin parah pada jaman pasca kolonial
Surabaya yaitu aktivitas, ruang terbuka, elemen fisik (makro), atau era kemerdekaan banyak pengambil keputusan atau
elemen fisik (mikro), persepsi, sirkulasi, dan orientasi ruang. kebijakan pembangunan kota ragu-ragu atau bahkan tidak
Faktor-faktor ini kemudian membentuk tema Alun-alun mengerti mau difungsikan untuk apa alun-alun ini. perubahan
Surabaya yaitu sebagai Gathering Space, lalu pola ruang yang terjadi juga tidak lepas dari peran pemerintah karena
berdasarkan fungsi ruang yaitu terbentuk zona pemerintahan, dianggap kurang tegas dalam pelestarian benda cagar budaya
zona ibadah, zona multifungsi, zona perdagangan dan jasa, dan
yaitu alun-alun dan hanya mementingkan keuntungan
zona ruang terbuka dan fungsi-fungsi ruang tersebut dimaknai
dalam beberapa ruang antara lain ruang politik, ruang
ekonomi saja karena mengorbankan alun- alun menjadi
spritiual, ruang sosial, dan ruang ekonomi, serta zonasi kompleks pertokoan.
kepemilikkan ruang di Alun-alun Surabaya ditemukan Melihat Alun-alun Kota Surabaya sendiri memiliki konsep
mayoritas merupakan ruang publik. Berdasarkan hasil tersebut lahan terbuka atau public space dan berada pada lahan yang
memperlihatkan bahwa Alun-alun Surabaya mengalami terbatas. Bila melihat konsep dari alun- alun Kota Surabaya
pergeseran fungsi dan makna dari Alun-alun Tradisional. tersebut maka konsep alun-alun Kota Surabaya jauh dari
makna tradisional karena konsep alun-alun sekarang menjadi
Kata Kunci—Alun-alun, Content Analysis, Konsep, taman terbuka dengan fungsi utama nya yaitu ekonomi dan
Stakeholder. hanya sebagai nuansa baru bagi estetika kota. Konsep dari
alun-alun Kota Surabaya ini juga tidak lepas dari peran
I. PENDAHULUAN pemerintah kota, perkembangan alun-alun di Pulau Jawa
yang mengikuti jaman seharusnya tidak mehilangkan makna
A LUN-ALUN adalah lapangan rumput yang luas dan
terdapat pohon beringin ditengahnya yang dapat
dijumpai hampir di setiap tempat kediaman Bupati dan
filosofi nya sehingga masih dapat menunjukkan ikatan
budaya dengan masyarakat yang sesuai dengan nilai sejarah
dan pendidikan. Alun-alun juga merupakan aset kekayaan
Kepala Distrik di Jawa. Di Pulau Jawa sendiri banyak kota
daerah yang bisa dijual sebagai objek pariwisata dan alun-
yang menyebut alun-alun merupakan tanah lapang terbuka
alun tidak boleh kehilangan makna filosofinya sebagai
dan luas untuk umum berbentuk persegi empat mendekati
warisan kekayaan budaya nasional [4]. Sehingga penelitian
bujur sangkar yang terletak di pusat kota [1], ciri khas dari
ini bertujuan untuk mengkaji konsep dari alun-alun Kota
sebuah alun-alun adalah terletak di kediaman penguasa
Surabaya yang dirancang oleh pemerintah kota dengan
daerah dan disekelilingnya terdapat masjid, gedung
melihat nilai tradisional alun-alun di Jawa melalui persepsi
pengadilan, penjara, pasar, toko-toko, kantor pos, halte
stakeholder yaitu di antaranya pemerintah Kota Surabaya,
kendaraan umum, dan fasilitas lainnya [2].
Sejarahwan, ahli budaya, dan pengguna alun-alun Kota
Alun-alun pada masa lampau merupakan pusat
Surabaya.
kemasyarakatan (civic centre). Alun-alun dalam konsep tata
ruang kota Jawa merupakan salah satu identitas bagi kota-
kota di Pulau Jawa. Perletakan alun-alun juga didasari tiga II. METODE PENELITIAN
unsur kosmologi yang dianut keraton yaitu alam semesta – Metode pada penelitian ini menggunakan pendekakatan
manusia – Tuhan, hubungan korelatif antara ketiga unsur rasionalistik yang dimana di sesuaikan dengan tujuan yang
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 10, No. 2, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271) Print D90
Tabel 1. Tabel 2.
