Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

MANKESTER

Pembuatan Salep, Fumigasi, Pengenceran, dan Pengamatan Alat

Oleh :

Kelas: F

Kelompok: 1

Firdha Rizki Aulia 200110170129

Muhammad Rezeki Gantana 200110170187

Nida Nurafifah Yasmine 200110170292

Muhammad Fulki Hanifan L 200110170298

Rizkan Primadia Nugraha 200110170300

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK PERAH


FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2019
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak berbagai macam penyakit yang timbul di wilayah peternakan yang

disebabkan oleh virus maupun bakteri, hal tersebut menyebabkan ternak terserang

penyakit bahkan hingga menyebabkan kematian pada ternak yang menyebabkan

banyak peternak-peternak mengalami kerugian. Vaksinasi adalah salah satu cara

pencegahan agar ternak tidak terserang penyakit yang di akibatkan virus maupun

bakteri. Vaksinasi ialah usaha pengebalan hewan dengan menggunakan vaksin

yang merupakan pertahanan kedua dalam upaya mengendalikan dan memberantas

wabah penyakit.

Adapun berbagai penyakit yang menyerang pada kulit hewan, salah satu

penanganan nya adalah dengan penggunaan salep. Salep merupakan salah satu

bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada kulit sehat, sakit atau terluka

dimaksudkan untuk efek topikal. Salep digunakan untuk mengobati penyakit kulit

yang akut atau kronis, sehingga diharapkan adanya penetrasi ke dalam lapisan kulit

agar dapat memberikan efek yang diinginkan (Voigt, 1984).

Banyak juga penyakit-penyakit maupun hama didalam suatu peternakan,

salah satu penanganan nya adalah dengan dilakukan nya fumigasi. Fumigasi adalah

sebuah metode pengendalian hama menggunakan pestisida. Dalam proses ini,

sebuah area akan secara menyeluruh dipenuhi oleh gas atau asap, membunuh semua

hama di dalamnya. Metode ini dapat membunuh hama yang hidup di dalam struktur

bangunan, misalnya rayap, ataupun dalam peternakan biasanya diaplikasikan


kepada telur.
1.2 Identifikasi Masalah

(1) Bagaimana macam-macam alat pengobatan/vaksin.

(2) Bagaimana komposisi salep.

(3) Bagaimana definisi pengenceran.

(4) Bagaimana definisi fumigasi.

1.3 Maksud dan Tujuan

(1) Mengetahui macam-macam alat pengobatan/vaksin.

(2) Mengetahui komposisi salep.

(3) Mengetehui apa itu pengenceran.


(4) Mengetahui apa itu fumigasi.
II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Alat-Alat Vaksin

Vaksinasi adalah salah satu bentuk program pencegahan penyakit yang

digunakan oleh peternak menggunakan vaksin. Vaksinasi harus diimbangi dengan

biosecurity dan sanitasi yang baik dan benar sehingga diperoleh hasil yang lebih

optimal. Dalam proses vaksinasi dibutuhkan alat-alat vaksin, vaksin dan pelarutnya

serta cara vaksinasi (Sianita, 2011).

2.2 Pembuatan Salep

Salep adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar. Preparat

farmasi setengah padat seperti salep, sering memerlukan penambahan pengawet

kimia sebagai antimikroba, pada formulasi untuk mencegah pertumbuhan

mikroorganisme yang terkontaminasi. Pengawet- pengawet ini termasuk

hidrosibenzoat, fenol-fenol, asam benzoat, asam sorbat, garam amonium kuartener,

dan campuran-campuran lain. Preparat setengah padat menggunkan dasar salep

yang mengandung atau menahan air, yang membantu pertumbuhan mikroba supaya

lebih luas daripada yang mengandung sedikit uap air, oleh karena itu merupakan

masalah yang lebih besar dari pengawetan (Chaerunnisa, 2009).

Salep adalah sediian setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan

sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispend homogen dalam dasar

salep yang cocok. Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok menunjukkan susunan yang homogen. (Anif, 2006).
2.3 Pembuatan Salep

Fumigasi adalah upaya untuk membasmi mikroba yang menempel pada

kerabang telur maupun mikroba yang terdapat pada meisn tetas dan ruang

penyimpanan telur (Suprijatna, 2005).

