Anda di halaman 1dari 8

Arahan Pengembangan Kawasan Little Tokyo,

Melawai, Jakarta Selatan Melalui Pendekatan Citra


Kawasan
Ardhito Nurcahya, Karina Pradinie Tucunan
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 6011
e-mail: kp.tucunan@gmail.com

Abstrak—Kawasan Melawai, Jakarta Selatan dan metode cognitive mapping untuk


merupakan kawasan yang dikenal oleh warga menghimpun persepsi pengunjung dan warga
DKI Jakarta dengan sebutan Little Tokyo. lokal mengenai citra kawasan Little Tokyo.
Kawasan yang terletak di Blok M, Kecamatan Hasil yang ditemukan dari penelitian ini
Kebayoran Baru ini telah menjadi kawasan adalah faktor fisik terbentuknya kawasan
hiburan bagi pekerja ekspatriat Jepang di Little Tokyo adalah lokasinya yang terpusat di
Jakarta serta tempat diselenggarakannya kawasan Melawai dan didukung oleh
festival kebudayaan Jepang bernama transportasi yang memadai, serta faktor non-
Ennichisai yang membentuk Melawai sebagai fisik yang membentuk kawasan terdiri dari
destinasi kebudayaan di Jakarta. Munculnya kelompok etnis yang memiliki kegiatan usaha
fenomena kawasan etnis di Melawai serta perayaan Ennichisai yang diadakan tiap
menciptakan identitas kawasan Melawai tahun. Dari hasil cognitive mapping serta
sebagai Little Tokyo oleh pengunjung. Isu-isu content analysis, arahan pengembangan
yang muncul dari lesunya perekonomian di kawasan Little Tokyo yang dirumuskan dari
kawasan Melawai terutama di sector kuliner elemen pembentuk citra kawasan mengusung
Jepang serta penyelenggaraan terakhir konsep kawasan Little Tokyo sebagai destinasi
festival Ennichisai di tahun 2019, membuat kawasan etnis yang mendukung kegiatan
kawasan ini kehilangan identitasnya sebagai kebudayaan serta kegiatan usaha etnis di
kawasan etnis Jepang di mata pengunjung. Jakarta.
Berangkat dari masalah tersebut, perlu
Kata Kunci— Kawasan etnis, arahan
adanya studi untuk mengidentifikasi identitas
pengembangan, cognitive mapping, elemen
kawasan Melawai serta peningkatan potensi
citra kawasan
kawasan ini sebagai destinasi kebudayaan
etnis di DKI Jakarta. 1. PENDAHULUAN
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan
arahan pengembangan kawasan Little Tokyo ota Jakarta memiliki kebudayaan etnis non-
berdasarkan pendekatan citra kawasan. indigenous di Little Tokyo area Melawai, Blok
K M. Kawasan ini terdapat banyak restoran-
Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat
restoran bertema masakan Jepang dan izakaya
beberapa sasaran penelitian yang harus
atau bar khas Jepang. Kawasan ini juga menjadi
dicapai, yaitu (1) Mengidentifikasi faktor fisik
lokasi dari festival Ennichisai, yaitu festival
dan non-fisik pembentuk citra Kawasan yang kebudayaan tradisional dan budaya pop Jepang
mempengaruhi munculnya kawasan Little yang diadakan pada bulan Mei setiap tahunnya
Tokyo dengan menggunakan metode cognitive yang sudah diselenggarakan sejak tahun 2010.
mapping, dan (2) Merumuskan arahan Awal mula kemunculan dari distrik Little
pengembangan kawasan Little Tokyo, Jakarta Tokyo adalah pekerja ekspatriat asal Jepang yang
Selatan melalui penguatan/intervensi elemen bertempat tinggal di mes Aldiron Plaza pada
pembentuk citra Kawasan. Pengambilan data tahun 1980an (merdeka.com). Ketika Aldiron
menggunakan metode wawancara in-depth Plaza berubah nama menjadi Blok M Plaza, satu
persatu pekerja ekspatriat itu berpindah, dan dikenal dan dapat dipahami melalui suatu proses
menyebabkan pemilik ruko di kawasan Melawai berupa reduksi dan simplifikasi (Pocock, 1978
membuka tempat hiburan malam dan bar untuk dalam Purwanto 2001:88) [4]. Lynch dalam
menarik kembali perhatian pekerja ekspatriat Purwanto (2001:88) berpendapat bahwa citra
Jepang di Jakarta. kawasan merupakan bagian dari atribut-atribut
Walaupun mulai ada bibit dari dan pengritan fisik namun lebih berfokus pada
pengembangan kawasan Little Tokyo, namun fungsi dan bentuknya [5]. Citra kawasan dapat
terdapat beberapa permasalahan dalam dilihat melalui pola dan struktur budaya,
pengembangannya yakni: 1). Legalitas dari kelembagaan, adat istiadat serta politik yang
Keberadaan dari distrik Little Tokyo, 2). pada akhirnya akan berpengaruh pula pada
Perkembangan Aktivitas di Little Tokyo Blok M penampilan fisiknya.
