Rizkijanuar Ramadhan Saputro, Afif Shidqi Ashari, Azmi Aziz Novovic, Josiah, dan Syarah Khairunnisa 1
1
Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424, Indonesia
Abstrak. Pengujian Metalografi bertujuan untuk mengontrol serta mengetahui mikrostruktur dari material, karena
sifat material serta performa material tersebut akan ditentukan oleh mikrostukturnya. Rekayasa sifat material
dibutuhkan untuk mencapai sifat mekanik yang dibutuhkan untuk aplikasi. Salah satu cara untuk meningkatkan sifat
material tanpa merubah komposisi kimianya adalah dengan perlakuan panas. Untuk membuktikan perubahan sifat
material, dapat dilakukan pengujian metalografi untuk mengetahui perubahan mikrostrukturnya. Pada pengujian ini
digunakan beberapa sampel yaitu Aluminium Rolled, CuZn Cast, Al SS 304, Fe Nodular dan Fe A36 Heat Treatment
dimana dilakukan preparasi sampel yaitu mounting, grinding, polishing, dan etching. Sebelumnya ukuran sampel
yang diuji juga kecil sehingga melewati proses cutting. Proses etching yang digunakan untuk Sampel Al Rolled, CuZn
Cast, Fe Nodular dan Fe A36 Heat Treatment adalah menggunakan etsa kimia sedangkan untuk sampel Al SS 304
menggunakan etsa elektrolitik. Analisis atau pengamatan mikrostruktur dilakukan menggunakan optic microscope
(OM). Mikrostruktur yang didapat memiliki perbesaran 200, 500, dan 1000 kali. Pemanasan pada pengujian jominy
menggunakan furnace dengan temperatur pre-heat dan holding time, lalu kedua ada temperatur akhir dan holding
time-nya. Lalu, alat diambil menggunakan penjepit bermaterial dasar baja dan diletakkan di rak jominy untuk
selanjutnya dilakukan quench menggunakan air. Sampel pada jominy test merupakan baja S45C. Kekerasannya diuji
menggunakan metode indentasi, yaitu metode Rockwell C. Kekerasan yang didapat pada jarak 10 mm dari ujung
media quench adalah 24 HRC hingga pada jarak 50 mm adalah 7,6 HRC. Untuk quench oli Fe A36, perlakuan panas
dilakukan bersamaan dengan pengujian Jominy dengan waktu pemanasan yang berbeda. Oli diletakkan pada suatu
kaleng berukuran sedang yang digunakan untuk media quench. Setelah melalui proses quench oli, dilakukan preparasi
sampel (tanpa melalui proses cutting) untuk selanjutnya dilakukan analisis mikrostruktur. Nilai kekerasan dari Fe A36
Heat Treatment dihitung menggunakan metode indentasi, yaitu metode Vickers. Pada sampel A36 dilakukan juga
proses perhitungan ukuran butir menggunakan metode Jeffries Planimetric.
1. Pendahuluan 3. Pendinginan dengan media pendingin
Pengujian Jominy dilakukan untuk mengetahui
Peralatan yang kita gunakan sehari-hari berasal dari hardenability (kemampukerasan) dari suatu material.
bahan-bahan tertentu. Pemilihan bahan ini disesuaikan Kemampukerasan merupakan suatu kemampuan material
dengan kegunaannya. Kesesuaian antara sifat bahan untuk membentuk fasa martensite.
dengan kegunaannya akan mempermudah pekerjaan kita. Sampel dari pengujian Jominy merupakan sebuah
Sifat suatu bahan tergantung dari penyusunnya. Sifat-sifat batang berbentuk menyerupai silinder yang pada satu
bahan meliputi kekuatan, kelenturan, ketahanan terhadap ujungnya memiliki sebuah persegi atau tatakan yang
air atau api, hangat, halus atau kasar, dan juga kekakuan. berfungsi sebagai penahan ketika diletakkan pada rak
Suatu benda dibuat berdasarkan sifat-sifat bahan tersebut. untuk dilakukan quenching.
