Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/274032488

Model Penataan Ruang Luar Ruko sebagai Upaya Peningkatan Vitalitas


Kawasan di Jalan Klampis Jaya, Surabaya

Conference Paper · August 2006


DOI: 10.13140/RG.2.1.3366.6085

CITATION READS

1 1,730

1 author:

Rabbani Kharismawan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
12 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

kualitas taman-taman kota View project

All content following this page was uploaded by Rabbani Kharismawan on 25 March 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Model Penataan Ruang Luar Ruko
sebagai Upaya Peningkatan Vitalitas Kawasan
di Jalan Klampis Jaya, Surabaya
Rabbani Kharismawan
Jurusan Arsitektur
Bidang Keahlian Perancangan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

E-mail: <rabbani_a34@yahoo.com>

Abstraksi

Penelitian ini bertujuan untuk membuat model desain dari kondisi nyata tentang degradasi kualitas
lingkungan serta vitalitas kawasan ruko di Jl.Klampis Jaya. Latar belakang penelitian ini muncul dari
pengamatan penulis terhadap kondisi malam hari di jalan Klampis Jaya, Surabaya. Dari pengamatan tersebut,
sebagian besar ruang luar ruko tidak terfungsikan di waktu malam karena ruko hanya buka selama jam kerja
(pagi-sore). Pokok permasalahan adalah terletak pada penurunan kualitas serta vitalitas kawasan. Sebab ruko
sebagai bangunan pertokoan dengan keberadaannya yang mendominasi kawasan, seharusnya dapat
menghidupkan kawasan di waktu siang maupun malam hari. Penelitian ini dibatasi pada pengamatan kondisi
fisik ruang luar ruko, sehingga tidak meneliti aspek kualitas ruang dalam (interior) ruko. Penelitian juga dibatasi
pada ruko yang berada di sepanjang koridor jalan Klampis Jaya.
Survey kuisoner dilakukan terhadap 40 orang responden, yaitu dari pihak ruko 20 orang dan dari pihak
pengunjung 20 orang. Dari survey tersebut kemudian ditarik kesimpulan terhadap keinginan akan kondisi
lingkungan yang mendukung vitalitas kawasan ruko. Data pertama yang dikumpulkan adalah jenis aktifitas
beserta kuantitasnya yang berada di ruko (indoor activity) dan aktifitas yang berada di sekitar ruko (outdoor
activity) baik pada waktu siang dan malam hari. Data kedua adalah pendapat mengenai kegiatan pengisi ruang
luar dan kualitas ruang luar ruko Sedangkan data lain adalah data teknis ruang luar ruko yang ditunjukkan lewat
ilustrasi potongan jalan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat aktifitas indoor yang mendukung dan yang kurang
mendukung vitalitas kawasan. Aktifitas indoor yang mendukung antara lain: rental internet, rental video,
supermarket, restoran serta jasa kesehatan. Sedangkan aktifitas indoor yang kurang mendukung adalah kantor.
Keberadaan manusia sebagai faktor utama hidupnya suatu kawasan dapat ditingkatkan antara lain dengan:
penyediaan area parkir datar, teras depan sebagai sirkulasi pedestrian dan penyediaan aktifitas PKL di waktu
malam yang lebih terjaga kebersihannya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ruko section C memiliki model ruang luar yang ideal dan dapat
dijadikan prototipe bagi ruko lain. Ruko yang membutuhkan pengembangan model ruang luarnya adalah ruko
section A, B, dan D. Sedangkan ruko section E dan F hanya membutuhkan penanganan strategi aktifitas pada
ruang luarnya.
Kata kunci: model penataan, vitalitas, aktifitas, ruang luar ruko

Design Model of The Shophouse Outside Space


as an Effort to Improve The District Vitality
of Klampis Jaya street, Surabaya
Abstract

The purpose of this study was to make design model from existing condition about degradation of the
neighborhood and vitality on the shophouse district in Klampis Jaya Street, Surabaya. The Background of this
study was come from the writer’s observation during the nighttime condition. From the observation, most of the
shophouses outside spaces were not uses in nighttime because the shophouse open during the daytime only. The
main issue was about the degradation of the district vitality. The Shophouse that were retail buildings with the
existence dominate the district, should be able to enliven the district during the day and nighttime. Observation
of the physical condition on the shophouse outside space was conducted as a limitation of this study. This study
wasn’t investigating the quality of the shophouse interior space. This study also conducts at shophouse area on
Klampis Jaya street only.
Survey was conducted to 40 respondents, 20 shophouse inhabitants and 20 visitors. To reveal people
requirements about the district livability, the conclusions were drawn from the survey. The collected data
included kind and quantity of inside activity and outside activity the shophouse during the day and nighttime,
also opinion on outside activity and quality of the shophouse outside space. The other data were technical data of
the shophouse outside space in street section illustration.
The findings revealed indoor activities that would increase and decreased the district vitality. Indoor
activities that would increase vitality were: internet service, video rental, supermarket, restaurant, and clinic.
Indoor activities that would decrease vitality were office. Human existence as main factor to increase vitality
could be conducted through: provided flat parking surface, terrace as pedestrian way, and willing street vendor at
nighttime with better cleaning maintenance.
The findings also revealed that shophouse section C had the most ideal outside space and could be a
prototype for other shophouses. Shophouses that need outside space improvement were shophouse section A, B
and D. Shophouse section E and F only need ordering activities at the outside space.
Key words: design model, vitality, activity, shophouse outside space