sendiri tidak bisa dibilang pesat dan inklusif, Citra terhadap suatu kota berkaitan erat
karena kegiatan kebudayaan di area tersebut dengan tiga komponen, sebagai berikut
hanya terlihat pada saat perhelatan Ennichisai (Sudrajat, 1984 dalam Purwanto, 2001:89) [6]:
berlangsung, dan 3). Masalah dalam operasional
kegiatan usaha seperti sewa gedung untuk 1. Identitas dari beberapa objek/elemen
restoran dan karaoke di kawasan Melawai dalam suatu kota yang berkarakter dan
menyebabkan beberapa restoran harus tutup dan khas sebagai jati diri yang dapat
pindah ke tempat lain. Berangkat dari membedakan dengan kota lainnya.
permasalahan tersebut, peneliti menyimpulkan 2. Pola hubungan spasial (struktur), yaitu
bahwa terdapat beberapa permasalahan dan mencakup pola hubungan antara objek
potensi pengembangan kawasan Little Tokyo dengan objek lainnya dalam ruang kota
Blok M, Jakarta Selatan. yang dapat dipahami dan dikenali oleh
Identitas kawasan merupakan sesuatu yang pengamat. Struktur berkaitan dengan
objektif tentang seperti apa sebenarnya rupa atau fungsi kota tempat objek/elemen
bentuk suatu tempat [1] Identitas merupakan ciri tersebut berada.
khas suatu tempat, yang menyebabkan adanya 3. Makna merupakan pemahaman arti
perasaan terhadap suatu tempat. Identitas oleh pengamat terhadap dua komponen
kawasan bisa terlihat dari bahan apakah yang (identitas dan struktur kota) melalui
dipakai, pola yang terdapat, warna serta apa yang dimensi: simbolik fungsional,
dilakukan masyarakat ditempat tersebut [2]. emosional, historik, budaya dan
Identitas merupakan aspek spesifik yang dapat politik.
membedakan satu kota degan kota yang lain. Kevin Lynch dalam bukunya “The Image
Identitas merupakan suatu keadaan dimana of The City” menjelaskan bahwa citra dari
seseorang dapat mengenali dan mengingat sebuah kota dapat dijabarkan ke dalam lima (5)
kembali suatu tempat yang berbeda dengan jenis elemen, yaitu Jalur (paths), Batas (edges),
tempat yang lain yang setidaknya memiliki Kawasan (districts), Titik (nodes), dan Tonggak
karakter yang jelas atau unik (Kevin Lynch, Batas (landmark) [7].Secara rinci, penjelasan
1984) [3]. dari masing-masing elemen dari sebuah kawasan
Citra kawasan adalah bentuk adaptasi atau kota adalah sebagai berikut:
kognitif mengenai kondisi bagian kota yang telah
dikenal dan dapat dipahami melalui suatu proses 1. Jalur : Jalur atau path adalah alur dari
berupa reduksi dan simplifikasi [4]. Lynch dalam sebuah kawasan atau kota. Ketika seseorang
Purwanto (2001:88) berpendapat bahwa citra mengamati sebuah kota, ia melalui sebuah
kawasan merupakan bagian dari atribut-atribut jalur dan elemen lingkungan lain juga
dan pengritan fisik namun lebih berfokus pada tersusun dalam jalur tersebut. Masyarakat
fungsi dan bentuknya. Citra kawasan dapat yang tinggal di suatu lingkungan perkotaan
dilihat melalui pola dan struktur budaya, akan mengenali jalur-jalur tertentu dalam
kelembagaan, adat istiadat serta politik yang lingkungan tersebut; semakin seseorang
pada akhirnya akan berpengaruh pula pada tahu mengenai struktur alur kotanya,
penampilan fisiknya. semakin ia mengetahui kota tersebut.
