Anda di halaman 1dari 19

KARSINOMA PROSTAT

PENDAHULUAN
Karsinoma prostat adalah suatu kanker ganas yang tumbuh di dalam kelenjar prostat, tumbuh
secara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan merusak jaringan sekitarnya dan merupakan
yang terbanyak diantara keganasan sistem urogenitalia pada pria. Tumor ini menyerang pasien yang
berumur di atas 50 tahun, diantaranya 30% menyerang pria berusia 70-80 tahun dan 75% pada usia
lebih dari 80 tahun. Kanker ini jarang menyerang pria berusia di bawah 45 tahun.
Kanker prostat merupakan tumor yang paling sering terjadi pada pria di Amerika Serikat.
Sekitar 200.000 kasus baru didiagnosis setiap tahunnya. Kanker prostat menunjukkan morbiditas dan
mortalitas yang sangat tinggi pada populasi pria di Amerika. Secara khusus kanker prostat ternyata
lebih banyak diderita oleh bangsa Afro-Amerika yang berkulit hitam daripada bangsa kulit putih. Hal
tersebut ditunjukkan dengan perbandingan bahwa 1 dari 9 pada kulit hitam di Amerika Utara akan
menderita kanker prostate, sedangkan pada kulit putih di Amerika Utara hanya 1 dari 11 orang akan
mengidap kanker prostate. Sedangkan di Asia sendiri masih terhitung rendah. Di Indonesia data di
bagian Sub bagian Urologi, Bagian bedah FKUI, selama periode 1995-1998 ditemukan data-data 17
kasus per tahun. Data dari 13 Fakultas Kedokteran Negeri di Indonesia kanker prostat termasuk dalam
10 penyakit keganasan tersering pada pria dan menduduki peringkat ke 2 setelah kanker buli-buli
(kandung kemih).
Kenaikan insidens kanker prostat dapat dihubungkan dengan peningkatan usia harapan hidup,
perubahan pola makan khususnya kombinasi lemak dan modalitas diagnostik yang lebih baik. Sejak
diperkenalkan pada akhir tahun 80-an, prostate spesifik antigen (PSA) merupakan salah satu alat bantu
untuk diagnosis kanker prostat, dikombinasikan dengan pemeriksaan colok dubur dan biopsi prostat
dengan bimbingan Transrectal Ultrasonography (TRUS). Biopsi prostat dilakukan apabila ditemukan
kecurigaan kanker prostat pada pemeriksaan colok dubur yaitu adanya konsistensi prostat yang keras,
adanya nodul, atau pembesaran prostat yang tidak simetris. Biopsi juga akan dikerjakan bila ditemukan
lesi hypoechoic atau hiperechoic pada pemeriksaan TRUS. Selain itu juga dikerjakan bila nilai PSA
>10 ng/ml atau PSA density (PSAD) >0,15 pada penderita dengan nilai PSA antara 4 10 ng/ml
walaupun tidak ada kecurigaan pada pemeriksaan colok dubur maupun pemeriksaan TRUS.
Pengobatan kanker prostat bergantung pada stadium penyakit dengan terapi radikal baik
secara operasi maupun radioterapi diindikasikan pada penderita dengan stadium awal (T1b-T2c, N0,
M0). Prostatektomi radikal merupakan anjuran pertama pada penderita berusia <70 tahun tanpa adanya
komorbiditas yang dapat menghalangi pelaksanaan operasi atau menambah morbiditas paska bedah.

1
Pada penderita berusia >70 tahun atau menolak tindakan pembedahan dianjurkan pemberian
radioterapi radikal. Sedangkan pada penderita dengan stadium 3 (T3, N0, M0) atau 4 (T4 atau N+, atau
M+) diberikan terapi hormonal secara orchydectomi bilateral atau pemberian LHRH agonis beserta
anti androgen. Pada penderita T3 tanpa penyebaran ke kelenjar getah bening atau metastasis,
kombinasi radioterapi dan terapi hormonal selama 2 3 tahun masih bisa dipertimbangkan bila
harapan hidup antara 5 10 tahun.

ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko
seseorang untuk terkena kanker prostat. Faktor predisposisi tesebut antara lain : Genetic, ras, usia,
riwayat keluarga, diet tinggi lemak, polusi, hormonal dan aktivitas seksual.

PATOGENESIS
Munculnya kanker prostate secara laten pada usia tua banyak terjadi. Sepuluh persen pria usia
enam puluh tahun mempunyai kanker prostate diam dan tidak bergejala, pertumbuhan dari kanker
prostate asimptomatis yang kebetulan ditemukan lamban sekali.Keganasan prostate 90% biasanya
berupa Adenocarsinoma yang berasal dari kelenjar prostate yang menjadi hipotrofik pada usia decade
kelima sampai ketujuh. Agaknya proses menjadi ganas sudah mulai pada jaringan prostate yang masih
muda. Karsinoma prostate paling sering terjadi pada zona perifer (75%).
Dengan berkembangnya tumor dapat terjadi perluasan langsung ke urethra, leher kandung
kemih, dan vesikula seminalis. Karsinoma prostate dapat juga menyebar melalui jalur limfatik dan
hematogen. Secara berturut tempat yang paling sering dari metastasis melalui jalur hematogen melalui
v.vertebralis adalah ke tulang-tulang pelvis, vertebra lumbalis, femur, vertebra torasika, dan kosta.
Metastasis ini lebih sering osteoklastik (menyerap tulang) daripada osteoblastik (membentuk tulang).
Pada osteokalstik jaringan tulang diganti jaringan tumor oleh infiltrasi dan pertumbuhan tumor,
sementara pada osteoblastik, tumornya justru merangsang sel-sel pembentuk tulang di sekitarnya untuk
membentuk tulang ekstra yang jelas dapat dilihat pada foto roentgen.
Penyebaran limfogen dapat ditemukan dikelenjar limfe di panggul kecil dan lewat samping
pembuluh darah besar keatas lewat samping dinding perut belakang (kelenjar limfe retroperitoneal
atas).agak jarang tumor ini menyebar ke sum-sum tulang dan visera, khususnya hati dan paru.8,9,10
Tingkat penyebaran karsinoma prostate yang lazim dipakai didasarkan pada system tingkat penyebaran
American Urological Assosiation (AUA) dan TNM.