1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA


Perancangan kota (urban design) merupakan 2.1. Tinjauan judul
disiplin ilmu yang mempelajari banyak aspek, tidak Agar studi pustaka ini lebih terfokus pada judul
hanya spasial (wujud fisik) namun juga aspasial (non- penelitian, maka pustaka akan ditekankan pada poin
fisik). Bagaimana sebuah kawasan itu hidup adalah pokok yang terdapat pada judul, yaitu: model
dari aspek aspasialnya; bergantung dari adanya penataan, ruang luar dan peningkatan vitalitas.
kegiatan manusia pada kawasan tersebut. Kegiatan Bagaimana cara meningkatkan vitalitas suatu
berawal dari adanya kebutuhan (setting sosial) yang kawasan, apa saja syarat-syaratnya? Kemudian apa
dapat menarik minat masyarakat untuk berada di definisi ruang luar serta elemen apa saja yang dapat
tempat tersebut. Namun kualitas spasialnya juga meningkatkan kualitas ruang luar. Sedangkan model
harus ikut mendukung dengan pemberian fasilitas dan penataan yang dimaksud dalam judul adalah ilustrasi
ruang yang nyaman dan aman. Ruang luar menjadi pengaturan elemen-elemen ruang luar dengan kaidah
ruang bagi kegiatan manusia (out-door activity). fungsi dan estetika. Dari tiga poin pokok ini akan
Ruang luar yang penuh dengan aktifitas manusia, dibuat kesimpulan untuk mengidentifikasi variabel-
khususnya pejalan kaki akan dapat menghidupkan variabel yang akan digunakan dalam penelitian.
suatu kawasan.
Berkaitan dengan ruang luar; penelitian ini 2.2. Teori peningkatan vitalitas
dilatar belakangi kondisi ruang luar ruko (lahan parkir Upaya peningkatan vitalitas (kegiatan manusia)
dan ”five foot way”) yang tidak difungsikan setelah tidak lepas dari hubungan antara manusia dengan
jam kerja. Hal ini diakibatkan karena ruko umumnya lingkungannya. Hubungan tersebut menurut
difungsikan selama jam kerja (pagi sampai sore), Coeterier mencakup tiga aspek: sebab (causes),
sehingga banyak ruko yang tutup di waktu malam. akibat (effects) dan kondisi (conditions). Sebab dan
Ruko saat ini kurang memperhatikan aspek akibat adalah internal atau personal (diri pribadi),
interaksi antara outdoor activity dengan indoor sedangkan kondisi adalah eksternal (lingkungan)
activity sebab ketika ruko tutup maka seluruh fasade Vitalitas (vitality) dalam Microsoft-Encarta-
lantai 1 tertutup oleh pintu lipat, dan ketika buka juga Reference Library 2005 [4] adalah;
tidak terdapat five foot way atau arcade bagi pejalan ”Kumpulan energi fisik dan mental yang besar,
kaki. Sehingga ketika ruko itu buka maupun tutup biasanya tergabung dalam rasa ketertarikan dan
tidak terwujud adanya interaksi kegiatan dalam dan terhibur pada suatu situasi atau aktifitas.”
luar yang dapat mendukung vitalitas kawasan ruko.
Outdoor activity pada kawasan ruko justru hidup 2.2.1. Teori Jane Jacobs
karena adanya PKL (sektor informal), namun Jane Jacobs [3], seorang penulis amerika dan
keberadaannya juga tidak diberikan tempat yang urban theorist menyebutkan;
sesuai di sekitar area ruko. “Inti dari hidupnya suatu kota bergantung pada
Berangkat dari fakta maraknya pembangunan tingkat keragaman yang banyak, pilihan kegiatan
ruko saat ini. Dan juga fakta yang memperlihatkan yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan
kesan ”mati” dan sepi dari ruko yang tidak saja.”
terfungsikan, maka seharusnya ada sebuah desain Jane Jacobs menyebutkan; bahwa terdapat tiga
khusus untuk masalah tersebut. Keberadaan ruko kondisi yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan
seharusnya dapat meningkatkan nilai ekonomi suatu kegiatan (liveliness) pada sebuah jalan. Tiga kondisi
kawasan baik di waktu siang maupun di waktu tersebut antara lain:
malam. 1. Pertama, harus ada pemisahan yang jelas antara
ruang publik (public space) dengan ruang
private (private space).
2. Kedua, pengamatan konstan harus dijaga; 3) Keragaman urban detail pada bangunan dan
Pengamatan akan lebih mudah jika bangunan public spaces
disepanjang jalan terorientasi (menghadap) Yaitu termasuk adanya:
kepadanya, terencana dengan maju-mundurnya a. Penghijauan, misal: taman, sungai kecil dengan
fasade, jendela depan, balkon, tanjakan, dan pohon di sepanjang alurnya, pohon di jalan-jalan
seterusnya. Semuanya akan membuat pengamat (bukan di shopping centre) dan di alun-alun
lebih mudah untuk melihatnya. yang sepi; hal ini dapat menstimulasi rasa
3. Ketiga, jalan dan sisi pejalan kaki haruslah selalu berhubungan dengan alam dan secara temporer
digunakan. Jalan haruslah dapat menjadi tempat jauh dari keramaian.
bagi orang untuk berpindah ke tempat lain, dan b. Bangunan dan tempat bersejarah, misal: pasar
harus ada cukup faktor penarik disepanjang jalan tradisional, dermaga, pola jalan masa lampau,
supaya orang ingin berada disana. kanal, dll.
c. Pembedaan spasial; bukan proyek berskala
2.2.2. Teori Coeterier besar namun mewujudkan spasial yang intim
Sedangkan dari hasil studi kondisi eksternal yang dengan garis lengkung dan bukaan kearah
dapat menciptakan vitalitas di Belanda, Amersfoort alun-alun; proporsi yang baik antara tinggi
dan Utrecht oleh Coeterier [2], diperoleh lima dan lebar dari jalan dengan alun-alun; ruang
kategori yang menurut masyarakat dapat tidak menjadi kosong, bukan sebuah lorong
meningkatkan kegiatan (vitalitas): diantara dua dinding, namun ruang yang
1) Keragaman manusia sesuai; tidak ada kesamaan elemen atau tidak
Menurut Jacobs (1972), keragaman manusia, adanya detail (Steffen 1980)
atau kelompok manusia, adalah satu-satunya d. Dekorasi; misal: perabot jalan, paving
kondisi bagi vitalitas. Keragaman manusia terwujud dekoratif, ornamen pada rumah dan
dengan cara: bangunan, lampu untuk penerangan jalan,
a. Mengadakan kegiatan di pusat oleh e. Struktur sekunder (informasi) dari obyek baik
pemerintah, dengan tidak membebani mereka temporer maupun bergerak, poster, papan
dengan biaya tinggi, prosedur yang sulit dan iklan, plakat.
lambat. 4) Aksesibilitas
b. Mempertahankan fungsi tempat tinggal di Kategori ini mencakup dua aspek, fisik dan
pusat kota; membangun rumah bagi kelompok sosial, lebih jauh mencakup tentang pelayanan,
masyarakat yang berbeda. khususnya oleh pemerintah: apakah ada akses yang
2) Keragaman fungsi mudah bagi layanan publik, apakah ada hubungan
Dalam hal ini: memiliki pilihan; baik itu antar kesamaan antar pelanggan.
cabang maupun dalam cabang. Keragaman fungsi Aksesibilitas fisik mencakup:
dapat ditingkatkan dengan: a. Kemungkinan untuk memarkir mobil, juga
a. Tidak hanya toko-toko di pusat kota, namun sepeda, lebih baik jika dengan pengawasan
juga fungsi lainnya; b. Layanan bus yang baik
b. Tidak hanya jeans shops tetapi toko khusus c. Peraturan lalu-lintas yang baik, khususnya
(spesialized shops) juga; perencanaan sirkulasi, misal: tidak terlalu
c. Adanya pilihan rute, masing-masing rute banyak jalan satu arah, karena akan
dengan lay-out yang multi fungsi. Tidak hanya memudahkan orang tersesat.
satu shopping street yang panjang, atau 5) Manajemen dan regulasi
kawasan terpisah untuk restoran, toko dan a. Pemeliharaan:
budaya, namun area besar dengan kombinasi b. Keselamatan: pengawasan peraturan oleh
segala sesuatu, sehingga anda dapat berjalan polisi dan juga dalam bentuk kontrol sosial
dengan aman; dari kelompok yang berbeda, keselamatan
d. Adanya kedai kopi dan restoran kecil, bagi pejalan kaki dari lalu-lintas kendaraan
sehingga anda dapat duduk dibawah matahari bermotor;
dan melihat orang berlalu-lalang; c. Tempat bagi pejalan kaki dan bukan untuk
e. Streetlife , misal: orang bermain musik, pasar parkir mobil; untuk pengadaan perbelanjaan
terbuka; dan kegiatan;
f. Hadirnya layanan publik, misal: kantor pos, d. Kebebasan bagi penduduk lokal untuk
bank, klinik kesehatan; mengatur sesuatu; lebih banyak kemungkinan
g. Perusahaan komersial dan bisnis, perdagangan bagi mereka untuk berdialog dengan pegawai
h. Budaya dan rekreasi, misal: galeri, sipil mengenai prosedur, untuk melakukan
perpustakaan, aktifitas olahraga. sesuatu dengan bergotong-royong; sebuah
Dan juga dapat temasuk: perencanaan yang berbeda, bukan hanya
Perlindungan, atau dukungan keuangan, dari mengkontrol lingkungan dengan membuat
fungsi ekonomi yang lemah; tidak hanya aturan dan melarang sesuatu namun
menstimulasi pertumbuhan ekonomi. perencanaan dengan menciptakan kondisi
sehingga sesuatu bisa dilaksanakan. Hanya 3) Suatu lingkungan janganlah mendororng rasa
dengan ini dapat tercipta suatu keragaman. tidak berdaya atau tidak tertolong.