[1]
Tahapan dari pengujian Jominy meliputi: perlakuan
Kebanyakan sifat makroskopik dari material panas, menaruh sampel Jominy pada rak Jominy, di-
berhubungan dengan mikrotruktur[2]. Sifat mekanik quench dengan air pada satu ujungnya saja selama
material seperti tensile strengh, elongasi, sifat terhadap beberapa waktu.
panas dan juga sifat keistrikan berhubungan langsung
dengan mikrostruktur[2]. Pemahaman dari hubungan
antara mikrostruktur dan sifat makroskopik yang 2. Metode Penelitian
mempunyai peran penting dalam pengembangan material
Ada beberapa pelaksanaan penelitian yang dilakukan
merupakan tujuan utama dari metalografi [2]. Dengan
pada hari yang sama. Umumnya ada tiga, yaitu analisis
menguji dan mengamati mikrostruktur suatu material,
mikrostruktur, perlakuan panas (heat treatment), dan
maka performa material tersebut dapat dilihat [2]. Karena
pengujian Jominy. Berikut akan dibahas mengenai alat,
itu metalografi digunakan di semua tahap selama
bahan, dan prosedur kerja pada proses pelaksanaan
pembuatan material tersebut dari mulai pengembangan,
penelitian yang telah kami lakukan.
produksi, manufaturing process control, dan bahkan
Pada praktikum metalografi alat yang digunakan
analisis kegagalan logam. Metalografi biasanya dilakukan
berupa mesin grinding, mesin poles, kertas amplas
dengan alat mikroskop optik. Untuk saat ini mikroskop
dengan berbagai ukuran grit dimulai dari 80 hingga 1500,
yang digunakan sudah dihubungkan dengan komputer
kain beludru, alat elektroetsa (elektroda dan power
yang dilengkapi dengan sistem analisis gambar yang
supply), hair dryer, dan mikroskop. Untuk bahan yang
akurat. Dari hasil pengamatan mikroskop tersebut dapat
digunakan diantaranya castable resin, hardener, kovac
dihitung ukuran, bentuk dan distribusi fasa dan juga
(TiO2), zat etsa, dan alkohol. Untuk etsa dibagi menjadi 2
didapat matriks mikrostruktur[2].
yaitu etsa kimia dan elektro etsa. Pada elektro etsa
Jika berdasarkan sifat struktur yang diamati, dapat
digunakan untuk Stainless Steel (SS), alat dan bahan
dibagi menjadi mikroskop optik (1000x), mikroskop
yang digunakan yaitu alat elektro etsa (power supply,
SEM (hingga 50.000x) dan mikroskop TEM (hingga
penjepit), zat etsa yang sesuai dengan material, air dan
500.000x)
alcohol. Zat etsa yang digunakan untuk Alumunium
Pada metalografi, perlu dilakukan beberapa langkah
adalah Keller, untuk Cu-Zn adalah Ferric Chloride, untuk
untuk bisa mendapatkan mikrostruktur yang bisa diamati.
Fe digunakan Nital. Pada pengujian Jominy, alat dan
Langkah berikut merupakan langkah dasar yang layak
bahan yang digunakan diantaranya batang baja sebagai
untuk preparasi spesimen yang meliputi: documentation,
benda uji, furnace, keran air dengan tekanan, rak
sectioning and cutting, mounting, planar grinding, rough
pengujian jominy, mesin amplas dan kertas amplas, alat
polishing, final polishing, etching, microscopic analysis,
uji kekerasan Rockwell dan mikrostruktur jejak.
dan hardness testing.[3]
Pada sampel perlakuan panas alat dan bahan yang
Sampel yang didapatkan sudah melalui proses
digunakan yaitu sampel Fe A36, furnace, penjepit, dan
sectioning and cutting, untuk bagian documentation pada
media quenching air. Lalu diuji kekerasan dengan alat uji
bagian awal juga tidak dilakukan.
Vickers.