2
GAMBARAN KLINIK
Karsinoma prostate stadium dini dan lanjut mungkin asimptomatik pada saat diagnosis, dan
lebih dari 80 persen pasien menderita penyakit stadium C dan D pada saat diagnosis. Pada orang yang
simptomatis, keluhan yang sering ditemui adalah disuria, kesulitan berkemih, mengedan jika ingin
berkemih, peningkatan frekuensi berkemih, retensi urin total, nyeri punggung atau pinggang dan
hematuria. Setiap laki-laki berusia diatas 40 tahun yang mengeluh disuria, sering berkemih atau
kesulitan berkemih tanpa obstruksi uretrhra mekanis harus dicurigai menderita kanker prostate. Gejala
lainnya berupa :
segera setelah berkemih, biasanya air kemih masih menetes-netes
perasaan tidak puas setelah berkemih
nyeri baik ketika berkemih maupun ejakulasi
inkontinensia uri
penurunan berat badan

Gambar 2. Kanker prostat7

DIAGNOSIS
Diagnosis kanker prostate ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisis dan laboratorium.
Sebelum melakukan pemeriksaan sebaiknya ditanyakan mengenai riwayat penyakit, riwayat penyakit
kanker dalam keluarga dan gejala-gejala yang dialami, khususnya yang berhubungan dengan
berkemih. Berdasarkan anamnesis tersebut barulah dianjurkan pemeriksaan yang akan dilakukan
3
sebagaimana yang akan dijelaskan dibawah ini. Berdasarkan dari ketentuan dari perhimpunan ahli
kanker amerika, dua dari pemeriksaan tersebut, yaitu digital rectal examination (DRE) dan
pemeriksaan prostate-antigen spesifik (PSA), dianjurkan untuk pasien lebih dari 45 tahun dan memiliki
perkiraan masa hidup kurang dari 10 tahun, serta usia lebih dari 45 tahun yang termasuk dalam resiko
tinggi
A. Digital Rectal Examination (DRE)
Karena bentuk prostate berada didepan rectum, maka memudahkan kita untuk menyentuh
prostate dengan memasukkan jari lewat rectum. Palpasi prostate merupakan pemeriksaan yang mudah ,
murah tapi terbaik untuk mendeteksi semua stadium penyakit selain stadium A. Adapun yang dapat
dinilai dalam melakukan pemeriksaan ini tonus sfingther ani dan refleks BCR, menilai apakah ada
massa dalam lumen rectum serta menilai keadaan prostate. DRE pada penderita kanker prostate akan
menunjukkan adanya pembesaran prostate dengan konsistensi keras, padat, noduler, irregular,
permukaan yang tidak rata, atau asimetris.
B. Prostat Spesifik Antigen (PSA) test
Peningkatan insidens kanker prostat yang pesat dalam dekade terakhir tidak lepas dari
digunakannya PSA sebagai modalitas diagnostik. Walaupun tidak merupakan petanda tumor spesifik
untuk keganasan prostat, bila nilai PSA >4 ng/ml, yaitu nilai yang dipakai sebagai batas normal,
umumnya akan dilakukan biopsi prostat sekalipun tidak ditemukan kelainan pada colok dubur.
Untuk keganasan prostate dikenal petanda tumor yaitu fosfatase asam prostate (prostate acid
phosphatase = PAP) dan antigen khas prostate (prostate specific antigen = PSA) yang sensivitasnya
tinggi dan spesifisitasnya tidak terlalu tinggi, tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan PAP.8,12
Peningkatan kadar antigen spesifik prostate (PSA) dalam serum adalah pemeriksaan paling peka untuk
mendeteksi kanker prostate secara dini. Kadar PSA mungkin meningkat pada penyakit local,
sedangkan peningkatan kadar fosfatase asam biasanya mengisyaratkan kelainan ekstraprostate. Setelah
diagnosis dan pengobatan, penilaian respon paling baik dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
berkala PSA maupun fosfatase asam
C. Transrectal Ultrasound (TRUS)
Transrectal ultrasound digunakan untuk mengetahui pertumbuhan prostate yang tidak normal
dan membantu dalam melakukan biopsy pada daerah prostate yang abnormal. Tindakan ini
menggunakan gelombang suara untuk membentuk pencitraan dari prostate.TRUS selain dapat
mengukur volume prostate, dapat juga mendeteksi kemungkinan adanya keganasan dengan
memperlihatkan daerah hypoechoic, dan dapat pula melihat adanya bendungan vesika seminalis yang
tampak merupakan gambaran kista disebelah bawah dari prostate.

4
D. Transabdominal Ultrasound (TAUS)
Prostate dapat pula diperiksa dengan USG transabdominal (TAUS), biasanya dilakukan dalam
keadaan vesika urinaria penuh. TAUS dapat mendeteksi bagian prostate yang menonjol ke buli-buli
yang dapat dipakai untuk meramalkan derajat besar obstruksi, selain tentu saja dapat mendeteksi
apabila ada batu didalam vesika.
E. Biopsy
Pada biopsy jaringan sample diambil dan diperiksa dengan bantuan mikroskop untuk
mengetahui ada tidaknya perubahan dari kanker. Hanya biopsy yang dapat menentukan kanker prostate
dengan pasti. Sejumlah dokter biasanya mengambil sejumlah jaringan sample untuk dibiopsi. Namun
perlu diketahui meskipun hasil biopsy negative namun kanker kemungkinan tetap ada. Hal ini
mungkin dikarenakan pada saat biopsy sample yang diambil bukanlah jaringan yang mengalami
kanker. Pada kanker prostate yang mempunyai pembungkus tumornya memiliki grade dan stage
tersendiri. Grade dan stage tersebut membantu dalam menentukan jenis terapi yang akan dilakukan.
Score gleason diperuntukkan untuk kanker prostat berdasarkan gambaran mikroskopiknya.
Score gleason sangat penting karena score gleason yang tinggi berhubungan dengan prognosis yang
buruk. Hal ini disebabkan score gleason yang tinggi memberikan gambaran kanker yang
pertumbuhannya cepat. Untuk menerapkan score gleason perlu dilakukan biopsy. Biopsi dilakukan
dengan cara prostatectomy atau dengan cara memasukkan dengan needle kedalam kelenjar prostat
melalui rectum.
Tingkat infiltrasi dan penyebaran tumor berdasarkan system TNM adalah sebagai berikut :
T Tumor Primer
Tx - Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 - Tidak dijumpai tumor primer
Tis Karsinoma in situ ( PIN )
- T1a 5 % jaringan yang direseksi mengandung sel-sel kanker, colok dubur normal
- *T1b - > 5 % jaringan yang direseksi mengandung sel-sel kanker, colok dubur normal.
- *T1c - Peningkatan kadar PSA, colok dubur dan TRUS normal
- *T2a - Teraba tumor pada colok dubur atau terlihat pada TRUS hanya pada satu sisi,
terbatas pada prostat
- *T3a - Ekstensi ekstrakapsuler pada satu atau dua sisi
- *T3b - Melibatkan vesikula seminalis
- *T4 - Tumor secara langsung meluas ke baldder neck, sfingter, rectum, muskulus levator
atau dinding pelvik
5
N Kelenjar limfe regional ( obturator, iliaka interna, iliaka externa, limfonodus presakral )
Nx - Tidak dapat dinilai
N0 - Tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional
N1 - Metastasis ke kelenjar limfe regional
M Metastasis jauh
Mx - Tidak dapat dinilai
M0 - Tidak ada metastasis
M1a - Metastasis jauh kelenjar limfe nonregional
M1b - Metastasis jauh ke tulang
M1c - Metastasis jauh ke tempat lain
Score gleason berkisar antara 2 sampai 10. score gleason dengan nilai 2 menandakan
prognosis yang baik sedangkan nilai 10 menandakan nilai 10. Score akhir merupakan kombinasi dari 2
penilaian yang berbeda dengan range 1 sampai 5. Score gleason berhubungan dengan beberapa
gambaran berikut ini :
Grade 1. kanker prostat yang menyerupai jaringan prostat normal. Kelenjarnya kecil, bentuknya
baik dan terbungkus rapat.
Grade 2. jaringan masih mempunyai kelenjar0kelenjar yang bentuknya baik, tapi lebih besar dan
memiliki lebih banyak jaringan diantaranya.
Grade 3. jaringan masih memiliki kelenjar yang masih dapat dikenali, tapi selnya lebih gelap. pada
pembesaran yang lebih tinggi, beberapa dari sel-sel ini meninggalkan kelenjar dan mulai
menginvasi jaringan sekitarnya.
Grade 4. jaringan hanya menyisakan sedikit kelenjar yang masih dapat dikenali. Sel sudah lebih
banyak menginvasi jaringan disekitarnya.
Grade 5. jaringan sudah tidak memiliki kelenjar yang dapat dikenali. Hanya terdapat lembaran-
lembaran sel disepanjang jaringan yang berada disekelilingnya.
Dilakukan pemeriksaan patologi terhadap spesimen biopsi dan berusaha memberikan
penilaian terhadap dua bentuk yang paling berbeda. Hasil scoring tersebut dijumlahkan untuk
mendapatkan nilai akhir untuk score gleason. Contoh ; spesimen prostat yang dibiopsi memperlihatkan
dua bentuk yang berbeda salah satunya diberi angka 2 dan yang lainnya diberi angka 3. maka hasil
akhir dari score gelason.
Score gleason berguna dalam menegakkan prognosis dari kanker prostat. Bila digunakan
dengan parameter lain, score gleason membantu dalam menentukan staging kanker prostat yang mana