Citra kawasan adalah bentuk adaptasi 2. Batas : Batas atau edges adalah garis
kognitif mengenai kondisi bagian kota yang telah yang memisahkan antara dua jenis area dan
bersifat linear. Elemen batas ini merupakan geografis yang penduduk tersebut tempati’ [10].
fitur yang penting bagi orang yang berada di Dengan kata lain, ethnic enclave adalah kawasan
area tersebut karena batas ini menyatukan khusus etnis yang memiliki ciri khas dan
dua area yang berbeda, contohnya antara kegiatan yang familiar dengan kelompok etnis
daratan dan perairan. yang menempati kawasan tersebut.
3. Kawasan : Kawasan atau district adalah Portes dan Bach (1985) menjelaskan
bagian dari sebuah kota yang berukuran bahwa istilah ethnic enclave didasarkan oleh dua
kecil sampai sedang, memiliki bentang dua faktor yang sangat krusial, yaitu keberadaan
dimensi, dan dapat dikenali dari karakternya imigran dengan modal dan divisi tenaga kerja
ketika seseorang berada di dalam suatu yang luas [11]. Gelombang pertama imigran
kawasan. Suatu kota dapat dikonstruksikan yang datang adalah pengusaha dengan modal,
dalam bentuk kawasan, namun orang-orang lalu disusul dengan imigran yang datang untuk
mempunyai persepsi yang berbeda bekerja kepada imigran pengusaha. Hal ini
mengenai elemen jalur maupun kawasan memperkuat ikatan antara munculnya ethnic
yang paling dominan dalam suatu kota. enclave dan sosioekonomi dari sebuah kelompok
4. Titik : Titik atau node adalah simpul etnis. Chan (2011) menyebutkan bahwa ekonomi
yang strategis dalam sebuah kota, dimana masyarakat etnis dimulai di area yang
seseorang dapat memasukinya. Node dapat terkonsentrasi dengan grup etnis yang sama [12].
berupa persimpangan utama, baik itu dalam Kemudian, Portes dan Wilson (1980)
transportasi, persimpangan jalur, atau menjelaskan bahwa ekonomi enclave
sebuah plaza atau alun-alun. Dalam konteks menghasilkan keuntungan yang signifikan
kawasan, node dipersepsikan sebagai titik dengan berkumpul di satu tempat yang
focus dalam sebuah kawasan, dimana titik terkonsentrasi dengan etnis yang sama, didukung
focus itu menjadi symbol dari kawasan oleh komponen kebudayaan yang terintegrasi
tersebut. dan solidaritas etnis (Massey, 1988) [13].
5. Tangeran : Tangeran atau landmark adalah Faktor organic terbentuknya kawasan etnis
jenis elemen dimana seorang pengamat tidak terdiri dari tiga aspek, yaitu sebagai berikut:
mengaksesnya, melainkan titik tersebut 1. Faktor manusia: Ethnic enclave di
bersifat eksternal dan terpisah dari elemen- berbagai negara sejauh
elemen lain. Landmark adalah objek fisik perkembangannya sampai saat ini tidak
yang definitif, dapat terlihat dari segala diprakarsai oleh satu individu atau
penjuru, atau berada di atas elemen-elemen tokoh masyarakat, namun oleh satu
kecil lainnya. Tangeran berfungsi sebagai kelompok masyarakat yang menetap di
elemen yang membantu orang-orang di suatu negara atau kawasan. Namun,
sekitarnya berorientasi dengan keadaan tumbuhnya suatu kawasan etnis dapat
sekitar. dipengaruhi oleh munculnya suatu
tokoh masyarakat di suatu kota.
