3
MODUL 3
Gangguan Respirasi Pada Bayi dan Anak
Kelompok : 2 A
TUTOR : Prof.dr. Salmiah Agus, SpPA(K)
Anggota Kelompok :
Harie Satria E S 1110312030
Maulana Muhammad Lutfi 1110312037
Atika Indah Sari 1110312103
Reski Anugrah Z 1110312133
Rika Florensia 1110312158
Lusi Khairunnisa 1110313015
Gheni Alphali 1110313022
Cindy Amelia 1110313050
Rizky Abdillah 1110313085
Mahaletchemy Balu 1110314011
Nefi Asmara, perempuan umur 8 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas karena tiba-tiba
nafasnya sesak. Dari anamnesis dokter mendapatkan terdapat batuk dan pilek, tidak ada
demam dan riwayat muntah, sesak ini baru pertama kali tidak disertai bunyi mengi dan
riwayat biru, minum ASI lancar. Anaknya baru mulai merangkak dan suka memasukkan
sesuatu ke mulut. Ibu Nefi khawatir anaknya tercekik karena benda asing. Dari pemeriksaan
fisik tampak sakit berat, sadar, takipneu, agak sianosis, suhu 37,5oC, nafas cuping hidung, ada
retraksi supra sternalis, epigastrium, bunyi nafas eksperium memanjang, tidak ada wheezing.
Dokter segera memberikan oksigen, memasang infus dan merujuk ke RS.
Di IGD RS, dokter melakukan pemeriksaan fisik dan dilanjutkan dengan pemeriksaan
foto toraks dan laboratorium. Dari anamnesis tambahan didapatkan riwayat asma pada
neneknya dan kakaknya yang berumur 8 tahun mempunyai riwayat dermatitis yang sukar
sembuh dan sering hilang timbul terutama bila makan coklat. Dokter memberikan obat
suntikan pada Nefi, kemudian dirawat inap di bangsal.
Bagaimana anda dapat menjelaskan apa yang dialami oleh Nefi dan kakaknya?
Step 1: Terminologi
1. Retraksi Supra Sternalis: Tertariknya kulit ke dalam dinding dada pada bagian
sternum
2. Wheezing: Suara nafas tambahan yang terjadi karena penyempitan atau obstruksi jalan
nafas terdengar seperti bunyi menciut
3. Nafas cuping hidung: Ujung hidung tampak kembang kempis saat bernafas
4. Dermatitis: Penyakit pada kulit dimana kulit tampak meradang atau iritasi karena
reaksi imunitas berlebihan atau penyebab yang lain.
5. Asma: Saluran nafas yang menyempit karena reaksi hiperaktivitas tertentu dan
terjadinya radang sehingga tampak sesak nafas.
Fase oral
Aspirasi benda asing
Takipneu
Bronkitis
Sakit Berat Nefi Asmara, Tiba-tiba sesak
perempuan, 8 nafas Bronkiolitis
Sadar
Bulan Kelainan Jantung
Ekspirasi
memanjang Radang dan Anemia
Pemeriksaan Demam (-) penyempitan
Fisik Asidosis metabolik
Muntah (-)
Kemungkian infeksi Asma
Biru (+/-)
Tatalaksana Pemeriksaan virus ringan
Bunyi Alergen
mengi (-)
Pemeriksaan ASI lancar
penunjang Reaksi Hipersensitivitas Ig E
Batuk-
pilek (+) Dermatitis Atopik
Antibodi-antigen
Komplikasi Prognosis
Rujukan
Step 5: Learning Objective
B. Sinusitis
a. Definisi
Peradangan pada mukosa sinus paranasal
b. Etiologi
Virus. Penyebab infeksi sekunder biasanya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae
c. Manifestasi klinis
Gejala ISPA yang menetap atau makin berat dalam waktu kurang dari 30 hari
berupa post nasal discharge, batuk siang hari yang dapat memberat pada
malam hari, pilek, nyeri kepala, nyeri sinus, demam
d. Diagnosis
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Prosedur
penunjang diagnostik untuk sinusitis akut meliputi transiluminasi, foto polos
sinus paranasal waters position, caldwell position, proyeksi lateral, USG, CT-
Scan, MRI
e. Tatalaksana
Sembuh dalam 7 sampai 10 hari jika tanpa komplikasi. Antibiotik jika ada
infeksi sekunder. Pada sinusitis akut, diberikan amoksisilin 40
mg/kgBB/hari, jika tidak ada perbaikan dalam 48-72 jam, berikan
amoksisilin/klavulanar. Antibiotik sebaiknya selama 10-14 hari. Pada
sinusitis kronis, antibiotik diberikan selama 4-6 minggu. Antihistamin kontra
indikasi sinusitis kecuali jelas adanya etiologi alergi karena dapat
mengentalkan sekret sehinggan menimbulkan penumpukan sekret di sinus
dam memperberat sinusitis.
