Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

VILLA PARK BAJARSARI


DITINJAU DARI PERAN DAN FUNGSINYA

Mata Kuliah:
Arsitektur d an Lingkungan

Dosen : Ir.Eny Krisnawati,M.Si

Disusun Oleh :
Nama
NIM

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN
SURAKARTA
20...
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota dan perkotaan merupakan pusat permukiman dan kegiatan


penduduk yang mempunyai batas wilayah administrasi yang diatur dalam suatu
peraturan perundangan sehingga dapat memperlihatkan watak dan ciri kehidupan
perkotaan. Mengingat perkembangan suatu kota selalu diikuti oleh proses
urbanisasi, dengan demikian kota dan perkotaan selalu bersifat dinamis baik
struktur, bentuk, dan wajah serta penampilan kota. Perkembangan kota juga
merupakan hasil dari penyelesaian konflik perkotaan yang terjadi, dan
mencerminkan perkembangan peradaban warga kota maupun pengelolanya
(Chafid Fandeli, 2004). Salah satu konflik yang akhir-akhir ini meningkat di
wilayah perkotaan adalah masalah lingkungan hidup, sehingga diperlukan
pengintegrasian perencanaan lingkungan hidup ke dalam perencanaan tata ruang
perkotaan (Budihardjo, 2003). Tata ruang dan lingkungan hidup mengandung arti
yang sangat luas karena kota yang baik merupakan kesatuan ruang yang
direncanakan berdasarkan kebutuhan komponen penyusunan ruangnya, sehingga
dapat menciptakan suasana kenyamanan dan kesehatan bagi warganya.
Harus disadari bahwa perkembangan beberapa kawasan yang karena
kondisi dan potensi yang dimiliki perlu perencanaan spesifik, baik dalam arah dan
bentuk penataan RTH. Dengan demikian perkembangan RTH pada setiap kota
perlu didukung oleh arahan, kebijakan, dan keinginan yang kuat untuk dapat
diwujudkan. Pada sisi lain perkembangan pemanfaatan ruang terbangun yang
tidak terkendali dengan mengabaikan fungsi dan peran keberadaan ruang terbuka
(khususnya RTH), akan berakibat pada semakin turunnya efisiensi penggunaan
ruang dan lahan yang ada, dan kualitas kehidupan pada kawasan yang
bersangkutan, yang pada akhirnya berbagai kondisi tersebut terakumulasi dan
akan memberi dampak pada beberapa kawasan pendukung di sekitarnya,
sehingga akan berakibat pada terganggunya kelangsungan perkembangan
kawasan secara menyeluruh, baik yang berujud terganggunya kegiatan fungsional
maupun aktivitas yang berlangsung di dalamnya.
Surakarta salah satu dari sejumlah kota di Indonesia yang dibangun
berdasar konsep penataan kota modern, di antaranya jalur kereta api dalam kota
dan boulevard (kiri jalan Slamet Riyadi), serta berbagai taman dan ruang publik
lainya, adalah sebagian dari elemen urban modern. Ada beberapa ruang terbuka
yang ada di Kota Surakarta di antaranya Taman Balekambang, kompleks Stadion
Manahan, Monumen 45 Banjarsari, areal Satwa Taru Jurug dan masih banyak
lagi yang ada di Kota Surakarta yang merupakan ruang terbuka hijau sebagai
paru-paru kota.
Salah satu RTH di surakarta adalah villa park banjarsari atau yang lebih di
kenal dengan monumen 45. Villa park banjarsari merupakan salah satu paru-paru
kota Surakarta. Dahulu lokasi Villa park banjarsari dipenuhi oleh pedagang
klitikan.Di awal kepemimpinan Jokowi (Walikota Solo), pedagang di relokasi ke
Pasar Klitikan Notoharjo di Kecamatan Pasar Kliwon. Proses relokasi ini
mendapat perhatian dan sanjungan banyak pihak mengingat tidak ada
penggusuran apalagi bentrok PKL dengan Satpol PP yang biasa terjadi di kota
lain. Pemilik kios dengan suka rela memindahkan kios ke tempat yang baru
dengan acara boyongan yang meriah. Lokasi ini oleh Jokowi dijadikan salah satu
paru-paru kota. Perawatan pohon dan taman menjadi prioritas untuk memberi
alternatif ruang terbuka hijau bagi warga kota Solo.

1.2 Permasalahan dan Persoalan

1.3.1 Permasalahan

 Bagaimana cara memanfaatkan RTH dalam meningkatkan interaksi sosial


masyarakat
 Bagaimana cara mengembangkan RTH dalam meningkatkan keserasian
tata bangunan sekitar.

