Oleh:
GEA FEROZA ARIYANTI
NRP 08211440000021
Dosen Pembimbing:
PUTU GDE ARIASTITA, ST., MT.
i
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
2.2.1 Diskusi Konsep Livability ............................................... 18
2.2.2 Konsep Livable City ........................................................ 23
2.2.3 Kaitan Livability dengan Persepsi Kepuasan ................... 35
2.3 Penelitian Terdahulu (State of The Art) .................................. 38
2.4 Sintesa Pustaka ....................................................................... 41
2.5 Kerangka Pikir Penelitian ....................................................... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................... 49
3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................. 49
3.2 Jenis Penelitian ....................................................................... 49
3.3 Variabel Penelitian ................................................................. 50
3.4 Populasi dan Sampel............................................................... 58
3.5 Metode Pengumpulan Data .................................................... 63
3.5.1 Data Primer ...................................................................... 63
3.5.2 Data Sekunder.................................................................. 65
3.6 Metode Analisis ...................................................................... 67
3.6.1 Deskripsi Kondisi Eksisting Lingkungan Hunian
Rusunawa Dandangan .............................................................. 69
3.6.2 Menentukan Kriteria (variabel) Livability Rumah Susun
Sederhana Sewa ........................................................................ 70
3.6.3 Menilai Tingkat Livability Rusunawa Dandangan
berdasarkan Persepsi Kepuasaan Penghuni .............................. 74
3.7 Tahapan Penelitian ................................................................. 77
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................... 81
4.1 Gambaran Umum Wilayah Studi ........................................... 81
4.1.1 Wilayah Administrasi ...................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................vii
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
ABSTRAK
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
tangga, menciptakan ruang terbuka yang sah secara hukum dan
menjadi salah satu strategi urban renewal.
Kebijakan penyediaan rumah untuk MBR
diselenggarakan oleh sektor publik (Yudosodo, 1991;
O‟Sullivan, 2000). Peranan pemerintah sebagai penyedia
perumahan publik dianggap masih penting terutama dalam
pemenuhan kebutuhan rumah yang layak huni dan terjangkau.
Menurut Bratt (1989), kebijakan perumahan untuk MBR di
perkotaan diimplementasikan melalui rumah sewa murah (low-
rent housing). Rumah susun seharusnya tidak hanya murah dan
dapat dijangkau masyarakat berpengahasilan rendah, tetapi
nyaman untuk ditinggali dalam rangka memenuhi kebutuhuhan
akan rumah yang akan ditempati dan meningkatkan kualitas
lingkungan hidup (Auryn Lusida Amir et al., 2015)
Salah satu visi pembangunan perkotaan Indonesia dalam
KSNP 2015 yang dirumuskan oleh Bappenas (2012) yakni kota
berkelanjutan dan berdaya saing untuk kesejahteraan
masyarakat: Smart City, Livable City, dan Green Economy
City. Dalam mewujudkan kota yang livable, erat hubungannya
dengan keberadaan kawasan permukiman yang livable (layak
huni). Dengan tercapainya permukiman yang livable, maka
kota-kota di Indonesia akan lebih mudah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduknya.
Livability merupakan istilah yang luas dengan tidak ada
definisi yang tepat dan disepakati secara universal. Konsep
“Livability” mencakup pengertian yang sejenis dengan
keberlanjutan (sustainability), kualitas hidup (quality of live),
karakter suatu place dan kesehatan masyarakat (Community
2
and Quality of Life: Data Needs for Informed Decision
Making, 2002). Livability erat kaitannya dengan manusia dan
lingkungan, yang mencakup unsur-unsur yang membuat suatu
tempat cocok untuk ditinggali (Van Kamp et al., 2003). Oleh
karena itu secara luas “livability” dapat diartikan sebagai
“suatu kesejahteraan masyarakat yang merepresentasikan
karakteristik suatu tempat dimana orang-orang ingin hidup
baik, sekarang maupun di masa yang akan datang”, (VCEC,
2008). Selain itu beberapa riset juga mengaitkan konsep
“livability” dengan faktor-faktor seperti kualitas hidup (quality
of live), kesehatan, rasa aman, akses ke infrastruktur/pelayanan,
standar hidup yang nyaman, mobilitas dan transportasi, kualitas
udara dan partisipasi sosial (Bishop, 1995; Howley, 2009).
Konsep lingkungan permukiman yang layak huni
(Livable Housing Concept) dapat diperoleh dari definisi
Livable City karena perumahan dan permukiman seringkali
menempati area maksimum di perkotaan. Dominasi kawasan
permukiman di perkotaan membuat perumahan dan
permukiman sebagai fokus utama dalam manajemen kota.
Sehingga konsep Livable City dapat diaplikasikan ke dalam
lingkup yang lebih kecil seperti tempat tinggal dengan
beberapa penyesuaian (Auryn Lusida Amir et al., 2015).
Livability merujuk pada lingkungan berdasarkan perspektif
individu dan juga termasuk penilaian kondisi lingkungan
hunian yang subjektif (Heylen, 2006). Sederhananya,
liveability housing concept mencakup karakteristik lingkungan
perkotaan yang membuat suatu tempat menarik dan nyaman
untuk ditinggali (Thorsby, 2005)
3
Livability, Vilability dan Sustainability merupakan
bagian dari komponen kualitas hidup (Quality of Live) yang
ketiganya saling integral. Kondisi dari masing-masing bagian
akan mempengaruhi kondisi secara keseluruhan. Kualitas
hidup (Quality of Live) sangat kontekstual karena berkaitan
dengan tingkat kepuasaan (satisfaction). Oleh karenanya,
penilaian livability Rusunawa dapat diukur dengan persepsi
tingkat kepuasaan (satisfaction level).
Kebijakan pembangunan Rusunawa haruslah livable agar
mampu mencegah timbulnya kawasan permukiman kumuh
baru dalam bentuk vertikal. Diharapkan lingkungan Rusunawa
yang livable mampu meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah (penghuni
rusunawa) yang memiliki kemampuan terbatas dalam
memperoleh hunian yang layak.
Kebijakan pembangunan rumah susun sederhana sewa
juga menjadi salah satu alternatif dalam penanganan
permasalahan perumahan dan permukiman di Kota Kediri.
Rumah Susun Dandangan merupakan program pembangunan
pemerintah Kota Kediri sebagai salah satu upaya dalam
mengatasi backlog perumahan dan kawasan kumuh di Kota
Kediri. Rusunawa Dandangan berlokasi di Kelurahan
Dandangan, kecamatan Kota, Kota Kediri. Rusunawa berlokasi
pada wilayah yang merupakan prioritas 1 (satu) kawasan
kumuh di Kota Kediri (RP2KPKP Kota Kediri). Rusun
Dandangan diprioritaskan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR) di empat kelurahan yakni: Kelurahan
4
Dandangan, Kelurahan Balowerti, Kelurahan Ngadirejo dan
Kelurahan Semampir.
Rusunawa Dandangan selesai dibangun pada tahun 2014
dan kembali difungsikan pada akhir tahun 2016. Setelah
sempat terbengkalai selama 3 tahun, kondisi Rusunawa
Dandangan saat ini mengalami penurunan kualitas bangunan
seperti rusaknya dinding, kamar dan atap. Bangunan Rusunawa
terlihat usang dan tidak terawat (beritajatim.com ditulis tanggal
24 Februari 2017). Selain itu beberapa sarana penunjang
kegiatan penghuni Rusunawa seperti pembangunan tempat
ibadah, pembuatan taman, akses jalan dan RTH yang sudah
direncanakan belum juga terlaksana. Dari lima (5) twin blok
yang terbangun, saat ini baru terisi 2 twin blok dengan total
penghuni 196 Kepala Keluarga, yang menunjukan rendahnya
minat huni Rusunawa Dandangan oleh masyarakat. Hal ini
mengindikasikan adanya penurunan kondisi livability dari
Rusunawa Dandangan yang dapat berdampak pada penurunan
kualitas hidup penghuninya.
Penilaian livability rusunawa dilakukan dengan melihat
persepsi kepuasaan penghuni terhadap kondisi lingkungan
tempat tinggalnya. Penelitian tentang penilaian kepuasaan
penghuni rusunawa yang dilakukan sebelumnya lebih fokus
kepada kualitas fisik bangunan/lingkungan dan aspek
pengelolaan rusunawa (Dafrimon dan Gunawan, 2012;
Hendaryono, S. Mulyo, 2010; Hartatik et all., 2010) sedangkan
penilaian persepsi kepuasaan penghuni rusunawa menurut
aspek livability belum dilakukan. Selain itu, penelitian tentang
penilaian livability housing concept masih terbatas pada
5
kawasan permukiman yang berbentuk horizontal (Mohammad
Abdul Mahut et all., 2010; Fauziah Raji et all., 2016;
Suryaningsih Mega, 2017;). Sedangkan, penelitian ini mencoba
mengadopsi penilaian konsep lingkungan tempat tinggal yang
livable (layakhuni) pada kawasan perumahan berbentuk
vertikal yakni rumah susun sederhana sewa bagi MBR. St.
John and Clark (1984) menemukan bahwa tidak semua
penghuni memiliki persepsi yang sama dalam menilai kondisi
tempat tinggalnya serta atribut/kriteria yang dianggap penting
bagi mereka karena setiap tempat memiliki
karakteristik/lokalitas yang berbeda. Oleh karenanya,
penelitian ini mencoba mengidentifikasi atribut dan persepsi
penghuni terhadap kondisi kelayak hunian (livability) di
Rusunawa Dandangan, Kota Kediri.
6
Konsep livability dijadikan pedoman dalam
mengidentifikasi apakah pembangunan rusunawa dapat
memenuhi kriteria kelayakhunian sebagai solusi dari
permukiman kumuh perkotaan. Rusunawa yang livable
diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat
berpenghasilan rendah di kawasan perkotaan. Sehingga perlu
dirumuskan apa saja yang menjadi kriteria untuk menilai
livability (kelayakhunian) Rusunawa. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap livability (kelayakhunian) suatu
lingkungan tempat tinggal merupakan masukan penting dalam
memantau keberhasilan kebijakan penyediaan perumahan
publik bagi pemerintah. Berdasarkan uraian masalah tersebut
maka yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah “Apa saja
kriteria yang sesuai untuk menilai Livability sebuah
Rusunawa?”
7
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup penelitian ini berada di Rusunawa
Dandangan yang berlokasi di jalan Singosari, Kelurahan
Dandangan, Kecamatan Kota, Kota Kediri. Lokasi
pembangunan Rusunawa Dandangan berada disekitar kawasan
peruntukan industri pabrik Gudang Garam seperti pada
Gambar 1.1 dibawah ini
8
Gambar 1. 1 Lokasi Studi Penelitian
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Kediri, 2017
9
1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan penelitian ini meliputi bahasan
terkait penyediaan rumah untuk masyarakat berpenghasilan
rendah (public housing) di Indonesia dan mengenai apa saja
yang menjadi kriteria rumah susun sewa yang livable yang
diadopsi dari konsep Livable City maupun atribut livability.
Penilaian livability rusunawa ini dilakukan dengan melihat
bagaimana persepsi kepuasaan penghuni Rusunawa Dandangan
terhadap kondisi lingkungan tempat tinggalnya dan
pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas hidup penghuni.
Persepsi kepuasaan ditunjukkan dengan gap (kesenjangan)
antara harapan dan kenyataan (kondisi empiris) yang dirasakan
penghuni.