Heat treatment merupakan proses perlakuan panas
Semua sampel yang ada, yaitu Al rolled, CuZn cast,
yang dilakukan pada suatu logam. Perlakuan panas ini
Al SS304, Fe Nodular, Fe A36 heat treatment dan sampel
adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mendapatkan
Jominy Baja S45C, disediakan oleh CMPFA (The Center
sifat mekanik logam yang berbeda. Sifat logam berubah
for Material Processing and Failure Analysis. Semua
dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses
bahan disediakan oleh Departemen Teknik Metalurgi dan
pemanasan serta rekayasa laju pendinginan yang diatur
Material FTUI yang meliputi bahan untuk etching dan
sedemikian rupa untuk mikrostruktur yang diinginkan.
untuk membuat kovac.
Sehingga pada akhirnya mendapatkan sifat material yang
diinginkan. Secara umum, proses heat treatment adalah
sebagai berikut: 2.1 Pengamatan Mikrostruktur
1. Pemanasan material sampai suhu tertentu
dengan kecepatan tertentu Untuk pengujian metallografi ini diperlukan mounting
2. Mempertahankan suhu (holding time) dengan karena sampel yang digunakan berukuran kecil sehingga
waktu tertentu agar temperature merata sulit untuk dipegang. Sampel yang kami amati di-
mounting oleh kelompok 7, sedangkan kami membuat
mounting untuk kelompok 8. Hasil mounting kami temperatur 510oC, temperatur ditahan selama 10 menit
mempunyai beberapa kecacatan. Yang pertama adalah yang merupakan variable yang sudah ditentukan. Lalu,
soft mount, yang kedua adalah cracking, dan yang ketiga sampel kembali dipanaskan hingga mencapai temperatur
adalah bubbles Kecacatan ini terjadi karena hardener akhir atau austenisasi, yaitu 850oC. Hal ini membutuhkan
tidak tersebar merata dan pengadukan hardener terlalu waktu selama 34 menit. Setelah mencapai temperatur
cepat. austenisasi, temperatur ditahan selama 60 menit.
Sampel-sampel untuk pengujian ini antara lain Al Sehingga total waktu yang digunakan adalah 153 menit.
Roll, Cu-Zn cast, Stainless Steel 304, Fe A36 (Heat- Setelah dilakukan pemanasan, sampel Jominy
treatment) Fe Cast Nodular, dan Jominy Bar (S45C). dikeluarkan menggunakan alat penjepit yang memiki
Tahap pertama persiapan sampel untuk mengamati bahan dasar baja yang selanjutnya ditaruh ke rak Jominy.
mikrostruktur material adalah pemotongan sampel yang Pad arak Jominy, salah satu ujung dari bagian sampel
bertujuan untuk memfokuskan daerah yang ingin diamati. Jominy langsung di-quench menggunakan air dan
Kemudian sampel di mounting untuk memudahkan didiamkan sekitar selama setengah jam untuk
penanganan sampel yang berukuran kecil dan tidak memastikan spesimen uji berada pada suhu
beraturan sehingga sampel tidak rusak. Mounting yang memungkinkan untuk dipindahkan.
digunakan adalah material plastic sintetik castable resin. Setelah spesimen dingin, dilakukan proses amplas
Kemudian sampel diamplas dengan cara menggosokan pada salah satu sisi spesimen dengan amplas grit 80,
sampel ke kertas amplas SiC dimulai dari grit kecil kemudian naik ke grit yang lebih halus. Setelah terlihat
hingga yang besar. Untuk mengghilangkan bekas goresan rata, barulah sampel siap untuk dilakukan pengujian
akibat pengamplasan sampel dipoles menggunakan kain kekerasan.
bludru dan kovac (TiO2). Tahap terakhir sebelum diamati Setelah itu, sampel kami diuji kekerasannya
dibawah mikroskop adalah dietsa. Etsa merupakan proses menggunakan metode indentasi, yaitu Rockwell C.
penyerangan batas butir secara selektif. Etsa yang Lalu, sampel baja S45C kami akan dibandingkan
digunakan sesuai dengan materialnya. Khusus untuk SS dengan sampel kelompok 9. Namun, perlakuan panas
304 yang sulit jika dietsa secara kimia, digunakan metode pada sampel Jominy untuk kelompok 8 dan 9, memiliki
elektro etsa menggunakan larutan etsa oksalat dan variable perlakuan panas yang sama. Maka dari itu, akan
tegangan sebesar 7,2 volt selama 7 menit. Pertama-tama kami bandingkan nilai kekerasan pada kedua spesimen.