C. Faringitis
a. Definisi
Peradangan pada membran mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya.
Jarang terjadi infeksi lokal pada faring atau tonsil saja, jadi pengertian secara
luas mencakup tonsillitis, nasofaringitis dan tonsilofaringitis.
b. Epidemiologi
Paling banyak didapatkan pada anak-anak. Insidens meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur (puncak usia 4-7 th). Insiden dipengaruhi oleh
perubahan musim
c. Etiologi
Penyebab terbanyak adalah Virus seperti Influenza A dan B, Parainfluenza,
Adenovirus, Rhinovirus, jarang virus coxsackie, echovirus, herpes simplex,
dan Epstein-Barr. Sering pada usia 3 tahun. Selain virus juga bisa bakteri,
terbanyak Streptokokus beta hemolitikus grup A (15-20%), Streptococcus
non group A, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Moraxella
catarrhalis, Bacteroides fragilis, Corynebacteria Diphtheriae, Neisseria
gonorrhoeae, Kuman atipikal (klamidia dan mikoplasma). Faringitis berulang
diduga karena reinfeksi oleh kuman yang sama (homolog) atau berbeda
(heterolog). Faktor predisposisi umum eksogen adalah musim, cuaca,
temperatur, polusi, debu, pemakaian AC dan endogen adalah anemia, kurang
zat besi, avitaminosis A, agranulositosis, alergi, hipotiroid, imunodefisiensi,
sarkoidosis, diabetes. Faktor predisposisi lokal bisa berupa bahan iritan,
pernafasan melalui mulut, refluks esofagus, paparan rokok, dan voice abuse.
d. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis bervariasi (ringan, sembuh sendiri sampai menimbulkan
gejala sisa berat seperti meningitis, demam rematik, gromerulonefritis akut.
Manifestasi klinis faringitis karena streptokokus grup A berupa nyeri
tenggorok, disfagia, eksudat tonsil/faring, demam (diatas 38oC ), pembesaran
kelenjar leher anterior, tidak ada batuk dan faringitis karena virus berupa
rhinorea, suara serak, batuk, konjungtivitis. Pada beberapa kasus disertai
diare, ulkus di palatum mole dan dinding faring serta eksudat di palatum
dan tonsil yang sulit dibedakan dengan eksudat karena faringitis
streptokokus.
e. Diagnosis
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Baku
emasnya adalah pemeriksaan kultur apusan tenggorok.
f. Tatalaksana
Istirahat cukup, pemberian nutrisi dan cairan yang cukup, pemberian obat
kumur dan obat hisap pada anak yang lebih besar untuk mengurangi nyeri
Tenggorok, pemberian antipiretik, dianjurkan Paracetamol atau Ibuprofen.
Pemberian antibiotik harus berdasarkan gejala klinis dugaan faringitis
streptokokus dan diharapkan didukung hasil Rapid antigen detection test
dan/atau kultur positif dari usap tenggorok. Tujuannya adalah untuk
menangani fase akut dan mencegah gejala sisa. Antibiotik empiris dapat
diberikan pada anak dengan klinis mengarah ke faringitis streptokokus,
tampak toksik dan tidak ada fasilitas pemeriksaan laboratorium.
B. Bronkiolitis
a. Definisi
Peradangan pada bronkiolus.
b. Epidemiologi
Terjadi pada usia 2 bulan pertama dan puncak pada usia 3-6 bulan. Banyak
pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.
c. Etiologi
Penyebabnya adalah virus seperti RSV (Respiratory Syncytial Virus),
Parainfluenza, Influenza, Adenovirus. Penularan melalui airborne dan
droplet. Faktor risiko berupa tidak mendapat ASI, tinggal dilingkungan
padat, banyak perokok, dan lahir prematur.
d. Manifestasi Klinis
Dimulai dengan gejala seperti flu, hidung berair, bersin-bersin, demam tidak
terlalu tinggi, batuk, setelah beberapa hari menjadi sulit bernafas, nafas cepat,
batuk semakin parah, wheezing saat ekspirasi, retraksi interkosta, nafas
cuping hidung, rewel, gelisah, ekspirasi memanjang dan sianosis.
e. Diagnosis
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Saat
auskultasi terdengar wheezing atau ronki, perlu rontgen (hiperinflasi, mikro
atelektasis), analisa gas darah dan apusan lendir di dalam hidung untuk
identifikasi penyebab.
f. Tatalaksana
Hirup udara lembab untuk mengencerkan lendir, hindari asap rokok, istirahat
yang cukup. Dapat sembuh sendiri dalam 3-5 hari. Jika terdapat sesak,
sianosis, lelah, dehidrasi, maka harus di rawat inap. Terapi oksigen, terapi
cairan, nebulisasi dengan bronkodilator, seperti salbutamol. Beri antivirus
seperti Ribavirin.