10
perumahan rakyat (public housing), penelitian ini akan berguna
sebagai perbandingan dan memberikan kontribusi yang
bermanfaat.
11
Gambar 1. 2 Kerangka Penelitian Livability Rusunawa Dandangan Kota Kediri
LATAR BELAKANG
Kota mengalami perkembangan yang pesat, tingginya laju pertumbuhan penduduk dan
urbanisasi menimbulkan berbagai masalah salah satunya penyediaan rumah bagi MBR Kebijakan pembangunan
rumah susun bagi MBR untuk
Kebutuhan akan rumah semakin meningkat sedangkan lahan perkotaan makin terbatas mengurangi backlog
menciptakan kawasan permukiman kumuh baik legal/ilegal + perumahan dan mencegah
munculnya kawasan
Kondisi permukiman kumuh menyebabkan penurunan kualitas hidup penduduk yang kumuh baru
tinggal di dalamnya
Kebijakan pembangunan Rusunawa harus Livable sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan MBR yang memiliki kemampuan terbatas serta mencegah timbulnya kawasan permukiman
kumuh baru dalam bentuk vertikal
RUMUSAN
MASALAH
Apa saja kriteria yang sesuai untuk menilai Livability Rumah Susun Sederhana Sewa yang diadopsi dari konsep
Livable City maupun livability attributes?
SASARAN
Merumuskan kriteria livability rumah susun sewa Menilai tingkat livability Rusunawa Dandangan
berdasarkan persepsi tingkat kepuasaan penghuni berdasarkan persepsi (preferensi) kepuasaan penghuni
OUTPUT
Kriteria Rusunawa yang Livable serta Penilaiannya dalam upaya peningkatan kualitas hidup
12
masyarakat berpengahasilan rendah di Rusunawa Dandangan Kota Kediri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
13
Budiharjo (2006) menjelaskan bahwa dalam proses
perencanaan rumah susun terdapat tiga faktor yang harus
dipahami sebelumnya, yakni: makna/hakekat rumah, fungsi
rumah, dan ciri hakiki perumahan bagi manusia. Dengan
memahami ketiga faktor diatas, diharapkan rumah susun dapat
menampung aspek-aspek kehidupan masyarakat dengan segala
aktivitasnya.
15
5) Memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang
menunjang kehidupan penghuni dan masyarakat dengan
tetap mengutamakan tujuan pemenuhan kebutuhan
perumahan dan permukiman yang layak, terutama bagi
MBR
6) Memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang
pembangunan rumah susun
7) Menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang
layak dan terjangkau, terutama bagi MBR dalam
lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan
berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola perumahan
dan permukiman yang terpadu; dan
8) Memberikan kepastian hukum dalam penyediaan,
kepenghunian, pengelolaan dan kepemilikan rumah
susun.
Seperti telah dibahas diatas bahwa tujuan pembangunan
rumah susun adalah memenuhi kebutuhan rumah layak huni
bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan menciptakan
lingkungan yang selaras serasi dan seimbang.
Berdasarkan Buku Rusun (2012), Rusunawa sebagai
salah satu strategi penataan permukiman kumuh perkotaan
membawa beberapa implikasi positif antara lain:
1) Membantu mengatasi permasalahan permukiman
kumuh perkotaan dengan penerapan urban renewal
atau peremajaan kota.
2) Sebagai bentuk keperpihakan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) yang belum atau tidak
mampu menghuni rumah milik.
16
3) Menjamin kepastian dan keamanan tinggal (secure
tenure) terutama bagi komunitas yang semula
menghuni lingkungan dan atau kawasan illegal.
4) Penggunaan lahan yang efisien akan berdampak pada
pelestarian lingkungan karena memperluas daerah
resapan air dan Ruang Terbuka Hijau (RTH), serta
memberikan ruang/lahan untuk fungsi-fungsi sosial
yang bermanfaat bagi kehidupan dan kesejahteraan
komunitas yang tinggal pada llingkungan tersebut.
5) Teknik pembangunan fisik rusunawa yang telah
dikembangkan (sistem terkini dan sistem prototype)
yang mempercepat proses kontruksi sehingga
mengefisiensi waktu, pengatasan permasalahan runtuh
dan tahan gempa.
6) Bentuk bangunan vertikal menekankan pada efisiensi
pemanfaatan lahan
7) Konsentrasi hunian yang terpusat menciptakan
efisiensi dalam investasi dan pemeliharaan
infrastruktur perkotaan.
8) Radius pencapaian yang relatif dekat dengan pusat
kota akan mengurangi pemborosan biaya hidup
keluarga dan penghematan energy berkaitan dengan
transportasi.
18
Konsep livability telah dieksplorasi secara ekstensif dan
dibahas oleh akademisi, praktisi dan pembuat kebijakan dalam
satu dekade terakhir dengan tujuan meningkatkan
pembangunan yang berkelanjutan. The National Association of
Regional Councils of U.S. melakukan pencarian untuk jurnal
yang dipublikasikan sejak bulan Januari tahun 1976 hingga
Oktober 2011 di EbscoHost database menggunakan “livability”
sebagai kata kunci pada teks dan “livable” sebagai istilah
subjek dan menghasilkan 10 deksripsi yang paling sering
muncul yakni “urban planning, cities and towns, policy,
housing, urban growth, transportation, social, quality of life,
community development, and sustainable development”
(Young & Hermanson, 2013). Gagasan mengenai livability
juga menjadi semakin berpengaruh pada perencanaan,
permukiman dan kebijakan penataan kota di seluruh dunia
(Shamsudin et al., 2012).
P. Evans, ed. (2002, dalam Timmer & Seymoar, 2006)
menyatakan bahwa konsep livability dapat diibaratkan sebagai
sebuah mata uang yang memiliki dua sisi. Di satu sisi livability
berhubungan erat dengan keberlanjutan penghidupan rakyat
dan di sisi lain erat kaitannya dengan keberlanjutan ekologi.
Untuk menjadi sebuah kota yang livable kedua sisi tersebut
haruslah seimbang. Dalam hal menyelesaikan masalah terkait
keberlanjutan penghidupan rakyat, kebijakan yang diambil
haruslah memperhatikan lingkungan.
Bila ditinjau dari pendapat para ahli, livability berasal
dari kata livable yang berarti kesesuaian untuk kehidupan
manusia. Livability adalah kenyamanan untuk tinggal pada
19
suatu lingkungan (Lynch, 1974). Liveability juga mencakup
karakteristik lingkungan perkotaan yang membuatnya menjadi
sebuah tempat yang menarik untuk ditinggali (Throsby, 2005).
Sedangkan menurut Heylen (2006), menjelaskan bahwa
livability merujuk pada lingkungan berdasarkan perspektif
individu dan juga termasuk evaluasi subjektif kualitas kondisi
lingkungan perumahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
livability adalah suatu kondisi lingkungan yang membuat orang
merasa nyaman, aman dan bahagia tinggal didalamnya.
Livability memiliki berbagai definisi dan pendekatan
bergantung pada fokus dan minat penelitiannya. Variabel yang
umumnya digunakan dalam penelitian terkait livability,
diantaranya yakni: usia, jenis kelamin, status perkawinan,
jumlah rumah tangga, suku/etnis, pendidikan, status pekerjaan,
pendapatan setiap bulan, lama tinggal dan status kepemilikan
(tenure status). Kategori lain dalam variabel yang berhubungan
dengan penilaian livability suatu lingkungan hidup dapat
ditemukan pada beberapa penelitian yang dapat dilihat pada
Tabel 2.1 dibawah ini.
20
Keindahan
Nilai ekonomi (economically
vital)
Dapat dijangkau oleh
berbagai golongan penduduk
(affordable)
Administrasi yang efisien
Infrastruktur yang
fungsional
Ruang terbuka yang cukup
Efek dari transportasi umum
Aktivitas budaya yang
menarik
Rasa gotong royong (sense
of communities)
Barang-barang konsumsi
Studi komparasi
Utilitas
kelayakhunian
Chaudhury (2005) Perumahan yang terjangkau
(Liveability) di
Jaminan sosial dan kondisi
Bangladesh
lingkungan
Tangible (eksistensi dari
infrastruktur publik)
- Ruang publik
- Urban transit
- Ketersediaan fasilitas
kesehatan dan
pendidikan
- Pelayanan Liveable
- Udara bersih dan sanitasi communities and
Throsby (2005)
air neighbourhood in
- Sistem pembuangan air California
(water disposal system)
Intangible
- Sense of place
- Aktivitas lokal yang khas
- Jaringan sosial yang
kokoh (well established
social networks)
21
Unit hunian (dwelling unit),
Lingkungan fisik (physical Livability
environment) perumahan rakyat
Heylen (2006)
Lingkungan sosial (Social (social housing
Environment) livability)
Keamanan (safety)
Konektivitas Mengeksplorasi
Aksesibilitas keterkaitan
Mixed use liveability
Benzito (2009) Kepadatan Penduduk kepadatan kota
(density) (Exploring city
density liveability
relationship)
Sosial
Liveability
Fisik
lingkungan tempat
Leby and Hashim Indikator Keamanan dan
tinggal
(2010) Kriminalisme
(neighbourhood) di
Indikator fungsional
Malaysia
(fasilitas publik)
Komunitas (community)
Pertumbuhan ekonomi
(Economic development) Definisi, tujuan,
Affordability objek dan indikator
Litman (2011) (keterjangkauan) performa
Public health sustainability and
Social equity livability
Paparan polusi (population
exposure)
Fasilitas lingkungan
(neighbourhood facilities)
Kualitas Jalan
Persampahan Studi perbandingan
liveability pada dua
Asiyanbola et al. Transportasi umum
lingkungan tempat
(2012) Kebersihan lingkungan
tinggal di Ogun
Penerangan jalan
State, Nigeria
Keamanan lingkungan
Tingkat kriminalitas
Ketersediaan air bersih
22
Pasar/tempat berbelanja
Hubungan personal
(Interpersonal relationship)
Kualitas Sekolah
Sistem Drainase
Suplai listrik
Kondisi secara umum
(General condition)
Rumah
Lingkungan tempat tinggal
Pelayanan dasar
Experimental
Namazi-Rad et al. Hiburan/rekreasi
determination of
(2012) (entertainment)
perceived liveability
Pekerjaan
Pendidikan
Transportasi
Unit hunian individu
(Individual dwelling unit) Liveability kota inti
Domain bangunan kompleks dalam
Buys et al. (2013)
(Building complex domain) ( inner core city
Domain komunitas liveability)
(Community domain)
Pemerintah kota
Keamanan dan keselamatan
Identitas kultur dan relevansi
Konseptualisasi
Lawanson et al. global (Cultural identity &
liveability kota
(2013) global relevance)
Afrika
Indeks lingkungan &
infrastruktur (Environmental
indices & infrastructure)
Sumber: Hasil studi literatur, 2017
23
hidup yang membutuhkan pembangunan fisik dan non fisik
(Evan, 2002). Konsep tersebut berkaitan dengan sistem ekologi
dan kenyamanan untuk hidup bagi masyarakat kota. Menurut
Hahlweg (1997), suatu kota dikatakan layak untuk dihuni
ketika kota tersebut dapat menampung seluruh kegiatan
masyarakat kota dan dirasa aman bagi masyarakat. Konsep
kota yang nyaman untuk ditinggali juga dikemukakan oleh
Salzano (1997) dalam Seven Aims for the Livable City, yang
mengutarakan bahwa kota layak huni adalah kota yang
merupakan pusat kehidupan sosial dan fokus dari keseluruhan
aktivitas masyarakat. Lebih lanjut, dalam konsep Livable City,
elemen fisik dan sosial dalam suatu kota harus berkolaborasi
untuk kesejahteraan masyarakat (Salzano, 1997). Sedangkan
menurut IAP (2014), livable city adalah kota layak huni yang
menggambarkan kondisi lingkungan yang nyaman dan suasana
kota sebagai tempat tinggal dan bekerja, dengan melihat
berbagai aspek baik secara fisik (fasilitas perkotaan,
infrastruktur, tata ruang, dll) serta aspek non-fisik yang
meliputi hubungan sosial, kegiatan ekonomi, dll. Sehingga
dapat disimpulkan livable city merupakan sebuah kota dimana
seluruh kalangan masyarakatnya memiliki kehidupan yang
aman, nyaman, memiliki kualitas hidup baik dari segi fisik
maupun non-fisik serta memiliki pengembangan kota yang
berkelanjutan.