1.3.2. Persoalan

di tinjau dari permasalahan agar bisa memecahkan permasalahan


tersebut. Maka persoalan tersebut adalahmendapatkan suatu RTH yang
dapat meningkatkan interaksi sosial masyarakat dan meningkatkan
keserasian tata bangunan sekitar.
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Tujuan

Meningkatkan mutu villa park Bajarsari yang nyaman, segar,


indah, bersih dan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan.

1.3.2. Sasaran
 Villa park banjarsari dapat menjadikan sarana untuk mencerminkan
identitas (citra) daerah
 Guna Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.

1.4 Batasan Pembahasan


Pembahasan mengacu pada salah satu ruang terbuka hijau yaitu Villa
park Bajarsari, Surakarata.

1.5 Pembahasan
Pembahasan mengacu pada salah satu ruang terbuka hijau yaitu Villa
park Bajarsari. Villa park Bajarsari merupakan salah satu ruang terbuka hijau
Surakarata memiliki nilai sejarah bagi kota Surakarta.

1.6 Metode Pengumpulan Data


1.6.1. M e t o d e P e n g u m p u l a n

Pengumpulan data dilakukan dengan metode browsing di internet. Dan


survey langsung ke lapangan.

1.7 Sistematika Pembahasan


o Tahap Pertama
Tahap pertama membahas secara garis besar latar belakang,
permasalahan, persoalan,tujuan, sasaran, lingkup dan batasan dan
sistematika pembahasan.
o Tahap kedua
Tahap kedua berisi tentang tinjauan teoritik RuangTerbuka Hijau di villa
park bajarsari
o Tahap Ketiga
Pada tahap ini berisi tentang gambar-gambar dan sedikit ulasan ruang
terbuka hijau di villa park bajarsari
o Tahap Keempat
Tahap yang keempat ini berisi tentang Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN RUANG TERBUKA HIJAU
DI VILLA PARK BANJARSARI

2.1 Lokasi

Peta Kota Surakarta Pintu Gerbang Villa Park Bajarsari

Tampak Atas villa Park Banjarsari Monumen 45

Villa Park Bajarsariseluas 17.688 km2terletak di daerah Banjarsari, Solo. dari arah
utara, lokasi ini berdekatan dengan Stasiun Solobalapan. Sedangkan dari arah
selatan, Villa Park Bajarsari ini berdekatan dengan Pasar Legi, tepat di belakang
Keraton Mangkunegaran.

2.2 Sejarah Villa Park Banjarsari

Dahulu Kawasan banjarsari pada tahun 1949 digunakan sebagai tempat


pertempuran empat hari antara Pejuang Solo dengan Pasukan Belanda dalam
mempertahankan Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pertempuran
ini berlangsung di Solo pada tanggal 7 Agustus 1949 – 10 Agustus 1949 atau sering
disebut dengan serangan 4hari kota Solo).
Untuk mengenang pertempuran dasyat serta heroisme perjuangan Rakyat
Solo pada peristiwa tersebut, pada tanggal 31 Oktober 1973 Pemkot Surakarta
membangun monumen di Kawasan Taman Banjarsari. Pada tanggal 10 November
1976 (bertepatan dengan Hari Pahlawan), setelah 3 (tiga) tahun pembangunan
maka peresmian monumen dilakukan oleh Gurbernur Jawa Tengah (kala itu)
Soepardjo Roestam.Monumen peringatan pertempuran empat hari di Solo tersebut
dibangun dengan ukuran lantai 15 X 15 meter, di atas tanah lapangan seluas
17.688 km2.
Sejak awal pendirian monumen, kawasan tersebut sudah direncanakan akan
dilengkapi bangunan-bangunan pendukung lainnya, diantaranya museum
perjuangan, tempat rekreasi umum, sekaligus difungsikan sebagai ruang publik
(public space). Belum sempat semua rencana itu terwujud Warga Kota Solo sudah
merasa memiliki taman tersebut, dengan menjadikannya sebagai tempat favorit
untuk bersantai, berolah raga ataupun sekedar melepas penat.
Akibat ramainya masyarakat yang datang ke taman ini, membuat peluang
bagi para pedagang untuk berjualan di sekitar area taman ini, hingga pada tahun
2005 PKL yang berdagang di area ini mencapai 989 PKL.
Karena semakin banyaknya PKL yang berjualan, membuat taman ini menjadi
kumuh dan kotor, sehingga menghilangkan kesan monumental terhadap taman
ini.Dan akhirnya pada tahun 2006 para pedagang direlokasikan ke pasar Klithikan
Notoharjo Semanggi” yang bernuansa Jawa khas Surakarta.
Setelah 1 bulan pasca relokasi taman ini kembali difungsikan sebagai ruang
publik yang dapat dimanfaatkan oleh warga Kota Solo untuk rekreasi, berolahraga,
ataupun melakukan aktivitas sosial lainya, seperti penyelenggaraan Upacara HUT
RI Ke–61. Pemkot dalam upaya mengembalikan fungsi semula Kawasan Monumen
’45 Banjarsari melakukan rehabilitasi dan pembenahan-pembenahan, meliputi:
Perawatan pada monumen dengan mengecat ulang dan menambal monumen yang
retak, Menghijaukan kembali kawasan dengan mengoptimalkan penanaman bunga
di taman yang mengelilingi monumen,Memperbaiki jalan dan pedestrian,melengkapi
fasilitas dengan menambahkan tempat duduk dan beberapa arena permainan anak.
BAB III
ANALISIS OBYEK DARI ASPEK
LINGKUNGAN