6
secara tidak langsung akan memberikan gambaran prognosis dari kanker prostat itu sendiri dan
bermamfaat dalam penentuan terapi yang akan dilakukan.

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI


I. Surveilance (observasi)
Surveilance ditujukan untuk observasi dan pengawasan secara teratur tanpa terapi inmasif.
Surveilance biasa digunakan pada stadium awal kanker prostate dengan pertumbuhan yang lambat
yang biasa didapatkan pada usia lanjut. Tindakan ini juga dilakukan pada pasien yang berisiko
terhadap terapi bedah radio terapi maupun terapi hormonal. Terapi lain dapat mulai diberikan apabila
sudah tumbuh gejala atau jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan kanker (misalnya : PSA yang
meningkat cepat, Score Gleason yang tinggi pada biopsy dan lain-lain). Sebagian besar pasien yang
mendapat tindakan surveilance biasanya menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan dari tumor, dan terapi
biasanya dilakukan 3 tahun kemudian. Meskipun tindakan surveilance yang dilakukan dapat mencegah
resiko pembedahan dan radiasi, namun resiko dari metastasis dapat meningkat. Pada pasien usia muda
tindakan surveilance tidak ditujukan untuk mencegah dilakukannya terapi secara bersamaan, tapi bisa
menjadi salah satu alasan untuk hal tersebut beberapa tahun kemudian, selama pengaruh terapi
terhadap kualitas hidup dapat di cegah. Masalah-masalah kesehatan yang berkembang seiring dengan
berkembang usia selama masa observasi juga menyulitkan untuk dilakukannya pembedahan dan
radioterapi.
II. Terapi Hormonal
Terapi hormonal menggunakan pengobatan atau pembedahan untuk menghambat asupan
Dihidro testosterone (DHT) pada sel kanker prostate, DHT adalah suatu hormon yang dihasilkan di
prostat dan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan metastasis sel kanker prostate.14
Penghambatan DHT dapat menghentikan pertumbuhan kanker prostat bahkan menghambat
metastasisnya. Namun, terapi hormon jarang menyembuhkan kanker prostat karena kanker yang
berespon terhadap terapi hormonal biasanya menjadi resisten 1 sampai 2 tahun berikutnya. Sel
hormonal biasa diberikan pada kanker prostat yang sudah mendapat terapi pembedahan atau
radioterapi untuk mencegah timbulnya rekurensi.
Tujuan dari terapi hormonal adalah menurunkan kadar testosteron atau untuk menghentikan
kerja testosteron. Kanker prostate distimulasi oleh testosteron dan hormon-hormon pria lainnya
(androgen). Pertama-tama kadar DHT yang rendah dalam darah menstimulasi hipotalamus untuk
menghasilkan GnRH. GnRH kemudian menstimuli kelenjar hipofise untuk menghasilkan LH, yang
selanjutnya LH menstimuli testis untuk menghasilkan testosteron. Pada akhirnya testosteron dari testis

