DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
1. Anadiya Morlina (061330401007)
2. Ariyo Dwi Saputra (061330401008)
3. Jannatul Fitri (061330401011)
4. Mega Silvia (061330401016)
5. M. Dody Apriliyana (061330401018)
6. Rifa Nurjihanty (061330401021)
7. Siti Nurjannah (061330401025)
KELAS : 2KD
I. TUJUAN
1. Menentukan kandungan partikulat debu dengan HVAS
2. Mengetahui tingkat kebisingan udara lingkungan
TEORI TAMBAHAN
SUMBER PENCEMAR UDARA
Telah disadari bersama, kualitas udara saat ini telah menjadi persoalan global,
karena udara telah tercemar akibat aktivitas manusia dan proses alam. Masuknya zat
pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, akibat
gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut ; juga sebagian besar
disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas transportasi, industri,
pembuangan sampah, baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran serta
kegiatan rumah tangga.
Terdapat 2 jenis pencemar yaitu sebagai berikut :
a. Zat pencemar primer, yaitu zat kimia yang langsung mengkontaminasi udara
dalam konsentrasi yang membahayakan. Zat tersebut bersal dari komponen
udara alamiah seperti karbon dioksida, yang meningkat di atas konsentrasi
normal, atau sesuatu yang tidak biasanya, ditemukan dalam udara, misalnya
timbal.
b. Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia berbahaya yang terbentuk di atmosfer
melalui reaksi kimia antar komponen-komponen udara.
Sumber bahan pencemar primer dapat dibagi lagi menjadi dua golongan besar :
1. Sumber alamiah
Gas karbon monoksida merupakan bahan pencemar yang paling banyak terdapat di
udara, sedangkan bahan pencemar berupa partikulat (padat maupun cair) merupakan
bahan pencemar yang sangat berbahaya (sifat racunnya sekitar 107 kali dari sifat
racunnya gas karbon monoksida).
a. Gas Karbon Monoksida, CO
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa, titik didih -192 C, tidak larut dalam air dan beratnya 96,5% dari berat udara.
Reaksi-reaksi yang menghasilkan gas karbon monoksida antara lain:
Pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar atau senyawa senyawa karbon
lainnya.
Reaksi antara gas karbon dioksida dengan karbon dalam proses industri yang terjadi
dalam tanur.
Gas karbon monoksida yang dihasilkan secara alami yang masuk ke atmosfer lebih
sedikit bila dibandingkan dengan yang dihasilkan dari kegiatan manusia.
Karbon monoksida, walaupun dianggap sebagai polutan, telah lama ada di
atmosfer sebagai hasil produk dar aktivitas gunung berapi.Ia larut dalam lahar gunung
berapi pada tekanan yang tinggi di dalam mantel bumi. Kandungan karbon monoksida
dalam gas gunung berapi bervariasi dari kurang dari 0,01% sampai sebanyak 2%
bergantung pada gunung berapi tersebut. Oleh karena sumber alami karbon monoksida
bervariasi dari tahun ke tahun, sangatlah sulit untuk secara akurat menghitung emisi
alami gas tersebut.
Karbon monoksida memiliki efek radiative forcing secara tidak langsung
dengan menaikkan konsentrasi metana dan ozon troposfer melalui reaksi kimia dengan
konstituen atmosfer lainnya (misalnya radikal hidroksil OH-) yang sebenarnya akan
melenyapkan metana dan ozon. Dengan proses alami di atmosfer, karbon monoksida
pada akhirnya akan teroksidasi menjadi karbon dioksida. Konsentrasi karbon
monoksida memiliki jangka waktu pendek di atmosfer.
CO antropogenik dari emisi automobil dan industri memberikan kontribusi pada
efek rumah kaca dan pemanasan global. Di daerah perkotaan, karbon monoksida,
bersama dengan aldehida, bereaksi secara fotokimia, meghasilkan radikal peroksi.
Radikal peroksi bereaksi dengan nitrogen oksida dan meningkatkan rasio NO2 terhadap
NO, sehingga mengurangi jumlah NO yang tersedia untuk bereaksi dengan ozon.
Karbon monoksida juga merupakan konstituen dari asap rokok.
b. Gas-gas Nitrogen Oksida, NOx
Gas-gas nitrogen oksida yang ada di udara adalah nitrogen monoksida NO, dan
nitrogen dioksida NO2 termasuk bahan pencemar udara. Gas nitrogen monoksida tidak
berwarna, tidak berbau, tetapi gas nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan
berbau tajam dan menyebabkan orang menjadi lemas.
Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian
menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum
pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Di udara
ambient yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun.
Penelitian terhadap hewan percobaan yang dipajankan NO dengan dosis yang sangat
tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistem syarat dan kekejangan. Penelitian
lain menunjukkan bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500 ppm akan hilang
kesadarannya setelah 6-7 menit, tetapi jika kemudian diberi udara segar akan sembuh
kembali setelah 46 menit. Tetapi jika pemajanan NO pada kadar tersebut berlangsung
selama 12 menit, pengaruhnya tidak dapat dihilangkan kembali, dan semua tikus yang
diuji akan mati.
NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100
ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian
tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2
sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang
diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama
10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.
c. Hidrokarbon (CH)
Sumber terbesar senyawa hidrokarbon adalah tumbuh-tumbuhan. Gas metana CH4
adalah senyawa hidrokarbon yang banyak dihasilkan dari penguraian senyawa organik
oleh bakteri anaerob yang terjadi dalam air, dalam tanah dan dalam sedimen yang
masuk ke dalam lapisan atmosfer.
Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk
ikatan baru yang disebut polycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai
di daerah industri dan kawasan padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru
akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.
Pengaruh hidrokarbon aromatik pada kesehatan manusia dapat terlihat pada tabel
dibawah ini.
Jenis Konsentrasi
Dampak kesehatan
hidrokarbon ( ppm )
100 Iritasi membran mukosa
3.000 Lemas setelah - 1 Jam
Benzene
Pengaruh sangat berbahaya setelah pemaparan 1
(C6H6 ) 7.500
jam
20.000 Kematian setelah pemaparan 5 10 menit
Pusing lemah dan berkunang-kunang setelah
200
Toluena pemaparan 8 jam
(C7H8) Kehilangan koordinasi bola mata terbalik setelah
600
pemaparan 8 jam
e. Partikulat
Yang dimaksud dengan partikulat adalah berupa butiran-butiran kecil zat padat dan
tetes-tetes air. Partikulat-partikulat ini banyak terdapat dalam lapisan atmosfer dan
merupakan bahan pencemar udara yang sangat berbahaya. Inhalasi merupakan satu-
satunya rute pajanan yang menjadi perhatian dalam hubungannya dengan dampak
terhadap kesehatan. Walau demikian ada juga beberapa senjawa lain yang melekat
bergabung pada partikulat, seperti timah hitam (Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang
dapat memajan tubuh melalui rute lain. Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun
cair yang berada di udara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu
bentuk padat maupun cair yang berada diudara sangat tergantung kepada ukurannya.
Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1
mikron sampai dengan 10 mikron.
Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara
yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini
bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya,
karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas
dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi
sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara juga.
Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan
menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata
(visibility). Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu di udara
merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan.
Pada umumnya udara yang tercemar hanya mengandung logam berbahaya sekitar
0,01% sampai 3% dari seluruh partikulat debu di udara Akan tetapi logam tersebut
dapat bersifat akumulatif dan kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan
tubuh, Selain itu diketahui pula bahwa logam yang terkandung di udara yang dihirup
mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang besaral
dari makanan atau air minum. Oleh karena itu kadar logam di udara yang terikat pada
partikulat patut mendapat perhatian.
SAMPLING UDARA
Program pengukuran kualitas udara ditinjau dari tujuan dan lokasinya
pengambilan contoh udara dibagi menjadi dua, yakni sampling pencemar ambien dan
sampling emisi sumber.
` Sampling pencemar ambien bertujuan untuk :
Memenuhi dan mematuhi baku mutu udara ambien untuk industri
Menyediakan data untuk evaluasi kualitas udara di industri
Observasi terhadap kecenderungan adanya pencemaran
Sampling emisi sumber bertujuan untuk :
Mengetahui besaran emisi pencemar untuk dibandingkan dengan baku mutu
emisi.
Mengetahui tingkat emisi dari laju produksi atau operasi industri.
Melakukan pemantauan kinerja alat pencegahan pencemaran
Berdasarkan periode dan frekuensi sampling, sampling udara dapat dibedakan menjadi :
Sampling kontinyu
Sampling intemitten
Sampling sesaat
Analisis kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan perambatan komponen analit dalam suatu medium dan perbedaan afinitas
antara analit, fase diam (stasioner) dan fase gerak (mobile). Berdasarkan jenis fase
geraknya, kromatografi dibedakan menjadi kromatografi gas (GC) dan kromatografi
cairan (LC). Pencemar udara yang dapat diukur dengan analisis kromatografi
diantaranya: VOC dan hidrokarbon.
LAMPIRAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 41 TAHUN 1999
TANGGAL : 26 MEI 1999
BAKU MUTU UDARA AMBIEN NASIONAL
No Waktu Pengukura
. Parameter n Baku Mutu Metode Analisis Peralatan
Spektrofotomete
1 SO2 1 Jam 900 ug/Nm3 Pararosanilin r
(Sulfur
Dioksida) 24 Jam 365 ug/Nm3
1 Thn 60 ug/Nm3
2 CO 1 Jam 30.000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analyzer
(Karbon
Monoksida
) 24 Jam 10.000 ug/Nm3
1 Thn -
Spektrofotomete
3
3 NO2 1 Jam 400 ug/Nm Saltzman r
(Nitrogen
Dioksida) 24 Jam 150 ug/Nm3
1 Thn 100 ug/Nm3
Chemiluminescen Spektrofotomete
4 O3 1 Jam 235 ug/Nm3 t r
3
(Oksidan) 1 Thn 50 ug/Nm
5 HC 3 Jam 160 ug/Nm3 Flame Ionization Gas
(Hidro
Karbon) Chromatogarfi
6 PM10 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi Vol
(Partikel <
10 um )
PM2,5 (*) 24 Jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi Vol
(Partikel <
2,5 um ) 1 Thn 15 ug/Nm3 Gravimetric Hi Vol
7 TSP 24 Jam 230 ug/Nm 3
Gravimetric Hi Vol
(Debu) 1 Thn 90 ug/Nm3
8 Pb 24 Jam 2 ug/Nm3 Gravimetric Hi Vol
(Timah
Hitam) 1 Thn 1 ug/Nm3 Ekstraktif
Pengabuan AAS
9. Dustfall 30 hari
10
Ton/km2/Bula
(Debu n
Jatuh ) (Pemukiman) Gravimetric Cannister
20
Ton/km2/Bula
n
(Industri)
Total
Fluorides
10 (as F) 24 Jam 3 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau
Countinous
90 hari 0,5 ug/Nm3 Electrode Analyzer
40 u g/100
Fluor cm2 dari kertas Limed Filter
11. Indeks 30 hari limed filter Colourimetric Paper
12. Khlorine & 24 Jam 150 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau
Khlorine Countinous
Dioksida Electrode Analyzer
Sulphat 1 mg SO3/100
13. Indeks 30 hari cm3 Colourimetric Lead
Dari Lead
Peroksida Peroxida Can
Metode-metode analisis untuk baku mutu ini akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Gas Chromatography (GC)
Kromatografi gas (GC) adalah jenis umum dari kromatografi yang digunakan
dalam kimia analitik dapat memisahkan senyawa dengan tanpa dekomposisi. GC dapat
digunakan untuk pengujian kemurnian zat tertentu, atau memisahkan komponen yang
berbeda dari campuran (jumlah relatif komponen tersebut juga dapat ditentukan). GC
dapat digunakan dalam mengidentifikasi suatu senyawa.
Kromatografi gas, berdasarkan fasa gerak dan fasa diamnya merupakan
kromatografi gas-cair. Dimana fasa geraknya berupa gas yang bersifat inert, sedangkan
fasa diamnya berupa cairan yang inert pula, dapat berupa polimer ataupun larutan.
2. Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Panjang gelombang
yang diukur sendiri merupakan larutan Pararosanilin.
Pencemaran
ISPU Udara Dampak kesehatan;
Level
Tidak memberikan dampak bagi kesehatan manusia atau
0 50 Baik
hewan.
51 tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan
Sedang
100 tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang peka.
bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan
101
Tidak Sehat yang peka atau dapat menimbulkan kerusakan pada tumbuhan
199
ataupun nilai estetika.
200 Sangat Tidak kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah
299 Sehat segmen populasi yang terpapar.
kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan
300
Berbahaya kesehatan yang serius pada populasi (misalnya iritasi mata,
500
batuk, dahak dan sakit tenggorokan).