C. Pneumonia
a. Definisi
Peradangan akut pada parenkim paru meliputi alveolus dan jaringan
interstisial terutama disebabkan oleh infeksi bakteri.
b. Epidemiologi
Banyak pada usia < 5 tahun. Mortalitas masih tinggi. Penyebab kematian
balita 15,5% (83 orang perhari) yaitu kedua setelah diare (25,2%)
c. Faktor risiko
i. Bayi, BBLR, ASI tidak adekuat, tidak mendapat imunisasi, malnutrisi,
defisiensi vit A
ii. Status kesehatan anak
iii. Kepadatan penduduk
iv. Tingginya koloni bakteri patogen di nasofaring
v. Polusi udara (rokok, pabrik, lingkungan)
Spesifik:
i. Kelainan anatomi bawaan mis fistula trakeoesofageal, labiopalatoskizis,
trakeomalacia.
ii. Aspirasi benda asing
iii. Defisiensi imunitas
iv. Penyakit paru mis asma, fibrosis kistik
d. Etiologi
Penyebabnya adalah bakteri Streptococcus pneumoniae (50%) dan
Haemophyllus influenzae B (20%), jarang Mycoplasma pneumoniae dan lain
lain (30%). Cara penularan dengan droplet, inhalasi aerosal, hematogen.
Jika usia <2 bulan : Streptococcus group B, E. Coli, Chlamydia trachomatis,
S. pneumoniae, H. influenzae, Staph. aureus, Bordetella pertussis,
Cytomegalo, Adeno, Influenza, Parainfluenza, Respiratory Syncytial Virus.
Jika usia 3 bln-5th : S. pneumoniae, H. Influenza, Streptococcus group A dan
B, Staph. aureus, Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Adeno,
Influenza, Parainfluenza, Respiratory Syncytial Virus.
Jika usia > 5 tahun : S. pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia
pneumoniae, H. Influenza, Staph. aureus.
e. Patogenesis
Proses radang pada pneumonia memiliki 4 stadium:
i. Kongesti
ii. Hepatisasi merah
iii. Hepatisasi kelabu
iv. Resolusi
f. Patofisiologi
Akibat peradangankonsolidasi udara masuk kurang perkusi redup
Radang pada alveoli ronki basah
Inflamasi dan oedem paru paru kurang mengembang pernapasan
meningkat (takipneu) agar ventilasi adekuat
Ventilasi memburuk ventilasi perfusi tidak padu padan hipoksemia
g. Manifestasi Klinis
Biasanya diawali dengan batuk produktif (biasanya pada anak besar, bisa
tanpa batuk pada neonatus) , pilek, demam tinggi 2-3 hari kemudian nafas
cepat, muntah, tarikan dinding dada, nafas cuping hidung, crackles.
h. Diagnosis
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium dengan hitung jumlah leukosit, hitung jenis
leukosit, CRP (C-Reactive Protein), mikrobiologi, uji tuberkulin dan foto
rontgen dada (direkomendasikan pada penderita pneumonia yang dirawat
inap dan bila tanda klinis membingungkan)
i. Tatalaksana
Terapi oksigen, terapi cairan, antipiretik dan analgetik bila diperlukan,
antibiotik, seperti kloramfenikol pada pneumonia berat, ampisilin +
gentamisin pada pneumonia berat usia 2-59 bulan, amoxicillin 3 hari untuk
pneumonia tidak berat usia 2-59 bulan
D. Tuberkulosis Paru
a. Definisi
Peradangan paru kronik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis
b. Epidemiologi
Penyakit tuberkulosis (TB) pada anak walaupun dikatakan merupakan Self
limited disease atau Stable disease sampai saat ini masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat terutama di negara-negara berkembang.