dimulai dengan menuangkan larutan etsa oksalat ke Diagram proses perlakuan panas untuk ujung sampel
wadah, kemudian sampel SS 304 diletakkan ke wadah yang terkena media quench dapat dilihat pada Gambar 1,
tersebut, dan ujung elektroda positifnya diposisikan yaitu diagram temperatur (oC) vs waktu (menit).
secara perlahan diatas permukaan sampel. Selanjutnya,
power supply dihidupkan dan diatur tegangan 7,3 volt.
Kemudian ujung elektroda negatifnya diposisikan diatas
sampel tanpa menyentuh permukaan sampel, hingga
muncul gelembung-gelembung. Setelah semua proses
dilakukan, sampel kemudian diamati dibawah
mikrostruktur optik.
3.1.3 SS 304
Gambar 10. Mikrostruktur Fe Grey dengan perbesaran 100x Gambar 12. Mikrostruktur hasil perlakuan panas Fe A36
dengan perbesaran 1000x.
3.1.5 Fe A36 Heat Treatment Dapat dilihat dari gambar mikrostruktur yang ada, ada
Fe A36 merupakan baja hypoeutectoid. Baja ini dikatakan sedikit struktur yang berbentuk jarum atau tajam. Fasa
hypoeutectoid karena memiliki kadar karbon yang yang berwarna hitam tersebut merupakan -Fe
rendah, yaitu 0,29%. Baja ini tergolong mild steel dengan supersaturated oleh karbon. Dari Gambar 12 dapat
komposisi atau unsur kimianya sebagai berikut: 0,10% terlihat lingkatan besar berwarna hitam. Bulat hitam di
Mn; 0,10% S; 0,28% Si; 0,2% Cu; dan 0,04% P. spesimen heat treat adalah porositas atau korosi namun
Sampel yang diberikan perlakuan panas dan di- belum dapat dijelaskan karena tidak melakukam uji
quench ini diharapkan akan membentuk fasa martensite. komposisi
Fasa martensite ini akan diperoleh dari proses quenching
yang dilakukan setelah proses perlakuan panas dengan 3.2 Pengujian Jominy
media quench-nya adalah oli.
Fasa martensite tidak terbentuk karena berbagai Setelah melewati proses preparasi sampel, sampel Jominy
faktor. Faktor pertama yang menyulitkan untuk siap untuk dilakukan uji kekerasannya yang dapat dilihat
membentuk fasa martensite adalah jumlah paduan sebagai kemampukerasan dari material tersebut.
karbon. Pada Fe A36, komposisi karbon sedikit sehingga Kekerasannya diuji dengan metode Rockwell C. Jarak
fasa martensite sulit terbentuk. Faktor lainnya adalah pertama dari media quench adalah 10mm. Selanjutnya,
media quench yang digunakan. Karena menggunakan jarak interval penjejakan juga 10mm. Data kekerasan
media quench oli, pendinginan lambat sehingga tidak diperoleh dan dapat dilihat pada Tabel 1. Dwell time atau
terbentuk fasa martensite. Fasa martensite dapat dilihat waktu tunggunya adalah selama 5 detik. Dengan metode
dari struktur yang berbentuk jarum. Struktur mikro dari Rockwell C, digunakan indentor spheroconical diamond
sampel Fe A36 heat treatment dapat dilihat pada Gambar dengan preliminary force atau beban minor sebesar
11 dan Gambar 12. 10kgf. Beban mayor yang diberikan adalah sebesar
150kgf.
Nilai
Jarak(mm) Kekerasan
(HRC)
10 24
20 18,7
30 12,7
40 10,8
50 7,6
Kemudian, data tersebut dapat di terjemahkan ke holding time saat proses austenisasi. Pada spesimen
dalam bentuk diagram garis. Diagram tersebut dapat kelompok 8 dilakukan perlakuan panas dengan holding
dilihat pada Gambar 5. time selama 30 menit sedangkan pada kelompok 9
dilakukan proses yang sama dengan holding time selama
50 menit.