Frekuensi unit analisis per responden
Indikator dan variabel penelitian
Narasumber Indikasi
Kode Indikator/Variabel Variabel
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 Faktor
A Elemen Fisik Aktivitas 15 3 4 3 2 2 3 4 P
A1 Aktivitas Ruang 6 3 4 2 4 1 2 2 P
A2 Ruang Terbuka Terbuka
A3 Elemen Fisik (makro) Elemen 12 10 3 4 4 3 6 4 P
A4 Elemen Fisik (mikro) Fisik
B Elemen Non Fisik (makro)
B1 Sirkulasi Elemen 6 5 4 3 4 3 3 3 P
B2 Orientasi Fisik
B3 Perpsepsi (mikro)
Sirkulasi 4 3 1 1 2 2 2 2 P
Orientasi 2 3 3 2 1 2 1 1 P
ingin dicapai dari penelitian ini yaitu menemukan konsep Persepsi 5 2 3 2 3 1 1 3 P
Alun-alun Surabaya berdasarkan persepsi stakeholder yaitu
dengan merumuskan konsep teoritik terlebih dahulu sebagai memahami mengenai konsep sejarah Alun-alun Tradisional
konsep dasar penelitian yang berkaitan dengan variabel yang dan perkembangannya dari zaman ke zaman, Tokoh
mempengaruhi konsep alun-alun tradisional Jawa dengan Masyarakat yaitu pihak yang berkontribusi bersama Walikota
metode analisis sintesa. Kemudian variabel tersebut akan Surabaya dalam pembangunan Kota Surabaya, Pelaku
diujikan kepada responden dan didapatkan faktor yang Kesenian dan Kebudayaan yaitu seniman yang pernah tampil
mempengaruhi konsep Alun- alun Surabaya. Untuk jenis di Alun-alun Surabaya, dan Pengunjung Alun-alun Surabaya.
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
kualitatif yang dimana berpijak pada faham fenomenologis C. Metode Pengumpulan Data
yang bercirikan lebih pada aspek pemahaman dan pemaknaan Metode pengumpulan data penelitian menggunakan
(meaning). metode survei sekunder dan primer. Yang dimana survei
primer berupa observasi lapangan pada wilayah penelitian
A. Indikator dan Variabel Penelitian dan wawancara (in depth interview) kepada stakeholder.
Dalam penelitian ini terdapat 7 variabel yang didapatkan sedangkan survei sekunder menggunakan dokumen atau studi
dari hasil sintesa pustaka mengenai konsep Alun-alun pada literatur yang telah ada, penelitian sebelumnya, dan buku
umumnya atau Alun-alun tradisional serta faktor-faktor sejarah yang terkait dengan perkembangan Alun-alun di jawa
pembentuk Alun-alun. Indikator dan variabel penelitian dan konsep Alun-alun Tradisional di Jawa.
tertera pada Tabel 1.
D. Teknik Analisa
B. Populasi dan Sampel Untuk mencapai tujuan penelitian, digunakan dua teknik
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah pihak- analisa yaitu Content Analysis (CA) dan analisis deskriptif
pihak yang bertanggung jawab dan memahami Alun-alun kualitatif. Analisa Content Analysis (CA) digunakan untuk
Surabaya, sedangkan pada penelitihan ini sampel yang perumusan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep Alun-
diambil yaitu menggunakan metode purposive sampling. alun Surabaya di dapatkan dari wawancara terhadap
Yang dimana metode ini menggunakan unit sampel yang stakeholder terkait. Sedangkan untuk analisis deskriptif
disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan kualitatif digunakan untuk menafsirkan pendapat dari hasil
berdasarkan tujuan penelitian Sampel yang digunakan pada faktor yang berpengaruh hingga ditemukan Konsep Alun-
penelitian ini menggunakan analisis stakeholder untuk alun Surabaya di wilayah penelitian yang akan
menentukan responden yang mewakilkan konsep dari Alun- divisualisasikan dalam bentuk mental map.