Indonesia merupakan negara dengan proporsi TB tertinggi nomor 3 (tiga)
setelah India (30%) dan Cina (15%) yaitu sebesar 10%. Sedangkan
prevalensi penyakit berkisar antara 1,2 2,5%.
c. Faktor Risiko
i. Sosial Ekonomi
o Makanan yang kurang baik dalam kualitas dan kuantitas
mengakibatkan daya tahan tubuh anak turun dan mudah terjadi
infeksi
o Obat yang mahal dan dibutuhkan waktu yang relatif lama.
ii. Perumahan : kurangnya udara ventilasi, dan biasanya over crowded
iii. Kurangnya pengetahuan kesehatan dan kurangnya pengertian mengenai
sifat dan cara penularan TB
d. Klasifikasi
i. TB Primer
- Komplek Primer
- Komplikasi paru dan alat lain (sistemik)
ii. TB Post Primer
- Re infeksi endogen (karena daya tahan tubuh turun, kuman yang
indolen aktif kembali)
- Re infeksi eksogen
e. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis dengan sifat tahan asam,
pertumbuhan lambat, tahan lama dalam keadaan kering berminggu-minggu,
tidak tahan sinar matahari, sinar ultraviolet, suhu > 60oC
f. Patogenesis
Transmisi TB melalui pasien TB dewasa. Melalui udara > 90%, droplet,
melalui mulut seperti minum susu sapi, kontak langsung seperti luka di kulit,
g. Manifestasi klinis
Sistemik (non spesifik)
i. Demam > 2 mg
ii. Batuk > 3 mg, sebab lain (-)
iii. Anoreksia, BB tidak naik/ turun/ naik tak sesuai
iv. Pembesaran KGB
v. Diare persisten
Spesifik Organ ( lokal)
i. Meningitis:muntah, sakit kepala, kesadaran menurun, kaku kuduk, kejang.
tuberkuloma
ii. Tulang & sendi: spondilitis, gibbus, gonitis, coxitis
iii. Kulit : skrofuloderma
iv. Mata : konyungtivitis flikten, teberkel koroid
v. Peritonitis TB, TB ginjal
h. Diagnosis
Kendala dalam menegakkan diagnosis karena gejala TB pada anak tidak
khas, diagnosis pasti dengan menemukan kuman Mycobacterium
tuberculosis dalam sputum sulit karena jumlah kuman sedikit dan
pengambilan spesimen sputum pada anak sulit. Diagnosis ditegakkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
darah, uji tuberkulin, foto rontgen, pemeriksaan mikrobiologis, pemeriksaan
patologi anatomi.
Uji tuberkulin
Merupakan campuran protein yang berasal dari kultur komponen presipitat
yang diambil dari kultur bakteri M tb yang telah disterilkan.
Terdapat 2 tipe tuberkulin :
Old Tuberculin (OT)
multiple puncture devices
Purified Protein Derivative (PPD)
Patch test
multiple puncture devices (Tine, Heaf)
Indikasi
Kontraindikasi
3. Patch test
5 - 9 mm : positif/meragukan
> 10 mm : positif
i. Tatalaksana
Obat Anti Tuberkulosis :
Isoniazid (INH) : 5 - 15 mg/Kg BB/hari, max. 300 mg/hari
oral 1 - 2 x / hari
oral 1 - 2 x / hari
intramuskulus
- Kombinasi dosis tetap(KDT) atau fixed dose combination (FDC) anak dibuat
dengan komposisi :
3. Asma
a. Definisi
Penyakit saluran nafas kronik yang dapat muncul berupa serangan akut.
Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik
sebagai berikut : timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari
(nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta terdapat riwayat asma atau
atopi lain pada pasien dan/atau keluarganya. Kondisi berulang dimana
dicetuskan rangsangan tertentu sehingga saluran nafas menyempit untuk
beberapa waktu sehingga kesulitan bernafas. Serangan akut asma
(Ekaserbasi) merupakan episode perburukan progresif gejala : batuk, sesak
nafas, mengi, rasa tertekan, dll.
b. Klasifikasi
Derajat Asma Kronik : Asma episodik jarang, Asma episodik sering, Asma
peristen
Serangan Akut Asma : Asma serangan ringan, Asma serangan sedang, Asma
serangan berat
f. Manifestasi Klinis
Gejala serangan asma berupa batuk berat/ batuk tidak bisa berhenti, dyspnea/
sulit bernafas, wheezing/mengi, Tachypnea/nafas cepat, nyeri dada, sukar
berbicara, sianosis
g. Diagnosis
Dari manifestasi klinis, klasifikasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
h. Tatalaksana
Asma Kronik menggunakan tatalaksana jangka panjang yaitu menghindari
penyebab dan pencetus, serta obat kontrol seperti steroid inhalasi, LABA,
ALTR dan asma serangan akut menggunakan tatalaksana serangan yaitu
reliever seperti -agonis tunggal (terbutaline, salbutamol). Xanthine,
antikolinergik, kombinasi -agonis dan ipatropium bromida, dengan rute
pemberian inhalasi atau oral.
Algoritma tatalaksana :
Nama obat untuk nebulisasi :