Ethnic enclave merupakan tempat
2. Faktor Ekonomi: Sosioekonomi
berkumpulnya masyarakat yang memiliki etnis
mempunyai peran dalam membentuk
atau agama yang sama [8]. Karateristik ini
dijelaskan lebih dalam oleh Digby (2006) sebuah ethnic enclave, dimana awal
mula kedatangan imigran yang
sebagai ‘sekelompok orang yang tidak berbicara
mempunyai modal dan imigran yang
bahasa negara yang mereka tempati, merayakan
bekerja untuk pengusaha berkumpul di
festival yang berbeda, memiliki kepercayaan
suatu tempat yang terkonsentrasi,
yang berbeda, menyantap makanan dan memakai
dengan latar belakang budaya dan etnis
pakaian tradisional yang berbeda dibandingkan
dengan masyarakat mayoritas’ [9]. Kemudian yang sama. Portes dan Bach (1985)
menjelaskan bahwa keberadaan ethnic
Abrahamson (1996) menyatakan bahwa enklave
enclave harus didasari oleh dua syarat
perkotaan merupakan ‘konsentrasi dari
yaitu (1) Wirausahawan etnis yang
penduduk yang memiliki status khas yang
penting terhadap identitasnya; memiliki mempekerjakan sesama etnisnya, dan
(2) Suatu ethnic enclave harus
pertokoan khusus dan institusi yang
terkonsentrasi sendiri secara spasial
menyediakan dukungan lokal bagi gaya hidup
dari pusat ekonomi sehingga kawasan
khas dari penduduk tersebut, serta ruang
tersebut dapat berfungsi secara internal Survei primer melalui dengan pengamatan
sebagai pasar tenaga kerja bagi secara langsung dilapangan, dan hasil
kelompok etnis [14]. wawancara. Survey sekunder melalui
3. Faktor Sosial: Bakri et al (2014) survei instansional dan meninjau literatur.
menjelaskan bahwa atribut kultural C. Lokasi Penelitian
dalam sebuah komunitas sosial dapat Wilayah penelitian berada di lingkup RW 1
membentuk sebuah konsentrasi Kelurahan Melawai, Jakarta Selatan.
kawasan etnis. Atribut kultural tersebut D. Tahap Penelitian
adalah sebagai berikut: (1) Kelompok Dalam penelitian ini dilakukan tiga tahapan
sosial, (2) Bahasa, (3) Perayaan, dan berdasarkan sasaran penelitian yang dituju.
(4) Keagamaan) [15] Tahap pertama yaitu (1) identifikasi faktor-
4. Faktor Yang Direncanakan: faktor yang mempengaruhi terbentuknya
Kemunculan suatu kawasan etnis dapat kawasan Little Tokyo, (2) identifikasi
direncanakan oleh pemerintah elemen pembentuk citra kawasan
setempat dari perumusan kebijakan. berdasarkan persepsi pengunjung dan warga
local, (3) konsep perancangan kawasan
II. METODE PENELITIAN Little Tokyo berdasarkan persepsi
pengunjung dan warga local.
Penelitian ini dilakukan dengan
E. Analisis Data
menggunakan pendekatan deduktif, yaitu
Analisis yang digunakan dalam penelitian
pendekatan secara teoritik untuk mendapatkan
ini adalah content analysis untuk mencari
konfirmasi terhadap fenomena yang terjadi pada
pembentuk citra kawasan dan
lokasi studi [16]. Pendekatan deduktif digunakan
dikombinasikan dengan peta kognitif yang
karena penelitian ini menggunakan teori maupun
digambar oleh responden untuk
konsep terkait kawasan etnis atau kawasan
menganalisis elemen citra kawasan.
tematik untuk menjawab pertanyaan penelitian
mengenai faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi munculnya kawasan dan elemen-
elemen pembentuk citra kawasan Little Tokyo di
Melawai, Jakarta Selatan. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kualitatif yang fokus dengan
kondisi faktual di lapangan. Pendekatan melalui
penelitian kualitatif pada umumnya
diasosiasikan dengan perspektif interpretasi
dalam riset sosial, dimana logika penelitian
bukan semata-mata untuk menguji teori
mengenai perilaku manusia melainkan untuk
membangun atau mengkonstruksi teori
mengenai sesuatu yang memotivasi dan
mengarahkan manusia dalam berperilaku
Gambar 1. Tahapan perumusan konsep
(Supriharjo et al, 2013).
pengembangan kawasan Little Tokyo
A. Responden
Responden penelitian ini adalah
masyarakat Melawai, Jakarta Selatan yang
mengetahui sejarah kawasan Little Tokyo
ataupun kegiatan sosial di kawasan
Melawai dan responden pengusaha di
Melawai yang ahli dalam bidang sejarah
ataupun mengetahui mengenai kawasan
etnis Little Tokyo.