Alun Kota Surabaya. terdapat 8 stakeholder yang akan
digunakan pada penelitian ini yaitu terdiri atas: Pemerintah
yaitu pihak yang memiliki gagasan awal dalam pembangunan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep Alun-alun Kota Surabaya, Budayawan yang A. Gambaran Umum
memahami mengenai budaya Jawa yang berkaitan dengan Menurut hasil wawancara dengan Dinas Perumahan
konsep Alun-alun tradisional Jawa, Sejarawan yang Rakyat dan Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 10, No. 2, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271) Print D91
menginterpretasikan sebagai ruang kosmos yaitu area Alun- menjadi pusat kemasyarakatan [3]. Peta pola ruang
alun digunakan untuk menampung jemaah dari Masjid berdasarkan makna ruang atas dapat dilihat pada Gambar 8
Agung saat pelaksanaan salat Idulfitri dan Salat Iduladha [5], serta peta pola ruang berdasarkan makna ruang basement
karena pembangunan Alun-alun Surabaya tidak di tertera pada Gambar 9.
maksudkan untuk menjadi pusat kemasyarakatan. 4) Analisis Zonasi Kepemilikkan Ruang
Unsur-unsur fisik dari Alun-alun Tradisional juga tidak
Bila melihat fungsi ruang dan pelaku pengguna yang
ditemukan di kawasan Alun-alun Surabaya, seperti pendopo,
terjadi di dalam di Alun-alun Surabaya maka ruang-ruang di
tiang bendera, gerbang, tugu atau monumen, dan pohon
dalam Alun-alun Surabaya dapat dibedakan menjadi ruang
beringin yang dapat memberikan makna sakral pada Alun-
publik dan ruang privat
alun dan untuk menggambarkan kesatuan antara
Di Alun-alun Surabaya ruang publik menjadi ruang yang
mikrokosmos dan makrokosmos. Peta pola ruang
mendominasi, ruang-ruang di dalam kawasan Kawasan Alun-
berdasarkan fungsinya atas tertera pada Gambar 6 serta peta
alun Surabaya dapat digunakan secara umum seperti Gedung
polar uang berdasarkan fungsinya area basement tertera pada
Balai Budaya, Gedung Balai Pemuda, perpustakaan umum,
Gambar 7.
Gedung Merah Putih dan juga area basement, dengan
3) Analisis Pola Ruang Berdasarkan Makna Ruang aktivitas-aktivitas yang dimaknai kepemilikkan sebagai
Ruang-ruang pada Alun-alun Surabaya tidak hanya dilihat ruang publik.
secara fungsi fisiknya saja, secara pemaknaannya ruang- Bila melihat dari kegiatan yang dapat dilakukan pada
ruang di dalam Alun-alun Surabaya dapat dimaknai ruang-ruang di Alun-alun Surabaya maka Masjid merupakan
berdasarkan aktivitas dan keberadaan elemen fisiknya serta ruang privat karena penggunaan Masjid pada terbatas untuk
persepsi masyarakat. kegiatan salat jumat, lalu Kantor Dewan Perwakilan Rakyat
Ruang pada kawasan Alun-alun Surabaya yang dimaknai Daerah (DPRD) Kota Surabaya lama dan baru karena dari
sebagai ruang spritiual terlihat dari fungsi ruang dan aktivitas aktivitas yang ada di dalamnya hanya untuk aktivitas politik
yang dilakukan. Aktivitas salat jumat pada Alun-alun saja.
Surabaya. Peta pemilikkan ruang atas dapat dilihat pada Gambar 10
Ruang pada kawasan Alun-alun Surabaya yang dimaknai serta peta pemilikkan ruang basement tertera pada Gambar
sebagai ruang politik, salah satunya digunakan untuk rapat 11.
bersama masyarakat yang ingin menyuarakan aspirasi nya 5) Analisis Perumusan Orientasi Spasial
atau pendapatnya bersama anggota dewan sehingga aktivitas
Alun-alun Surabaya berada pada lahan yang terbatas,
ini dapat dimaknai aktivitas politik antara pemerintahan dan
elemen-elemen fisik makro yang ada di Alun-alun Surabaya
juga masyarakat.
didesain untuk saling berhadapan agar memberikan kesan
Pada kawasan Alun-alun Surabaya juga terdapat aktivitas
luas, sehingga orientasi bangunan-bangunan yang ada di
yang dapat dimaknai sebagai ruang edukasi, terdapat sarana
Alun-alun Surabaya mayoritas memiliki orientasi ke ruang
pendukung berupa perpustakaan umum Kota Surabaya yang
terbuka yang berada di antara bangunan-bangunan tersebut.
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membaca-baca
Peletakkan unsur fisik dalam alun-alun dapat menjelaskan
buku ataupun mencari informasi untuk tugas sekolah atau
konsep alun-alun tersebut mengikuti konsep alun-alun
pekerjaan.
Tradisional Jawa dimana alun-alun berorientasi terhadap
Ruang pada kawasan Alun-alun Surabaya mayoritas dapat
kompleks pemerintah atau sudah memiliki orientasi ke ruang
dimaknai sebagai ruang sosial melihat dari fungsi fisik nya
selain kompleks pemerintah [3], tetapi orientasi spasial pada
dan aktivitas yang dapat dilakukan didalamnya. seperti pada
Alun-alun Surabaya cukup berbeda karena Alun-alun
ruang terbuka Alun-alun Surabaya yang dilengkapi dengan
Surabaya berada pada lahan yang terbatas, sehingga desain
air mancur yang dimanfaatkan masyarakat untuk bersantai
bangunan pada Alun-alun Surabaya hanya dibuat untuk
atau acara-acara kesenian yang dapat menghibur masyarakat
memberikan kesan yang luas untuk pengunjungnya. Peta
sehingga ruang ini dimaknai sebagai ruang sosial di Alun-
orientasi spasial alun-alun Surabaya tertera pada Gambar 12.
alun Surabaya.
Ruang pada kawasan Alun-alun Surabaya yang dimaknai
sebagai ruang ekonomi terlihat dari fungsi ruang dan aktivitas IV. KESIMPULAN
yang dilakukan didalamnya. Alun-alun Surabaya dilengkapi Berdasarkan hasil pembahasan analisis pada bab
juga oleh foodcourt yang dimanfaatkan oleh para Usaha Kecil sebelumnya, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
Menengah (UKM) Kota Surabaya untuk menyewa stand- mengenai kajian konsep Alun-alun Surabaya berdasarkan
stand yang telah disedikan. persepsi stakeholder adalah didapatkan faktor-faktor yang
Zona-zona yang terbentuk berdasarkan fungsi ruangnya di membentuk Alun-alun Surabaya yaitu terdapat 7 variabel
Alun-alun Surabaya mayoritas hanya dapat dimaknai secara yang membentuk Alun-alun Surabaya antara lain Aktivitas,
fisik saja, pada Alun-alun Tradisional ruang-ruang di Alun- Ruang terbuka, Elemen Fisik (Makro), Elemen Fisik (Mikro),
alun Surabaya memiliki makna sakral tetapi Alun-alun Persepsi, Sirkulasi, dan Orientasi.
Surabaya mayoritas dimaknai sebagai ruang sosial. Lalu Temuan konsep Alun-alun Surabaya terbentuk
Alun-alun merupakan ruang terbuka yang bersifat sakral dan berdasarkan penjelasan dan pemaknaan pada variabel poin 1,
menurut sejarahnya sebagai pusat kota, Alun-alun merupakan yaitu antara lain tema dari Alun-alun Surabaya yaitu
salah satu interpretasi dari konsep mengenai pemusatan dimaknai sebagai Gathering Space, lalu pola ruang
(concept of the centre) sedangkan melihat dari fungsi dan berdasarkan fungsi ruang yaitu terbentuk zona pemerintahan,
makna ruang nya Alun-alun Surabaya tidak di maksudkan zona ibadah, zona ruang terbuka, zona perdagangan dan jasa,
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 10, No. 2, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271) Print D95
dan zona multifungsi, terbentuk juga pola ruang berdasarkan [2] O. Johannes, Kota di Djawa Tempo Doloe. Jakarta: PT Gramedia
Jakarta, 2015.
makna ruang yaitu ruang spiritual, ruang politik, ruang sosial, [3] A. A. L. Malonda, “Hubungan Kultural Ruang Alun-Alun dan
dan ruang ekonomi, terbentuk juga zonasi kepemilikkan Kompleks Pemerintahan di Jawa Saat Ini: Kasus Transformasi dan
ruang yaitu ruang publik dan ruang privat. Adaptasi Tata Ruang Dan Elemen Alun-Alun,” Departemen
Arsitektur: Universitas Katolik Parahyangan, 2018.
[4] R. A. Arianto, “Perubahan tata ruang dan sosial di alun-alun semarang
DAFTAR PUSTAKA tahun 1967-1972,” Indones. J. Hist. Educ., vol. 2, no. 2, 2013.
[5] W. D. Susanti, “Identifikasi pemanfaatan alun-alun malang,” J. Ilm.
[1] Ashadi, Alun-Alun Kota Jawa. Jakarta: Arsitektur UMJ Press, 2017. Tek. Lingkung., vol. 7, no. 2, 2015.