2.3. Definisi ruang luar Elemen arcade pada ruko


Menurut Ashihara [1], ruang luar ialah Arcade atau yang lebih dikenal dengan sebutan
Ruang yang terjadi dengan membatasi alam. five foot way (dalam istilah malaysia) merupakan
Ruang luar dipisahkan dari alam dengan memberi bagian dari ruang luar ruko dan memiliki peran
kerangka atau bingkai (frame), jadi bukan alam itu penting dalam hidupnya kawasan ruko. Elemen ini
sendiri yang dapat meluas tak terhingga. pada prinsipnya adalah hasil adaptasi ruko terhadap
Ruang luar juga berarti sebagai lingkungan luar kondisi iklim tropis, melindungi pejalan kaki atau
buatan manusia, sebagai ruang yang mempunyai pengunjung dari panas dan hujan. Lebar arcade-pun
arti sepenuhnya dengan maksud tertentu, dan sesuai bagi sirkulasi dua orang pejalan kaki yaitu 5
sebagai bagian dari alam. kaki atau sekitar 1,5m.
Salingaros (1999) [5] menyebutkan beberapa proses Wahyono (2005) [8] menyatakan bahwa tempat
yang dapat menumbuhkan urban space yang baik pejalan kaki tersebut (arcade) tidak hanya berfungsi
(ruang yang terfungsikan, dan secara emosional terasa sebagai pelindung dari sinar matahari dan curah
memelihara). Proses tersebut dapat disimpulkan hujan tropis tapi juga sebagai ruang transisi sebelum
dalam tiga aksioma berikut: memasuki unit rumah dan sekaligus berfungsi
1. Urban space dibatasi oleh permukaan yang sebagai tempat sosial serta perluasan aktivitas
menunjukkan informasi yang tidak rumah-toko.
membingungkan (ambigu) Salah satu contoh hidupnya kawasan dari
2. informasi spasial menentukan keterhubungan adanya pedestrian arcade adalah di Jl.Malioboro
jaringan path dan node. (Arif, 2005) [7]. Pada jam kerja, di sepanjang arcade
3. inti dari urban space adalah ruang bagi pedestrian tersebut akan dipenuhi oleh para penjual benda
yang terlindung dari sirkulasi non-pedestrian. kerajinan tangan dan karya seni yang berdampingan
Salingaros juga menyebutkan bahwa Urban space dengan toko-toko yang buka sampai jam 9 malam.
dibatasi oleh bangunan, pohon, dan tembok; bukan Kondisi tersebut akan dimanfaatkan oleh aktifitas
oleh mobil dan bukan pula oleh pinggiran jalan. lesehan yang beroperasi mulai dari jam 9 malam,
Agar ruang luar dapat menarik minat setelah seluruh aktifitas toko tutup sampai kira-kira
manusia,maka harus dihindari adanya rasa jam 4 pagi.
keterasingan (alienation). Untuk menghindari rasa
keterasingan, terdapat tiga tipe kondisi eksternal [2] 2.4. Elemen urban design
yang harus dipenuhi, yaitu: Menurut Shirvani [6], dalam urban design
1) Kondisi eksistensial atau keberadaaan manusia dikenal enam elemen yang digunakan untuk
Contohnya, lingkungan haruslah memberikan membuat kebijakan, rencana, panduan desain dan
rasa keselamatan, stabil, dan aman. Untuk program. Namun dalam penelitian ini akan
bangunan, hal ini berarti bahwa bangunan ditekankan pada empat elemen yang paling berkaitan
tersebut janganlah terlalu besar. dengan subyek penelitian. Elemen tersebut antara
2) Kondisi fungsional, kondisi guna lain:
Bagi lingkungan atau bangunan, hal ini berarti:
a. Fungsinya adalah bagian dari aktifitas harian 2.4.1. Ruang terbuka (open space)
manusia. Bangunan kantor dan bank memiliki Menurut Shirvani, ruang terbuka didefinisikan
ekspresi negatif (kecuali bagi yang beraktifitas sebagai lansekap, hardscape (jalan, jalur pejalan
di dalamnya) kaki, dan sejenisnya), taman dan rekreasi terbuka di
b. Perilaku janganlah diprogram terlalu banyak dalam kota. Di masa lalu, ruang terbuka biasanya
(kondisi kedua Bowlby) dan alternatif untuk dirancang setelah keputusan arsitektural dibuat.
perilaku juga jangan terlalu dibatasi. Contoh Untuk itu, isu masa depan adalah ruang terbuka
negatif adalah bangunan untuk layanan publik, seharusnya dipertimbangkan sebagai bagian integral
khususnya layanan sosial. dari urban design.
3) Kondisi visual Juga penting untuk diingat bahwa ruang terbuka
Suatu lingkungan atau sebuah bangunan harus adalah elemen urban design yang unik, bahwa ruang
mendorong rasa ingin tahu atau keingin-tahuan. lingkup dan kondisinya berbeda antara kota satu
Upaya untuk menciptakan kondisi keberadaan dengan yang lain. Menurut Tankel (1963: 69) bahwa
manusia (existential) adalah dengan persyaratan yang yang terpenting dari ruang terbuka bukanlah terletak
mengacu pada hierarki kebutuhan oleh Maslow: pada kuantitas melainkan bagaimana dia ditata
1) suatu lingkungan haruslah memberikan rasa bersama dengan bangunan.
keselamatan dan perlindungan.
2) Suatu lingkungan harus memberikan kesempatan 2.4.2. Jalur pejalan kaki (pedestrian ways)
untuk ”berhubungan”, untuk berkomunikasi, rasa Isu penting dari perencanaan jalur pejalan kaki
ter-isolasi haruslah dihindari. adalah keseimbangan, “seberapa besar porsi bagi
pejalan kaki dan seberapa besar bagi kendaraan” 3. HASIL STUDI
(PAS 368, 1982: 3). Kita harus menyeimbangkan Hasil tersebut mencakup 3 bagian yaitu; pertama
fungsi dari elemen pejalan kaki untuk mendukung adalah amatan jumlah dan jenis kegiatan indoor dan
vitalitas dan ruang publik yang menarik, namun juga outdoor kawasan. Kedua adalah amatan terhadap
harus memberikan ruang (sirkulasi) bagi layanan kondisi ruang luar pada blok-blok ruko yang telah
antar, akses dan kebutuhan properti individu. ditentukan. Sedangkan ketiga adalah pendapat dari
Selanjutnya, adalah pertimbangan akan faktor 20 orang pengunjung ruko serta 20 orang penghuni
penarik disepanjang jalur pedestrian seperti toko dan ruko.
supermarket daripada bank atau perkantoran. Yang Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk
terakhir adalah pertimbangan fasilitas publik (perabot menjabarkan data aktifitas manusia, kegiatan pengisi
jalan) dalam jalur pedestrian seperti; bangku, pot ruang luar serta kualitas ruang luar ruko. Tabel
tanaman, penerangan dan lain-lain. Aspek jalur evaluasi digunakan untuk menganalisa hasil survey
pedestrian dapat dibagi dalam tiga kelompok: fungsi tersebut.
dan kebutuhan, kenyamanan psikologis, dan Area studi dibagi dalam enam blok ruko yang
kenyamanan fisik. dapat dilihat pada gambar berikut ini:

2.4.3. Aktifitas penunjang (activity support)


Aktifitas penunjang mencakup segala
penggunaan dan aktifitas yang dapat memperkuat
urban public spaces, sebab antara aktifitas dan ruang
fisik selalu saling melengkapi. Aktifitas cenderung
untuk berada di tempat yang sesuai (cocok) dengan
yang dibutuhkan oleh aktifitas tersebut. Saling
bergantungnya antara ruang dan fungsi adalah elemen
penting dalam urban design.
Menurut Whyte (1980: 50-53, 94-101), aktifitas
penunjang juga dapat meningkatkan elemen desain
fisik, terutama ruang terbuka. Ia juga menyatakan Gb.1 Bird eye view dari kawasan studi
Sumber: dok.pribadi 2005
pentingnya berjualan makanan (food services),
hiburan, dan kegiatan pendorong yang lain sebagai 3.1. Faktor aktiftas manusia
obyek fisik dan obyek amatan. 3.1.1. Jumlah dan jenis usaha ruko (indoor)
Integrasi antara indoor dan outdoor activity juga a) Ruko Section A
penting dalam perencanaan aktifitas penunjang. Ruko section A memiliki unit sebanyak 24 buah.
Dalam segi desain fisik, sasarannya adalah Hasil survey amatan menunjukkan bahwa ruko
pengendalian elemen jendela, pintu masuk yang jelas, section A memiliki aktifitas pagi hari yang cukup
dan guna lahan yang khusus untuk usaha pertokoan padat, yaitu sebanyak 17 unit, sedangkan 7 unit tidak
dan berjualan makanan. Outdoor cafe adalah salah beraktifitas. Namun pada malam hari, ruko yang
satu contoh integrasi antara jalan dengan bangunan. berfungsi sebagai kantor umumnya tutup. Unit yang
dominan menghidupkan ruko section A adalah jenis
2.4.4. Pertandaan (signage) jasa seperti; multi player game, laundry dan Wartel.
Dalam sudut pandang urban design, ukuran dan Masing-masing beroperasi selama 24 jam, sedangkan
kualitas desain dari papan iklan pribadi haruslah ayam goreng CitraPemuda yang menempati 3 unit
diatur agar tercipta keserasian, mengurangi dampak ruko beroperasi dari siang hingga malam hari.
visual yang negatif, dan mengurangi rasa
kebingungan dan kompetisi antara pertandaan lalu- Kosong 5
lintas dengan pertandaan publik. 12
Malam
Tutup 2
Desain pertandaan yang baik dapat Pagi
7
meningkatkan karakter dari fasade bangunan selain Buka 17