7
dan dihidro epiandrosteron dari kelenjar adrenal akan menstimuli prostat untuk menghasilkan DHT.
Terapi hormonal dapat menurunkankadar DHT dengan cara mengganggu telur pembentukkan tersebut
di atas
Berikut ini beberapa bentuk dari terapi hormonal.
Orchiektomy adalah suatu pembedahan yang bertujuan mengangkat testis. Karena testis yang
dihasilkan testosterone, maka apabila testis diangkat maka stimulasi hormonal terhadap tumor
akan terhenti.
Menggunakan Agonis dari LHRH, seperti leuprolide (lupron, viaduneligart), Gossereline
(zoladex) atau Busereline (supra Fact), untuk menghentikan produksi testosterone.
Anti Androgen yang biasa digunakan adalah flutamide (eulexine) bisa lutamide (casodex),
nilutamide dan asetat siproteron, yang menghambat kerja testosterone dan DHT pada pasien
kanker prosta.
Obat lain yang digunakan untuk menghambat produksi androgen pada kelenjar adrenal adalah
DHEA yang mengandung ketokenazol dan aminoglutethimide. Karena kelenjar adrenal hanya
membentuk 5 % dari androgen seluruh tubuh, maka pengobatan ini umumnya dikombinasikan
dengan pengobatan lain yang dapat menghambat 95 % dari produksi androgen di testis. Cara
kombinasi ini biasa disebut TAB (Total Androgen Block)
Estrogen dalam bentuk dietil stilbesfron, dapat juga digunakan untuk menekan pembentukkan
testosteron. Namun estrogen jarang digunakan karena efek sampingnya yang kuat. Efek samping
adri cara pengobatan ini berbeda-beda
Orchiektomy dan Agonis LHRH dapat menimbulkan impotensi, rasa panas, dan hilangnya
keinginan untuk berhubungan seks. Anti androgen dapat menyebabkan timbulnya mual, muntah,
diare, dan pembesaran payudara. Beberapa diantara cara pengobatan tersebut dapat menyebabkan
kelemahan tulang (medicine).
III. Terapi Radiasi
Radio terapi untuk kanker prostate terdiri dari terapi External-Beam radiasi dan Brachy terapi.
a. Terapi External-Beam Radiasi
Terapi External-Beam radiasi khususnya menggunakan ekseleration linear berenergi tinggi
menghasilkan kelangsungan hidup yang lebih lama pada pasien dengan penyakit local. Suatu tehnik
yang biasa disebut dengan IMRT (Intensity Modulated Radiation Therapy) dapat digunakan untuk
menunjang External-Beam radiasi yang disesuaikan dengan ukuran tumor, diberikan dengan dosis
tinggi pada prostate dan vesikula seminalis dengan sedikit merusak kandung kemih dan rectum.
Radioterapi ini biasanya diberiukan selama 6-7 minggu, 5 hari dalam seminggu. Dosis dapat
8
ditingkatkan dengan menggunakan suatu cara tertentu, tetapi efeknya terhadap angka kelangsungan
hidup tidak diketahui. Untuk pasien dengan penyakit-penyakit local (T3 T4) tambahan gocerelin
(zoladex) agonis LhRH menunjukkan adanya peningkatan sebagaimana rata-rata angka kelangsungan
hidup yang ada. Keuntungan dari radio terapi jenis ini adalah mudah pelaksanaannya dan masih
tergolong aman. Kerugiannya adalah memiliki resiko menimbulkan rekurensi maupun pertumbuhan
local, biaya dan resiko timbulnya komplikasi. Komplikasi umumnya disebabkan oleh radiasi yang
mengenai jaringan yang normal seperti kandung kemih. Disamping itu efek samping lainnya adalah
impotensi, inkontinensia, cystitis dan prostitis.
b. Brachy terapi
Brachy terapi untuk kanker prostat menggunakan Seeds yaitu suatu lempeng radioaktif
yang kecil yang mengandung bahan radioaktif (seperti iodin-125 atau Paladium-103) yang ditanamkan
pada tumor dengan bantuan transrectal ultrasound (TRUS). Jika Seeds yang ditanamkan tadi telah
mencapai dosis homogen terhadap prostat maka memungkinkan dilakukannya radiotherapi.
Keuntungan dari cara radiotherapi ini adalah mudah dalam penempatannya dan memiliki masa terapi
yang singkat. Kerugiannya memiliki biaya yang besar, menimbulkan impotensi, rekurensi,
inkontinensia (umumnya pada pasien yang telah menjalani reseksi prostat) dan pergeseran atau migrasi
kekandung kemih atau sirkulasi, contohnya ke paru-paru.
Radioterapi umumnya diberikan pada kanker stadium dini dan biasanya juga pada stadium
lanjut untuk mencegah metastasis ketulang, radioterapi dapat dikombinasikan dengan terapi hormon
pada penyakit dengan resiko sedang, dimana radioterapi saja tidak cukup untuk mengatasi kanker itu.
Beberapa ahli onkologi mengkombinasikan external-beam radiasi dan brachy terapi untuk kelompok
resiko sedang sampai tinggi. Pada salah satu penelitian ditemukan bahwa kombinasi terapi supresi
androgen yang dikombinasikan dengan external-beam radiasi selama 6 bulan dapat memperbaiki
angka kelangsungan hidup pasien jika dibandingkan dengan radioterapi saja pada pasien kanker prostat
yang terlokalisir. Dapat pula digunakan kombinasi dari external-beam radiasi, brachy terapi dan terapi
hormon. Umumnya radioterapi diberikan apabila kanker sudah sampai menekan medula spinalis atau
kadangkala setelah dilakukan pembedahan seperti pada kanker yang ditemukan di vesikula
semilunaris, limfonodus, diluar kapsul prostat atau daerah yang dibiopsi. Radioterapi biasa dibeikan
pada pasien yang memiliki kendala medis sehingga susah untuk dilakukan pembedahan. Radioterapi
juga terbukti lebih baik dalam mengobati kanker ang kecil jika dibandingkan dengan pembedahan.

9
IV. Operatif
Tehnik operatif untuk penanganan kanker prostat terdiri atas dua cara :
1. Prostatectomy radikal
prostatectomy radikal adalah suatu tehnik pembedahan dengan cara mengangkat seluruh
prostat. Cara ini di indikasikan untuk kanker yang hanya mengenai prostat dan tidak menginvasi
kapsula prostat, limfonodus dan organ lain disekitarnya. Terdapat tiga cara pelaksanaan radical
prostatectomy yaitu radical retropubik prostatectomy dengan cara melakukan insisi abdomen.
Sedangkan yang kedua yaitu radikal perineal prostatectomy,dengan melakukan prostatectomy yaitu :
prostate yang terkena, vesikula seminalis dan ampula dari vasdeferens diangkat seluruhnya, sedangkan
kandung kemih dibiarkan tetap berhubungan dengan membrane urethra untuk membiarkan terjadinya
berkemih. Dan yang ketiga cara radikal suprapubik prostatectomy. Prostatectomy radikal dapat
dikombinasikan dengan radioterapi pada kanker prostate yang letaknya hanya pada daerah prostate.
Hal ini akan memberikan hasil yang baik karena kanker belum bermetastasis. Komplikasi dari cara ini
antara lain inkontinensia urine dan impotensi.
Radikal retro-pubik prostatectomy
Lakukan insisi dibagian midline bawah, kemudian lakukan limfadenectomy pelvik bilateral ekstra
peritoneal. Keluarkan lemak retro-pubik dan cauter cabang superfisial dari vena dorsalis penis.
Lakukan insisi tumpul pada fascia endopelvic. Angkat semua serat otot yang tersisa (levator ani,
pubococcygeus dan puborectalis) kebagian lateral dari prostat sampai fascia prostat dan vena
dorsalis terlihat. Lakukan jahitan menggunakan benang vicryl 2,0 dibagian vena dorsalis dan
anterior dari urethra. Buat jahitan kontrol dengan benang vicryl 2,0 sebanyak 8 jahitan di bagian
proksimal dari vena dorsalis.
Pisahkan vena dorsalis menggunakan elektro cauter, buat defek pada fascia tersebut. Lakukan
insisi V pada tepi fascia prostat, secara distal dan proksimal.
Buatlah sebuah manuver menggunakan gunting Satinsky, lakukan insisi pada neurovaskuler ke
arah urethra dan kandung kemih. Pada keadaan ini fascia prostat bagian lateral yang berisi
neurovaskuler di immobilisasi kearah posterior. Tempatkan jari telunjuk tangan kiri diantara
immobilisasi fascia prostat dan kapsul prostat tepat dibagian postrior dari prostat. Manuver ini
bertujuan untuk memisahkan fascia denonvilier adheren anterior dari bagian posterior prostat.
Selanjutkan pindahkan ujung jari kiri ke arah kanan dari apical prostat sampai kearah fascia
prostat di bagian yang kontra lateral tepat diatas neovaskuler kanan. Ujung jari kiri akan
menembus prostat lateral kanan dengan membentuk sudut siku-siku terhadap pengapit

