Aktivitas antibakteri
Dapus : Suryawiria U. 1978. Mikroba Lingkungan. Ed ke-2. Bandung: Institut Teknologi Bandung
2. Literatur semakin banyak gugus hidroksil (OH) pada senyawa maka kelarutannya dalam air
bertambah.
Dapus : Troy, David B. 2006. Remington: The Science and Practice of Pharmacy. Edisi ke 21.
Philadelphia : Lippincott William & Wilkins.
3. Pemilihan jenis pelarut dilakukan dengan melihat derajat kepolarannya. Untuk mendapatkan
pengekstrak yang baik diperlukan pelarut yang memiliki polaritas yang sama dengan
senyawa yang akan diekstrak karena senyawa polar hanya larut dengan baik dalam pelarut
yang polar begitu pula senyawa non polar dapat larut dengan baik pada pelarut non polar.
Derajat kepolaran suatu senyawa ditentukan oleh tetapan dielektriknya dimana senyawa
yang memiliki konstanta dielektrik yang tinggi akan memiliki polaritas yang lebih tinggi.
(Kealey dan Haines, 2002)
Pelarut dengan nilai konstanta dielektrik yang tinggi ( r > 10 ), seperti air dan ethanol,
dikenal sebagai pelarut polar, digunakan untuk pembentukan dan pemisahan ion-ion
dalam larutannya, dan jika nilai r sekitar 2, seperti dietil eter, tetraklorometan, dan heksan,
adalah pelarut non polar (Kealey dan Haines, 2002)
Dapus : Kealey, D dan Haines, P.J. 2002. Instant Notes : Analytical
Chemistry. 2002. UK: BIOS Scientific Publishers Limited.
Kellner, R. 2004. Analytical Chemistry : A Modern Approach to Analytical Science
Second Edition. 2004. Weinheim : Willey-VCH Verlag GmbH & Co.
3.
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut(solute), untuk larut dalam
suatu pelarut (solvent. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut padakesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan
perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih
dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang
terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam
air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan
padasenyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak
ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk
menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kelarutan
Secara kuantitatif,kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai suatu konsentrasi zat terlarut di dalam larutan
jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat
melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gr asam salisilat akan larut dalam 550 ml air. Suatu kelarutan juga
dapat dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen. Pelepasan zat aktif dari suatu bentuk
sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1. PH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel zat
5. Konstanta dielektrik pelarut
adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks, ion sejenis dll.
1. Pengaruh pH
Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan umumnya adalah Zat organik yang
bersifat asam lemah, dimana kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH pelarutnya. Kelarutan asam-asam
organik lemah seperti barbiturat dan sulfonamide dalam air akan bertambah dengan naiknya pH karena
terbentuk garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organik lemah seperti alkoholida dan
anastetika lokal pada umumnya sukar larut dalam air. Bila pH larutan diturunkan dengan penambahan asam
kuat maka akan terbentuk garam yang mudah larut dalam air.
http://ahmad-my-farmasi07.blogspot.com/2009/09/laporan-kelarutan-farfis.html