juga dapat menghidupkan streetscape, dan 0 5 10 15 20


difungsikan untuk menginformasikan tentang barang Gb.2 Kegiatan Ruko section A
dan layanan dari bisnis individu. Sumber: Hasil survey Maret 2006
Long Beach (1980: 25) memisahkan komunikasi
dengan pertandaan dalam dua level, langsung dan tak b) Ruko Section B
langsung. Pertandaan yang bersifat ”langsung”, Ruko section B yang didata sebanyak 45 buah.
menjelaskan identitas bisnis, lokasi, dan layanan serta Pada ruko section B, amatan menunjukkan bahwa
barang dagangan. Sedangkan image, karakter, dan mayoritas ruko beroperasi pada pagi hari sebanyak
bentuk dari pertandaan tersebut masuk dalam level 30 unit dan menurun pada malam hari, yaitu menjadi
komunikasi secara ”tak langsung”. 9 unit yang buka dan 22 unit yang tutup. Beberapa
ruko di section ini memiliki fasade unik yang
umumnya menutup wajah ruko aslinya dari lt. 2-3,
seperti Indigo studio dan Singapore wedding service.
Kosong
Dari sekian ruko yang tutup pada malam hari, 33

umumnya memiliki potensi untuk buka pada malam Tutup 34


Malam
3 Pagi
hari seperti; studio foto eksklusif dan wedding
9
service. Ruko dengan jenis jasa lebih banyak Buka
40

berperan dalam vitalitas kawasan section B, 0 10 20 30 40 50


diantaranya adalah persewaan VCD Laser ONE dan
studio foto MODERN. Gb.5 Kegiatan Ruko section D
Sumber : Hasil survey Maret 2006
Kosong 14

22 Malam
Tutup 1 Pagi e) Ruko Section E
9
Buka 30 Ruko section E yang didata ada 6 buah, hal ini
0 10 20 30 40
didasarkan pada batasan penelitian yaitu hanya pada
ruko-ruko yang berorientasi ke arah Jl.Klampis Jaya.
Gb.3 Kegiatan Ruko section B Dari 6 ruko yang di data, hanya 4 yang beroperasi di
Sumber : Hasil survey Maret 2006
pagi hari, sedangkan 2 unit tutup dan tidak
beraktifitas. Pada section ini terdapat dua unit ruko
c) Ruko Section C dan PKL sisi timur
yang difungsikan untuk restoran yaitu Swikee
Ruko section C memiliki unit sebanyak 60 buah.
Purwodadi (2 unit) dan Sushi Bar Buli-buli. Dari
Dari hasil amatan, ruko section C merupakan ruko
amatan diketahui bahwa dua ruko ini berperan dalam
yang paling mendominasi kawasan Klampis Jaya
menghidupkan kawasan. Area parkir juga
diwaktu malam. Ruko yang berperan dalam vitalitas
mendukung usaha restoran ini dengan luasan yang
kawasan adalah dari jenis jasa pendidikan dan
cukup untuk 2 mobil.
perdagangan, yaitu supermarket HERO dan EF
course. Sedangkan ruko dengan jenis kantor seperti
Kosong
bank BCA berperan menghidupkan kawasan di waktu 1

Malam
siang. Dari amatan pula didapat fakta bahwa Tutup
2
Pagi
1
mobilitas pengunjung banyak terjadi di supermarket
HERO dan bank BCA, dibandingkan ke ruko yang Buka
3
4
lain di section C ini.
0 1 2 3 4 5

Kosong
Gb.6 Kegiatan Ruko section E
11
Malam Sumber : Hasil survey Maret 2006
Tutup 29
2 Pagi

Buka
20 f) Ruko Section F
47
Ruko section F yang didata ada 17 unit. Ruko-
0 10 20 30 40 50
ruko ini berlokasi sekitar 25 m dari jalan utama.
Gb.4 Kegiatan Ruko section C Sebagian besar area didepan ruko difungsikan untuk
Sumber: Hasil survey Maret 2006 parkir. Dari survey amatan, ruko ini didominasi oleh
jenis jasa hiburan, yaitu Multi Player Game antara
d) Ruko Section D lain Trinity (2 unit terpisah) dan Xeon yang
Ruko section D yang didata sebanyak 76 buah. ketiganya beroperasi selama 24 jam. Karena ketiga
Hasil survey amatan pada ruko section D lokasi ini pula, area parkir pada malam hari penuh
menunjukkan tingkat perbandingan yang tinggi oleh kendaraan pengunjung. Di seberang ruko ini
antara ruko yang terfungsikan dengan yang tidak terdapat PKL yang ramai pada malam hari pula,
terfungsikan. Pada pagi hari, survey menunjukkan terutama oleh yang berdagang makanan (sate, nasi
bahwa ruko yang tidak terfungsikan mencapai 36 unit goreng dan pecel lele) dan minuman (juice Sri
sedangkan yang terfungsikan berjumlah 40 unit. Pada Pratiya).
malam hari ruko yang buka hanya 9 dan yang tutup
ada 34 unit, menunjukkan bahwa pada malam hari,
Kosong
kondisi section D sangat sepi. Ruko yang 6

menghidupkan section ini adalah dari jenis Tutup 2


7 Malam
Pagi
perdagangan, yang umumnya adalah apotek. Dapat
4
ditarik kesimpulan bahwa dengan jumlah unit Buka 9

mencapai 76 buah, namun yang aktif selama kurun 0 2 4 6 8 10


waktu 24 jam kurang dari 50% (31 unit), maka
kondisi ruko section D kurang diminati dalam Gb.7 Kegiatan Ruko section F
membuka usaha. Sumber : Hasil survey Maret 2006
3.1.2. Jumlah dan jenis usaha PKL (outdoor) beraktifitas dalam jumlah besar di waktu malam,
a) PKL sisi barat sedangkan ruko terpaut jauh antara jumlah yang buka
Di depan ruko section A terdapat beberapa PKL dengan yang tutup pada malam hari . sehingga dapat
yang beroperasi hampir 24 jam sehari pula, yaitu disimpulkan bahwa aktifitas PKL berperan pula
sebanyak 13 unit PKL pada pagi harinya. Sedangkan sebagai penggerak ekonomi kawasan di waktu
pada malam hari berjumlah 11 unit. Dibandingkan malam, dan juga berperan sebagai salah satu
dengan ruko section A (indoor activity), dapat komponen yang ikut menghidupkan kawasan.
disimpulkan bahwa PKL (outdoor activity) yang
31, 24%
mayoritas tetap buka pada malam hari tersebut, secara
53, 41% Pagi (buka)
tidak langsung ikut menghidupkan kawasan terutama Pagi (tutup)
sisi seberang dari ruko section A Malam (buka)
Malam (tutup)
33, 26%
11, 9%
6
tutup
4
malam
pagi
Gb.10 Tingkat vitalitas PKL
11
buka
13 71, 18%
152, Pagi (buka)
0 5 10 15 38% Pagi (tutup)
Malam (buka)
Gb.8 Kegiatan PKL sisi barat 110, Malam (tutup)
Sumber: Hasil survey Maret 2006 28% 11, 3% Kosong