B. Pengumpulan Data
Data-data yang ada dalam penelitian ini
melalui survei primer dan survei sekunder.
Penggunaan metode cognitive mapping di dalam DKI Jakarta terdapat di kantor-
untuk mencari pola antara persepsi pengunjung kantor perusahaan Jepang yang berlokasi di
terhadap citra kawasan Little Tokyo. Setiap daerah Sudirman, dan (2) Aglomerasi
responden yang diwawancarai diberikan kegiatan usaha juga berperan dalam
kesempatan untuk menggambar di atas modul munculnya kawasan Little Tokyo dimana
yaitu peta kawasan Melawai sesuai dengan restoran dan karaoke serta klub malam
elemen-elemen Lynch, setelah itu terlihat peta Jepang terpusat di kawasan Melawai
kawasan Melawai berdasarkan pengalaman dan sehingga menarik pasar pengunjung
pengetahuan mereka terhadap kawasan ini. ekspatriat Jepang dari kawasan Sudirman
Contoh peta kognitif yang Digambar oleh dan Cikarang berkunjung ke Melawai.
responden adalah sebagai berikut. 2. Faktor Non-fisik: Faktor non-fisik yang
mempengaruhi munculnya kawasan Little
Tokyo dapat dibagi menjadi tiga faktor, yaitu
sebagai berikut.
A. Pasar
Pasar pengunjung dan konsumen Little
Tokyo terdiri dari domestic dan
ekspatriat, yaitu karyawan asal Jepang
yang bekerja di Jakarta dan sekitarnya.
B. Kelompok Sosial
Kelompok social yang terdiri di
Kawasan Little Tokyo terdiri dari
kelompok etnis yang bekerja di restoran
dan karaoke serta paguyuban pengusaha
Blok M yang dinaungi oleh Blok M
Gambar 2. Contoh Peta Kognitif Oleh Estate Management.
Responden C. Manusia
Kawasan Little Tokyo dan perayaan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN kebudayaan Ennichisai muncul dari
buah tangan Kerjasama antara Ketua
A.Mengidentifikasi Karakter Fisik Dan Non- RW 1 Melawai dan kelompok etnis
Fisik Serta Citra Kawasan Little Tokyo Di Jepang yang memiliki usaha di Kawasan
Kawasan Melawai, Jakarta Selatan Melawai untuk membangun etalase
kebudayaan Jepang di DKI Jakarta.
Dari hasil wawancara in-depth dan content D. Partnership
analysis yang dilakukan untuk mencari makna Ketua RW 1 bersama kelompok etnis
dalam transkrip wawancara dengan responden, Jepang bekerjasama dengan Pemerintah
dapat ditemukan faktor-faktor yang Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam
mempengaruhi munculnya fenomena Kawasan penyelenggaraan festival Ennichisai
Little Tokyo di Melawai, yaitu adalah sebagai setiap tahunnya yang ditandai dengan
berikut: pementasan budaya tradisional Jepang
dan kebudayaan Betawi.
1. Faktor Fisik: Faktor fisik yang
mempengaruhi munculnya Kawasan ini
adalah (1) lokasi dimana penetapan kawasan
perdagangan dan jasa khusus restoran dan
karaoke Jepang dimaksudkan untuk
mengakomodasi pasar dari pekerja
ekspatriat dari Jepang yang ada di DKI
Jakarta dan sekitarnya. Sebagian besar pasar
ekspatriat Jepang berada di daerah Cikarang,
dimana terdapat industri-industri
perusahaan Jepang, sementara untuk pasar
Faktor-faktor yang mempengaruhi 3. Node
kemunculan fenomena Kawasan Little Tokyo di Elemen titik di kawasan Little Tokyo
atas beserta hubungan antar elemennya dapat dibentuk oleh titik simpul transportasi dan
dilihat dalam table di bawah. persimpangan antara elemen jalur di dalam
kawasan. Pergerakan pengunjung antara
titik transportasi dengan titik perkumpulan
seperti pelataran barat dan parkir utara yang
menjadi area pagelaran festival
mempengaruhi kawasan Melawai menjadi
kawasan dengan pengunjung yang tinggi
pada waktu perayaan festival.