Fumigasi mesin tetas merupakan salah satu langkah awal yang penting pada

proses penetasan telur untuk mencegah timbulnya penyakit menular melalui

penetasan. Fumigasi juga salah satu faktor yang sangat mempengaruhi daya tetas

telur, oleh karena itu agar proses penetasan berjalan dengan baik perlu perlakuan

fumigasi yang tepat. Daya tetas telur yang mendapatkan perlakuan fumigasi lebih

tinggi daripada tidak dilakukan fumigasi (Siregar, 2010).

Kematian pada embrio dapat disebabkan oleh pemberian dosis yang tinggi

dan atau jenis desinfektan, maka dari itu perlu dilakukan pencampuran desinfektan

yang sesuai kebutuhan. Bahan yang tepat dipergunakan dalam fumigasi adalah

formalin yang dicampur dengan KMnO4, dengan dosis pemakaian 40ml formalin +

20gr KMnO4 digunakan untuk ruangan bervolume 2,83m3 (Kartasudjana dan

Suprijatna, 2010).

2.4 Fumigasi

Pengenceran yaitu suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu

senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai

yaitu aquadest dalm jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan

berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang

dilarutkan atau diencerkan (Brady, 1999)

Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan

cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu

larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas


dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar

panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus

ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika iar ditambahkan ke dalam

asam sulfat pekat,panas yang dillepaskan sedemikian besar yang dapat

menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik.

Jika berada didekatnya, percikan asam sulfat pekat ini dapat menyebabkan

kerusakan pada kulit (Khopkar, 1990).


III

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Pengenalan peralatan

1) Alat

(a) Gawai, berfungsi untuk mencari tahu kegunaan alat yang diperkenalkan.

(b) Logbook, berfungsi sebagai media untuk menggambar alat.

(c) Ballpoint, berfunsi untuk menggambar peralatan.

2) Bahan
(a) Gun winazzle

(b) Suntikan

(c) Alat suntik

(d) Veterinary syringe

(e) Vial

3) Prosedur kerja

(a) Diamati peralatan yang telah disajikan.

(b) Peralatan yan disajikan digambar pada logbook menggunakan ballpoint.

(c) Dicari fungsi dari setiap peralatan menggunakan gawai.


Tabel 1. Peralatan Obat-Obatan

Gambar Keterangan

Gun Syringe
Dual Draw of kit

Gun Winozzle atau

Drenching Gun Vial

Self - Refilling Syringe


3.2 Pembuatan Salep

1) Alat

(a) Gram scale, berfungsi untuk menimbang bahan yang digunakan.

(b) Pipet ukur, berfungsi untuk mengambil bahan cair yang digunakan.

(c) Bulb, berfungsi untuk melengkapi pipet ukur sebagai pengambil bahan.

(d) Lumping, berfungsi sebagai wadah pada saat pencampuran seluruh bahan.

(e) Alu, bergungsi untuk menghomogenkan seluruh bahan.

(f) Kalkulator, berfungsi untuk menghitung kebutuhan beberapa bahan.

1) Bahan

(a) Asam salisilat 20 % = 2 gr

(b) Natrium benzoat 3 % = 0,3 gr

(c) Asam borax 5 % = 0,5 gr

(d) Alkohol 1 ml

(e) Vaseline 6,2 gr

2) Prosedur kerja

(a) Masing-masing bahan ditimbang sesuai dengan kebutuhannya.

(b) Alkohol diambil dengan menggunakan pipet sesuai dengan kebutuhannya.

(c) Dihitung kebutuhan vaseline dari banyaknya salep yang dibutuhkan

dikurangi dengan bahan-bahan yang telah ditentukan kebutuhannya.

(d) Seluruh bahan dicampurkan didalam lumping dan dihommogenkan

menggunakan alu.

3.3 Fumigasi

1) Alat

(a) Pipet ukur, berfungsi untuk mengambil larutan formalin.


(b) Bulb pipet, berfungsi untuk melengkapi pipet ukur sebagai pengambil laruta

formalin.

(c) Mistar, berfungsi untuk mengukur volume mesin tetas.

(d) Cawan petri, berfungsi sebagai tempat pencampuran antara formalin dan

KMnO4.

(e) Mesin tetas, berfungsi sebagai objek fumigasi.

(f) Tabung reaksi, berfungsi sebagai wadah awal larutan formalin.

(g) Gram scale, berfungsi untuk menimbang KMnO4.

(h) Batang pengaduk, berfungsi untuk mengambil KMnO4 dan mengaduk

campuran KMnO4 dan larutan formalin.

(i) Kalkulator, berfungsi untuk menghitung kebutuhan KMnO4 dan formalin,

serta volume mesin tetas.