10
Pengapit neurovaskuler kanan dikeluarkan dari prostat secara kranial dan posterior. Pisahkan
urethra yang membranius menggunakan elektrocauter. Biarkan elektrocauter tersebut sampai
mancapai 45 derajat untuk mencapai puncak tersebut. Dalam hal ini serat-serat sisa yang masih
sehat dari urethra eksternal rabdo spinkter yang membungkus bagian anterior dari apeks prostat
selanjutnya dibagi dan diberikan pada urethra. Setelah urethra dipisah lakukan immobilisasi
prostat dan lakukan ligasi vaskuler lateral menggunakan hemoklips. Pisahkan bagian anterior dari
fascia denonvilier dan ampulla vasdeferens. Diseksi ampulla vasdeferens ke medial dan lakukan
mobilisasi kearah distal. Lakukan diseksi tajam dan mobilisasi vesikel-vesikel yang kemungkinan
bisa berkembang. Lakukan diseksi pada daerah nerovaskuler dan pleksus pelvik pada daerah
lateral dari vesikel untuk mencegah terjadinya kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan.
Lakukan retraksi vesikel dan ampulla vasdeferens serta lakukan diseksi untuk membebaskannya
dari kandung kemih menggunakan elektro cauter. Diseksi dilakukan dari ujung fascia viceralis
kandung kemih yang tegak lurus dengan fascia denonfilier posterior.
Angkat serat-serat sirkuler dari kandung kemih dan keluarkan spesimen-spesimen yang terdapat
didalamnya. Lakukan hal itu dengan hati-hati sehingga tidak perlu dilakukan ekstensi leher
kandung kemih. Lakukan jahitan menggunakan monocryl 3,0 untuk memperbaiki leher kandung
kemih. Mulai jahitan pada arah jam tujuh dan lakukan sampai mukosa kandung kemih menyatuh
dengan fascia parietal
Akhiri jahitan pada arah jam 5 dan lakukan jahitan pada daerah fascia viceralis kandung kemih
tepat pada arah jam 5 dan jam 7. lakukan anastomose vesiko urethral direck menggunakan 6
jahitan (menggunakan monocryl 2,0).
Radikal perineal prostatectomy19
Pasien diposisikan pada posisi litotomi posisi tinggi. Bantal Lioy-Allen atau pijakan yellowfin
digunakan untuk menopang kedua kaki. Suatu gel setebal 6 inci (misalnya jelly guling)
ditempatkan dibawah sakrum. Diperlukan penanganan khusus agar kedua kaki tertopang dengan
baik dan mencegah agar pinggul tidak bergerak. Adanya tambahan tekanan pada saat melakukan
posisi tersebut akan menimbulkan neuropraxia sciatic atau memperlancar sirkulasi ke ekstremitas
bawah dan abdomen bagian bawah. Rhabdomyolisis dapat terjadi namun jarang ditemukan dan
biasanya berhubungan dengan waktu operasi yang lama dan kesalahan dalam memposisikan
pasien. Resection trans urethral OConnor-Sullivan ditempatkan pada rectum dengan bantuan jari
untuk memudahkan melakukan palpasi prostat dan dinding rectum selama operasi. Suatu traktor
Lowsley ditempatkan sepanjang urethra sampai kekandung kemih, dan syapnya dibuka untuk
memudahkan dalam memindahkan prostat ke lapangan operasi.
11
Buat insisi U dengan apex di mid perineum sedangkan ujung anteriornya berada digaris midline 1
cm di medial dari tubersitas ischiadikum. Klem alis digunakan untuk mengamankan reseksi trans
urethral pada kulit.
Penulis menyatakan bahwa pendekatan extraspinkter young berlawanan dengan pendekatan
subspinnkter Belt. Fossa ischiorectalis diperlebar pada salah satu sisi dari tendon sentral dan
tendon sentral dipisahkan dengan menggunakan cauter. Diseksi dilanjutkan sampai ke jaringan
fibrosa posterior bahkan sampai ke raphe bulbospongiosum. Apabila jaringan fibrosa dibuka maka
akan tampak rectrourehtralis dibagian midline dan m. Levator ani dibagian lateral.
Rectrourethralis dibuka untuk mengamankan rectum. Angkat jaringan fibrous menggunakan
forceps untuk melihat rectrourethralis dan rectum, rectum diangkat sampai mendekati urethra tetap
dibagian apex dari prostat. Apabila rectum dimobilisasi ke bagian posterior dari apex prostat,
gunting dengan berlawanan dari apex sampai mendapat apponeurosis (fascia) Denonvillien yang
berwarna putih. Tractor Lowsley digunakan untuk menarik prostat kearah perineum dan
membantu dalam identifikasi apex prostat. Apabila retrourethralis telah terbuka sempurna, rectum
akan mendorong apponeurosis Denonvillier ke arah posterior sampai kedalam luka, tepat
diproksimal vesika semilunalis. Jari dimasukkan kedalam sampai levator muskularis ani untuk
membersihkan jaringan lemak peri prostat. Pada kasus-kasus eksisi besar monuver dilakukan
untuk menentukan batas maksimal dari jaringan ekstra prostat yang erupakan batas operasi yang
bersih. Pada kasus pembukaan saraf dibuat suatu bidang di bagian medial dari serat levator, lateral
dari fascia pelvik lateralis jaringan penunjang dibagian posterolateral rostat disatukan dengan
nervus cavernosum. Pembukaan fascia dan jaringan penunjang yang tipis tersebut dilakukan dari
daerah anterolateral rektum.
Untuk tujuan tersebut biasanya digunakan retraktor perineal Tompson atau Bukwalter. Suatu
retraktor tajam sebesar 2 inci ditempatkan di rektum dan 2 pisau bersudut ganda ditempatkan
dibagian anterolateral.kriteia tentang pembukaan saraf berbeda-beda diantara setiap ahli bedah,
namun pasien dengan volume yang rendah kankernya yang tidak terpalpasi dan score gleason
kurang dari atau sama dengan 6 biasanya mendapat pembukaan saraf. Pembukaan saraf dibagian
unilateral dilakukan apabila saraf-saraf dibagian kontralateral mendapat metastase dari kanker.
Apponeorosis Denonvillier diinsisi secara transversal dari bagian medial salah satu
vesikasemilunaris sampai kebatas medial vesika semilunaris lainnya. Pengguntungan dilakukan
didaerah ini sampai ampulla dan vesika semilunalis terlihat. Salah satu vasdeferens di diseksi dan
diangkat kira-kira 5 am dari prostat dan kemudian dilektkan dengan menggunakan bantuan alat
ligasur. Vasdeferens lainnya mendapat perlakuan yang sama. Vesika semilunalis diangkat
12
menggunakan forceps dan ditarik kearah medial. Apponeurosis Denonviller digunting kearah
lateral untuk melihat bagian lateral. Pengguntingan dilakukan dibagian lateral dari vesika
semilunaris sampai mencapai pembuluh darah dibagian tersebut. Pembuluh-pembuluh darah
tersebut disatukan menggunakan ligasur. Leher posterior kandung kemih didorong kearah basis
prostat menggunakan disector Kuthnner.
Pada kasus pembukaan saraf, appneorosis Denonvillier diinsisi dari lateral ke midline, tepat diatas
medial vesika semilunaris yang ipsilateral kedaerah midline diatas dari apex, dan kembali lagi
kedaerah medial dari vesika semilunaris yang kontralateral (berbentuk U terbalik). Dengan
menggunakan seksi tajam fascia dan nervus cavernosum dimobilisasi kearah lateral dari bagian
lateral prostat. Dibentuk ruangan antara prostat dengan lapisan apponeurosis Denonvillier yang
memiliki nervus cavernosum. Daerah tersebut dibentuk sekitar bagian lateral dari prostat mulai
dari apex sampai vesika semilunaris. Percabangan dari nervus yang masuk keprostat dibagian apex
dan basis dipisahkan untuk mencegah terjadinya trauma dibagan tersebut. Nervus cavernosum
dimobilisasi kedaerah lateral menjauhi basis prostat, meninggalkan pediculus vaskuler dan basis
prostat. Pediculus vaskuler dan basis prostat disatukan dengan ligasur, untuk mencegah terjadinya
traksi trauma. Cari prostatovesikularis dan pisahkan dari daerah posterior dibagian lateral dan
anterior dari ligamentum puboprostaticum. Penanganan ini bertujuan mencegh terjadinya trauma
pada saraf ketika berlangsung pengangkatan prostat. Dibagian apex persarafan dipisahkan dari
urethra. Urethra kemudian di diseksi secara sirkumferential dari jaringan apex prostat
menggunakan disektor kuthner sampai ke prostat, naik sampai ke verumontanum. Tindakan ini
dilanjutkan dengan membagi ligamentum puboprostatikum. Pada tindakan tanpa membuka
persarafan, seluruh jaringan peri prostaticum diangkat dari prostat bertujuan untuk menentukan
daerah reseksi tumor. Apponeurosis Denonvillier dan fascia endopelvik tidak diangkat, tetap
berada dibagian posterior dan lateral prostat. Pediculus prostat disatukan dengan ligasur.
Perhatikan pada saat mengembalikan apex prostat. Muskulus skeletal berada didekat apex prostat
dipisahkan agar tidak bersentuhan dengan urethra bagian distal sampai ke apex. Selanjtnya lantai
otot pelvik dipisahkan dari lantai pelvik kira-kira 1-2 cm jaraknya dan diletakkan diatas apex
prostat untuk memastikan daerah disekitar apex sudah cukup adekuat. Penanganan ini bertujuan
untuk mencegah bagian posterior prostat bergerak kearah apex dari protat.
Urethra dipisahkan dari prostat secara sirkumferential menggunkan disektor kuthner diantara
urethra dan apex prostat. Pediculus apical dipisahkan menggunakan kauter, traktor lowsley
diangkat, dan tambahn urethra di diseksi dari apex sampai ke verummontanum. Urethra
selanjutnya dipotong. Ligamentum puboprostatikum dipisahkan menggunakan kauter beberapa

