Anda di halaman 1dari 6

Rahasia Teknik Multiple Time-Frame Analysis (1)

24/03/15, 17:45 WIB/in Forex trading, Strategi Forex /by Eko Trijuni

Beberapa waktu terakhir ini banyak pertanyaan dari para trader mengenai metode multiple
time-frame analysis dalam forex trading. Memang selama ini kami selalu mengarahkan
untuk mempelajari single time-frame analysis saja dulu, terutama untuk para trader pemula.
Bukan apa-apa, semata karena kami khawatir penjelasan yang tidak singkat untuk multiple
time-frame analysis justru akan membuat semakin bingung. Terbukti kemudian ada yang
mencampuradukkan pembacaan chart H1 (hourly) dengan M5 (5 minutes) dengan logika
yang dipaksakan. Ah, sudahlah tak usah dibicarakan di sini. Nanti malah tambah pusing.

Namun, keberadaan metode multiple time-frame analysis memang tidak bisa dinafikan.
Bahkan sebenarnya bisa membantu seorang trader untuk menemukan level-level support dan
resistance yang kuat. Ketika pertanyaan yang muncul pun semakin beruntun, akhirnya saya
memutuskan untuk menulis artikel tentang metode tersebut. Dalam artikel ini, kita akan
membahas mengenai apa itu multiple time-frame analysis, bagaimana memilih periode yang
tepat dan bagaimana cara menggabungkannya.

Siapkan teh hangat dan cemilan favorit Anda. Topik ini akan kita bahas dalam dua tulisan.
Inilah bagian yang pertama. Here we go.

Apa Sih Sebenarnya Multiple Time-Frame Analysis?


Untuk mempermudah penyebutan, mari kita singkat saja multiple time-frame analysis
menjadi MTFA. Oke? Soalnya agak ribet juga mengetikkan istilah yang panjang berulang-
ulang.

MTFA melibatkan beberapa time-frame (selanjutnya kita sebut sebagai TF) untuk currency
pair yang sama. Memang tidak ada batasan baku mengenai berapa banyak TF yang boleh
dipergunakan, namun ada semacam panduan yang perlu Anda ikuti.

Penggunaan tiga TF yang berbeda biasanya cukup bisa memberikan outlook pasar yang
cukup luas. Jika terlalu sedikit TF yang digunakan, maka informasi yang akan Anda dapatkan
pun kurang. Sebaliknya jika terlalu banyak, justru analisanya cenderung akan kebablasan
sehingga menjadi tidak sesuai dengan gaya trading Anda.

TF yang medium, atau yang pertengahan, harus pertama kali ditetapkan sebagai patokan
berapa lama (rata-rata) transaksi akan dibiarkan terbuka. Nah, dari situ baru melangkah ke TF
yang lebih pendek (short), yang haruslah setidaknya seperempat dari TF yang pertengahan
tadi.

Jadi, jika TF pertengahan adalah H1 (hourly) alias 60 menit-an, maka TF yang short
haruslah M15 (15-minutes).

Dengan perhitungan yang sama, TF yang panjang (long) setidaknya harus empat kali lebih
besar daripada TF yang medium tadi. Nah, karena tadi TF medium adalah H1, maka TF
yang long haruslah H4.
Aturan-aturan tersebut di atas dalam MTFA dikenal dengan nama aturan angka empat.

Nah, untuk contoh ini, sekarang kita sudah punya tiga TF, yaitu:

M15, kitas sebut saja sebagai TF short

H1, kita sebut sebagai TF medium

H4, kita beri namaTF long

Sangat penting memilih TF yang tepat. Seorang trader jangka panjang yang biasa
membiarkan posisinya terbuka selama misalnya sebulan, sebaiknya tidak mempergunakan
kombinasi TF di atas. Ia mungkin akan lebih baik mempergunakan kombinasi lain misalnya
Daily (D1), Weekly (W1) dan Monthly (MN). Kombinasi dalam contoh di atas lebih tepat
untuk dipergunakan oleh trader jangka pendek atau day trader.

TF Long
Setelah Anda membekali diri dengan dasar menetapkan TF dalam MTFA, sekarang waktunya
untuk menerapkannya dalam forex trading. Dengan metode ini, umumnya lebih baik
memulai dari TF jangka panjang (TF long). Dengan mengamati TF long, Anda akan bisa
menemukan trend yang paling dominan.

Nah, untuk membuka posisi, jangan pergunakan TF long sebagai sinyal. TF long hanya
dipergunakan untuk menentukan trend umumnya saja, jadi posisi yang dibuka nanti harus
searah dengan trend yang terlihat di TF long ini. Namun bukan berarti bahwa Anda sama
sekali tidak boleh membuka posisi yang berlawanan dengan trend di TF long, namun
sebaiknya selalu ingat konsep the trend is your friend. Tentu saja posisi yang berlawanan
dengan trend umum akan memiliki peluang kesuksesan yang lebih rendah dibandingkan
posisi yang searah dengan trend umum.

TF Medium
Di TF Medium, Anda akan bisa melihat liukan-liukan pergerakan dengan lebih jelas daripada
di TF Long. Di TF Medium inilah Anda nanti bisa menentukan kira-kira kapan akan
membuka posisi. Petunjuk di TF Medium ini nanti akan diperinci lagi di TF yang lebih
rendah, yaitu TF Short.

Dalam perkembangan teknik trading, seringkali justru di TF Medium Anda akan


mendapatkan petunjuk dini mengenai kemungkinan reversal (pembalikan arah).

TF Short
Nah, di TF inilah nanti Anda harus mencari sinyal entry (buy atau sell). Ini karena fluktuasi
yang terjadi bisa terlihat lebih jelas sehingga seorang trader nantinya akan bisa mengambil
entry level yang lebih baik. Namun ingat bahwa sinyal yang muncul di TF ini harus searah
dengan trend yang telah diperlihatkan di TF yang lebih besar.
Di bagian ke-2 nanti Anda akan mempelajari cara menerapkan MTFA ini. Bagaimana cara
menggabungkannya, cara membacanya dan mengambil keputusannya

Rahasia Teknik Multiple Time-Frame Analysis (2)


25/03/15, 16:34 WIB/in Forex trading, Strategi Forex /by Eko Trijuni

Di tulisan sebelumnya, kita sudah membahas prinsip dasar metode Multiple Time-Frame
Analysis dalam forex trading. Untuk mempermudah penulisan dan tentunya: pembacaan
kita singkat saja dengan MTFA. Jika Anda belum membaca bagian pertama dari tulisan ini,
saya sarankan untuk mampir sebentar ke link ini: rahasia MTFA bagian-1.

Di bagian ke-2 ini, kita akan membahas cara mempraktekkan MTFA. Ingat bahwa di tulisan
bagian pertama sudah dijelaskan bahwa ada tiga time-frame (TF) yang dipergunakan untuk
menentukan trend jangka panjang, menengah dan pendek. Kita mengistilahkannya dengan
TF Long, TF Medium dan TF Short.

Nah, mari kita mulai menerapkannya dalam trading.

Menggabungkan Ketiga TF
Kombinasi tiga TF untuk menganalisa sebuah currency pair, diharapkan akan mempermudah
Anda mencari petunjuk entry level yang terbaik. Perhatikan tanda kutip yang mengapit kata
terbaik. Sebenarnya tidak ada level yang terbaik, karena sejatinya kita tidak akan pernah
tahu kapan persisnya harga akan berhenti di suatu level. Namun kita bisa mengusahakan
untuk mencari harga yang semurah mungkin jika ingin buy, atau yang semahal mungkin jika
ingin sell. Jadi, istilah terbaik di sini hanya untuk mengupayakan agar kita tidak terlalu
cepat atau justru terlambat mengambil keputusan.

Dengan MTFA, analisa yang dilakukan bersifat top-down. Artinya Anda harus melihat TF
yang paling besar dulu, baru kemudian bertahap turun ke TF yang lebih kecil. Sebagai
contoh, jika TF Long memperlihatkan uptrend namun TF Medium dan TF Short
memperlihatkan downtrend, maka Anda perlu berhati-hati jika ingin membuka posisi sell.

Ingat-ingat terus bahwa the trend is your friend. Dalam hal ini, TF Long-lah yang jadi
patokan. Maka, sebagai siasat perang-nya Anda sebaiknya menunggu hingga TF yang lebih
kecil mengkonfirmasi trend di TF yang lebih besar.