24
Gambar 2. 1 Model Prisma Livability
Sumber: Google, 2017
25
1. Tersedianya berbagai kebutuhan dasar dari masyarakat
kota;
2. Tersedianya fasilitas umum dan sosial yang memadai;
3. Tersedianya ruang publik sebagai tempat untuk
berinteraksi sosial;
4. Mendukung keamanan, bebas dari rasa takut;
5. Mendukung fungsi sosial-budaya dan ekonomi; dan
6. Terlayani sanitasi lingkungan dan keindahan
lingkungan fisik.
Sedangkan menurut Douglass (2002), penerapan konsep
Livable City harus mengacu pada 4 pilar, yakni :
1. Meningkatkan sistem kesempatan hidup untuk
kesejahteraan masyarakat;
2. Penyediaan lapangan pekerjaan;
3. Lingkungan yang aman dan bersih untuk kesehatan;
4. Good governance (pemerintahan yang baik).
26
ketersediaan fasilitas umum dan sosial, adanya rasa aman,
lingkungan yang bersih dan indah serta sistem pemerintahan
yang baik.
Berikut ini beberapa penelitian/studi yang dilakukan
dalam menilai livability suatu kota berdasarkan variabel-
variabel yang berbeda antara satu dengan lainnya pada Tabel
a) Penelitian yang dilakukan oleh IAP pada tahun 2011
dan 2014;
Salah satu lembaga di Indonesia yang melakukan
penilaian terkait kualitas suatu kota dengan tingkat layak
huni adalah Ikatan Ahli Perencanaan (IAP). IAP
melakukan penilaian tingkat layak huni terhadap
sejumlah kota di Indonesia, yang disebut sebagai
Indonesia Most Livable City Index (MLCI). MLCI
dilakukan untuk identifikasi terhadap aspek-aspek
pembangunan pada masing-masing kota yang
memerlukan perhatian khusus berdasar persepsi
warganya. Tahun 2014, MLCI dilakukan terhadap 17
kota di Indonesia, di antaranya adalah Kota Bogor, Kota
Bandung, Kota Semarang, Kota Solo, Kota Surabaya,
Kota Malang, Kota Jogjakarta, Kota Balikpapan, Kota
Banjarmasin, Kota Palangkaraya, Kota Samarinda, Kota
Pontianak, Kota Makassar, Kota Jayapura, Kota
Palembang, Kota Medan, dan DKI Jakarta. Kota-kota
tersebut terpilih untuk dinilai tingkat layak huninya
dikarenakan kota-kota tersebut memiliki pengaruh skala
regional dan nasional. Indikator yang digunakan oleh
IAP (2011) dalam melakukan penilaian tersebut
27
berjumlah 26 indikator yang dikelompokkan menjadi 9
aspek. Berikut adalah aspek-aspek yang dinilai oleh IAP:
1. Aspek Tata Ruang
Dalam aspek ini, responden memberikan persepsi
dan impresinya terhadap beberapa variabel seperti
penataan kota dan Ruang Terbuka Hijau di kotanya
masing-masing.
2. Aspek Lingkungan
Dalam aspek ini, responden memberikan persepsi
dan impresinya terhadap beberapa variabel seperti
kebersihan dan polusi atau pencemaran di kotanya
masing-masing.
3. Aspek Transportasi (jalan, angkutan);
Dalam aspek ini, responden memberikan persepsi
dan impresinya terhadap beberapa variabel seperti
jaringan jalan dan angkutan jalan di kotanya
masing-masing.
4. Aspek Fasilitas
Dalam aspek, responden memberikan persepsi dan
impresinya terhadap beberapa variabel seperti
fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan di
kotanya masing-masing.
5. Aspek Infrastruktur – Utilitas
Dalam aspek ini, responden memberikan persepsi
dan impresinya terhadap beberapa variabel seperti
jaringan listrik, jaringan air bersih, dan jaringan
telekomunikasi di kotanya masing-masing.
28
6. Aspek Ekonomi
Dalam aspek ini, responden memberikan persepsi
dan impresinya terhadap beberapa variabel seperti
ketersediaan lapangan pekerjaan dan
keterjangkauan lokasi kerja di kotanya masing-
masing.
7. Aspek Keamanan; dan
Dalam aspek ini, responden memberikan persepsi
dan impresinya terhadap beberapa variabel seperti
kejadian kriminal di kotanya masing-masing.
8. Aspek Sosial
Dalam aspek ini, responden memberikan persepsi
dan impresinya terhadap beberapa variabel seperti
kebudayaan dan interaksi warga di kotanya masing-
masing.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh IAP
tersebut, pada tahun 2014, Kota Balikpapan merupakan
kota yang memiliki tingkat layak huni yang tertinggi.
Sedangkan pada tahun 2011, Kota Yogyakarta
merupakan kota yang dianggap paling layak huni.
29
yang dilakukan oleh IAP. Dalam penelitian ini
menunjukkan adanya kriteria yang digunakan dalam
menilai kelayakhunian Kota Manado, di antaranya
adalah kriteria Informasi pelayanan publik, interaksi
antar hubungan penduduk, tingkat kriminalitas, tingkat
aksesibilitas tempat kerja, jaringan telekomunikasi,
jaringan air bersih, fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, jalan, angkutan umum, pencemaran
lingkungan, kebersihan lingkungan, ruang terbuka,
bangunan bersejarah, fasilitas rekreasi, listrik, lapangan
kerja, pejalan kaki, kaum difabel, dan penataan kota.
Sedangkan kriteria yang berpengaruh terhadap
penentuan kondisi tingkat layak huni Kota Manado
adalah kualitas penataan kota, penurunan jumlah ruang
terbuka hijau yang ada di perkotaan, penurunan kualitas
lingkungan perkotaan, dan peningkatan intensitas
kemacetan.
30
udara, air, persampahan, penggunaan listrik, iklim,
biodiversity, ruang terbuka hijau), serta aspek
lingkungan manusia (meliputi kriminalitas,
kenyamanan dan budaya, dan fasilitas berbelanja
makanan dan barang lokal lainnya).
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa
pengembangan Livable City Kota Balikpapan belum
bisa tercapai sepenuhnya. Faktor kunci yang
mendorong ketercapaian konsep Livable City di Kota
Balikpapan antara lain faktor kepemimpinan, komitmen
dan political will, serta aspek koordinasi dan
komunikasi.
31
5. Peningkatan pada Kualitas Lingkungan
6. Ketersediaan Ruang publik dan Fasilitas Pendukung
7. Keberadaan Aktivitas Ekonomi
8. Adanya Interaksi Sosial Antar Masyarakat
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa secara
garis besar Kota Baru Yogyakarta memiliki tingkat
layak huni yang baik meskipun memerlukan
peningkatan. Terdapat 5 variabel utama yang memiliki
kesesuaian antara kondisi di lapangan dengan konsep
Livable City, di antaranya variabel tata guna lahan,
aksesibilitas, lingkungan dan open space, ekonomi, dan
sosial. Selain itu, luas wilayah pada blok-blok kawasan
yang memiliki banyak fungsi yang terpusat cenderung
memiliki tingkat daya hidup yang baik. Hal ini
dikarenakan kawasan blok tersebut yang memiliki
karakteristik ruang secara lebih beragam.
32
Fasilitas Pendidikan
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Peribadatan
Fasilitas Rekreasi
Pelayanan Energi Listrik
Jaringan Jaringan Air Bersih
2.
Utilitas Jaringan Komunikasi
Pengelolaan Sampah
Jangkauan Transportasi
Publik
Jaringan Jalur Pedestrian
3.
Transportasi Kondisi Perkerasan
Jaringan Jalan
Keselamatan Lalu Lintas
Tingkat Pendapatan
4 Ekonomi
Tingkat Biaya Hidup
Keamanan dan Ketertiban
Interaksi antar Penduduk
5 Sosial Budaya Informasi Pelayanan
Publik
Kepadatan Penduduk
Sumber: Purnomo, 2016
33
f) Penelitian Livable City di Kota Surabaya
berdasarkan Pemangku Kebijakan;
Tujuan dari penelitian yang berjudul “Peningkatan
Ketercapaian Kota Layak Huni di Surabaya
berdasarkan Persepsi Pemegang Kebijakan” ini adalah
merumuskan arahan guna meningkatkan ketercapaian
tingkat layak huni Kota Surabaya. Kota Surabaya telah
memiliki nilai untuk tingkat layak huni di mana
penilaian tersebut dilakukan oleh IAP melalui persepsi
masyarakat. Namun, penelitian ini meninjau tingkat
layak huni Kota Surabaya berdasarkan pemangku
kebijakan di mana terdapat perbedaan penilaian antara
kacamata masyarakat dengan kacamata pemangku
kebijakan. Adapun variabel-variabel yang digunakan
dalam meningkatkan ketercapaian tersebut adalah
sebagai berikut:
34
No. Indikator Variabel
Kondisi Jalan
Kualitas Udara
Kualitas Air
5 Lingkungan Ketersediaan Air Bersih
Emisi Karbon
Jumlah Ruang Terbuka Hijau
Interaksi antar Penduduk
6 Sosial Budaya Kegiatan yang Sesuai dengan Budaya
Informasi Pelayanan Publik
PDRB
7 Ekonomi Tingkat Pekerja dan Pendapatan
Penduduk
Keterlibatan Komunitas dalam
Kebijakan dan Perencanaan
8
Tata Ruang Perlindungan Bersejarah
Kualitas Penataan Kota
Sumber: Soraya, 2016
35
Gambar 3. 1 Keterkaitan antara Viability, Sustainability dan
Livability (Stimson dalam Yuan, 1999)
36
Kepuasan terhadap lingkungan perumahan didefinisikan
oleh Varady & Preiser (1998) sebagai kesenjangan yang
diterima antara kebutuhan dan aspirasi pemilik (penghuni)
dengan realita kondisi hunian saat ini. Kepuasan tersebut
mencakup kepuasaan terhadap unit hunian, kehidupan
bertetangga dan kondisi lingkungan disekitarnya (Onibokun,
1974).
Menurut Ogu (2002) konsep kepuasaan hunian atau
perumahan sering digunakan untuk mengevaluasi persepsi dan
perasaan penghuni terhadap rumah dan lingkungannya.