3.1 Kajian penampilan lokasi obyek terhadap aspek lingkungan

PERMASALAHAN KONDISI ANALISA


1 2 3

Sebaiknya daun
daun di bersikan
Banyaknya daun agar taman terlihat
daun berserakan bersih sehingga
yang membuat nyaman untuk di
taman menjadi kuncungi.
kurang bersih dan dan daun daun
dapat menyumbat tersebuat bisa di
selokan-selokan manfaatkan
menjadi pupuk
kompos berguna
untuk tumbuhan
tumbuhan yang
berada di taman
tersebut

Sebaiknya taman
di beri petugas
kebersihan agar
Kurang nya sampah-sampah
kesadaran dalam yang berserakan
membuang sampah dapat segera di
dapat berdampak bersihkan. Karena
buruk bagi sampah-sampah
kesehatan.. yang berserakan di
sekitar taman
dapat
menimbulkan
penyakit atau
sebagai sarang
nyamuk demam
berdarah
1 2 3

Sebaiknya
dilakukan
Fasilitas bermain pengecetan ulang
yang sudah tidak pada alat
terawat sehingga permainan anak
pada pegangan ini, sehingga tidak
mulai karatan. ada lagi karat yang
menempel pada
permainan ini,yang
dapat
membahayakan
bagi kesehatan
anak-anak.

Sebaiknya perlu
Kondisi joging track perbaikan pada
yang sudah tidak joging track dan di
bagus dan tidak disain lebih
menarik. menarik seperti
Banyaknya daun- menambah batu
daun koral untuk refleksi
berserakan,sehingga kaki.
membuat kotor dan daun daun
yang berserakan di
bersihkan agar
joging track terlihat
bersih.

Kondisi rumput yang Di tamani kembali


kurang terawat pada daerah
sehingga ada rumput rumput
sebagian yang mati yang kurang subur,
dan menjadi gundul . dan bagian bagian
yang sudah
gundul.
Kerusakan fisik
tampak pada trotoar
jalan. Selain mulai Membersihkan
retak-retak, sejumlah lumut-lumut yang
paving di atas trotoar menempel pada
tersebut juga sudah paving tersebut.
hilang dari dan paving di
tempatnya perbaiki
Dan trotoar di
tumbuh I lumut

BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari analisa-analisa di atas, penulis dapat menarik kesimpulan


bahwa taman Banjarsari adalah taman yang mempunyai sejarah
cukup panjang,dan taman ini adalah taman yang terkenal di kota Solo
Taman Banjarsari sekarang ini sudah difungsikan kembali sebagai
area tebuka hijau, masyarakat sudah kembali mengunakan taman ini
untuk berekreasi bersama keluarga.Namun masih banyak yang harus
dibenahi oleh PEMKOT KOTA SOLO untuk kenyamana taman ini,
antara lain : sanitasi , fasilitas umum, PKL , kebersihan dll.
Kesimpulan di sini masih global/umum bukan kesimpulan dari hasil
aanalisis, sesuaikan dengan jumlah permasalahan anda,
Permasalahan 3 maka kesimpulannya 3 dan saran3, dan
kesimpulannya juga 3 mohon menghadap dosen bila kurang jelas

4.2 Saran
Jika ditinjau dari hasil survey, taman Banjarsari ini masih memiliki
banyak masalah yang harus dibenahi.Untuk itu penulis ingin
memberikan sara-saran kepada taman ini, supaya taman ini menjadi
lebih baik lagi.
Yaitu:
 PKL harus ditertibkan lagi.
 Menyediakan lahan parkir bagi pengguna motor, sehingga
tidak ada motor yang dibawa masuk ke area taman.
 Menambah tempat sampah
 Rumput yang mati sebaiknya ditanami lagi
 Membuat jalur pedestrian ke arah gazebo, sehingga bila ingin
ke gazebo tidak harus menginjak rumput.
 Perlu pengecetan ulang dan perbaikan pada fasilitas yang
mulai berkarat, contoh: kursi, mainan anak-anak, joging
track lampu dll.
 Perlu ditambah fasilitas umum lainnya seperti kran air siap
minum,hotspot area buat online.
 Perlu diberi rambu-rambu antara masuk dan keluar dari taman
apabila orang asing mungkin akan kebingunan apabila ingin
masuk ke taman

Daftar Pustaka
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai