Anda di halaman 1dari 5

Penyakit Brucellosis

1. Spesifikasi dan penyebab


Brucellosis pada sapi merupakan penyakit hewan menular yang ditandai oleh abortus
(keluron) pada kebuntingan tua. Kejadian abortus pada sekelompok sapi yang sedang bunting
dapat mencapai 5-90%, tergantung pada frekuensi penularan,virulensi mikroba, kondisi inang
dan sebagainya (Subronto, 1985). Penyakit ini menjadi masalah di kalangan peternak, antara
lain karena :
1) sudah menyebar luas ke 25 propinsi di Indonesia
2) ada kesan sulit didiagnosa maupun diobati
3) menghambat laju populasi ternak
4) tidak sedikit menimbulkan kerugian ekonomi
5) menular pada manusia (zoonosis) (Setiawan, 1989) .
Kerugian ekonomi akibat brucellosis pada sapi dapat terjadi antara lain karena :
1) abortus
2) sterilitas dan infertilitas
3) kematian dini anak-anak sapi
4) penurunan dan penghentian produksi (Ristic & McIntyre, 1981).
Brucellosis pada sapi disebabkan oleh sejenis mikroba (bakteri) yang disebut Brucella
abortus . Mikroba ini tergolong genus Brucella, famili Brucellaceae . Sifat-sifat mikroba ini
adalah : Gram negatif, berbentuk batang halus (kokus basilus), panjang 0,6- 1,5 mikron dan
lebar 0,5-0,7 mikron (Meyer, 1984). Dewasa ini diketahui bahwa Brucella abortus memiliki
9 biotipe (biotipe 1 - 9) . Perbedaan di antara biotipe tersebut didasarkan atas perbedaan sifat-
sifat biologik dan biokemiknya, dan yang paling banyak ditemukan pada sapi adalah biotipe
1 (Meyer, 1984) .
Sifat-sifat biologik lainnya dari mikroba B. abortus adalah bila terdapat di luar tubuh
inang tidak tahan terhadap pemanasan dan desinfektan. Sifat ini penting diketahui dalam
hubungannya denganupaya penanggulangannya, yakni dengan memutus siklus penularannya.
Mikroba B. abortus bila terdapat di dalam tubuh inang, dapat tumbuh di dalam sel (fakultatif
intraseluler) dan sulit untuk difagosit oleh sel-sel makrofag (Frienchick dkk., 1985) .

2. Patogenesis
Sapi dapat tertular brucellosis melalui saluran pencernaan setelah memakan atau
meminum bahan (makanan) yang tercemar oleh bahan yang diabortuskan . Sedangkan
manusia dapat tertular setelah minum susu sapi atau kambing yang terinfeksi tanpa
dipasteurisasi terlebih dahulu .
Dengan suatu percobaan dapat dibuktikan bahwa penularan pada sapi dapat juga melalui
selaput lendir konjuntiva, goresan pada kulit atau dengan inseminasi yang semennya
tercemar oleh mikrobabrucella (Brubaker, 1985).Setelah mikroba masuk ke dalam tubuh,
akhirnya menyebar dan menetap pada organ tubuh melalui pembuluh darah dan limfe.
Terkumpulnya mikroba di dalam saluran reproduksi terutama di placenta dan endometrium
sapi yang sedang bunting sangat didukung oleh adanya zat penumbuh yangdikenal dengan
nama eritritol (sifat spesifitas jaringan).
Pada bentuk infeksi yang akut, mikroba brucella selain bermukim di dalam placenta, juga
di dalam lambung dan paru-paru foetus (janin) dan dikeluarkan bersama-sama foetus dan
cairan uteruswaktu abortus .
Pada bentuk infeksi yang kronis, pada sapi betina dewasa mikroba bermukim di dalam
kelenjar susu, kelenjar limfe supramammae, retrofaringeal, iliaka interna dan eksterna . Oleh
karena itu mikroba dapat dikeluarkan bersama air susu . Pada sapi jantan, mikroba brucella
bermukim di dalam testis, epididimis, vas diferen dan kelenjar vesikularis, sehingga mikroba
dapat dikeluarkan bersama semen (mani) sewaktu ejakulasi (Nicoletti, 1980 ; Partodihardjo,
1980).

3. Simtomatis
Gejala yang utama dari brucellosis pada sapi adalah abortus pada umur kebuntingan 6 - 7
bulan ke atas . Abortus sendiri terjadi karena rapuhnya pertautan placenta fetalis dengan
placenta maternalis sehingga terpisah sebagai akibat bersarangnya mikroba brucella di
tempat itu . Setelah abortus 2 - 3 kali biasanya infeksi menjadi menetap atau kronis, tidak
memperlihatkan tanda-tanda klinik dan sapi yang bersangkutan dapat kembali bunting
normal . Akan tetapi sapi-sapi demikian tubuhnya terus menerus mengeluarkan mikroba
brucella yang bersifat patogen bagi sapi lain maupun bagi manusia (dikenal dengan sapi
carrier) (Ristic & McIntyre, 1981) .
Gejala klinis brucellosis pada sapi jantan adalah radang pada epididimis, radang testis
(orchitis) dan pembengkakan pada persendian lutut (arthritis). Kelainan patologis yang
ditemukan pada placenta adalah perdarahan, nekrose dan ada eksudat bersifat purulen . Pada
foetus yang diabortuskan terjadi autolisis, oedema, haemorhagis pada tenunan dan jaringan
tubuh serta permukaannya dipenuhi oleh mukonium . Pada kelenjar limfe, hati, limpa dan
sumsum tulang serta bagian-bagian lain dari sistem retikulo endotelial terbentuk nodul
granulomotose yang dikenal dengan brucerkel (benjolan) dan dalam keadaan yang lebih
buruk lagi terjadi abses (Fensterbank, 1987).