Beberapa ahli telah mengungkapkan bahwa persepsi penghuni
terhadap lingkungannya dapat menjelaskan kualitas hidup
mereka (Ogu, 2002). Banyak literature yang membuktikan
bahwa kepuasaan perumahan (hunian) dipengaruhi oleh
berbagai kondisi obyektif dan diterima secara subyektif
(Theodori, 2001)
Faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasaan (tenant’s
satisfaction level) adalah hasil dari interaksi karakteristik
individual dengan karakteristik fisik rumah yang dihuninya
(Morris&Winter, dalam James III, 2007). Karakteristik
personal individu memunculkan harapan (expectations) yang
bervariasi karena dipengaruhi berbagai faktor seperti tingkat
pendapatan, pendidikan dan struktur keluarga. Penghuni rusun
kemudian membandingkan harapannya (expectations) dengan
kondisi lingkungan dimana mereka tinggal. Apabila kondisi
lingkungan tempat tinggalnya tidak sesuai dengan harapannya
maka penghuni dianggap mengalami defisit normatif. Defisit
normatif ini yang mempengaruhi tingkat kepuasaan
37
(satisfaction level) dan dapat meningkatkan kemungkinan
untuk pindah ke lokasi lain (R. James III, 2008). Selain itu,
tingkat kepuasaan memiliki sifat yang dinamis karena
dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya demografis (umur dan
pendapatan)(Berkoz, S. Sence & Kellekci, 2009), karakteristik
pelayanan rusun, pengalaman terkini dan faktor yang bersifat
situasional (kualitas lokasi sekitar), faktor sosial seperti
espektasi, konsumsi dan pengalaman (Varady & Carroza,
2000), latar belakang sosial, ekonomi dan budaya, lama
menghuni, karakter fisik rumah (Yeh, 1972), kepuasaan
terhadap kondisi fisik dan layanan pengelolaan (Varady &
Carroza, 2000), partisipasi dan interaksi (Mohd Zulfa, 2000)
dan kondisi hunian sebelumnya serta mobilitas dan rencana
pindah (Morshidi, et al., 1999; Yeh, 1972)
38
Tabel 2. 4 Penelitian Terdahulu tentang Penilaian Livability
Metode
No Nama Peneliti Tahun Judul Sumber Fokus Lokasi Hasil Penelitian
Analisis
Mengidenti Livability lingkungan tempat tinggal
fikasi merupakan elemen penting untuk
Kuantitatif
Liveability atribut dan kesejahteraan dan perkembangan sebuah
Subang dengan Skala
Dimensions and dimensi kota yang merupakan faktor
Journal of Jaya Likert
Atributes : Their livability mewujudkan lingkungan yang
Construction in Municip Analisa uji
Jasmine Lau Leby dan Relative serta faktor berkelanjutan.
1. 2010 Developing al reliabilitas
Ahmad Hariza Hashim Importance in yang Atribut yang dinilai terdiri dari 4 faktor
Countries, Council dengan
The Eyes of dianggap yakni keamanan (safety), fisik,
ResearchGate vicinity, Cronbach‟s
Neighbourhood penting fungsional dan sosial
Malaysia coefficient
Residents berdasarka Atribut yang paling penting yakni
alpha
n persepsi keamanan (safety) dan ineraksi sosial
penghuni yang saat ini masih kurang
24 unit
rumah Mengukur kepuasaan berdasar 45
Assesment of
MBR variabel yang dibagi menjadi 5
Residential Menilai
dengan Kuantitatif komponen yakni : fitur unit hunian
Satisfaction in kepuasaan
Journal Habitat desain dengan (dwelling unit features), dukungan
Mohammad Abdul Newly Designed penduduk
2 2010 International, baru Multiple layanan unit rumah (dwelling unit
Mohit et al. Public Low- pada
ScienceDirect pada Linear support service), fasilitas publik,
Cost Housing in perumahan
perumah Regretion lingkungan sosial dan fasilitas
Kuala Lumpur, untuk MBR
an lingkungan hunian (neighbourhood
Malaysia
Sungai facilities)
Bonus
Perumusan livability Rusunawa berdasar
Rusunaw
Kualitatif atribut infrastruktur, lingkungan,
Merumuska a
dengan analisa budaya, pendidikan, kesehatan dan
Konsep n Konsep Penjarin
Prosiding Semnas triangulasi stabilitas ekonomi.
Chintia Putri Agnesi, Livability Rusunawa gan Sari
Manajemen untuk Penghuni yang berprofesi sebagai PKL
3. Ispurwono Soemarno 2014 Rusunawa bagi yang dan
Teknologi XX perumusan memerlukan privasi dalam mengolah
dan Purwanita Setijanti Pedagang Kaki livable bagi Dupak
Prodi MMT-ITS konsep produksi makanannya, aksesibilitas
Lima Pedagang Bangunr
livability terhadap sarana perdagangan, jarak
Kaki Lima ejo, Kota
rusunawa antara tempat tinggal dengan berjualan
Surabaya
dan keterssediaan sarana perdagangan
Resident‟s Journal of Mengidenti Kuantitatif Kriteria livability yang paling penting
4. Fauziah Raji et al 2016
Perception on Technology fikasi dengan menurut persepsi penghuni affordable
39
Tabel 2. 4 Penelitian Terdahulu tentang Penilaian Livability
Metode
No Nama Peneliti Tahun Judul Sumber Fokus Lokasi Hasil Penelitian
Analisis
Livability in Management and atribut kuesioner housing di Malaysia yakni:
Affordable Business livability (Skala likert 1. Keamanan (Safety)
Housing in Vol 03, No 01 yang untuk menilai 2. Akses menuju fasilitas kesehatan
Malaysia Universitas dianggap persepsi 3. Lingkungan hunian yang
Teknologi paling penghuni) nyaman/disukai (desirability
Malaysia penting neighbourhood)
menurut
persepsi
penghuni
pada
affordable
housing di
Malaysia
Mengukur
tingkat Tingkat kepuasaan diukur menggunakan
kepuasaan 5 variabel yakni unit hunian, vitalitas
Measuring the - M.I
dari ekonomi, fasilitas lingkungan, keamanan
Dimension and Wushis
dimensi lingkungan dan interaksi sosial.
Atributes of Journal of The hi Kuantitatif
Sule Abass Iyanda & dan atribut Menunjukan hasil penghuni puas pada
Livability of Malaysian - Bosso dengan analisa
5. Muhammad Abdul 2016 lingungan atribut unit rumah (housing unit) dan
Low-Income Institute og Estate deskriptif dan
Mohit hidup vitalitas ekonomi (economic vitality)
Housing Planners - Tunga analisa faktor
kawasan tetapi tidak puas dengan atribut fasilitas
Communities in Low
perumahan lingkungan hunian (neighbourhood
Nigeria Cost
(housing facilities), keamanan dan interaksi sosial
estate) bagi antar penghuni yang sangat kurang.
MBR
Sumber: Sintesa Liteartur, 2017
40
2.4 Sintesa Pustaka
Berdasarkan tinjauan dan kajian dari berbagai literatur
diatas, didapatkan beberapa rangkuman dan diskusi utama yang
akan mendukung terjawabnya permasalahan dalam penelitian
ini. Rangkuman dan diskusi utama yang telah dilakukan
menghasilkan beberapa kriteria/indikator yang akan
menghasilkan variabel variabel penelitian untuk menilai
livability Rusunawa Dandangan. Berdasarkan hasil kajian
pustaka, didapatkan beberapa konsep dan teori yang saling
berhubungan sesuai dengan sasaran penelitian yang berkaitan
dengan kriteria penilaian livability rusunawa yang telah
diadopsi dari kriteria livable city maupun livability atributes
Adapun Indikator dan Variabel dalam studi kali ini
adalah sebagai berikut:
41
Tabel 2. 5 Sintesa Pustaka
Sasaran Aspek Variabel/Indikator Diskusi Sumber
Fisik hunian Luas lantai Aspek fisik hunian Omuta 1988;
Kualitas bangunan merupakan hal dasar Vergunst 2003;
Perhawaan / Fentilasi untuk merepresentasikan Visser et al
Kualitas dan ketersediaan Dapur livability sebuah 2005;
Kualitas dan ketersediaan Kamar rusunawa. Chaudhury
mandi Fisik hunian merupakan 2005; Heylen
Ketersediaan jalan penghubung aspek yang 2006; Jasmin
antar gedung rusun bersinggungan langsung and Ahmad
Sasaran 1 Ketersediaan tempat parkir dengan penghuninya 2010; Namazi-
Merumuskan Kebersihan lingkungan rusun sehingga merupakan Rad et al. 2012;
kriteria Kesesuaian harga sewa faktor penting dalam Li et al. 2012;
livability Ketersediaan listrik menilai kelayak hunian Buys et al.
rusunawa Ketersediaan air bersih sebuah rusunawa 2013; Saitluanga
Banyak penelitian 2014; Pandey et
sebelumnya yang juga al. 2014; Iyanda
memakai faktor fisik and Mohit 2015;
hunian dengan berbagai Mohit and
indikator yang dibedakan.
Iyanda 2015;
Raji et al. 2016
Keselamatan Keamanan benda berharga Pada penelitian beberapa Chaudhury
dan (property) tahun terakhir diatas, 2005; Heylen
42
Keamanan Aman dari kriminalitas (pencurian, menunjukan bahwa faktor 2006; Jasmin
penculikan) keamanan merupakan and Ahmad
Aman dari kecelakaan faktor yang dianggap 2010; Leby and
Perlindungan dari satpam maupun paling penting bagi Hashim 2010;
polisi penghuni dalam menilai Asiyanbola et
Lampu penerangan jalan kelayakhunian al. 2012;
Desain bangunan rusunawa yang lingkungannya Lawanson et al.
aman (bagi anak-anak) 2013; Mohit and
Iyanda 2015;
Raji et al. 2016
Kedekatan dengan fasilitas Sebuah tempat tinggal Omuta 1988;
Pendidikan (anak) yang layak huni bagi Asiyanbola et
Kedekatan dengan fasilitas MBR hendaknya dekat al. 2012;
pasar/perdagangan jasa dengan berbagai fasilitas Namazi-Rad et
Kedekatan dengan fasilitas umum seperti pendidikan al. 2012;
Kesehatan untuk anak-anak, Yanmei 2012;
Fasilitas
kesehatan, perdagangan Pandey et al.
Umum
jasa, dan dilayani 2014; Raji et al.
transportasi umum, 2016
Terlayani transportasi umum sehingga cost Balsas 2004;
transportation yang Betanzo 2011;
dikeluarkan tidak terlalu Asiyanbola et
besar yang memberatkan al. 2012;
43
masyarakat Namazi-Rad et
berpenghasilan rendah al. 2012;
Yanmei 2012;
Lawanson et al.
2013; Saitluanga
2014; Pandey et
al. 2014; Raji et
al. 2016
Ruang terbuka hijau/taman Djebarni and
Sistem Drainase dan Sanitasi Al-Abed 2000;
Persampahan Vergunst 2003;
Ruang bersama untuk diskusi/ Balsas 2004;
berkumpul (aula/balai) Visser et al
Fasilitas olah raga/lapangan 2005;
Amenitas Chaudhury
dalam 2005; Heylen
Rusunawa 2006; Jasmin
and Ahmad
Fasilitas ibadah (musholla) 2010; Leby and
Hashim 2010;
Asiyanbola et
al. 2012;
Yanmei 2012;
44
Lawanson et al.