53, 13%

b) PKL sisi timur Gb.11 Tingkat vitalitas ruko


Pada ruko section C terdapat bahu jalan untuk Sb: hasil survey Maret 2006
vegetasi dan utilitas yang juga difungsikan oleh PKL.
Keberadaan PKL ini sangat dibutuhkan bagi 3.2. Faktor pengunjung dan pihak ruko
karyawan ruko section C dan D terutama pada waktu 3.2.1. Pendapat pengunjung ruko
istirahat makan siang. PKL di sisi timur ini berjumlah a). Frekuensi berkunjung
47 unit, sebagian besar dengan aktifitas berdagang Hasil survey kuisoner menunjukkan bahwa
makanan (23 unit). Pada waktu malam, PKl yang pengunjung jarang sekali datang ke ruko. Sebanyak 8
beraktifitas ada 11 unit dengan pusat keramaian (40%) dari 20 orang menyatakan hanya sekali dalam
terutama di perempatan Jl.Klampis Jaya dengan sebulan datang ke ruko. Mobilitas pengunjung lebih
Jl.Mleto. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa banyak berada pada lokasi seperti bank, studio foto
PKL ini juga berperan dalam menghidupkan suasana dan Multi Player Game (MPG). Hasil pengamatan
kawasan Jl.Klampis jaya terutama pada sisi timur juga menunjukkan bahwa sebagian besar area parkir
jalan. terisi oleh kendaraan karyawan, bukan dari pihak
pengunjung ruko.
6
tutup
4
malam 20%
pagi 2 kali dalam seminggu
11 40%
buka 1 kali dalam seminggu
13
1 kali dalam 2 minggu
20% 1 kali dalam 3 minggu
0 5 10 15 1 kali dalam sebulan

5%
Gb.9 Kegiatan PKL sisi timur 15%

Sumber: Hasil survey Maret 2006 Gb.12 Frekuensi kedatangan pengunjung


sumber: hasil survey April 2006
3.1.3. Perbandingan aktifitas ruko dan PKL
Arif (2004) [7] menyebutkan, bahwa sektor b). Tempat yang Paling Dikenal
informal dapat menghidupkan suasana di malam hari. Dari 20 responden, sebanyak 9 (45%) orang
Ternyata hal ini juga terbukti di Jl.Klampis Jaya. menyatakan bahwa tempat yang paling mereka
Survey menunjukkan hasil yang signifikan antara kenali adalah ”HERO Supermarket”. Hal ini
jumlah ruko dengan PKL yang beraktifitas di malam dikarenakan faktor eksistensinya terhadap
hari. Kondisi jalan yang ramai membuat sektor lingkungan sekitar. Hanya bangunan ini yang
informal seperti PKL bertambah banyak. Mereka menempati 10 ruko untuk tempat berniaga.
mengambil kesempatan ini dengan berjualan di tepi Eksistensi ini juga diperkuat dengan larangan bagi
jalan pada malam hari, bergantian dengan PKL yang PKL untuk menempati bahu jalan didepan HERO.
berjualan di pagi hari. Faktor responden juga ikut berpengaruh, sebab
Hasil survey menunjukkan sebesar 26% PKL umumnya mobilitas pengunjung berada di HERO
yang buka dibandingkan dengan yang tutup (24%) dan bank BCA.
pada malam hari. Sedangkan ruko malam hari sebesar
13% dibandingkan yang tutup (28%) pada malam
hari. hal ini menunjukkan bahwa PKL masih tetap
kendaraan di area parkir dengan permukaan miring.
25%
Hero Supermarket
Dari pengamatan, ruko yang memiliki area pakir
45%
Ayam Goreng Pemuda miring umumnya hanya dipenuhi oleh kendaraan
Nokia Priority dealer
Bakso “Kepala Sapi” karyawan. Sedangkan ruko dengan area parkir datar
20% Lainnya, BCA dan Modern Photo tingkat mobilitasnya cukup tinggi. Sehingga dapat
5% 5% disimpulkan bahwa kemudahan memarkir serta akses
kendaraan dapat menambah vitalitas kawasan ruko.
Gb.13 Tempat yang paling dikenali pengunjung
sumber: hasil survey April 2006 10%
25%

Biasa saja
c). Berjalan Kaki Diluar Ruko Kurang nyaman
Asumsi awal penelitian adalah pejalan kaki Kesulitan
(pedestrian) tidak merasa nyaman ketika berjalan
65%
diluar ruko, sebab umumnya tidak tersedia area
khusus dan bercampur dengan sirkulasi kendaraan Gb.16 Pendapat mengenai area parkir dengan permukaan
bermotor. Namun hasil survey responden miring
menunjukkan bahwa umumnya (7 orang (35%)) sumber: hasil survey April 2006
merasa aman dan nyaman berjalan kaki diluar ruko.
Sedangkan 5 (25%) menyatakan tidak aman dan f). Area Parkir untuk PKL
nyaman karena tidak tersedia jalur pedestrian, tidak Asumsi awal adalah responden setuju dengan
ada tempat berteduh dan tidak ada lokasi alternatif ini sebab PKL diberikan fasilitas yang lebih
penyeberangan. lengkap dari sebelumnya, seperti WC umum dan
tempat sampah sendiri. Namun 35% responden
20%
Tidak ada jalur pedestrian menyatakan bahwa mereka tidak setuju area parkir
35%
5%
Tidak ada tempat berteduh difungsikan untuk PKL di malam hari sebab
Tidak ada zebra cross
Setuju dengan a, b dan c
lingkungan akan menjadi kumuh. Hanya 15%
15% Merasa aman dan nyaman responden yang menyatakan setuju, hal ini
25%
disebabkan PKL telah di persepsikan dengan
turunnya mutu kebersihan serta keindahan
Gb.14 Tingkat kenyamanan berjalan kaki diluar ruko lingkungan.
sumber: hasil survey April 2006
15%
25%
Lingkungan menjadi kotor
d). Lokasi untuk Berjalan Kaki 5%
Lingkungan menjadi kumuh
Menurut 8 (40%) orang responden, lokasi yang Keamanan ruko menjadi tidak terjamin
sesuai untuk berjalan kaki adalah di teras depan ruko. 20% Lainnya

Teras ini pada masa kolonial menjadi kekhasan setuju area parkir untuk PKL
35%
bangunan ruko. Teras yang berbentuk arkade atau five
foot way, tidak hanya berfungsi sebagai peneduh dari
Gb.17 Pendapat mengenai area parkir untuk PKL di malam
cuaca panas namun lebih utama sebagai area
hari
berinteraksi antara pengunjung dan penjual. Ruko sumber: hasil survey April 2006
modern seperti di Jl.Klampis Jaya tidak lagi
menerapkan arkade karena alasan ekonomis g). Area parkir untuk ”outdoor cafe”
(memaksimalkan lahan untuk ruko). Sebagian besar Interaksi antara pengunjung dengan aktifitas
ruko di Jl.Klampis Jaya tidak memiliki luasan teras didalam ruko sangatlah dibutuhkan, hal ini dapat
yang cukup yaitu 1.5 m (five foot way), untuk sarana ditingkatkan dengan outdoor cafe atau sidewalk café.
berjalan kaki bagi pengunjung. Bagi ruko yang difungsikan khusus untuk restoran.
Respon dari pengunjung sangatlah beragam; yang
0% menyatakan setuju sebesar 30%, sedangkan 60%
30% Di teras depan ruko menyatakan tidak setuju dengan 2 alasan, yaitu
40% Di area parkir
Diluar area parkir
tempat parkir berkurang dan tingkat polusi udara
Di pinggir jalan yang tinggi.
Lainnya 5%
15%
15% 30% Karena tempat parkir akan terkurangi
30% Karena diluar banyak debu dan tidak bersih
Gb.15 Lokasi yang sesuai untuk berjalan kaki Setuju dengan kedua jawaban a dan b
sumber: hasil survey April 2006 Sebab lainnya
5% Setuju diberi fasilitas "outdoor café"

e). Area Parkir Kendaraan 30%

Area parkir merupakan faktor penting dari ruko Gb.18 Pendapat mengenai area parkir untuk “outdoor café”
modern, umumnya berada didepan teras ruko untuk sumber: hasil survey April 2006
kemudahan akses. Hasil survey menunjukkan 65%
responden merasa kurang nyaman jika memarkir
h). Kegiatan yang sesuai untuk area parkir pada window display merupakan salah satu upaya yang
malam hari dapat menarik aktifitas pejalan kaki.
Diasumsikan bahwa responden akan setuju
dengan usulan area parkir yang tidak terfungsikan 15% 20%
pada malam hari difungsikan untuk PKL. Sebesar Sangat Tidak Setuju
40% menyatakan bahwa sebaiknya lokasi parkir yang Tidak Setuju
Biasa saja
tidak terfungsikan pada malam hari digunakan untuk 30% 20% Setuju
parkir bagi ruko yang buka pada malam hari. Sangat Setuju