4. Diagnosa
Pemeriksaan bakteriologik. Diagnosa ini merupakan upaya untuk menemukan atau
mengisolasi mikroba penyebabnya yakni B. abortus . Untuk pemeriksaan mikroskopik dapat
dilakukan dengan membuat preparat sentuh dari organ tempat bersarangnya mikroba
kemudian diwarnai dengan pewarnaan Koster atau Ziel Nielsen . Untuk biakan mikroba
dapat dibiakkan bahan yang berasal dari spesimen setelah melalui prosedur yang lazim
dilakukan di laboratorium bakteriologi (Meyer, 1984) .
Pemeriksaan serologik. Pemeriksaan ini prinsipnya menentukan adanya antibodi terhadap
mikroba brucella di dalam serum atau cairan tubuh . Beberapa cara yang sifatnya masih
konvensional dapat dipakai dalam pengujian seperti : Uji Rose Bengal (RBT), Uji Serum
Aglutinasi (SAT), Uji Ikat Komplemen (CFT) dan Uji Cincin Air Susu (MRT) . Beberapa
pemeriksaan yang non konvensional yang juga dapat dipakai dalam pengujian antara lain :
Radio Immuno Sorbent Assay (RIA) dan Enzime Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA).
Uji Rose Bengal menggunakan antigen mikroba B. abortus yang diberi zat warna Rose
Bengal, agar memudahkan pembacaan bila terjadi aglutinasi . Uji ini sifatnya sebagai
penyaringan terhadap reactor dan nilai kepercayaannya mencapai 60-70% Uji Serum
Aglutinasi menentukan titer antibodi terhadap mikroba brucella dan berdasarkan ketentuan
FAO/WHO, nilai diagnostik (positif) adalah : 100 IU/ml (sapi yang tidak divaksin) dan 200
IU/ml (sapi yang divaksinasi dengan Strain 19) . Apabila titernya kurang dari setengah nilai
di atas, dikatakan tersangka. Nilai kepercayaan uji ini mencapai 70-90% . Uji ikat
komplemen merupakan uji yang pemakaiannya meluas di seluruh negara untuk diagnose
brucellosis pada sapi, karena kepekaan dan ketepatannya melebihi uji-uji sebelumnya . Nilai
kepercayaannya mencapai 97 - 98%.
Uji cincin air susu pada prinsipnya bila terdapat antibodi akan berikatan dengan lemak
yang mengapung di atasnya. Antigen mikroba brucella yang telah diwarnai dengan
hematoksilin akan berikatan dengan antibodi (menggumpal) dan mengapung di atas
permukaan air susu membentuk cincin yang berwarna ungu/violet. Nilai kepercayaan uji ini
mencapai 73-92% .
Uji alergik, prinsip pemeriksaan ini adalah melihat adanya reaksi pada kulit seekor sapi
yang menderita brucellosis setelah disuntik dengan antigen ekstrak mikroba brucella
(brucellin) (Sutherland,1983) . Nilai kepercayaan uji ini mencapai 70-90% .