2013; Saitluanga
2014; Pandey et
al. 2014; Iyanda
and Mohit 2015;
Raji et al. 2016
Interaksi Komunikasi dengan tetangga Aspek sosial masyarakat Holt-Jensen
Sosial Kegiatan sukarela (ex: kerjabakti) sangat berpengaruh 2001; Vergunst
Organisasi/perkumpulan/paguyuban terhadap livability sebuah 2003; Balsas
dalam rusun hunian rumah 2004; Visser et
Kegotong royongan (Tolong Faktor interaksi sosial al. 2005;
menolong antar tetangga) juga menjadi hal yang Chaudhury
Kerukunan antar tetangga dianggap paling penting 2005; Leby and
untuk mewujudkan Hashim 2010;
livable housing (leby dan Asiyanbola et
hashim, 2010; Iyanda dan al. 2012;
Mohit, 2016) Namazi-Rad et
al. 2012; Li et
al. 2012;
Yanmei 2012;
Buys et al.
2013; Lawanson
et al. 2013;
45
Saitluanga 2014;
Pandey et al.
2014; Iyanda
and Mohit 2015;
Mohit and
Iyanda 2015;
Raji et al. 2016
Ekonomi Dekat dengan tempat bekerja Mewujudkan Omuta, 1988;
Biaya transportasi ke tempat kerja kesejahteraan MBR Vergunst 2003;
terjangkau secara ekonomi Yanmei 2012;
Kesesuain harga sewa rusunawa merupakan faktor tidak Saitluanga 2014;
Peningkatan pendapatan langsung yang Iyanda and
Kedekatan dengan industri/daerah mempengaruhi livability Mohit 2015;
komersil sebuah rusunawa Mohit and
Peningkatan secara Iyanda 2015;
ekonomi menunjukan Raji et al. 2016
bahwa penghuni
mengalami peningkatan
kualitas hidup (quality of
live) yang erat kaitannya
dengan livable housing
Sumber: Sintesa Penulis, 2017
46
2.5 Kerangka Pikir Penelitian
Sub-bab ini berisikan ilustrasi pola pikir penulis ketika
melakukan proses kajian literatur, yang membentuk kerangka
penelitian. Penulis memulai pengkajian literatur yang menjadi
tema utama penelitian ini yakni terkait konsep Livable City dan
penelitian terkait attributes livability yang telah dilakukan
penelitia sebelumnya hingga menemukan kriteria-kriteria yang
sesuai untuk menilai Livability Rusunawa. Adapun ilustrasi
operasionalisasi kajian literatur terhadap kerangka penelitian
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
47
Rusunawa Solusi atas permukiman Livable City Atribur Livability Kriteria Livability Rusunawa
kumuh dan menyediakan rumah yang
layak bagi MBR Lennard, 1997 Throsby, 2005 Fisik Hunian
Tersedianya kebutuhan dasar, Tangible : Ruang publik, Luas lantai, kualitas bangunan, fentilasi,
fasilitas umum dan sosial, ruang urban transit, ketersediaan kualiatas dan ketersediaan dapur, kamar
Livability merujuk pada lingkungan publik, keamanan, fungsi sosial- fasilitas kesehatan dan mandi ruang jemuran, jalan penghubung
berdasarkan perspektif individu dan budaya dan ekonomoi, sanitasi pendidikan, pelayanan, udara antar twinblok, tempat parkir, kebersihan
juga termasuk evaluasi subjektif lingkungan dan keindahan bersih dan sanitasi air, sistem lingkungan Rusunawa, kesesuaian harga
kualitas kondisi lingkungan perumahan lingkungan fisik pembuangan air sewa, ketersediaan listrik dan air bersih
(Heylen, 2006) Intangible : sense of place,
Douglas, 2002 aktivitas lokal yang khas,
kesempatan hidup untuk jaringan sosial yang kokoh Keselamatan dan Keamanan
Konsep Livability menjadi pedoman kesejahteraan masyarakat, tersedia keamanan benda berharga, kriminalitas,
untuk mengidentifikasi apakah lapangan pekerjaan, lingkungan kecelakaan, pos penjagaan, penerangan
pembangunan rusunawa adalah solusi aman dan bersih, good governance Heylen, 2006 jalan, desain bangunan ramah anak dan
mencegah permukiman kumuh yang Unit hunian, lingkungan fisik, difable
mampu meningkatkan kualitas hidup IAP, 2014 lingkungan sosial, keamanan
masyarakat Tata Ruang : penataan kota dan Fasilitas Umum
RTH fasilitas Pendidikan, perjas, kesehatan,
Lingkungan: kebersihan, Leby & Hashim, 2010 terlayani transportasi umum
polusi/pencemaran air Sosial, fisik, keamanan dan
Transportasi: jaringan jalan, kriminalisme, fasilitas publik Amenitas
Apa saja kriteria
angkutan umum RTH, drainase/sanitasi, persampahan,
Livability Rumah Susun aula/ruang diskusi
Fasilitas: fas. Kesehatan dan Asiyanbola et all, 2012
Sederhana Sewa?
pendidikan Fasilitas lingkungan, kualitas
Utilitas: jaringan listrik, air bersih, jalan, persampahan, Interaksi Sosial
telekomunikasi trasnportasi, kebersihan komunikasi, kegaiatn sosial warga,
Ekonomi: ketersediaan lap. Kerja, lingkungan, suplai listrik, organisasi warga gotong royong,
keterjangkauan lokasi kerja sistem drainase, tingkat kerukunan
Keamanan: kejadian criminal kriminalitas, penerangan jalan, Ekonomi
Sosial: kebudayaan dan interaksi trasportasi umum, dll jarak ke tempat kerja, peningkatan
warga pendapatan, harga sewa,
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
49
kondisi lingkungan tempat tinggalnya, penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif.
Penelitian ini menggunakan deskriptif atau eksperimental
desain (Hopkins, 2008). Metode deskriptif dilakukan untuk
menjabarkan deskripsi atau gambaran secara jelas dari data
yang telah terkumpul serta menjelaskan hasil analisis dari data
kuantitatif tersebut. Penjabaran secara deskriptif memudahkan
interpretasi data yang dianalisis dengan menggunakan metode
statistik.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu faktor dasar yang
diperoleh dari sintesa tinjauan pustaka dan memiliki ukuran
sehingga dapat ditentukan sifat penelitian yaitu kuantitatif.
Variabel penelitian merupakan gambaran awal dari hasil
penelitian yang dijadikan dasar suatu penelitian. Untuk itu
perlu dilakukan pengorganisasian variabel yang berisi tahapan,
cara mengorganisasikan variabel-variabel tersebut beserta
definisi operasionalnya. Definisi operasional merupakan
definisi yang menyatakan seperangkat petunjuk atau kriteria
atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan
bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan
empirik (Silalahi, 2015). Definisi operasional merupakan hal
penting yang diperlukan agar tidak terjadi penyimpangan atau
diskrepansi antara konstruk (variabel teoritis) yang
dioperasionalkan dan indikator (variabel empiris). Berdasarkan
hasil sintesis dari tinjauan pustaka didapatkan variabel-variabel
yang sesuai terhadap objek studi. Variabel ini kemudian
dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun instrumen,
50
mengumpulkan data, dan kelanjutan dalam langkah penelitian
ini. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
51
Tabel 3. 1 Definisi Operasional untuk Sasaran 1
Sasaran Aspek Variabel Definisi Operasional
Pengaruh Luas lantai keseluruhan unit rusunawa yang dihuni tiap KK terhadap penentuan
Luas lantai
kriteria livability
Pengaruh kualitas material bangunan (tembok, atap, perkerasan lantai, dll) rusunawa
Kualitas bangunan
Dandangan terhadap penentuan kriteria livability
Pengaruh kondisi perhawaan/fentilasi dalam unit rumah susun terhadap penentuan kriteria
Perhawaan / Fentilasi
livability
Kualitas dan ketersediaan
Pengaruh kualitas dan ketersediaan dapur terhadap penentuan kriteria livability
Dapur
Kualitas dan ketersediaan Pengaruh kualitas dan ketersediaan kamar mandi dalam unit Rusunawa terhadap penentuan
Kamar mandi kriteria livability
Pengaruh ketersedian fasilitas menjemur baju dalam unit Rusunawa terhadap penentuan kriteria
Ruang Jemuran
Sasaran 1 livability
Menentukan Fisik hunian Ketersediaan jalan
Pengaruh ketersediaan jalan penghubung antar gedung/twinblok Rusunawa terhadap penentuan
kriteria- penghubung antar
kriteria livability
kriteria gedung rusun
livability Ketersediaan tempat Pengaruh ketersediaan tempat parkir yang aman dan memadahi terhadap penentuan kriteria
(kelayak parkir livability
hunian) Kebersihan lingkungan
Pengaruh kebersihan di lingkungan rusunawa terhadap penentuan kriteria livability
rumah susun rusun
sederhana Kesesuaian Pengaruh kesesuaian harga Rusunawa dengan fasilitas/pelayanan yang diterima terhadap
sewa bagi harga sewa penentuan kriteria livability
MBR Ketersediaan Pengaruh ketersediaan listrik untuk kebutuhan sehari-hari penghuni terhadap penentuan kriteria
listrik livability
Pengaruh ketersediaan sumber air bersih untuk mandi/cuci dan konsumsi terhadap penentuan
Ketersediaan air bersih
kriteria livability
Keamanan benda
Pengaruh rasa aman pada benda berharga yang dimiliki terhadap penentuan kriteria livability
berharga (property)
Aman dari kriminalitas
Pengaruh perasaan khawatir akan terjadinya tindakan pencurian barang berharga atau
(ex: pencurian,
Keselamatan penculikan anak terhadap penentuan kriteria livability
penculikan)
dan Keamanan
Pengaruh keamanan lingkungan rusun dari terjadinya kecelakaan jatuh dari lantai atas,
Aman dari kecelakaan
kebakaran, banjir, dll terhadap penentuan kriteria livability
Perlindungan dari satpam Pengaruh frekuensi dan ketersediaan pos penjagaan oleh satpam maupun keterjangkauan
maupun polisi dengan pos polisi terdekat terhadap penentuan kriteria livability
52
Sasaran Aspek Variabel Definisi Operasional
Pengaruh keberadaan lampu penerangan jalan pada malam hari sehingga memberikan rasa
Lampu penerangan jalan
aman terhadap penentuan kriteria livability
Desain bangunan
rusunawa yang aman Pengaruh desain rusunawa yang aman bagi anak-anak dan kaum penyandang diffable (adanya
(bagi anak-anak dan kaum pelindung jendela, tangga bagi difabel, dll) terhadap penentuan kriteria livability
diffable)
Kedekatan dengan
Pengaruh kedekatan jarak/keterjangkauan menuju fasilitas pendidikan anak terhadap penentuan
fasilitas Pendidikan
kriteria livability
(anak)
Kedekatan dengan
Pengaruh kedekatan jarak /keterjangkauan menuju pasar/fasilitas perdagangan jasa terhadap
fasilitas
Fasilitas Umum penentuan kriteria livability
pasar/perdagangan jasa
Kedekatan dengan Pengaruh kedekatan jarak/keterjangkauan menuju puskesmas, klinik ataupun RSUD terhadap
fasilitas Kesehatan penentuan kriteria livability
Terlayani transportasi Pengaruh terlayaninya transportasi umum seperti angkot, dll terhadap penentuan kriteria
umum livability
Ruang terbuka Pengaruh ketersediaan dan kualitas dari ruang terbuka hijau di dalam rusunawa terhadap
hijau/taman penentuan kriteria livability
Sistem Drainase dan Pengaruh ketersediaan dan kualitas jaringan drainase atau sanitasi terhadap penentuan kriteria
Sanitasi livability
Pengaruh fasilitas pengumpul sampah dan sistem pengangkutan sampah setiap minggunya
Persampahan
Amenitas terhadap penentuan kriteria livability
dalam Ruang bersama untuk
Pengaruh ketersediaan dan kualitas ruang yang digunakan secara bersama-sama seperti
Rusunawa diskusi/ berkumpul
balai/aula terhadap penentuan kriteria livability
(aula/balai)
Fasilitas olah raga/
Pengaruh ketersediaan fasilitas olahraga/lapangan terhadap penentuan kriteria livability
lapangan
Fasilitas ibadah Pengaruh ketersediaan dan kualitas fasilitas ibadah (musholla) terhadap penentuan kriteria
(musholla) livability
Komunikasi dengan Pengaruh komunikasi yang terjadi antar tetangga dalam rusunawa terhadap penentuan kriteria
tetangga livability
Pengaruh adanya kegiatan sosial yang dilakukan bersama-sama seperti kerja bakti, pengajian,
Kegiatan sosial warga
Interaksi Sosial dll terhadap penentuan kriteria livability
Organisasi/
Pengaruh keberadaan organisasi seperti karang taruna, kelompok PKK, dll serta kegiatan rutin
perkumpulan/paguyuban
yang dilakukan organisasi peghuni rusunawa terhadap penentuan kriteria livability
dalam rusun
53
Sasaran Aspek Variabel Definisi Operasional
Kegotong royongan
Pengaruh rasa gotong royong dan tolong menolong antar penghuni rusunawa terhadap
(Tolong menolong antar
penentuan kriteria livability
tetangga)
Kerukunan antar tetangga Pengaruh kerukunan antar penghuni rusunawa/tetangga terhadap penentuan kriteria livability
Dekat dengan tempat Pengaruh kedekatan /keterjangkauan dengan tempat bekerja terhadap penentuan kriteria
bekerja livability
Biaya transportasi ke Pengaruh biaya yang dikeluarkan menuju tempat bekerja setiap hari(low-cost transportation)
tempat kerja terjangkau terhadap penentuan kriteria livability
Ekonomi
Keterjangkauan harga Pengaruh harga sewa rusunawa yang terjangkau (lebih murah dibandingkan biaya kos disekitar
sewa rusunawa rusun) terhadap penentuan kriteria livability
Pengaruh peningkatan pendapatan peghuni setelah pindah ke rusunawa terhadap penentuan
Peningkatan pendapatan
kriteria livability
Sumber: Sintesa Pustaka, 2017
54
Tabel 3. 2 Definisi Operasional untuk Sasaran 2
57
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan sumber data dalam penelitian yang
memiliki jumlah banyak dan luas (Darmawan, 2013).