Berdasarkan literatur, lama waktu holding time
pada saaat proses austenisasi dapat memengaruhi ukuran
butir. Hal ini sesuai dengan proses rekristalisasi dimana
pada pemanasan material diatas suhu rekristalisasi dalam
waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan peristiwa
pertumbuhan butir.[lit]
Pengaruh dari durasi holding time dapat dilihat pada
Gambar 12, dan Gambar 13. Keduanya mengalami
perlakuan panas yang berbeda. Gambar 12 merupakan
gambar mikrostruktur spesimen kelompok 8 dan
Gambar 13 merupakan gambar mikrostruktur spesimen
Gambar 11. Diagram hasil uji kekerasan jarak (mm) vs nilai kelompok 9 yang mengalami durasi holding time lebih
kekerasan (HRC) pada sampel Jominy. lama. Dapat dibandingkan kedua gambar bahwa ukuran
butir pada spesimen kelompok 9 memiliki ukuran yang
Dari jarak 5mm pertama sudah dapat disimpulkan lebih besar dibandingkan spesimen kelompok 8.
bahwa fasa martensite sudah tidak mencapai 100% pada
jarak tersebut. Pada hakikatnya, untuk mencapai 100%
fasa martensite dibutuhkan minimal nilai kekerasan 50
HRC[9]. Meskipun demikian, diagram yang kami
dapatkan pada pengujian Jominy ini dapat dikatakan
memiliki data yang belum sesuai dengan literatur.
Data yang tidak sesuai denga literatur ini dikarenakan
selama proses preparasi sampel dilakukan dengan baik
dan benar. Meskipun pada prosesnya terjadi kendala.
Kendala tersebut terjadi pada saat mengeluarkan sampel
dari furnace menuju ke rak Jominy. Saat ingin mengambil
specimen dari furnace praktikan mengalami kesulitan saat
akan mengambil specimen sehingga terjadi penundaan
terhadap waktu pengeluaran specimen dari dapur
pemanas menuju lokasi proses quenching. Sehingga,
diperlukan beberapa waktu untuk menunggu hingga
sampel langsung bisa di-quench dengan air. Hal ini Gambar 12 Mikrostruktur hasil perlakuan panas Fe A36
kelompok 8 pada perbesaran 500x
mengakibatkan terjadi pendinginan sementara dari udara
dan penjepit yang mengakibatkan terjadinya fenomena
transfer (perpindahan energi). Karena hal tersebut,
kekerasan yang dicapai menjadi kurang maksimal.
Meskipun kekerasannya kurang maksimal, data uji
kekerasan menunjukkan data yang baik. Hal ini sesuai
dengan teori yang terdapat pada ASTM A255, yang
menyatakan bahwa grafik kemampukerasan memiliki
kecenderungan untuk menurun seiring bertambahnya
jarak.
Dapat disimpulkan bahwa baja S45C memiliki
kemampukerasan yang cukup baik, karena diagram
menunjukkan garis yang landai dan hal ini menunjukan
bahwa distribusi terbentuknya fasa martensit tidak
timpang antara kedua ujung spesimen.
3.3 Pengaruh Perlakuan Panas Gambar 13 Mikrostruktur hasil perlakuan panas Fe A36
kelompok 9 pada perbesaran 500x
Pengaruh dari perlakuan panas dapat ditinjau dengan
berbagai variabel. Misalnya dengan mengubah
temperatur pre-heat, temperatur akhir, holding time Sedangkan untuk melakukan perbandingan terhadap spesimen
austenisasi, atau mengganti media quench. yang tidak diberikan perlakuan panas terlihat pada Gambar 14.
Pada pengujian spesimen ini diketahui bahwa variabel Terlihat bahwa material yang tidak melalui proses perlakuan
panas memiliki mikrostruktur yang berbeda dengan spesimen
kerja yang akan dibandingkan ialah perbedaan waktu kelompok 8 dan 9 yang mengalami proses perlakuan panas.
Dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan pada fasa yang Metode kedua dilakukan dengan menghitung masing-
terbentuk serta ukuran butir. Terlihat terbentuknya fasa berbeda masing nilai HV pada setiap percobaan pengujian
pada spesimen yang mengalami perlakuan panas. Fasa tersebut Vickers. Dari cara ini akan didapatkan tiga nilai HV yang
adalah fasa martensite yang terbentuk akibat proses perlakuan kemudian akan dicari rata-ratanya. Rata-rata tersebut
panas quenching oli pada spesimen kelompok 8 dan 9.
adalah nilai HV yang dicari. Perhitungan metode kedua
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengolahan data uji Vickers dengan metode dua.
Jarak Rata-
Diagonal HV
(m) rata
D1h 35.5
32.5 526.693
D1v 29.5
D2h 34
32.25 534.8909
D2v 30.5
D3h 32.5
32.25 534.8909
D3v 32
Rata-rata HV 532.1582
Lingkaran 1 2 3
Ninside 147 155 144
3.5 Analisis Metalografi Kuantitatif
Nintercept 68 76 66
Metode yang digunakan untuk mengetahui besar ukuran NA 1448 1544 1416
dari butir Fe A36 yang tidak diberikan perlakuan panas
adalah Jeffries planimetri. Cara penghitungannya adalah G 7.546073163 7.638686317 7.513832128
dengan memberikan lingkaran pada suatu gambar Gavg 7.566197202
mikrostruktur yang setidaknya memiliki jumlah 50 butir.
Lalu, dihitung butir yang ada di dalam lingkaran dan Setelah didapatkan G rata-rata dari semua lingkaran,
memotong lingkaran. Setelah didapat kedua data tersebut, dapat ditentukan nilai n. Nilai n adalah jumlah butir per
dimasukkan ke rumus metode Jeffries. Ada beberapa inci kuadrat pada perbesaran 100x.
rumus yang perlu diperhatikan, f adalah rumus Jeffries
multiplier, M adalah magnification pada gambar n = 2G-1
mikrostruktur, NA adalah rumus grain number per mm2, Nilai dari n adalah 94.76. Hal ini menyatakan bahwa
Ninside adalah jumlah butir di dalam lingkaran, Nintercept terdapat 95 butir/inci2 pada perbesaran 100x.
adalah jumlah butir yang menyinggung lingkaran, dan G
adalah ASTM grain size number.
4. Kesimpulan
2
f = M / 5000
Pada sampel Al Rolled didapatkan hasil yang sesuai
NA = f (Ninside + (Nintercept/2)) dengan literatur yang mana bentuk butirnya terlihat
memanjang searah dengan pemberian beban rollnya. Jika
G = (3.322log10NA) 2.954 dibandingkan dengan Al 7xxx, bentuk butir Al 7xxx
adalah equiaxed, dan tidak memanjang seperti bentuk
Kami menggunakan tiga lingkaran untuk dihitung, butir Al Rolled. Pada sampel Cu-Zn Cast bentuk butir
lalu dicari rata-rata untuk mendapatkan data yang sesuai pada literatur yang mana bentuknya bulat dan
memiliki error kecil. Tiga lingkaran pada gambar dapat besar tetapi masih ada scratch yang dikarenakan kurang
dilihat pada Gambar 15. Gambar yang kami gunakan sempurnanya pengamplasan dan pemolesan, dan
memiliki perbesaran 200x yang berarti nilai M adalah sedangkan jika dibandingkan dengan Cu-Zn Roll
200. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa nilai f memiliki butir yang memanjang dikarenakan rolling
adalah 8. Setelah itu, akan memiliki perbedaan nilai dari tersebut. Pada sampel Ss 304 dapat dilihat bahwa hasil
NA karena setiap lingkaran memiliki Ninside dan Nintercept yang didapat pada percobaan ada yang sesuai dan ada
yang berbeda. yang tidak sesuai dengan literatur. Kesesuaian dapat
dilihat dari bentuk butir yang didapat pada pengamatan
berukuran besar yang merupakan ciri atau karakterisktik
dari austenitic stainless steel. Sedangkan perbedaan yang