Sedangkan 30% responden lainnya menyatakan 15%

setuju untuk tempat berkumpul warga dan 25% setuju Gb.21 Pendapat mengenai window display untuk
untuk PKL. PKL dan tempat berkumpul warga dapat fasade ruko
menjadi ruang publik di kawasan ruko tersebut. PKL sumber: hasil survey April 2006
dan tempat berkumpul warga juga bertindak sebagai
passive surveillance sehingga kawasan menjadi lebih k). Kondisi reklame pribadi
aman. Reklame atau papan nama pribadi
25% merupakan salah satu penunjuk identitas pada suatu
30%
Tempat PKL (hanya buka pada malam hari) ruko. Dalam survey amatan, terlihat bahwa kondisi
Tempat berkumpul warga sekitar reklame pribadi seringkali mengacu pada keinginan
5% Lahan parkir bagi ruko yang buka malam hari
Tidak usah diisi kegiatan lain
pemilik ruko. Sebesar 35% responden menyatakan
bahwa ukuran reklame tidak serasi sedangkan 30%
40%
menjawab tidak tertata perletakannya. Beberapa ruko
Gb.19 Pendapat mengenai kegiatan yang sesuai untuk area memiliki reklame pribadi yang menarik, seperti
parkir pada malam hari Indigo studio, Singapore wedding service, Taipei
sumber: hasil survey April 2006 Exquisite bridal, Barrack MPG, dan beberapa
lainnya.
i). Pendapat mengenai area parkir untuk bioskop
5%
drive-in 30% Kurang terlihat dari tepi jalan
Sebagian responden berpendapat bahwa bioskop Ukuran reklame tidak serasi
35%
drive-in kurang sesuai untuk lokasi tersebut Tidak tertata perletakannya
melainkan fungsi lain seperti food court atau outdoor Setuju dengan jawaban A, B dan C
cafe. Alternatif kegiatan ini juga dikaji kembali dari 30%
segi ekonomi dan dampak sosial yang ditimbulkan.
Sehingga alternatif kegiatan yang sesuai untuk Gb.22 Pendapat mengenai kondisi reklame pribadi
diusulkan untuk ruang luar ruko adalah outdoor cafe sumber: hasil survey April 2006
atau food court yang rencananya ditempatkan di area
parkir di belakang ruko section A dan B. Lokasi 3.2.2. Pendapat pihak ruko
tersebut sesuai difungsikan untuk public space, sebab Pihak ruko yang di data adalah dari ruko-ruko
keberadaanya yang ter-selubungi oleh dinding- yang dinilai dapat membuka usaha di malam hari.
dinding bagian belakang ruko (ruko section A dan a) Orang yang tinggal di ruko
ruko Klampis 21). Sebesar 50% responden menjawab tidak ada
15%
orang yang tinggal di ruko tempat mereka bekerja.
20%
Sedangkan 35% menjawab lebih dari 3 orang yang
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju tinggal di ruko. Angka 35% tersebut umumnya dari
Biasa saja
Setuju
ruko-ruko yang difungsikan untuk salon. Dari survey
30% 20%
Sangat Setuju ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ruko tidak lagi
15%
difungsikan untuk tempat tinggal seperti terminologi
ruko pada awal sejarahnya (era kolonial) namun
Gb.20 Pendapat mengenai area parkir untuk bioskop hanya sebagai tempat usaha saja.
drive-in
5% 5%
sumber: hasil survey April 2006
5%
1 orang
2 orang
j). Fasade ruko dengan window display 50% 3 orang
Lebih dari 3 orang
Window display atau etalase merupakan salah Tidak ada yang tinggal di ruko
35%
satu upaya untuk menarik pengunjung ke lokasi.
Model tersebut umumnya diterapkan pada toko-toko
yang terdapat di Mall atau toko-toko yang Gb.23 Pendapat mengenai orang yang tinggal
menghadap ke jalan khususnya yang memiliki arkade di ruko
(shopfront). Sebesar 60% responden menyatakan sumber: hasil survey April 2006
setuju dengan hal ini agar mereka dapat melihat-lihat b) Fasilitas yang tersedia di ruko
(window shopping) terlebih dahulu barang yang Asumsi awal dari survey pertanyaan ini adalah:
dipajang di etalase. Hai ini menunjukkan bahwa jika fasilitas yang tersedia cukup memadai, maka
seharusnya ruko dapat dijadikan tempat tinggal (sub e) Keinginan untuk buka sampai malam hari
bab 5.1.3. poin a). Sebagian besar responden (60%) Asumsi awal adalah responden (sebagian besar
menjawab fasilitas yang tersedia di ruko sudah usaha salon) ada keinginan untuk buka sampai
memadai, baik itu kebersihan, keamanan dan lainnya. malam sebab salon memiliki potensi untuk itu.
Dari hasil survey ini dapat diketahui bahwa Namun dari 20 responden, sebesar 75% menjawab
ketersediaan fasilitas tidak menjadi salah satu poin tidak ada keinginan untuk buka pada malam hari.
untuk tinggal di ruko. Ruko lebih banyak dijadikan Hal ini menunjukkan bahwa seharusnya ada aktifitas
untuk tempat usaha saja. lain diluar ruko setelah aktifitas di dalam ruko
10%
berhenti.
5%
Kebersihan 20%
Ada keinginan untuk buka
20% Keamanan malam hari
Lainnya
Tidak ada keinginan untuk buka
60% Kebersihan dan keamanan
5% malam hari
Fasilitas sudah memadai
Tidak berpendapat
5%
75%
Gb.24 Pendapat mengenai fasilitas ruko
Gb.27 Keinginan untuk buka sampai malam hari
sumber: hasil survey April 2006
sumber: hasil survey April 2006
c) Hari-hari ramai pengunjung
f) Kondisi lingkungan yang diinginkan pada
hari di saat ramai pengunjung dapat
malam hari
meningkatkan vitalitas kawasan. Sebagian besar
Dari hasil survey, sebesar 35% responden
(25%) ruko yang difungsikan untuk salon
menyatakan bahwa pengawasan dari patroli
berpendapat bahwa pada hari sabtu dan minggu
keamanan adalah kondisi lingkungan yang
adalah hari disaat ramai pengunjung. Namun secara
diinginkan pada malam hari. Alasan pengawasan
garis besar (40%) responden menjawab ramainya
oleh patroli ini menurut responden kurang terdapat
pengunjung ramainya pengunjung tidak ditentukan
dilokasi mereka. Sedangkan kondisi lain yang
pada hari apa atau dengan kata lain rata-rata.
diinginkan adalah ramai oleh lalu lalang manusia
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hari-hari
(25%) dan terang oleh lampu-lampu diluar ruko
khusus seperti Sabtu dan Minggu tidak menunjukkan
(25%). Dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa
peningkatan aktifitas pada kawasan ruko.
lingkungan yang aman merupakan prioritas utama
5%
25% yang harus ada di kawasan ruko pada waktu malam
Sabtu dan Minggu hari.
Sabtu
40% Minggu
5% 5%
Rata-rata 5% 25% A. Ramai oleh lalu lalang manusia
Tidak berpendapat B. Aman oleh pengawasan patroli
20%
C. Terang oleh lampu-lampu diluar ruko
10% D. Lainnya
25%
Memilih jawaban A, B dan C
Gb.25 Pendapat mengenai fasilitas ruko Memilih jawaban B dan C
sumber: hasil survey April 2006 35%

d) Alasan tidak buka pada malam hari Gb.28 Kondisi yang dinginkan pada malam hari
Dari data yang diperoleh, setengah dari sumber: hasil survey April 2006
responden (50%) menjawab alasan untuk tidak buka
pada malam hari adalah aturan dari pimpinan atau g) Area parkir untuk PKL pada malam hari
pemilik ruko. Hasil ini juga terpengaruh dari Asumsi awal adalah sebagian besar responden
responden pribadi yang sebagian besar adalah menyetujui area parkir untuk PKL pada malam hari
karyawan di ruko tempat mereka bekerja. Dapat sebagai alternatif kegiatan pengisi ruang luar. Namun
ditarik kesimpulan sementara bahwa peraturan dari lebih dari 50% responden menyatakan tidak setuju
pimpinan, baik itu penyewa atau pemilik ruko, jika area parkir untuk PKL, dengan alasan terbesar
memiliki peranan yang sangat penting dalam kaitan (30%) yaitu lingkungan akan menjadi kurang bersih
aktifitas ruko selama 24 jam. jika ada PKL.
5% A. lingkungan menjadi kurang bersih
5% 5% 10% 10%
B. keamanan ruko tidak terjamin
A. Sedikit pelanggan yang datang 30%
10% B. Aturan dari pimpinan atau pemilik 5% C. lingkungan menjadi kumuh
C. Tidak ada yang tinggal di ruko 5% D. Lainnya
Lainnya Memilih jawaban A, B dan C
10% 5%
Memilih jawaban A dan B Memilih jawaban B dan C
Memilih jawaban A dan C Setuju area parkir untuk PKL
10% 50% Tidak berpendapat Tidak berpendapat
20% 20%