Sedangkan sampel merupakan objek penelitian yang menjadi
sumber data terpilih yang didapatkan dari proses penyaringan
populasi atau teknik sampling. Sampel berperan sebagai
alternatif data yang dapat mewakili ukuran populasi. Dengan
melakukan sampling, maka pengambilan data dapat dilakukan
dengan efektif. Pada penelitian ini masing-masing sample dan
populasi terdiri dari 2 pihak yang berbeda sesuai dengan
sasaran penelitian sebagai berikut.
A. Populasi
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari seluruh pakar
(expert) yang mendalami keilmuan bidang perumahan dan
permukiman dan seluruh rumah tangga yang menghuni
Rusunawa Dandangan, kecamatan Kota, Kota Kediri. Hingga
saat ini, Rusunawa Dandangan telah terisi sebanyak 2 twinblok
dengan jumlah penghuni yang tinggal di Rusunawa Dandangan
sebanyak 196 Kepala Keluarga.
B. Sampel
Dalam penelitian ini, sampel dibedakan menjadi 2
berdasarkan sesuai sasaran penelitian. Sampel terdiri dari
expert (ahli) untuk mencapai sasaran 1 dan penghuni
Rusunawa Dandangan untuk mencapai sasaran dua. Menurut
Bungin (2003), bebrapa syarat dalam menentukan responden
adalah sebagai berikut:
a) Subyek telah cukup lama dan intensif menyatu dengan
kegiatan yang menjadi informasi
58
b) Subyek masih terlibat secara penuh aktif pada
lingkungan atau kegiatan yang menjadi perhatian
peneliti.
c) Subyek mempunyai cukup banyak waktu atau
kesempatan untuk diwawancarai.
59
Sedangkan untuk sampel penghuni Rusunawa
Dandangan ditetapkan kriteria sebagai berikut:
Sasaran 2 “Menilai tingkat livability Rusunawa
Dandangan”
Pihak Kriteria Responden
- Penghuni Rusunawa Dandangan
Penghuni
yang menghuni Rusunawa
Rusunawa
Dandangan minimal 1 (satu) tahun
Dandangan
- Berusia 17-64 tahun agar respon
yang diberikan valid/sah
60
Timur Timur sehingga mampu
memberikan pertimbangan
terkait kriteria livability
Rusunawa
Kepala Dinas Perumahan Kadin perumahan dan kawasan
dan Kawasan Permukiman permukiman merupakan
Kota Kediri perpanjangan tangan pusat
untuk melaksanakan proyek
pembangunan Rusunawa
Dandangan sehingga sangat
mengerti kondisi yang terjadi
di lapangan selama proses
pembangunan Rusunawa
Dandangan sehingga
diharapkan mampu memberi
penilaian yang lebih detil
terkait kriteria lvability
Rusunawa Dandangan
Kepala UPTD Rusunawa Kepala UPTD Rusunawa
Dandangan Kota Kediri Dandangan memiliki tanggung
jawab dalam operasional
pengelolaan Rusunawa
Dandangan sehingga
pendapatnya sangat perlu
dipertimbangkan dalam
penelitian ini
Ahli/Pakar di bidang Pakar di bidang permukiman
permukiman (Akademisi) dirasa dapat memberikan
pertimbangan terkait
permukiman dengan
keahliannya dari sudut
pandang akademisi/teori-teori
mengenai Rusunawa
khususnya di Kota Kediri
Sumber: Penulis, 2017
61
2. Sampel Penghuni Rusunawa Dandangan
Untuk menilai tingkat livability Rusunawa Dandangan
digunakan sampel penghuni Rusunawa Dandangan.
Sampel dalam penyebaran kuesioner ini didapatkan
melalui random sampling dengan kriteria telah tinggal
di Rusunawa Dandangan minimal satu tahun dan
berusia 17-64 tahun dengan harapan data-data yang
diberikan oleh responden adalah valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sedangkan teknik sampling
yang digunakan yakni teknik simple random sampling.
Menurut Kerlinger (2006). Simple random sampling
merupakan metode penarikan sampel dari
populasi/semesta dengan cara tertentu sehingga setiap
anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk
menjadi sampel. Penentuan ukuran sampel
menggunakan rumus Slovin dengan signifikansi 10%
sebagai berikut:
Keterangan:
n : jumlah sampel
N ; jumlah populasi
e : toleransi kesalahan
(%)
Dengan rumus tersebut, maka ukuran sampel untuk
jumlah masyarakat yang dapat dijadikan sebagai
responden adalah sebagai berikut:
n=
62
n = 66
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka didapatkan
jumlah minimal kuesioner yang akan disebar adalah
sebanyak 66 (enam puluh enam) kuesioner.
Dikarenakan saat ini baru terisi 2 (dua) twinblok di
Rusunawa Dandangan maka, jumlah keseluruhan sampel
ini dibagi menjadi dua dengan jumlah yang sama pada
setiap twinbloknya yakni 33 sampel.
63
A. Observasi
Observasi dilakukan sebatas pada pengamatan selintas
terhadap kondisi fisik bangunan rumah susun dan
lingkungan di sekitarnya. Pendataan kondisi eksisting
terhadap ketersediaan dan kualitas fasilitas serta utilitas
yang ada di dalam Rusunawa Dandangan. Obyek
pengamatan merupakan masukan untuk memberikan
gambaran umum Rusunawa Dandangan sesuai dengan
topik yang dibahas dalam penelitian ini.
B. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data melalui
angket yang berisi daftar pertanyaan terkait data
penelitian yang ingin diteliti. Kuesioner dalam
penelitian ini dibedakan menjadi 2 yakni kuesioner
yang ditujukan kepada expert (ahli) dan penghuni
Rusunawa Dandangan. Kuesioner ditanyakan pada
pihak yang ahli dibidang permukiman dan perumahan
tujuaannya untuk menentukan kriteria-kriteria yang
sesuai dalam menilai tingkat livability Rusunawa.
Kuesioner yang ditujukan untuk penghuni Rusunawa
dilakukan dengan tujuan menilai persepsi penghuni
terhadap kriteria livability Rusunawa Dandangan
berdasarkan kondisi harapan dan kenyataan yang
didapatkan penghuni Rusunawa Dandangan.
Kuesioner dilakukan dengan memberikan skala likert
pada masing-masing pertanyaan.Untuk kuesioner
kepada expert (ahli) diberikan skala 1: sangat tidak
berpengaruh sampai dengan skala 5: sangat
64
berpengaruh. Sedangkan kuesioner untuk penghuni
Rusunawa Dandangan dibedakan menjadi 2 jenis
pertanyaan yakni pertanyaan terhadap persepsi harapan
dan kondisi kenyataan yang dialami oleh penghuni
Rusunawa Dandangan. Masing-masing pertanyaan
dinilai dengan likert skala 1 – 5 dengan nilai skala 1:
sangat tidak setuju sampai dengan skala 5: sangat
setuju. Kemudian dihitung selisih antara harapan
dengan kenyataan, sehingga diperoleh tingkat
kepuasaanya.
C. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pihak pengelola
Rusunawa Dandangan terkait aspek-aspek yang
berhubungan variabel penelitian sehingga didapatkan
gambaran umum kondisi Rusunawa Dandangan.
66
peribadatan kesehatan dan
peribadatan di
Kecamatan Kota
Sumber: Penulis, 2017
67
Tabel 3. 5 Tahapanan Teknik Analisis Data
N Sasaran Input Data Teknik Hasil Analisis
o Penelitian Analisis (output)
1. Sasaran 1
Menentukan Variabel hasil Teknik analisa Kriteria yang
kriteria livability sintesa tinjauan Delphi untuk berpengaruh
(kelayakhunian) pustaka dan mendapatkan pada penilaian
dengan persepsi konsensus livability
mengadopsi masyarakat pakar Rusunawa
kriteria Livable mengenai Dandangan di
City maupun keterkaitannya Kota Kediri
livability dengan
attributes yang livability
sesuai untuk Rusunawa
menilai Dandangan di
livability Kota Kediri
Rusunawa
2. Sasaran 2
Menilai tingkat Kriteria/variabe Analisis Nilai livability
livability l yang telah service quality Rusunawa
Rusunawa ditentukan pada (servqual) Dandangan
Dandangan sasaran 1, dengan metode berdasarkan
berdasarkan tingkat harapan Gap kriteria/variab
persepsi mengenai el-variabel
penghuni pengaruh yang telah
terhadap kondisi kriteria tersebut ditentukan
lingkungan dan tingkat pada sasaran
tempat kepuasaan sebelumnya
tinggalnya (kinerja) dengan
kriteria persepsi
berdasarkan masyarakat
persepsi
penghuni
Sumber: Penulis, 2017
68
3.6.1 Deskripsi Kondisi Eksisting Lingkungan Hunian
Rusunawa Dandangan
Deskripsi kondisi lingkungan fisik di Rusunawa
Dandangan merupakan hal penting yang dilakukan untuk
memberikan gambaran terkait kondisi livability Rusunawa
Dandangan. Untuk mendeskripsikannya maka digunakan
analisa statistik deskriptif. Analisa statistik deskriptif yang
dilakukan dalam penenlitian ini hanya mengolah, menyajikan
data tanpa mengambil keputusan (Sujianto, A. E, 2009).