13
milimeter kearah anterior dari bagian anterior prostat. Klem ring ditempatkan pada jaringan
anterior, dengan salah satu ringnya masuk ke urethra untuk mencegah timbulnya traksi prostat
kearah bawah yang dapat menyentuh bagian anterior dari leher kandung kemih. Bagian anterior
dipisahkan dengan menggunakan kauter. Apabila terjadi perdarahan vena yang berasal dari vena
dorsalis maka dilakukan ligasi dengan menggunakan benang absorben.
Pada traksi prostat daerah diseksi antara leher kandung kemih dan basis prostat dibuka, terlihat
urethra masuk sampai ke basis prostat. Urethra selanjutnya dikeluakan dari basis prostat dan
dipotong, sisakan kira-kira 1 cm bagian urethr yang melekat dengan leher kandung kemih.
Daerah operasi diirigasi, dan lakukan kontrol perdarahan sebelum melakukan anastomose. Ujung
urethra di anastomose dengan 2 benang monocryl 3,0 ditempatkan didaerah midline anterior
sampai kedaerah posterior, kemudian diikat dengan tidak terlalu kencang untuk mencegah
menurunnya diameter anastomose. Apabila daerah urethra sudah cukup adekuat lakukan
urethrostomy sehingga urethra tidak beranastomose dengan leher kandung kemih. Apabila
anastomose sudah sempurna, diinjeksi dengan cairan salin secara tegak lurus dari arah meatus dan
kemudian anastomose dikencangkan dengan jahitan tambahan. Kateter ukuran 18F ditempatkan
pada kandung kemih dan kemudian kandung kemih diirigasi untuk mengeluarkan sisa-sisa bekuan
yang ada didalamnya. Pada Resection prostat trans Urethral, dengan pembesaran kelenjar atau
kanker didekat leher kandung kemih maka leher kandung kemih tidak perlu diikat. Pada keadaan
ini kandung kemih masuk kebagian anterior setelah ligamentum puboprostatikum dipotong. Leher
kandung kemih dipisahkan dari prostat untuk membuat jarak yang aman dari orifisium urethra.
Leher kandung kemih selanjutnya dijahit dengan kateter 18F tapi tidak sampai urothelium.
Anastomose terhadap urothelium dilakukan pada jahitan anastomose yang lain.
Retraktor diangkat dan rectum diinspeksi untuk melihat ada tidaknya trauma atau adanya daerah
yang menipis, bila ada dilakukan penanganan muskuluslevator ani dikembalikan keposisi midline
menggunakan draine Jackson Pratt atau Penrose yang ditempatkan di rektum. Tendon sentral
dikembalikan diposisinya, jaringan subkutan ditutup dan kemudian kulit ditutup menggunakan
jahitan subkutikuler pada sisi kiri dan kanan. Selanjutnya Belladona maupun obat supposutoria
dapat diberikan melalui rectum untuk mengurangi spasme pasca operasi. Kateter dibiarkan tapi
tidak menekan daerah bawah abdomen dan pasien berada dalam masa pemulihan.
Radikal suprapubik prostatectomy
pasien diletakkan diatas meja operasi pada posisi supine, dibawah pengaruh gravitasi, larutan
sulfat neomycin 0,1 % dimasukkan sampai mencapai kapasitas kandung kemih, Kateter kemudian
dilepas. Suatu lembaran kertas/tissue diletakkan dibawah pinggang untuk menopang pelpis dan
14
memberikan paparan terhadap leher kandung kemih dan prostat. Vasektomy bilateral tidak selalu
dilakukan. Identifikasi orifisium urethra dapat dengan mudah dilakukan dengan bantuan injeksi
satu ampul indigo carmine secara intravena.
Insisi midline abdomen secara vertikal jarang dilakukan dibanding insisi secara transversal. Insisi
ini dilakukan untuk mendapatkan paparan yang tepat dan memudahkan pada saat pembukaan dan
penutupan daerah yang diinsisi. Dapat terjadi infeksi luka, insisi vertikal dilakukan pada daerah
jaringan yang tipis, dibanding insisi transversa dan menyulitkan penyebaran infeksi ke dinding
abdomen.
Insisi kulit dilakukan dari daerah umbilikus sampai ke pubis. Perdarahan subkutan terkoogulasi
dengan alat elektrosurgical. Gunting Curved Mayo digunakan untuk membagi fascia rektus
disepanjang daerah insisi. Daerah diantara otot rektus dibuka menggunakan hemostat dan daerah
tersebut diangkat dari pubis sampai ke umbilikus. Dibawah permukaan setiap otot rektus harus
dimobilisasi untuk mendapatkan retraksi lateral dari otot-otot tersebut. Dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya perdarahan, satu sampai tiga pembuluh darah kecil dimasukkan kepermukaan
posterior dan medial dari otot rektus yang selanjutnya dikauter sebelum dimasukkan retraktor
Baltour.
Retraktor Baltour digunakan untuk memegang otot rektus lateralis. Fascia prevesikalis diinsisi
tepat dibelakang pubis, lemak perivesikel dan peritoneum dibersihkan menggunakan kapas steril
sampai mencapai dinding anterior kandung kemih.
Luka dibuat diantara kedua klem Allis untuk membuka kandung kemih. menjahit dinding kandung
kemih pada setiap daerah yang mendapat cystotomy Larutan neomycin 0,1% dikeluarkan
menggunakan section, dan dilakukan cystotomy tumpul untuk menopang leher kandung kemih.
Cistotomy dibuat sepanjang mungkin agar tidak mengganggu pandangan ahli bedah terhadap
trigonum dan vesika. Tidak ada keuntungan pada cystotomi yang kecil karena hanya akan
menghasilkan lapangan pandang yang tidak memadai.
Paparan interior kandung kemih dipertahankan dengansampai kefascia rektus lateralis
menggunakan benang cromic 2.0. laparatomi diletakkan pada rongga kandung kemih, dinding
posterior kandung kemih ditarik keatas menggunakan retraktor Deaver. Ahli bedah harus
mendapat paparan trigonum dan leher vesika yang tepat. Setelah letak orifisium urethra telah
ditentukn, insisi mukosa bentuk tapal kuda dibuat disekitar daerah lateral dan posterior dari leher
kandung kemih. Jika insisi dimulai dari lobus media dan naik sampai kelobus lateral, pandangan
ahli bedah tidak akan terhalangi oleh perdarahan dari insisi mukosa yang dilakukan. Insisi tersebut