2) Bahan

(a) KMnO4 dengan konsentrasi 5x

(b) Formalin dengan konsentrasi 5x

3) Prosedur kerja

(a) Volume mesin tetas diikur menggunakan mistar.

(b) Dihitung kebutuhan KMnO4 sesuai dengan perhitungan kemudian disimpan

di dalam cawan petri.

(c) Diambil formalin sesuai dengan kebutuhan menggunakan pipet dan

dituangkan kedalam tabung reaksi.

(d) Dicampurkan KMnO4 dengan formalin di dalam cawan petri.

(e) Campuran diaduk sesaat kemudian langsung dimasukkan kedalam mesin

tetas.
3.4 Pengenceran

1) Alat

(a) Pipet ukur, berfungsi untuk mengambil bahan yang digunakan.

(b) Bulb, berfungsi untuk melengkapi pipet sebagi pengambil bahan.

(c) Gelas ukur, berfungsi sebagai wadah ketika melakukan pengenceran.

2) Bahan

(a) Rivanol dengan N = 100%

(b) CuSO4 dengan N = 100%

(c) Aquades

3) Prosedur kerja

(a) Dihitung V1 menggunakan rumus V1N1 = V2N2

(b) Diambil rivanol dan CuSO4 sesuai dengan kebutuhan yang telah

diperhitungkan dan dimasukkan kedalam gelas ukur yang berbeda.

(c) Dihitung kebutuhan aquades dengan cara mengurangi jumlah akhir yang

diinginkan dengan kebutuhan rivanol dan CuSO4.

(d) Ditambahkan aquades kedalam masing-masing gelas ukur sesuai dengan

kebutuhan yang telah diperhitungkan.

(e) Larutan dihomogenkan.


IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Pengenceran

a. Rivanol
Diketahui: N1 =100%

N2 = 20%

V2 =10mL

Ditanyakan: V1 = ...

Jawab : N1 . V1 =N2.V2
100 𝑥 20
V1 = 100

V1 = 2 mL

b. CuSO4

Diketahui: N1 = 100%

N2 = 20%

V2 = 10 g

Ditanyakan: V1 = …

Jawab : N1 . V1 = N2 . V2

100 𝑥 20
V1 = 100 =2g
4.1.2 Fumigasi

Diketahui:

Panjang = 37cm

Lebar =23 cm

Tinggi = 26,5 cm
Konsentrasi 3x KmnO4 = 60 g,

Formalin = 1200 mL

Ditanyakan: Kebutuhan KmnO4 kebutuhan Formalin?

Jawaban:

Volume = p x l x t

= 37 x 23 x 26,5

= 0,0225 m2
,
Kebutuhan KMnO4 =0 0225𝑥60 = 0,48 g
2,83

,
Kebutuhan Formalin =0 0225𝑥120% = 0,95 g
2,83
4.1.3 Obat

Salep = 10 g

Asam Salisilat= 20 % x 10 = 2 g

Natrium Benzoat= 3 % x 10 = 0,3g

Asam Borat= 5 %x10 = 0,5 g

Alkohol =1g +

= 3,8 g

Vaseline = 10gr – 3,8 g

= 6,2 g

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengenalan Alat

Drenching gun atau pencekok dapat dipergunakan untuk memberi obat pada

ternak baik ternak yang sakit atau tidak sakit. Drenching gun biasanya berbentuk

jarum suntik besi untuk memindahkan obatdalam dosis tertentu dan biasanya

berupa antelmintik dengan berat 4 oz atau 120 ml dan disuntikkan ke mulut dengan

kata lain drenching gun menggunakan prinsip memasukkan obat melalui oral.

Drenching gun pada umumnya digunakan hanya sesekali atau dua kali saja, yaitu

pada saat ternak baru datang atau baru dibeli. Pemberian obat cacing dilakukan

apabila ternak yang terkena penyakit cacing, kegiatan pemberian obat cacing dalam

rangka pengobatan. Sedangkan bagi ternak yang tidak terserang penyakit cacing

kegiatan pemberian obat cacing dalam rangka pencegahan.


Alat Suntik Socorex Swiss merupakan alat suntik otomatis (automatic

injection) untuk injeksi berulang dalam vaksinasi maupun pengobatan. Alat suntik

ini merupakan alat suntik yang memungkinkan penggunaannya sebagai alat suntik

untuk ternak besar, ternak kecil, maupun ternak unggas. Keunggulan alat suntik

Socorex ini mudah digunakan, cepat dan dapat disesuaikan dosisnya. Syringe ini

dilengkapi dengan baut mikrometrik yang berfungsi mengatur dosis suntikan.