Gb.26 Alasan untuk tidak buka Gb.29 Kondisi yang dinginkan pada malam hari
sampai malam hari sumber: hasil survey April 2006
sumber: hasil survey April 2006
3.3. Ruko Section A 3.3.2. Evaluasi ruko section A
3.3.1. Eksisting ruko section A 1) Fasade lt.1: pintu lipat diganti dengan window
Potensi display; bagi yang tutup, maka pintu lipat dapat
1) Bentuk ruko; memungkinkan permainan warna difungsikan untuk iklan mural atau seni graffiti
dan bayangan agar tidak monoton
2) Area belakang ruko, sesuai untuk parkir
Kendala
1) Area parkir; ruang parkir dan lebar jalan yang
terbatas, kurang memungkinkan untuk on street
parking

Gb.34 contoh fasade untuk iklan


(ruko Rungkut alang-alang)

Sumber: dok.pribadi Juni 2006


2) Penambahan awning (sosoran)
Gb.30 suasana ruko A pada siang hari 3) Teras depan: perlu diperlebar untuk sirkulasi 2
orang pedestrian (min 1,5 m)
4) Area parkir: parkir tetap dengan permukaan
miring, namun dengan memberikan emphasis
pada pintu masuk dengan pot tanaman
5) Papan reklame: diseragamkan ukuran serta
lokasi yaitu pada cornice lt.1
Tiang listrik: diposisikan menjadi ground utility,
sedangkan yang berada di permukaan adalah tiang
Gb.31 suasana ruko A pada malam hari
lampu jalan
Sumber: dok.pribadi 25 Mei 2005
3.3.3. Desain ruko section A

Gb.32 Potongan ruko section A

Gb.35 Potongan desain ruko section A

Gb.33 Axonometri ruko section A


Gb.36 Perspektif desain ruko section A
Sumber: Analisa Juni 2006
Sumber: Analisa Juli 2006
3.2. Ruko section B 3.2.2. Evaluasi ruko section B
3.2.1. Eksisting ruko section B 1) Fasade lt.1: pintu lipat diganti dengan window
Potensi display
1) Area parkir; ruang parkir terbatas namun 2) Penambahan awning
didukung oleh jalan utama yang lebar, 3) Teras depan: perlu diperlebar untuk sirkulasi 2
memungkinkan untuk on-street parking orang pedestrian (min 1,5 m), namun akan
Kendala mengurangi area parkir yang sudah sempit
1) Fasade lt.1: meskipun ada beberapa ruko dengan 4) Area parkir: eksisting difungsikan utk parkir
window display, namun tetap ditutup oleh pintu sepeda motor dgn permukaan datar, sedangkan
lipat parkir mobil ditepi jalan (on-street)
2) Teras depan; lebar efektif hanya 70 cm karena 5) Papan reklame: diseragamkan ukuran serta
terkurangi oleh keberadaan pintu lipat lokasi yaitu pada cornice lt.1
6) Ruko dengan fasade yang berkarakter kuat,
dipertahankan. (misal: Indigo, Taipei Exquisite
Bridal dan Singapore Wed.Service)

3.2.3. Desain ruko section B

Gb.37 kondisi ruang luar ruko section B

Gb.38 Ruang luar ruko section B


dengan tipe fasade ruko section A
sumber: dok.pribadi Juni 2006 dan Mei 2005

Gb.41 Potongan desain ruko section B

Gb.39 Potongan ruko section B

Gb.42 Perspektif desain ruko section B


Sumber: Analisa Juli 2006

3.3. Ruko section C


Eksisting ruko section C
Potensi
1) area parkir datar; nyaman dan mudah untuk
berjalan kaki, parkir sepeda motor, drop off dan
bongkar muat barang (loading dock)
Kendala
1) Teras depan; antar ruko memiliki elevasi yang
Gb.40 Axonometri ruko section B berbeda, kurang sesuai untuk sirkulasi
Sumber: Analisa Juni 2006 pedestrian
2) Terdapat bahu jalan dengan vegetasi, namun
sebagian besar ruang sisa dipakai oleh PKL

Gb.47. EF dengan fasade window display


Sumber: dok.pribadi Juni 2006
2) Teras depan; perlu diseragamkan elevasi teras
Gb.43 Kondisi ruang luar ruko section C antar ruko
3) Area parkir: perlu diberikan batasan yang jelas
(zona sepeda motor atau zona mobil); pada
malam hari untuk aktifitas food court dan lesehan
4) Papan reklame: diseragamkan ukuran serta lokasi
yaitu pada cornice lt.1
Desain ruko section C

Gb.44 kondisi ruang luar ruko section C


pada jam kerja
sumber: dok.pribadi Juni 2006 dan Mei 2005

Gb.48 Potongan desain ruko C

Gb.45 Potongan ruko section C

Gb.49 Perspektif desain ruko section C


Sumber: Analisa Juli 2006

Ruko Section D
Eksisting ruko section D
Gb.46 Axonometri ruko section C Potensi
Sumber: Analisa Juni 2006 1) tatanan fasade ruko memiliki kualitas
streetscape yang baik, tidak monoton dengan
Evaluasi ruko section C memberikan permainan bentuk fasade
1) Fasade lt.1: pintu lipat diganti dengan window Kendala
display (mis: EF course) 1) area parkir miring; hal ini mengurangi tingkat
kenyamanan bagi pengguna motor untuk parkir
karena takut sepedanya terjatuh
5) Papan nama penunjuk lokasi: dibuatkan desain
yang lebih menarik agar harmonis (ukuran dan
posisi) dan jelas.