15
dilakukan untuk meminimalkan kemungkinan trauma didaerah orifisium lateral selama operasi
berlangsung.
Enukleasi adenoma dilakukan dengan cara tumpul. Retraktor diangkat dari luka untuk mencegah
sentuhan dengan tangan ahli bedah. Dengan mnggunakan indeks jari, urethra prostatikum dan
adenoma didorong kearah anterior tepat didaerah proksimal dari spinkter urine eksterna. Ruangan
diantara adenoma dan kapsula bedah dibuka, enukleasi dilakukan secepat mungkin. Lobus
anterior, posterior dan lateralis dienukleasi untuk pertama kali, dan lobus median pada bagian
akhir. Hal ini dilakukan untuk mengangkat semua lobus sebagai satu kesatuan.
Perdarahan terjadi sewaktu adenoma diangkat. Hemostatis tidak dapat dimulai sampai adenektomi
dilakukan dengan sempurna, selanjutnya pemanjangan daerah operasi akan memperbanyak
kehilangan darah. Apabila enukleasi dilakukan dengan cepat maka akan memberikan hasil yang
baik. Perlakuan yang tidak perlu pada kapsula prostat akan menimbulkan perdarahan. Adhesi
diantara adenoma dan kapsula dapat dipisahkan dengan cara tajam. Daerah apeks prostat akan
memberat pada akhirnya. Pada keadaan ini dapat dilakukan cara tumpul tapi seringkali pembagian
cara tajam menggunakan gunting sangat dibutuhkan. Hal ini jarang dilakukan dengan pandangan
langsung. Penanganan sebaiknya dilakukan dengan cara mengangkat membran urethra keatas
sampai mencapai fossa prostat, apabila pengangkatan struktur tersebut dapat meningkatkan resiko
inkontinensia paska operasi.
Hemostatis dapat dicapai melalui paparan yang memadai didaerah operasi, ligasi penjahitan aliran
darah arteri besar prostat dibagian posterior dari leher kandung kemih, dan membiarkan adanya
traksi sementara pada daerah leher vesika untuk menghantikan perdarahan vena di fossa
prostatika. Paparan pada leher kandung kemih dan fossa prostatika merupakan prioritas utama
dalam menilai hemostatis. Kegagalan untuk menilai adanya kompel vesika oleh ahli bedah adalah
dengan penempatan jahitan hemostatis atau traksi den waktu untuk menghentikan perdarahan.
Paparan dengan memindahkan retraktor yang tebal dikeluarkan. Fossa prostatika ditutupi dengan
kassa gulung untuk menstimulasi kontraksi dari kapsula surgical. Dengan tujuan untuk melipat
bibir posterior dari kandung kemih. Retraktor Deaver ditempatkan didalam fossa prostatika tepat
diatas dari balutan kassa gulung, dan dibagian posterior leher kandung kemih yang dilekatkan
dengan klem Allis. Dengan melakukan traksi keatas dan posterior dari klem tersebut, sisi fossa
prostatika dibagian posterior dari leher kandung kemih dapat terlihat dengan jelas. Paparan
tambahan dilakukan menggunaklan retraktor Ribbon atau Deaver pada daerah dinding kandung
kemih yang merupakan tempat jahitan yang dilakukan.