4. District
Pembagian kawasan di dalam wilayah
penelitian menjadi tiga kawasan
berdasarkan tipologi kegiatan, karateristik
kawasan serta kepengelolaan kawasan, yaitu
kawasan Little Tokyo, kawasan Blok M
Square dan kawasan Mal Blok M. Kawasan
Little Tokyo memiliki karateristik identitas
kawasan yang paling mencolok menurut
responden dikarenakan bentuk fasad gedung
beserta aktivitas yang terdiri dari kegiatan
usaha berbasis etnis Jepang seperti restoran,
bar dan karaoke Jepang. Selain kegiatan
usaha berbasis etnis, perayaan festival
Ennichisai yang sebagian besar diadakan di
dalam distrik Little Tokyo membentuk citra
Gambar 3. Table Faktor Pembentuk kawasan Melawai sebagai kawasan etnis
Munculnya kawasan Little Tokyo Jepang.
Di bawah ini merupakan hasil dari content 5. Landmark
analysis dan cognitive mapping yang dilakukan Elemen tangeran (landmark) di kawasan
dengan responden baik dari pengunjung dan Little Tokyo dinilai dari fungsi sebuah objek
pengusaha di wilayah studi mengenai elemen sebagai titik orientasi responden dalam
pembentuk citra kawasan di Little Tokyo. menavigasi di dalam kawasan, seperti
Golden Boutique Hotel. Namun, secara
1. Path signifikansi kultural di kawasan etnis
Elemen path terbentuk dari jalan lingkungan Jepang, tidak ada objek landmark yang
yang terdapat di dalam kawasan Melawai, menandakan kawasan etnis Little Tokyo.
jalan arteri (Panglima Polim Raya dan
Melawai Raya) serta jalur transportasi Identitas kawasan yang terbentuk di
umum yaitu bis dan MRT yang melalui kawasan Little Tokyo adalah kawasan komersil
kawasan. Elemen jalur yang digunakan dengan spesialisasi kegiatan usaha berbasis etnis
sebagai area perayaan Ennichisai memenuhi yaitu Jepang dengan bentuk fasad bangunan serta
parameter kawasan Melawai sebagai signage pertokoan yang dipengaruhi oleh
kawasan etnis Jepang. kebudayaan Jepang. Lalu, perayaan festival
2. Edge Ennichisai yang diadakan di kawasan ini setiap
Kawasan Little Tokyo dibatasi oleh jalur tahun menguatkan citra kawasan etnis Jepang di
kereta api yaitu MRT yang melintasi Jalan mata responden, namun citra ini tidak diperkuat
Panglima Polim Raya, namun secara dengan objek landmark yang menandakan
signifikasi kultural tidak ada elemen fisik karateristik kawasan Jepang. Dari hasil content
yang membatasi kawasan Little Tokyo yang analysis dan cognitive mapping tersebut,
membentuk citra kawasan Melawai sebagai dihasilkan peta citra kawasan yang terdiri dari
kawasan Jepang. seluruh elemen citra kawasan Lynch.
Gambar 4. Peta Citra Kawasan Little Tokyo

• Rekayasa lalu lintas di persimpangan


B. Arahan Pengembangan Kawasan Little Jalan Melawai 6 dan Melawai 8 untuk
Tokyo memudahkan sirkulasi kendaraan
bermotor untuk pengunjung Kawasan
1. Path (Jalur) Little Tokyo
Pengembangan elemen jalur di Kawasan
• Optimalisasi akses dari dan menuju
Little Tokyo dengan melebur jalur pejalan
kaki dan jalan kendaraan bermotor untuk perhentian transportasi umum (MRT
mendukung kegiatan festival Ennichisai dan dan Terminal) dengan pemugaran
kegiatan usaha etnis. trotoar
2. Edge (Batas) 5. Landmark
Pembangunan objek fisik yang dapat Pembangunan objek atau bangunan yang
membatasi Kawasan Little Tokyo dengan menandakan ciri khas kawasan Little Tokyo
Kawasan disekitarnya seperti torii gate dan memberikan kesan dan identitas
3. District (Kawasan) Kawasan Melawai sebagai Kawasan etnis
• Penetapan Kawasan Little Tokyo Jepang atau Little Tokyo.
sebagai kawasan etnis Jepang di area Jl.