Tujuannya untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi
eksisting Rusunawa dari pihak yang terkait dengan Rusunawa
termasuk penghuni maupun pengelola Rusunawa. Statistik
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data-
data yang telah terkumpul seperti penyajian data melalui
grafik, perhitungan modus, dan mean yang digambarkan lewat
deskripsi kata-kata tanpa perhitungan matematis.
Hasil pengamatan dan data sekunder disajikan dengan
statistik deskriptif, yaitu statistik yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang
diteliti melalui data atau populasi sebagiamana adanya tanpa
melakukan analisa dan membuat kesimpulan secara umum
(Sugiyono, 2006). Analisa deskriptif ini menjelaskan deskripsi
terkait kondisi eksisting Rusunawa berdasarkan atribut yang
kasat mata dan dapat diobservasi serta latar belakang sosial-
ekonomi penghuni Rusun yang menjadi responden dalam
penelitian ini.
69
3.6.2 Menentukan Kriteria (variabel) Livability Rumah
Susun Sederhana Sewa
Dalam upaya menentukan kriteria-kriteria livability
Rusunawa Dandangan, input data berupa hasil kuesioner yang
diberikan kepada responden ahli (expert). Sebelumnya peneliti
melakukan studi literature untuk merumuskan kriteria/variabel
livability yang digunakan dalam penelitian ini. Kriteria
bersumber dari hasil sintesa pustaka yang dibentuk dari kriteria
dan konsep Livable City maupun penelitian-penelitian terkait
pengukuran livability attributes pada lingkungan tempat tinggal
(rumah) yang telah dilakukan sebelumnya.
Kriteria/variabel yang digunakan dalam sebuah penelitian
haruslah sahih (sah/benar), maka harus teruji validitas dan
realibilitasnya. Uji validitas dilakukan untuk melihat seberapa
jauh ketepatan dalam penggunaan pernyataan maupun
pertanyaan di dalam kuesioner untuk memperoleh data primer.
Sedangkan uji realibilitas merupakan proses untuk menguji
keandalan data yang dilakukan untuk mengetahui kebaikan dari
suatu alat pengukur, yang dapat dilihat dari konsistensi dan
stabilitas alat ukur tersebut (Sekaran dan Bougie, 2010). Uji
validitas konstruk menyatakan bahwa hendaknya komponen
instrumen seperti kuesioner diambil dari teori dan/atau hasil
pendapat para pakar (pendapat responden).
Uji validitas variabel penelitian biasa dilakukan dengan
menggunakan teknik analisa CFA (Confirmatory Factor
Analysis) maupun Teknik Delphi. Berikut ini perbandingan
antara kedua metode analisis sehingga dapat diambil metode
70
analisis yang paling baik dan sesuai dengan sasaran dalam
penelitian ini.
Kebutuhan
CFA Teknik Delphi
Penelitian
Kegunaan
Berguna untuk Mementukan
Menguji validitas
menguji validitas konsensus para ahli
dari kriteria
dari kriteria terhadap suatu
maupun variabel
maupun variabel variabel berdasar
hasil studi pustaka
yang digunakan tinjauan pustaka
yang digunakan
dalam penelitian (teoritis)
dalam penelitian
Responden tidak Responden Konsensus
dibatasi ahli atau Memerlukan pendapat
bukan pendapat ahli untuk ahli/expert
mencapai sasaran 1
Jumlah responden Jumlah Jumlah responden
minimal 100-200 Responden minimal tidak
responden 4 orang adalah ditentukan, paling
paling ideal ideal 4 orang
(Brockhoff, 1975)
Sumber: Studi Literatur, 2017
72
X38
X39
X40
73
baru yang akan disebar kepada konsumen. Output dari analisa
ini adalah kriteria/variabel Livability Rusunawa.
75
dari harapan dan kondisi faktual menjelaskan persepsi
kepuasaan responden.
Kepuasan paling rendah terjadi bila harapan responden
bernilai maksimal (sama dengan 5) sedangkan kondisi faktual
bernilai minimal (sama dengan 1), selisihnya adalah 1 – 5 = –4.
Kepuasan paling tinggi terjadi bila harapan responden bernilai
rendah (sama dengan 1), sedangkan kondisi faktual bernilai
maksimal (sama dengan 5), maka selisihnya adalah 5 – 1 = 4.
Rentang kepuasan antara –4 hingga 4 memiliki interval sebagai
berikut :
–
=
76
negatif (-), maka kriteria tersebut masih belum memiliki
tingkat livability yang baik, dan sebaliknya jika nilai gap
suatu kriteria nol atau positif (+), maka kriteria tersebut
memiliki tingkat livability yang baik/semakin baik.
79
MULAI
Identifikasi Kriteria
Identifikasi Masalah Studi Pustaka dan untuk Menilai Livability
Studi Literatur Rusunawa
Survei Kuesioner
Analisa Servqual kepada Penghuni Penyusunan Kuesioner
(Metode Gap Analysis) Tahap 3
Rusunawa Dandangan
80
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
81
dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.492 jiwa
dan perempuan 3.702 jiwa. Sedangkan, kepadatan
penduduknya yakni 6.540 jiwa/Km2. Jumlah penduduk yang
memiliki surat miskin di Kecamatan Kota yakni sebanyak
28.310 KK dengan 9,03% nya berada di Kelurahan Dandangan
2.558 KK.
82
Dandangan sempat terbengkalai hingga 3 tahun dan baru
difungsikan diakhir tahun 2016 akibat terkendalanya
pengesahan Perwali terkait Rusunawa Dandangan. Hal ini
akhirnya berdampak pada penurunan kualitas bangunan yakni
rusaknya gedung, atap, bagian Rusunawa lainnya yang
memberi kesan tidak terawat.
Harga sewa Rusunawa Dandangan memiliki tarif yang
cukup terjangkau dan dibedakan pada setiap lantainya. Lantai 1
yakni Rp 120.000/bulan; lantai 2 Rp 110.000/bulan dan Lantai
3 dan 4 sebesar Rp 100.000. Untuk masa sewa maksimal yakni
4 tahun dan dapat diperpanjang dengan syarat memiliki jumlah
anak sebanyak 2 orang. Hingga saat ini, baru 2 (dua) twinblok
yang terisi oleh penghuni. Hasil observasi yang dilakukan
penulis terakhir kali, pembangunan fasilitas pelengkap seperti
tempat ibadah (musholla), ruang terbuka hijau (taman), dll
masih dilakukan yakni fasilitas taman Rusunawa yang sedang
dalam proses namun terlihat mangkrak. Selain itu, 3 (tiga)
twinblok yang masih kosong menunjukan kondisi Rusunawa
yang kurang terawat.
83
DAFTAR PUSTAKA
vii
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2007
Tentang Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana
Bertingkat Tinggi.
Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 5 Tahun 2004 Tentang
Rumah Susun
Theodori, G. L. (2001). Examining the Effects of Community
Satisfaction and Attachment on Individual Well-being,
Rural Sociology, 4(66): 618-628
Turner, John FC (1976). Housing by People, Toward autonomy
in building environments. Marion Boyars, London
Yudhohusodo, Siswono, (1991), Rumah untuk Seluruh Rakyat,
Yayasan Padamu Negeri, Jakarta
viii
Lampiran 1. Desain Survey
Metode
Instrumen Metode
No Data Pengumpulan Sumber Data Instansi Output
Pengumpulan Data Analisa
Data
DATA PRIMER
Amatan peneliti dan
wawancara singkat
ke penghuni
Rusunawa terkait
kondisi fisik Deskripsi terkait kondisi fisik
Kondisi eksisting hasil
Kondisi Rusunawa bangunan, bangunan, ketersediaan kualitas
1. Survei primer amatan peneliti di - -
Dandangan lingkungan sarana prasarana dan lingkungan
Rusunawa Dandangan
Rusunawa sekitar Rusunawa Dandangan
Dandangan,
ketersediaan dan
kualitas sarana
prasarana
- Deksripsi kondisi sosial
Responden (penghuni ekonomi penghuni
Sosial-ekonomi Deskriptif
2. Survei primer Rusunawa) dan UPTD - Kuesioner - Grafik/tabel kondisi soial
Penghuni Rusunawa Kuantitatif
Rusunawa Dandangan ekonomi penghuni Rusunawa
Dandangan
Ahli (expert) sebagai
berikut:
- Kabid bidang
- PUCKTR Jatim
perumahan
- Dinas
PUCKTR Jatim
Perumahan dan
Survei - Kadin Perumahan
Kawasan
Kriteria untuk menilai sekunder dan Kawasan Kriteria yang valid untuk
Permukiman Kuesioner (lampiran Teknik
3. livability Rusunawa (tinjauan Permukiman Kota menilai Livability Rusunawa
Kota Kediri 2 dan 3) Delphi
Dandangan literature) dan Kediri Dandangan
- UPTD
Survei Primer - Kepala UPTD
Rusunawa
Rusunawa
Dandangan
Dandangan
- ITS
- Akademisi (ahli
perumahan dan
permukiman)
Persepsi penghuni Service Tingkat livability Rusunawa
Responden (Penghuni Kuesioner (lampiran
4. Rusunawa Dandangan Survei Primer - Quality Dandangan menurut persepsi
Rusunawa Dandangan) 4)
terhadap Livability (Analisa kepuasan penghuni
xi
Metode
Instrumen Metode
No Data Pengumpulan Sumber Data Instansi Output
Pengumpulan Data Analisa
Data
Rusunawa Dandangan Gap)
DATA SEKUNDER
Tinjauan kesesuaian penataan
Dokumen perencanaan
1. ruang dalam pembangunan
tata ruang Kota Kediri
- Rusunawa Dandangan
Tata guna lahan Kota Peta guna lahan di sekitar
2.
Kediri Survei Bappeda Kota wilayah penenlitian
RTRW Kota Kediri -
instasional Kediri - Peta dan deskripsi ketersediaan
Persebaran infrastuktur serta persebaran infrastruktur di
Buffer
3. Kota Kediri (utilitas dan Kota Kediri
Analysis
fasilitas publik) - Keterjangkauan fasilitas pada
Rusunawa Dandangan
Dinas Perumahan
Kebijakan/regulasi - SPIPP Kota Kediri Tinjauan kebijakan terkait
Survei dan Kawasan Studi
4. terkait perumahan dan - RP2KPKP Kota Kediri pembangunan Rusunawa
Instansional Permukiman Kota literatur
permukiman di Kota - Perwali Rusunawa Dandangan
Kediri
Kediri (khususnya
Dokumen perencanaan
Siteplan Rusunawa Suveri UPTD Rusunawa Gambar siteplan Rusunawa
5. tapak Rusunawa - -
Dandangan Instansional Dandangan Dandangan
Dandangan
Sumber: Penulis, 2017
xii
Lampiran 2. Kuesioner Pakar/Ahli (Kuesioner Validasi)
Abstrak
Kota mengalami perkembangan yang pesat, tingginya laju pertumbuhan penduduk dan urbanisasi
menimbulkan berbagai masalah salah satunya penyediaan rumah bagi MBR (masyarakat
berpenghasilan rendah). Kebutuhan akan rumah semakin meningkat sedangkan lahan perkotaan
makin terbatas menciptakan kawasan permukiman kumuh baik legal/illegal. Kondisi lingkungan
permukiman kumuh menyebabkan penurunan kualitas hidup penduduk yang tinggal di dalamnya.