16
Gambar jahitan delapan ditempatkan pada leher vesikal posterior dari arah jam 4 jam 8.
kesalahan yang sering dijumpai adalah letak jahitan yang tidak berada didaerah lateral yang cukup
aman untuk arteri prostat yang besar. Jahitan sebaiknya lebih didalam dari daerah fossa prostatika
leher kandung kemih. Setelah mengamankan perdarahan arteri dan vena besar, balutan
dikeluarkan dari fossa prostatika. Meskipun terdapat robekan pada kapsula, tapi sebaiknya tidak
dilakukan penjahitan, ligasi maupun membekukan perdarahan didaerah tersebut. Perdarahan dari
daerah kapsula biasanya berasal dari vena dan dapat dikendalikan menggunakan traksi jangka
pendek. Fossa prostatika sebaiknya diinspeksi untuk memastikan bahwa adenoma telah diangkat.
Integritas orifisium urethra diperbaiki untuk menentukan bahwa tidak terdapat hubungan antara
jahitan hemostatik yang ditempatkan didaerah posterior dari leher kandung kemih.
Kateter French Folley No.24 disertai balon 30ml dimasukkan kedalam kandung kemih pasien.
Kateter balon dikembangkan sehingga tidak terjadi traksi yang dapat menggeser kateter balon
tersebut sampai ke fossa prostatika. Biasanya jaringan seberat 1 ml air/gr dikeluarkan untuk
menjaga agar pengembangan balon tetap adekuat. Kateter balon ditarik berlawanan dengan leher
vesikal untuk menekan fossa prostatika. Traksi tersebut dipertahankan menggunakan klem Kelly
yang diletakkan bersilangan dengan kateter pada saat akan dikeluarkan melalui meatus urethra.
Drain penrose dimasukkan sepanjang daerah hemostat dan menggunakan sedikit tahanan yang
terkadang membutuhkan bantuan. Drainase supra pubik dilakukan menggunakan kateter French
Mallecot No.26 atau 28. luka dibuat didasar kandung kemih, dan tube suprapubik ditarik kearah
retrograd pada saat terbuka. Jahitan menggunakan chromic 2.0 dilakukan untuk mengikat tube
pada titik keluarnya dikandung kemih. Posisi akhir tube sebaiknya tidak menimbulkan iritasi pada
daerah trigonum dan spasme kandung kemih.
Dengan tujuan untuk menyembuhkan luka dan mengurangi terjadionya infeksi, kandung kemih
sebaiknya ditutup yang akan mempertahankan urine tetap berada disaluran kemih. Hal ini baik
dilakukan untuk memisahkan ketiga lapisan kandung kemih menggunakan benang cromic yang
baik. Lapisan mukosa ditutup menggunakan jahitan benang chromic 5.0. penutupan yang baik
pada sudutnya dapat dicapai dengan mulai jahitan 5.0 pada setiap sudut cystotomi. Hal ini akan
memudahkan ahli bedah melakukan kerjanya dibagian tengah dari penutupan mukosa dan
mencegah terjadinya dog ear pada setiap sudutnya. Suatu jahitan dengan benang chromic 4.0
dilakukan untuk menutup lapisan otot. Ketiga lapisan tersebut digabungkan dengan otot dan
serosa serta ditutup dengan jahitan Lembert menggunakan benang chromic 3.0 untuk menutup
seluruh daerah yang dijahit.kekuatan penutupan kandung kemih ditentukan oleh irigasi tuiba
suprapubik menggunakan salin normal. Penutupan dilakukan dengan ketat dan mengurangi daerah
17
yang terbuka dengan menggunakan chromic 3.0 secara terputus-putus. Irigasi kandung kemih juga
dilakukan untuk mengeluarkan bekuan darah yang terdapat selama penutupan kandung kemih jika
hemostatik tidak adekuat.
Setelah kandung kemih ditutup, luka diinspeksi untuk melihat ada tidaknya perdarahan pada
dinding kandung kemih, daerah perivesikalis ataupun pada otot rektus. Luka umumnya diirigasi
secara steril, saline normal yang hangat, dan sulfet neomycin 0,1 %. Dengan tujuan agar lebih
efektif, larutan neomicyn diletakkan didaerah luka dan dibiarkan selama 60 detik. Draine penrose
diletakkan didaerah perivesikalis. Pisahkan daerah insisi pada setiap insisi midline untuk
mendapatkan tempat keluar dari tube suprapubik dan draine. Penrose dilekatkan pada kulit
menggunakan jahitan benang nonabsorben 3.0.
Otot rektus diikat dengan 3-4 jahitan benang chromic 3.0. lapisan tersebut ditutup tidak untuk
menguatkan insisi tapi untuk mengeluarjkan jaringan yang mati. Jahitan nonabsorban dibutuhkan
untuk menutup fascia rektus. Hal ini akan menguatkan penutupan dan disertai dengan bahan
penjahit (misalnya neurolon maupun prolene), pembentukan batu pada luka yang secara teoritis
akan menimbulkan komplikasi. Penutupan menggunakan jahitan interuptus jenis Tom Jones
dengan neurolone 0 untuk menutup fascia rektus, jahitan subkutan ditutup dengan cutgut plain 3.0
secara interuptus, dan kulit dengan benang nilon 3.0 secara interuptus
2. Transurethral Resection of the Prostate (TUR-P)
TUR-P merupakan suatu cara pembedahan pada kanker prostate apabila terjadi sumbatan
pada urethra yang disebabkan oleh pembesaran prostate. TUR-P biasanya dilakukan pada penyakit-
penyakit yang tergolong ringan. Sebagian prostat diangkat menggunakan suatu alat yang dimasukkan
kedalam urethra. alat tersebut atau yang biasa dikenal cystoscope dimasukkan kedalam penis dan
berfungsi untuk menghilangkan sumbatan pada urethra tersebut. Tindakan ini biasanya dilakukan pada
stadium awal untuk mengangkat jaringan yang menghambat aliran urine. Pada stadium metastasis
dimana kanker telah menyebar seluruh prostat penganmgkatan testis (Orchiectomy) dilakukan untuk
menurunkan kadar testosteron dan mengendalikan pertumbuhan kanker.
V. Kemoterapi
Kemoterapi adalah cara pengobatan terakhir yang digunakan untuk mengatasi kanker prostate.
Kemoterapi belum dapat meningkatkan angka kelangsungan hidup. Suatu penelitian telah
menunjukkan bahwa tindakan kemoterapi yang dilakukan bersama cara pengobatan lainnya terbukti
belum dapat meningkatkan kelangsungan hidup. Kemoterapi sangat toxic dan memiliki banyak efek
samping.

18
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari pemberian terapi baik dengan menggunakan radiasi
maupun pembedahan berupa :
- Gangguan ereksi (impotensi)
- Perdarahan post operasi
- Anastomosi striktur pada perineal prostatectomy
- Urocutaneus fistula (perineal prostatectomy)
- Hernia perineal (Perineal prostatectomy).dll

PROGNOSIS
Harapan hidup untuk penderita kanker prostat berhubungan dengan stadium penyakit :
Stadium A 87 %, Stadium B 81%, Stadium C 64%, stadium D 30%

19

Anda mungkin juga menyukai