Melawai 6, Melawai 7, Melawai 8, IV KESIMPULAN
Melawai 9 dan Melawai 5,
• Penambahan elemen street furniture Terbentuknya Kawasan Little Tokyo di
serta signage yang memiliki unsur ke- Melawai, Jakarta Selatan dinilai dari faktor fisik
Jepangan seperti lampion, papan dan non-fisiknya adalah aglomerasi kegiatan
penunjuk berhuruf Kanji, serta fasad usaha etnis Jepang yang terpusat di kawasan
bangunan dengan arsitektur Jepang, Melawai, serta dapat dijangkau oleh pekerja asal
Jepang di Jakarta dan sekitarnya. Secara faktor
• Pemanfaatan bangunan untuk kegiatan
non-fisik, tokoh masyarakat yang terdiri dari
usaha yang spesifik untuk retail dan jasa
warga local dan kelompok etnis pengusaha
yang berhubungan dengan Jepang
menciptakan adanya akulturasi budaya di
4. Node (Simpul)
kawasan Melawai hingga digelarnya perayaan
• Optimalisasi ruang terbuka hijau dan
kebudayaan Jepang yang dilaksanakan setahun
ruang terbuka non-hijau di Taman
sekali. Pendekatan budaya Jepang di kawasan
Martha Tiahahu sebagai ruang public
Melawai yang terdapat pada 5 komponen
baru bagi pengunjung Kawasan Little
pembentuk citra kawasan masih belum terbentuk
Tokyo,
secara utuh pada masing-masing komponennya.
Maka dari itu dari hasil temuan pada penelitian
ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
mengembangkan Kawasan Little Tokyo agar
sesuai dengan komponen citra yang berkembang
dan pada akhirnya Kawasan Melawai memiliki
value sesuai dengan citra kawasan etnis Jepang.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Montgomery, J. (1998). Making A City: Urbanity,
Vitality and Urban Design. Journal of Urban
Design 3(1), 93-116.
https://doi.org/10.1080/13574809808724418
[2] Zahnd, M. (1999). Perancangan Kota Secara Terpadu.
Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
[3] Lynch, K. (1984). Good City Form. MIT Press.
[4] Pocock, D. & Hudon, R. (1978). Images of The Urban
Environment. Department of Geography,
University of Durham.
[5] [6] Purwanto, E. (2001). Pendekatan Pemahaman Citra
Lingkungan Perkotaan (Melalui kemampuan Peta
Mental Pengamat), Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur, 29(1), Juli 2001: 85 – 92.
https://doi.org/10.9744/dimensi.29.1.
[7] Lynch, K. (1960). The Image of The City. Cambridge:
MIT Press.
[8] Vinokurov, E., (2005). Theory of Enclaves. Lexington
Books.
[9] Digby, B., (2006). Ethnic Enclaves in Large Cities.
Geo Date, 19(3).
[10] Abrahamson, M. (1996). Urban Enclaves: Identity
and Place in America. New York: St. Martin’s.
[11] Portes, A., & Bach, R. L., (1985). Latin Journey:
Cuban and Mexican Immigrants in the United
States. Berkeley, CA: University of California
Press.
[12] Chan, S.K.L, & Chan, C.S. (2011). Ethnic Enclave of
Thai Restaurants in Kowloon City of Hong Kong.
International Journal of the Computer, the Internet
and Management, 19(SP1), June.
[13] Wilson,K. & Portes,A., (1980). Immigrant enclaves:
An analysis of the labor market experiences of
Cubans in Miami. American Journal of Sociology,
86: 295-319.
[14] Portes, A., & Bach, R. L., (1985). Latin Journey:
Cuban and Mexican Immigrants in the United
States. Berkeley, CA: University of California
Press.
[15] Bakri, A.F. et al. (2014). The Physical and Cultural
Attributes of Ethnic Enclave: A Basis for
Conservation. MATEC Web of Conferences 15,
EDP Sciences.
[16] Rahmawati, D., & Supriharjo, R. & Setiawan, R. &
Tucunan, K. (2014). Community Participation in
Heritage Tourism for Gresik Resilience. Procedia -
Social and Behavioral Sciences Vol. 135, 142-145.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.07.338

Anda mungkin juga menyukai