V–vaximate adalah alat yang digunakan untuk memasukan obat ke tubuh

ternak secara oral atau melalui suntikan. Alat ini dilengkapi dengan draw off kit

atau selang penyambung yang fungsinya adalah menyalurkan obat dari dalam

tabung/wadah obat ke dalam alat V-vaximate.

Syringe Gun merupakan jenis alat suntik untuk hewan atau ternak. Seperti

alat suntik pada umumnya, alat ini berfungsi untuk pemberian obat melalui

Intravena atau Intramuscular atau Subkutan.

Jarum suntik atau syringe digunakan pada alat suntik, yaitu alat yang

digunakan untuk menyuntik ternak, baik itu pada waktu pemberian obat terhadap

ternak yang sakit atau pada saat pemberian vitamin pada ternak. Syringe dilengkapi

dengan jarum yang berfungsi untuk memasukkan obat melalui pembuluh darah

untuk diedarkan keseluruh tubuh. Pada dasarnya ada dua jenis alat suntik pada

ternak yaitu: alat suntik secara manual dan alat suntik secara otomatis.

Vial merupakan suatu benda penampung cairan, bubuk, atau tablet farmasi.

Vial ini adalah Vial ND atau wadah atau kemasan untuk menyimpan vaksin

Newcastle Disease.
4.2.2 Pembuatan Salep

Selanjutnya yaitu melakukan percobaan pembuatan salep. Salep merupakan

obat setengah padat yang diaplikasikan di permukaan kulit. Salep harus memiliki

kualitas yang baik yaitu stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar,

dan semua zat yang dalam salep harus halus karena akan berpengaruh terhadap

kemudahan kulit dalam mengabsorbsi bahan tersebut. Hal ini sebanding dengan

pernyataan Van Duin (1947) dalam bukunya yang menyatakan bahwa pada saat

pembuatan salep terkadang mangalami banyak masalah salep yang harus digerus

dengan homogen, agar semua zat aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dan

diserap oleh kulit. Salep yang dibuat disini adalah obat yang digunakan peternak

untuk mengobati gangguan kulit pada ternak yang disebabkan oleh jamur.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan salep adalah asam benzoat,

asam salisilat dan asam borat. Senyawa asam yang terdapat dalam asam salisilat

akan membantu menghilangkan jamur dan bakteri yang menyebabkan kerusakan

pada kulit. Asam asam borat adalah senyawa yang mempunyai efek anti kuman

untuk mengatasi infeksi karena jamur dan bakteri. Obat yang mengandung asam

borat bisa dipakai sebagai antiseptik. Jumlah bahan yang digunakan yaitu 2 gram

asam salisilat, 0,3 gram asam benzoat, 0,5 gram asam borat dan 1 gram alkohol.

Total yang didapat yaitu 3,8 gram setelah mencapurkan bahan-bahan diatas.

Selajutnya yaitu mencampurkan bahan pencampur dalam pembutan salep yang

kami buat adalah vaselin, vaselin merupakan bahan pencampur yang termasuk

golongan hidrokarbon.

Jumlah bahan pencampur (vaselin) yang dibutuhkan dapat diketahui dengan

mengurangi berat salep yang ingin dibuat dengan jumlah dari asam benzoat, asam

borat dan asam salisilat, hasilnya yaitu sebanyak 6,2 gram.


4.2.3 Fumigasi

Fumigasi merupakan suatu tindakan pencucihamaan dan biasa dilakukan

pada mesin tetas. Dengan adanya fumigasi diharapkan mesin tetas dapat berjalan

dengan baik tanpa adanya kontaminasi bakteri mikroorganisme. Menurut Siregar

(1975), daya tetas telur yang mendapat perlakuan fumigasi lebih tinggi daripadi

yang tidak mendapat perlakuan.

Fumigasi dapat menggunakan campuran formalin 40% dengan kalium

permanganat (KMnO4) hal ini menurut Paimin (2003), fumigasi pada mesin tetas

yang biasa dilakukan yaitu kalium permanganat dan formaldehida 40%.

Konsentrasi bahan yang digunakan adalah 3 kali. Jika konsentrasi melebihi 3 kali,

menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2010) akan menyebabkan kematian pada

embrio. Selain itu, konsentrasi 3 kali merupakan konsentrasi yang paling efektif

dan efisien.