Desain ruang luar ruko section D

Gb.50 Kondisi ruang luar ruko section D

Gb.51 Kondisi ruang luar ruko section D


pada jam kerja

Gb.54 Potongan desain ruko section D

Gb.52 Potongan ruko section C

Gb.55 Axonomteri desain ruko section D


Sumber: Analisa Juli 2006

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aktifitas
ruko didukung oleh keberadaan PKL dalam kaitan
vitalitas lingkungan. Hasil studi juga menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang kuat antara ruko
sebagai indoor activity dengan PKL sebagai outdoor
activity. Ruko berperan sebagai aktivator utama
dalam hidupnya kawasan diwaktu siang, namun
peran ini diambil alih oleh PKL di waktu malam
Gb.53 Axonometri ruko section C karena ruko hanya buka sampai sore hari.
Sumber: Analisa Juni 2006 Dari penelitian dapat disimpulkan mengenai
Evaluasi ruko section C aktifitas indoor dan outdoor yang dapat
1) Fasade lt.1; pintu lipat diganti dengan window meningkatkan vitalitas kawasan
display,sedangkan yang tutup dapat untuk iklan
mural 4.1. Kesimpulan indoor activity
2) Teras depan; perlu diperlebar untuk sirkulasi 2 A. Aktifitas ruko yang dapat mendukung
orang pedestrian (min 1,5 m) vitalitas kawasan (livability) adalah :
3) Area parkir; eksisting difungsikan utk parkir 1. Jasa Rental Internet; jenis jasa berikut ini
sepeda motor dgn permukaan datar, sedangkan adalah yang beroperasi paling penuh, hampir
parkir mobil ditepi jalan (onstreet) selama 24 jam sehari. Bentuk jasa tersebut
4) Papan reklame; diseragamkan ukuran serta lokasi antara lain : persewaan komputer untuk
yaitu pada cornice lt.1 browsing, e-mail, chatting dan game on-line
atau LAN yang biasa disebut Multi Player Game
(MPG).
2. Jasa Rental Video; jenis jasa berikut umumnya original. Dan agar terdapat variasi antar lokasi
beroperasi dari siang hingga malam hari. rental, maka masing-masing persewaan harus
3. Supermarket; jenis kegiatan ini adalah bentuk memiliki video dengan jenis khusus, misal:
modern dari artian toko pada ruko jaman dulu persewaan video musik (Rock, Pop), video
yang biasanya berjualan sembako (sembilan pendidikan (Discovery, National Geography,
bahan kebutuhan pokok) atau yang biasa disebut BBC), video anime (kartun Jepang), video
mracang. olahraga (senam, biografi), video religi
4. Restoran; jenis kegiatan berjualan makanan (keagamaan) dan video film Barat atau Asia.
adalah jenis yang paling baik di fungsikan pada 3) Supermarket : Untuk aktifitas ini, disarankan
ruko. Sebab kegiatan ini aktif dari tengah hari untuk memiliki fasade dengan window display
sampai malam hari bahkan larut malam (seperti dengan sidewalk yang bersih dari PKL.
bar atau café). 4) Restoran : sebaiknya lokasi dapur tidak terletak
5. Jasa Kesehatan; seperti dokter, laboratorium di depan, sebab kotoran akan membekas dan
dan apotik. kurang menarik minat pengunjung. Restoran
B. Sedangkan aktifitas yang kurang mendukung juga sebaiknya tidak berdekatan dengan jasa
vitalitas kawasan, antara lain: kesehatan.
6. Kantor; yang dimaksud dengan kantor adalah 5) Jasa kesehatan : jasa kesehatan sebaiknya tidak
yang tidak difungsikan untuk komersial, hal ini berdekatan dengan ruko yang difungsikan
disebabkan aktifitas kantor yang umumnya sebagai berikut: rumah makan atau restoran
berlangsung dari siang hingga sore hari (jam (alasan kebersihan, higienis), bengkel dan toko
kerja) alat musik (alasan kebisingan).
Rekomendasi : kantor dapat ditempatkan 4.3.2. Outdoor activity
bersebelahan dengan ruko yang beroperasi Untuk outdoor activity lebih baik tidak
hingga malam hari; kantor dapat difungsikan menempati area pinggir jalan, namun juga tidak
untuk tempat tinggal karyawan (rumah-kantor terletak jauh dari ruko. PKL seharusnya membentuk
atau rukan) paguyuban (perkumpulan) yang dapat mengelola
C. Jenis indoor activity yang diusulkan untuk mereka, sehingga tenda-tenda PKL dapat
kawasan ruko Jl.Klampis jaya: diseragamkan, model dan warnanya.
1. Billiard; fungsi ini umumnya beroperasi dari sore
hingga dini hari. Rekomendasi : agar dapat lebih 4.4. Saran
mengundang pengunjung dari luar maka fasade Saran berisi beberapa fenomena diluar
lantai 1 disarankan menggunakan fasade kaca bahasan penelitian penulis namun masih terkait
transparan. dengan topik utama penelitian yaitu rumah-toko.
2. Minimarket; karena jenis ini sudah ada di lokasi Ulasan saran dimaksudkan untuk pihak yang terkait
yaitu HERO supermarket, maka minimarket dengan perancangan kota dan pihak-pihak yang ingin
dapat ditempatkan dilokasi yang berjauhan, meneliti mengenai ruko. Adapun saran-saran yang
seperti ruko section A dan B. ingin penulis kemukakan adalah sebagai berikut:
3. Sidewalk cafe pada waktu malam (outdoor
activity); yang bertempat dilokasi parkir yang 4.4.1. Aturan zoning
tidak terfungsikan di malam hari, seperti ruko Aturan zoning selama ini yang diterapkan
section B, C, D dan E. terhadap ruko adalah area perdagangan. Dengan
tidak melihat karakteristik ruko awal, yaitu untuk
4.2. Kesimpulan outdoor activity fungsi residensial (rumah) dan fungsi komersial
Aktifitas PKL berperan pula sebagai (toko atau tempat usaha) maka seharusnya aturan
penggerak ekonomi kawasan di waktu malam, zoning yang tepat diterapkan untuk ruko adalah
dan juga berperan sebagai salah satu komponen zoning campuran (mixed-use).
yang ikut menghidupkan kawasan. Seharusnya juga ada penelitian lebih
Sebagian besar PKL yang aktif pada malam mendalam mengenai zoning campuran ini melihat
hari adalah berdagang makanan (10 unit) dan fenomena area perdagangan sebagian besar berfungsi
warung kopi (5 unit). Sedangkan yang lain pada siang sampai sore hari saja, namun pada malam
adalah kios rokok (2 unit), tambal ban (2 unit) hari menjadi sepi tidak berpenghuni. Lebih jauh
dan majalah (3 unit). ruang yang tidak difungsikan pada malam hari
tersebut dapat menjadi area yang ”berbahaya”
4.3. Rekomendasi (memicu tindak kejahatan).
4.3.1. Indoor activity
1) Jasa rental internet : sebaiknya tidak terletak di 4.4.2. Rumah-toko (ruko)
lantai 2, namun jika ada di lantai 2 maka lantai 1 1. bangunan : diperlukan adanya penelitian
pada malam hari harus difungsikan juga. mengenai kualitas ventilasi pada ruko
2) Jasa rental video : hal yang perlu diperhatikan modern dan kaitannya dengan kenyamanan
bahwa rental video yang diijinkan adalah video untuk tinggal di ruko.
2. tata guna bangunan : diperlukan adanya 8. Wahyono, Hary (2005); Rumahtoko
peraturan perundangan yang mengatur Tradisional China di Tanah Melayu;
dengan jelas klasifikasi penggunaan ruko; International Seminar on Malay Architecture as
sebagai tempat tinggal, tempat usaha atau Lingua Franca.
kedua-duanya (mixed-use). Dan juga
incentive bagi pemilik atau penyewa ruko
yang memfungsikannya sesuai dengan
terminologi awal.
3. bentuk dan karakteristik : diperlukan
peraturan perundangan yang mengatur
dengan jelas bentuk tatanan ruko (grid,
cluster dan linear) serta karakertistiknya
yaitu area kaki lima (five foot way).
4. parkir : diperlukan peraturan perundangan
yang mengatur dengan jelas lokasi parkir
serta kondisinya yang lebih nyaman.

4.4.3. Panduan sirkulasi pejalan kaki


Yang terjadi saat ini adalah ruang luar kawasan
ruko umumnya didominasi oleh kendaraan bermotor,
sebagai area parkir dan jalur sirkulasi. Dengan tidak
adanya area bagi pejalan kaki, maka pengunjung ruko
tidak ingin melakukan aktifitas luar seperti; jalan-
jalan, window shopping, menikmati suasana dengan
duduk, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksistensi
manusia merupakan faktor utama hidupnya kawasan
ruko. Untuk itu disarankan bagi pihak pemerintah
kota agar dapat membuat panduan sirkulasi bagi
pejalan kaki pada kawasan ruko.

REFERENSI
1. Ashihara, Yoshinobu (1962), “Merancang
Ruang Luar”, terjemahan dari judul asli; Exterior
Design in Architecture oleh Sugeng Gunadi
(1983).
2. Coeterier, J.F. (1994); Liveliness in Town
Centres; in Neary, S.J. et,al ; “The Urban
Experience, a people environment perspective”;
E & FN Spon, London
3. Jacobs, Jane (1961); Urban Realities; in
Geofrey Broadbent, “Emerging Concept in
Urban Space Design”; Van Nostrand Reinhold
Company, New York.
4. Microsoft Encarta Reference Library
Premium 2005 CD-ROM. Encarta Dictionary
Tools.
5. Salingaros, Nikos A. (1999); Urban Space and
Its Information Fields; Journal of Urban Design,
Volume 4, pages 29-49. © Taylor & Francis Ltd
(posted by permission)
6. Shirvani, Hamid (1985), The Urban Design
Process; Van Nostrand Reinhold Company, New
York.
7. Sholihah, Arif B. (2005); The Role of Informal
Street Activities in The Context of Conserving
Urban Cultural Entitiy. Case Study: Malioboro
Street, Yogyakarta, Indonesia; APSA 2005
Penang, Malaysia

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai