Anda di halaman 1dari 6

II

TINJAUAN PUSTAKA

Mesin tetas merupakan mesin penetasan yang mempunyai prinsip kerja

seperti pada induk ayam pada saat mengerami telur. Mesin tetas diusahakan

memenuhi berbagai syarat sesuai untuk perkembangan structural dan fisiologi

dari embrio anak ayam. Dalam pembuatan alat tetas perlu dipertimbangkan

beberapa solusi dalam pegaturan parameter biologi yang meliputi temperature,

kelembaban, dan sirkulasi udara. Pada saat penetasan semua faktor – faktor
tersebut dapat diatur dengan baik sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan

sesuai dengan kondisi proses biologi penetasan. (Nesheim et al., 1979).

Sebelum digunakan peralatan penetasan difumigasi terlebih dahulu. Semua

alat dicuci bersih dan disemprot dengan pembasmi hama. Juga bisa digunakan

alcohol 70% untuk bahan penyemprot. Selanjutnya alat dikeringkan dan

dimasukkan ke dalam mesin penetasan. (Chan dan Zamrowi, 1993).

Salah satu persiapan yang dilakukan sebelum memasuki proses penetasan

yaitu fumigasi mesin tetas. Ruangan alat penetas sebelum digunakan harus

dibersihkan terlebih dahulu dengan cara desinfeksi menggunakan desinfektan

yang bertujuan mencegah kontaminasi bakteri melalui mesin tetas. (Murtidjo,

2003). Selanjutnya setelah desinfeksi dilakukan fumigasi. Fumigasi sebenarnya

sama dengan desinfeksi, perbedaannya terletak pada sasaran yang

disucihamakan.desinfeksi yaitu penyucihamaan langsung pada mesin tetas,

sedangkan fumigasi melalui udara yang tersebar di dalam mesin tetas. Desinfeksi

pada mesin tetas menggunakan desinfektan yaitu allcide. Fumigasi pada mesin

tetas yang biasa digunakan yaitu Kalium permanganate dan formaldehida 40%.

(Paimin, 2003).
Fumigasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya tetas

telur, oleh karena itu agar proses penetasan berjalan dengan baik perlu dilakukan

fumigasi dengan tepat. Daya tetas telur yang mendapat perlakuan fumigasi lebih

tinggi dari pada yang tidak. (Siregar, 1975).

Namun, jika jenis desinfektan atau dosisnya terlalu tinggi akan

menyebabkan kematian pada embrio, maka dari itu perlu dilakukan pencampuran

desinfektan yang sesuai dengan kebutuhan. Bahan yang tepat digunakan untuk

fumigasi dalah formalin yang dicampur dengan KMnO4 dengan dosis pemakaian

40ml formalin + 20 gram KMnO4 digunakan untuk ruangan berfolume 2,83 m3.

(Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).


III

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR

3.1 Alat

1 Mesin tetas sebagai mesin penetas telur yang akan difumigasi

2 Cawat Petridish sebagai wadah untuk bahan – bahan fumigasi

3 Gelas Ukur untuk mengukur volume formalin 40%

4 Labu Erlenmeyer untuk tempat formalin 40%

5 Timbangan untuk menimbang KMnO4 yang dibutuhkan


6 Alat ukur ( meteran ) untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi mesin

tetas.

3.2 Bahan

1 KMnO4

2 Formalin 40 %

3.3 Prosedur

1 Ukuran volume mesin tetas dengan alat ukur (meteran) yaitu panjang ,

lebar dan tinggi dari mesin tetas bagian dalam.selanjutnya nilai volume

dapat konversikan.

2 Tutup semua ventilasi atau lubang mesin tetas dengan menggukan kertas

bekas atau kertas koran.

3 Hitung kebutuhan KMnO4 dan formalin 40 % sesuai dengan volume mesin

tetas pada konsentrasi 3 kali .

4 Timbang KMnO4 sesuai dengan perhitungan pada tempat cawan petridish.

5 Ukur volume formalin 40 % dengan menggukan gelas ukur sesuai dengan

perhitungan dan masukan cairan formalin 40% pada labu erlenmeyer.


6 Tempat cawan petridis yang berisi KMnO4 pada tempat penyimpanan

telur tetas dalam mesin tetas ,lalu tuangkan larutan formalin 40% yang

pada labu elenmeyer secara hati - hati ke cawan petridish..

7 Tutup pintu mesin tetas dengan segera ,agar gas yang timbul tidak sampai

keluar dari mesin tetas.


IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Keterangan Ukuran

Panjang mesin tetas 57 cm

Lebar mesin tetas 57 cm

Tinggi mesin tetas 32 cm

Volume mesin tetas 0,103968 m3

Volume formalin 40% yang digunakan 4,408 mL

Volume KMnO4 yang digunakan 2,204 gram

4.2 Pembahasan

Fumigasi yang dilakukan pada saat praktikum yaitu fumigasi pada mesin

tetas. Perlakuan ini dimaksudkan agar mesin tetas sebagai mesin penetasan telur

dapat berjalan dengan baik tanpa adanya kontaminasi dari mikroorganisme. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan Siregar (1975) bahwa daya tetas telur yang

mendapat perlakuan fumigasi lebih tinggi dari pada yang tidak.

Pelaksanaan fumigasi menggunakan campuran bahan formalin 40%

dengan kalium permanganate atau KMnO4. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Paimin (2003) bahwa fumigasi pada mesin tetas yang biasa digunakan

yaitu Kalium permanganate dan formaldehida 40%. Konsentrasi bahan yang

digunakan adalah 3 kali. Konsentrasi 3 kali merupakan yang paling efektif dan

efisien dalam penggunaan, karena sesuai pernyataan Kartasudjana dan Suprijatna

(2010) bahwa jika jenis desinfektan atau dosisnya terlalu tinggi akan
menyebabkan kematian pada embrio, maka dari itu perlu dilakukan pencampuran

desinfektan yang sesuai dengan kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2010. Manajemen Ternak Unggas. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Murtidjo, B. A. 2003. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Jakarta.

Nesheim, M. C., R. E. Austic., and L.E. Card. 1997. Poultry Production. Lea and

Febiger. Philadelphia.

Paimin, F.B. 2003. Membuat dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Siregar, A.P., M.H. Togatorop dan Sumarni. 1975. Pengaruh beberapa Tingkat

Konsentrasi Kalium Permanganat dan Formalin 40% untuk

Penghapushamaan Telur Tetas. Bulletin LPP,. No.14: 34 – 38.

Lampiran Hitungan

Volume Mesin Tetas = Panjang x Lebar x Tinggi

= 0,57 m x 0,57 m x 0,32 m

= 0,103968 m2
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛𝑔
Kebutuhan KMnO4 = 𝑥 60
2,83
0,103968
= 𝑥 60
2,83

= 2,204 gram
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛𝑔
Kebutuhan Formalin = 𝑥 120
2,83
0,103968
= 𝑥 120
2,83

= 4,408 mL

Anda mungkin juga menyukai