4.2.4 Pengenceran

Pengenceran yaitu suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu

senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai

yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa

dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa

yang dilarutkan/diencerkan (Brady,1999). Dalam kimia, pengenceran diartikan

pencampuran yang bersifat homogen antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan.

Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut,

sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan

disebut pelarut atau solven (Gunawan, 2004.).


Tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan bakteri yang

ditanam (Fais, 2009). Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk

menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan dengan menambah zat pelarut

ke dalam larutan sehingga volume larutan menjadi berubah (Nurohaianah et al,

2007).

Bahan yang digunakan untuk proses pengenceran pada praktikum

mankester 2 minggu lalu adalah rivanol. Diketahui konsentrasi Rivanol yaitu 100%,

volumenya 10 ml, konsentrasi bahan yang diinginkan yaitu 20%. Maka dapat dicari
nilai volume yang harus ditambahkan pada pengenceran dengan cara perhitungan

N1 V1 = N2 V2, sehingga didapatkan nilai volume rivanol yang harus ditambahkan

adalah 2 ml. CuSO4 yang memiliki volume 20 ml, konsentrasi bahan yang

diinginkan 20%. Maka sesuai dengan rumus didapat bahwa volume yang harus

ditambahkan pada pengenceran sebesar 2 ml.


V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

(1) Alat-alat yang digunakan dalam pengobatan yaitu Drenching gun, Alat

Suntik Socorex Swiss, Vial, V–vaximate, Syringe Gun, dan Syringe.

(2) Komposisi salep yang digunakan dalam pembuatan salep yaitu asam

salisilat, asam benzoat, asam borat, dan vaselin.


(3) Fumigasi pada mesin tetas dilakukan untuk meminimalisir mikroorganisme

yang ada. Bahan kimia yang digunakan yaitu formalin 40% dan kalium

permanganat (KMnO4).

(4) Pengenceran dengan menggunakan rivanol dan CuSO4 dibutuhkan masing-


masing 2 ml dan 2 gr dengan campuran aquades masing-masing 8 ml.

5.2 Saran
Ketika sedang praktikum, diharapkan praktikan kondusif dan mengikuti

arahan dari asisten laboratorium. Waktu per tiap pos juga kurang karena untuk

beberapa pos seperti pos pengenalan alat dan pos fumigasi membutuhkan banyak

waktu tidak seperti pos yang lain yang notabene-nya lebih singkat dari yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

__________________________________________________. 2010. Ilmu Dasar


Ternak Unggas. Cetakan kedua. Penebar Swadaya. Jakarta

Anif Moh, Drs.Apoteker. 2006. Ilmu Meracik Obat.. UGM Prees. Yogyakarta

Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara. Jakarta

Chaerunnisa, Anis. 2009. FARMASETIKA DASAR: Konsep Teoritis dan Aplikasi


Pembuatan Obat. Widya Padjadjaran . Bandung

Gunawan, D dan Mulyani S. 2004. Ilmu Obat Alam.Penebar Swadaya : Jakarta.

Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2010. Manajemen Ternak Unggas. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penebar Swadaya. Jakarta

Nurohaianah et al., 2007. Media. UI Press. Jakarta.

Paimin, F.B. 2003. Membuat dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar


Swadaya.Jakarta.

Sianita N, Ziaul H, Kusriningrum R. 2011. Respon Antibodi dan Protektivitas pada


Ayam Pasca Vaksinasi Menggunakan Vaksin ND Aktif Lv. 12 Veterinaria
Medika 4(2):129-134

Siregar, C.J.P. 2010. Teknologi Dalam Unggas. EGC. Jakarta

Suprijatna E, Umiyati Atmomarsono, Ruhyat Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar


Ternak Unggas. Cetakan pertama. Penebar Swadaya. Jakarta.

Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani


Noeroto S.,UGM Press, Yogyakarta. Hal: 337-338
LAMPIRAN

1. Tabel Distribusi Tugas


No. Nama NPM Tugas

1. Firdha Rizki A. 200110170129 Bab 4 (pembahasan:


pengenceran, pembuatan
salep, pengenalan alat)
2. M. Rezeki Gantana 200110170187 Bab 3
Bab 4 (hasil pengamatan)
3. Nida Nurafifah 200110170292 Pembahasan (fumigasi)
Bab 5
Editor
4. M. Fulki Hanifan 200110170298 Cover – Bab 1

5. Rizkan Primadia 200110170300 Bab 2

Anda mungkin juga menyukai