signifikan dapat dilihat dari adanya jumlah bulatan hitam
yang teramati pada sampel lebih banyak dengan apa yang
ada pada literatur. Bulatan hitam itu sendiri dapat
disebabkan oleh berbagai macam hal seperti holes,
microcrack ataupun iklusi. Pada sampel Fe A36 setelah
melalui perlakuan panas mulai dari dipanaskan hingga
suhu austenisasi hingga diquench, hasil yang kami dapat
tidak sama dengan literatur karena tidak ditemukan fasa
martensite adalah butir yang berbentuk jarum, dimana
sesuai dengan literatur yang seharusnya butirnya
berbentuk jarum dikarenakan fasa yang terbentuk adalah
martensite. Hal ini terjadi karena komposisi karbon pada
Fe A36 sedikit dan media quench yang digunakan adalah
Gambar 15. Mikrostruktur Fe A36 non-heat treatment dengan media oli. Pada sampel ini juga diuji kekerasan
perbesaran 200x untuk perhitungan metalografi kuantitatif. menggunakan uji Vickers yang mana hasilnya jika
dibandingkan dengan sampel Fe A36 yang di quench
Hasil perhitungan Ninside, Nintercept, NA, dan G pada setiap dengan media air dan dengan sampel Fe A36 yang tidak
lingkaran dapat dilihat pada Tabel 5. diberikan perlakuan panas. Nilai kekerasan dalam HRC
sampel media quench air lebih besar dibandingkan
dengan media quenching oli. Namun, Fe A36 yang tidak
diberikan perlakuan panas tidak mengalami penambahan
kekerasan yang menghasilkan nilai kekerasannya paling
kecil diantara yang lain. Untuk sampel jominy yang juga
telah melalui perlakuan panas, setelah dipreparasi sampel
juga dihitung besar kekerasannya menggunakan uji
Rockwell dan hasilnya adalah titik terdekat dengan media
quench memiliki kekerasan tertinggi daripada titik
selanjutnya. Hal ini sesuai dengan literature dimana
semakin jauh dari media quench maka nilai kekerasannya
menurun.
5. Referensi
1. http://www.mediabelajar.info/2012/12/sifat-sifat-
bahan-dan-kegunaannya.html
2. https://www.leica-microsystems.com/science-
lab/metallography-an-introduction/
3. Zipperian, DC, Metallographic Specimen Preparation
Basic, Pace Technology.
http://www.metallographic.com/Technical/Basics.pdf
4. Rajiv S. Mishra, Mageshwari Komarasamy., Chapter
5: Physical Metallurgy of Al7xxx Alloy, 2016
5. Xinwei Li, Qizhou Cai* , Bingyi Zhao, Yating Xiao,
Bing Li; Effect of nano TiN/Ti refiner addition content
on the microstructure and properties of as-cast Al-Zn-
Mg-Cu alloy; Journal of Alloys and Compounds; vol
675; 2016; 201-210
6. T. konkova, S. Mironov; Grain structure evolution
during cryogenic rolling of alpha brass; Journal of
Alloys and Compounds; vol 629; 2015; 140-147
7. https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=965
8. Si, S, M Si, and Dicky Febriantoro. Pengaruh Jumlah
TDCR 5 Terhadap Sifat Mekanik Dan Struktur Mikro
Pada Pembuatan Besi Cor Nodular FCD 450 ( Produk
Elastic Shoulder ) 450 (n.d.): 17.
9. http://dl.iran-mavad.com/sell/trans/en/Hardness%20of
%20Tempered%20Martensite%20in%20Carbon.pdf
6. Tugas Tambahan
1. Apa saja syarat batas kelarutan pada Precipitation Hardening? Jelaskan dengan Contohnya!
Pada contoh Binary phase diagram Al-Cu terdapat fasa yang terlarut pada temperatur tinggi dalam jumlah yang cukup
besar (min. 3% - 5%) pada label no. 1 sebagai syarat pertama. Syarat kedua adalah kelarutan Al yang terus menurun
ketika temperatur diturunkan sehingga dapat menciptakan presipitat saat larutan tepat telah lewat jenuh saat
pendinginan yang ditunjukan pada label no. 2