5. Imunologik
Sapi yang terinfeksi oleh mikroba brucella memberikan respon imunologik sebagai upaya
tubuh untuk mengatasi atau mempertahankan diri dari serangan mikroba brucella . Ada 2
macam respon imun yang terjadi yaitu (1) respon imunologik humoral dan (2) respon
imunologik seluler (Sutherland,1980).
Respon imunologik humoral. Respon ini diperankan oleh antibodi yang dihasilkan oleh
sel limfosit B (sel B) ata's rangsangan antigen mikroba brucella . Selanjutnya antibodi yang
terbentuk akan berperan dalam hal: (a) menetralisir toksin atau bahan lain yang dihasilkan
mikroba brucella, (b) bersama komplemen akan menghancurkan atau melisis mikroba
brucella dan (c) mengaglutinasi mikroba brucella sehingga memudahkan sel-sel fagosit atau
sel makrofag memfagositnya.
Respon imunologik seluler . Respon ini diperankan oleh limfokin yang dihasilkan oleh
sel limfosit T (sel T) atas rangsangan antigen mikroba brucella . Selanjutnya sel T melakukan
fungsinya dengan jaIan : (a) menghancurkan mikroba brucella, diperan-kan oleh sel T
sitotoksik, (b) mengaktifkan sel, makrofag sehingga mampu memfagosit mikroba brucella
dan (c) menghambat migrasi sel makrofag agar tetap pada daerah infeksi sehingga infeksinya
tidak menyebar ke daerah lain (Enright dkk., 1984) .
Bentuk lain dari respon imun seluler adalah imunitas dengan perantaraan sel (cell
mediated immunity/CMI) dan ini dapat dilakukan dengan memberikan sel limfosit yang telah
diaktifasi oleh mikroba brucella
6. Penanggulanan
Upaya penanggulangan brucellosis pada sapi di Indonesia, didasarkan atas SK . Dirjen
Peternakan No.491. TN . 550/Kpts/DJP/Deptan/198 6. Tanggal. 17 Juli 1986, Tentang
Ketentuan Pengendalian Penyakit Hewan Brucellosis . Mencakup di dalamnya upaya
pencegahan dan pemberantasan . Berikut merupakan beberapa tindakan yang dilakukan
untuk mencegah penyakit brucellosis antara lain:
1) Sanitasi dan hygiene
Melakukan sanitasi dan higiene, terutama pada tatalaksana makanan dan
perkandangan, merupakan pemutusan alur penularan . Hal ini berhubungan dengan sifat
mikroba brucella yang peka terhadap kekeringan/pemanasan dan desinfektan .
2) Memberikan sertifikat bebas brucella
Sertifikat bebas brucellosis diberikan apabila dengan uji serologik dua kali dengan
selang waktu 30 hari seekor sapi hasilnya tetap negatif . Hanya sapi yang mempunyai
sertifikat ini yang dapat dimasukkan ke suatu daerah atau diantarpulaukan . Dalam hal
pemasukan sapi antar daerah, pengawasan lalu lintas ternak dan fungsi karantina harus
dilaksanakan dengan seksama .
3) Melaksanakan vaksinasi.
Melakukan vaksinasi baik dengan vaksin hidup yang sudah dilemahkan maupun
dengan vaksin mati, terutama yang diberikan kepada anak-anak sapi umur 3-8 bulan dan
sapi dara, diharapkan mampu memberikan imunitas sampai kepada kebuntingan ke 5
(Enright dkk ., 1984 ; Sutherland,1980) .
Pada sapi, terdapat dua jenis vaksin yang tersedia yaitu vaksin Brucella abortus strain
RB51 dan strain 19. Pada kambing dan domba, vaksinasi dilakukan menggunakan vaksin
Brucella melitensis strain Rev. 1, baik untuk B. Melitensis maupun B. ovis. Sementara
itu, belum ada produk vaksin yang efektif untuk mencegah infeksi B. suis pada babi dan
B. canis pada anjing. Semua produk vaksin yang tersedia merupakan vaksin hidup dan
berpotensi menimbulkan aborsi bila diberikan pada ternak bunting (OIE 2004).

Pola pemberantasan pada dasarnya adalah bila ditemukan sapi reaktor, sapi tersebut
dikeluarkan dari kelompok dan di potong . Sedangkan sapi yang sehat dari daerah bebas
brucellosis tidak perlu divaksinasi, tetapi bila berasal dari daerah tertular sapi yang sehat harus
divaksinasi terutama anak sapi dan sapi dara . Sapi reaktor dari daerah tertular dikeluarkan dan
dipotong . Tindakan administratif adalah menghindari pemasukan bibit sapi dari daerah tertular
ke daerah bebas brucellosis. Pada kejadian di lapang, pengobatan dengan antibiotik kurang
berhasil . Akan tetapi dalam kondisi laboratorium dapat diatasi dengan pemberian rifampicin
maupun tetracyclin (Stuart, 1982).

DAFTAR PUSTAKA

Brubaker, R.R . 1985 . Mechanism of bacterial virulence . In Ornston, L.N ., A. Balows and P.
Baumann (Edits) . Annual Review of Microbiology . Vol . 39, Annual Review Inc . Palo
Alto,California .
Enright, F.M ., J .V . Walker, G. Jeffers and B.L .Deyoe. 1984 . Cellule r and humoral responses
of B. abortus infected bovine foetuses . Am . J .Vet. Res . 45 : 424-430.
Fensterbank, R. 1987 . Brucellosis in cattle, sheep and goats. Technical Series No . 6. O.I .E .
Paris .
Frienchick, P.J ., R.J .F . Markham and A .H . Cocharane . 1985 . Inhibitio n of phagosom
lisosom fusion in macrophages by soluble extracts of virulent B. abortus . Am . J. Vet .
Res. 46 (3) :332-335 .
Meyer, M.E . 1984 . Bruccella . I n Carter, G .R . (Edit) .Diagnosis Procedures in Veterinary
Bacteriology and Mycology . 4th ed . Charles C. ThomasPublisher . Springfield, Ilinois .
Nicoletti, P. 1980 . The epidemiology of bovine brucellosis . In Brandly, C.A . and C.E .
Cornelius (Edits) . Advances in veterinary science and comparative medicine . Vol. 24.
Academic Press. New York, London
[OIE] Office International des Epizooties. 2004. Manual of diagnostic tests and vaccines Bovine
brucellosis. Paris (FR): Office International des Epizooties.

Anda mungkin juga menyukai