Pemerintah, selaku penyedia layanan sektor publik memberikan solusi lewat kebijakan
pembangunan rumah susun bagi MBR untuk mengurangi backlog perumahan dan munculnya
kawasan kumuh baru. Kebijakan pembangunan Rusunawa haruslah memenuhi kriteria livability
(kelayakhunian) sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan MBR serta
mencegah timbulnya kawasan permukiman kumuh baru dalam bentuk vertikal. Identifikasi kriteria
livability (kelayakhunian) rumah susun merupakan topik penelitian yang diharapkan dapat menjadi
masukan bagi pemerintah dalam melakukan pembangunan sebuah rumah susun kedepannya.
Teknik Delphi digunakan untuk memperoleh konsensus pakar berkenaan dengan kriteria-kriteria
yang perlu dipertimbangkan dalam menilai livability sebuah Rusunawa. Kriteria yang dihasilkan
akan digunakan sebagai alat penilaian livability Rusunawa, Metode yang digunakan adalah analisa
Service Quality (Gap Analysis) berdasarkan persepsi penghuni di Rusunawa Dandangan, Kota
Kediri
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kriteria dan menilai Livability (Kelayakhunian)
Rusunawa Dandangan kota Kediri
xiii
penelitian ini. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam survei ini dijamin kerahasiaannya
dan hanya akan dipakai untuk keperluan penelitian saja.
Petunjuk:
1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu/Saudara terhadap faktor yang mempengaruhi
penentuan kriteria Livability Rusunawa Dandangan kota Kediri
2. Isilah pertanyaan berikut dan berilah tanda atau X pada kotak pilihan yang sesuai
3. Jika Bapak/Ibu tidak memahami pertanyaan agar melingkari nomor pertanyaaan
xiv
Skala Kriteria
1 2 3 4 5
KRITERIA LIVABILITY RUMAH SUSUN
No SEDERHANA SEWA
(sangat
(tidak (cukup (sangat
tidak (setuju)
setuju) setuju) setuju)
setuju)
penculikan)
X15 Aman dari kecelakaan
X16 Perlindungan dari satpam maupun polisi
X17 Lampu penerangan jalan
Desain bangunan rusunawa yang aman
X18
(bagi anak-anak dan kaum diffable)
III. JANGKAUAN FASILITAS UMUM
Kedekatan dengan fasilitas Pendidikan
X19
(anak)
Kedekatan dengan fasilitas
X20
pasar/perdagangan jasa
X21 Kedekatan dengan fasilitas Kesehatan
X22 Terlayani transportasi umum
IV. AMENITAS DI DALAM RUSUN
X23 Ruang terbuka hijau/taman
X24 Sistem Drainase dan Sanitasi
X25 Persampahan
Ruang bersama untuk diskusi/ berkumpul
X26
(aula/balai)
Fasilitas olah raga/
X27
lapangan
X28 Fasilitas ibadah (musholla)
V. INTERAKSI SOSIAL
X29 Komunikasi dengan tetangga
X30 Kegiatan sosial warga
Organisasi/
X31
perkumpulan/paguyuban dalam rusun
Kegotong royongan (Tolong menolong
X32
antar tetangga)
X33 Kerukunan antar tetangga
VI. EKONOMI
X34 Dekat dengan tempat bekerja
Biaya transportasi ke tempat kerja
X35
terjangkau
X36 Keterjangkauan harga sewa rusunawa
X34 Peningkatan pendapatan
X35
X36
X37
X38
X39
X40
Keterangan :
Jika anda ingin menambahkan variabel yang belum terakomodasi pada kolom ”VARIABEL
YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM PENENTUAN KRITERIA LIVABILITY
RUMAH SUSUN”, silakan menambahkan pada baris kosong yang telah disediakan di bagian
bawah tabel.
xv
Lampiran 3. Kuesioner Pakar/Ahli (Konsensus)
Abstrak
Kota mengalami perkembangan yang pesat, tingginya laju pertumbuhan penduduk dan urbanisasi
menimbulkan berbagai masalah salah satunya penyediaan rumah bagi MBR (masyarakat
berpenghasilan rendah). Kebutuhan akan rumah semakin meningkat sedangkan lahan perkotaan
makin terbatas menciptakan kawasan permukiman kumuh baik legal/illegal. Kondisi lingkungan
permukiman kumuh menyebabkan penurunan kualitas hidup penduduk yang tinggal di dalamnya.
Pemerintah, selaku penyedia layanan sektor publik memberikan solusi lewat kebijakan
pembangunan rumah susun bagi MBR untuk mengurangi backlog perumahan dan munculnya
kawasan kumuh baru. Kebijakan pembangunan Rusunawa haruslah memenuhi kriteria livability
(kelayakhunian) sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan MBR serta
mencegah timbulnya kawasan permukiman kumuh baru dalam bentuk vertikal. Identifikasi kriteria
livability (kelayakhunian) rumah susun merupakan topik penelitian yang diharapkan dapat menjadi
masukan bagi pemerintah dalam melakukan pembangunan sebuah rumah susun kedepannya.
Teknik Delphi digunakan untuk memperoleh konsensus pakar berkenaan dengan kriteria-kriteria
yang perlu dipertimbangkan dalam menilai livability sebuah Rusunawa. Kriteria yang dihasilkan
akan digunakan sebagai alat penilaian livability Rusunawa, Metode yang digunakan adalah analisa
Service Quality (Gap Analysis) berdasarkan persepsi penghuni di Rusunawa Dandangan, Kota
Kediri
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kriteria dan menilai Livability (Kelayakhunian)
Rusunawa Dandangan kota Kediri
xvi
penelitian ini. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam survei ini dijamin kerahasiaannya
dan hanya akan dipakai untuk keperluan penelitian saja.
Petunjuk:
4. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu/Saudara terhadap faktor yang mempengaruhi
penentuan kriteria Livability Rusunawa Dandangan kota Kediri
5. Isilah pertanyaan berikut dan berilah tanda atau X pada kotak pilihan yang sesuai
6. Jika Bapak/Ibu tidak memahami pertanyaan agar melingkari nomor pertanyaaan
xvii
penculikan)
X15 Aman dari kecelakaan
X16 Perlindungan dari satpam maupun polisi
X17 Lampu penerangan jalan
Desain bangunan rusunawa yang aman
X18
(bagi anak-anak dan kaum diffable)
IX. JANGKAUAN FASILITAS UMUM
Kedekatan dengan fasilitas Pendidikan
X19
(anak)
Kedekatan dengan fasilitas
X20
pasar/perdagangan jasa
X21 Kedekatan dengan fasilitas Kesehatan
X22 Terlayani transportasi umum
X. AMENITAS DI DALAM RUSUN
X23 Ruang terbuka hijau/taman
X24 Sistem Drainase dan Sanitasi
X25 Persampahan
Ruang bersama untuk diskusi/ berkumpul
X26
(aula/balai)
Fasilitas olah raga/
X27
lapangan
X28 Fasilitas ibadah (musholla)
XI. INTERAKSI SOSIAL
X29 Komunikasi dengan tetangga
X30 Kegiatan sosial warga
Organisasi/
X31
perkumpulan/paguyuban dalam rusun
Kegotong royongan (Tolong menolong
X32
antar tetangga)
X33 Kerukunan antar tetangga
XII. EKONOMI
X34 Dekat dengan tempat bekerja
Biaya transportasi ke tempat kerja
X35
terjangkau
X36 Keterjangkauan harga sewa rusunawa
X34 Peningkatan pendapatan
Keterangan :
Jika anda ingin menambahkan variabel yang belum terakomodasi pada kolom ”VARIABEL
YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM PENENTUAN KRITERIA LIVABILITY
RUMAH SUSUN”, silakan menambahkan pada baris kosong yang telah disediakan di bagian
bawah tabel.
xviii
Lampiran 4. Kuesioner Penghuni Rusunawa Dandangan
KUESIONER PENELITIAN
Saya Gea Feroza A. adalah mahasiswi Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan. Saat ini
saya sedang melakukan pengumpulan pendapat penghuni terkait kondisi livability (kelayakhunian)
Rusunawa Dandangan kota Kediri. Kami meminta kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner ini. Adapun jawaban yang Anda berikan adalah
merupakan pendapat pribadi, bukan orang lain.Terima kasih atas kesediaan Anda meluangkan
waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Semua informasi yang Anda berikan dalam survei ini
dijamin kerahasiaannya dan hanya akan dipakai untuk keperluan penelitian saja.
Hormat saya,
Gea Feroza A.
Petunjuk:
1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/ Ibu terhadap kondisi livability (kelayakhunian)
Rusunawa Dandangan
2. Isilah pertanyaan berikut dan lingkarilah opsi jawaban yang sesuai
3. Jika Bapak/Ibu tidak memahami pertanyaan agar melingkari nomor pertanyaan
Bagian Data Responden
1. Nama : ……………………………………………
2. Jenis Kelamin : ……………………………………………
3. Usia : ……………………………………………
4. Status Pernikahan : ……………………………………………
5. Jumlah Anggota Keluarga : ……………………………………………
6. Pendidikan Terakhir : ……………………………………………
7. Pekerjaan
a. Formal:………………… b. Informal:……………………… c. Tidak bekerja
8. Pendapatan kepala keluarga (setiap bulan)
a. < 1.000.000
b. 1.000.000 – 2.000.000
c. 2.000.000 – 3.000.000
d. > 3.000.000
9. Pendapatan total (jika istri juga bekerja)
xix
a. < 1.000.000
b. 1.000.000 – 2.000.000
c. 2.000.000 – 3.000.000
d. > 3.000.000
10. Asal tempat tinggal (domisili)
11. Lama tinggal di Rusunawa Dandangan
a. < 1 tahun
b. 1 tahun
c. > 1 tahun
Bagian Kuesioner
xxi
Rusunawa sesuai dengan fasilitas dan Rusunawa sesuai dengan fasilitas dan
pelayanan di Rusunawa pelayanan di Rusunawa
1. Sangat tidak setuju 1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju 2. Tidak setuju
3. Cukup setuju 3. Cukup setuju
4. Setuju 4. Setuju
5. Sangat setuju 5. Sangat setuju
…………..
34. Menurut anda seharusnya setelah pindah 34. Menurut anda setelah pindah ke Rusunawa
ke Rusunawa terjadi peningkatan sudah terjadi peningkatan pendapatan
pendapatan setiap bulannya. setiap bulannya.
1. Sangat tidak setuju 1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju 2. Tidak setuju
3. Cukup setuju 3. Cukup setuju
4. Setuju 4. Setuju
5. Sangat setuju 5. Sangat setuju
xxii