Oke, Lalu Bagaimana Prakteknya?


Untuk memperjelas apa yang saya tuliskan di atas, yuk kita lihat contoh berikut.
Chart di atas adalah EUR/USD di TF H4, sebagai TF Long-nya. Misalnya Anda ingin
memanfaatkan pergerakan dari mid-term trend yang terlihat, yaitu uptrend (perhatikan
trendline merah). Nah, sekarang Anda sudah mendapatkan trend yang Anda inginkan dan
tentunya sudah menetapkan bahwa posisi yang Anda incar adalah buy.

Selanjutnya, bergeserlah ke TF Medium yaitu TF H1. Anda akan melihatnya seperti gambar
di bawah ini:

Di chart H1, Anda juga melihat bahwa harga masih bergerak dalam uptrend. Trendline tebal
berwarna merah yang berada di bawah adalah trendline yang ditarik di chart H4 tadi. Anda
boleh menarik trendline lagi di chart H1 ini, sebagai accelerating trendline. Pada gambar di
atas, Anda bisa melihatnya sebagai garis putus-putus berwarna merah.
Perhatikan bahwa stochastic dan CCI masih berada dalam kondisi overbought di chart H1.
Maka untuk membuka posisi buy, Anda perlu menunggu hingga keduanya setidaknya berada
dalam kondisi oversold. Akan lebih baik jika entry level berada setidaknya di area trendline
putus-putus atau di area trendline yang tebal (yang ditarik di chart H4).

Jika misalnya harga telah berada di area trendline, atau stochastic dan CCI telah
memperlihatkan indikasi oversold, barulah kemudian Anda bisa bergeser ke TF yang paling
kecil, yaitu TF M15 sebagai TF Short-nya.

Gambar di atas merupakan tampilan TF M15 untuk EUR/USD dalam contoh kasus kita kali
ini. Jika Anda perhatikan, di TF yang terkecil ini mungkin Anda tidak akan bisa melihat trend
secara jelas. Tak mengapa, karena TF yang terkecil ini fungsinya bukan lagi untuk melihat
trend melainkan mem-filter sinyal entry. Ketika di TF H1 sudah ada indikasi oversold, Anda
tinggal mengkonfirmasinya dengan mencari sinyal buy di TF M15 ini.

Jika sinyal bullish sudah confirmed, Anda bisa membuka posisi Buy.

Bottom Line
MTFA memang bisa membantu Anda untuk melakukan transaksi tanpa perlu khawatir terlalu
dini atau terlambat masuk atau keluar pasar. Dengan sendirinya, MTFA berpotensi untuk
memberikan entry level yang terbaik karena informasi yang Anda peroleh bisa lebih
lengkap.

Namun jangan lupa bahwa tetap dibutuhkan kejelian dan kehati-hatian dalam melakukan
metode analisa seperti apa pun. Selain itu, sadarilah bahwa tidak ada satu pun metode analisa
yang bebas cacat. Sebagai metode trading, MTFA tentu juga memiliki kelemahan, salah
satunya adalah waktu yang Anda perlukan untuk melakukan analisa tentu akan menjadi lebih
panjang daripada jika Anda menggunakan metode single time-frame analysis.
Kelemahan lain adalah peringatan bagi para pemula, karena seringkali mereka yang
mengalami floating loss mencoba untuk mencari pembenaran di TF yang lebih tinggi,
bahkan sering sampai kebablasan misalnya sampai ke TF Daily, padahal ia day trader.
Bahkan dalam kaidah MTFA pun, hal ini salah.

Contohnya: seorang trader membuka posisi Sell, namun ketika harga naik dan floating loss
yang dialami membesar, ia bukannya melakukan cut-loss namun mencari pembenaran dengan
mengatakan, Ah nggak apa-apa. Di TF MONTHLY masih mentok resistance. Padahal
ia day trader yang semestinya tak pernah membiarkan posisi terbuka lebih dari sehari. Ini
jelas upaya pembenaran yang justru salah.

Intinya, metode apa pun yang Anda pergunakan, tetaplah miliki trading plan yang baku,
termasuk di dalamnya adalah pembatasan resiko.

Anda mungkin juga menyukai