Udara ambien adalah udara sekitar kita di lapisan troposfer yang apa adanya yang
sehari-hari kita hirup. Dalam keadaan normal, udara ambien ini akan terdiri dari gas
nitrogen (78%), oksigen (20%), argon (0,93%) dan gas karbon dioksida (0,03%). Udara
emisi adalah udara yang langsung dikeluarkan oleh sumber emisi seperti knalpot
kendaraan bermotor dan cerobong gas buang pabrik. Tergantung dari pengelolaan
lingkungannya, udara emisi bisa mencemari udara ambien atau tidak mencemari udara
ambien. Wah bahaya kan ya kalau setiap hari hari kita menhirup udara yang tercemar
gas-gas berbahaya? oleh sebab itu perlu diadakan analisis udara ambien dan udara emisi
dengan beberapa parameter. Parameter-parameter kualitas udara yang dipantau
umumnya hampir sama seperti gas SOx, CO, NO2, H2S, NH3 dan partikulat yang
berbentuk padat.
KEBISINGAN
Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering dijumpai di
tempat kerja. Kebisingan mempengaruhi kesehatan, antara lain dapat menyebabkan
kerusakan pada indra pendengaran sampai pada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh
bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi
kesehatan (pendengaran) adalah di atas 60 dB. Oleh sebab itu, para karyawan yang
nekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin di atas 60 dB, maka harus dilengkapi
dengan alat pelindung (penyumbat) telinga, guna mencegah gangguan-gangguan
pedengaran (Notoatmodjo, 2003).
Di samping itu, kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan
suasana yang bising memaksa pekerja untuk berteriak di dalam berkomunikasi dengan
pekerja yang lain. Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai
akibat lingkungan kerja yang bising ini, maka kadang-kadang di tengah-tengah keluarga
juga terbiasa berbicara keras. Bisa sebagai sikap marah. Lebih jauh kebisingan yang
terus menerus dapat mengakibatkangangguan konsentrasi pekerja, yang akibatnya
pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja
(Notoatmodjo, 2003). Selain itu kebisingan juga dapat mempengaruhi peningkatan
tekanan darah.
Jenis-Jenis Kebisingan
Kebisingan dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) bentuk dasar (Wahyu, 2003) :
1. Intermitten Noise (Kebisingan Terputus-putus)
Intermittten Noise adalah kebisingan diana suara timbul dan menghilang secara
perlahan-lahan. Termasuk dalam intermitten noise adalah kebisingan yang ditimbulkan
oleh suara kendaraan bermotor dan pesawat terbang yang tinggal landas.
2. Steady State Noise (Kebisingan Kontinyu)
Dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara (sound pressure levels) diukur
dalam octave band dan perubahan-perubahan tidak melebihi beberapa dB per detik, atau
kebisingan dimana fluktuasi dari intensitas suara tidak lebih 6dB, misalnya : suara
kompressor, kipas angin, darur pijar, gergaji sekuler, katub gas.
3. Impact Noise.
Impact noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai
puncak intensitasnya tidak lebih dari 35 detik, dan waktu yang dibutuhkan untuk
penurunan sampai 20 dB di bawah puncaknya tidak lebih dari 500 detik. Atau bunyi
yang mempunyai perubahan-perubahan besar dalam octave band. Contoh : suara
pukulan palu, suara tembakan meriam/senapan dan ledakan bom.
Pada percobaan yang dilakukan kali ini tujuan utamanya adalah untuk
mengukur emisi gas buang terhadap kendaraan bermotor, sampel yang digunakan
antara lain : motor tahun 1996 dan motor tahun 2005. Sedangkan, alat yang
digunakan yaitu: HVAS dan sound level meter. Pada HVAS fungsinya adalah untuk
mengukur jumlah polutan yang dihasilkan pada mesin kendaraan bermotor,
sedangkan untuk sound level meter digunakan untuk mengukur polusi suara di
berbagai tempat.
Pada pengukuran HVAS terlihat jelas bahwa pembakaran bahan bakar pada
motor tahun 1996 sudah tidak bekerja dengan baik, dan emisi gas yang dihasilkan
sangat banyak serta suara bising yang dikeluarkan sangat mengganggu lingkungan
sekitar dan juga bau yang tidak sedap dari asap yang dikeluarkan oleh knalpot
motor tersebut.berbagai factor turut mempengaruhi kinerja dari motor tersebut dari
mulai penggantian oli yang tidak teratur, aki motot yang tidak optimal, dan
kurangnya perhatian untuk melakukan service motor.
Sedangkan pada motor tahun 2005 polutan yang dihasilkan tidak terlalu
banyak. Suara dari motor juga tidak mengganggu lingkungan sekitarnya karena
tidak terlalu bising serta asap kendaraan yang dikeluarkan jumlahnya sedikit
sehingga tidak terlihat dan juga bau tidak terdapat bau dari asap. Dengan demikian,
emisi gas pada motor tahun 2005 jauh lebih baik dibandingkan dengan emisi gas
buang dri motor tahun 1996.