Anda di halaman 1dari 6

1

Rahasia Teknik Multiple Time-Frame Analysis


Beberapa waktu terakhir ini banyak pertanyaan dari para trader mengenai metode “multiple
time-frame analysis” dalam forex trading. Memang selama ini kami selalu mengarahkan untuk
mempelajari single time-frame analysis saja dulu, terutama untuk para trader pemula. Bukan
apa-apa, semata karena kami khawatir penjelasan yang tidak singkat untuk multiple time-
frame analysis justru akan membuat semakin bingung. Terbukti kemudian ada yang
mencampuradukkan pembacaan chart H1 (hourly) dengan M5 (5 minutes) dengan logika
yang dipaksakan. Ah, sudahlah… tak usah dibicarakan di sini. Nanti malah tambah pusing.

Namun, keberadaan metode “multiple time-frame analysis” memang tidak bisa dinafikan.
Bahkan sebenarnya bisa membantu seorang trader untuk menemukan level-level support
dan resistance yang kuat. Ketika pertanyaan yang muncul pun semakin beruntun, akhirnya
saya memutuskan untuk menulis artikel tentang metode tersebut. Dalam artikel ini, kita akan
membahas mengenai apa itu multiple time-frame analysis, bagaimana memilih periode yang
tepat dan bagaimana cara menggabungkannya.

Siapkan teh hangat dan cemilan favorit Anda. Topik ini akan kita bahas dalam dua tulisan.
Inilah bagian yang pertama. Here we go.

Apa Sih Sebenarnya Multiple Time-Frame Analysis?


Untuk mempermudah penyebutan, mari kita singkat saja multiple time-frame analysis menjadi
MTFA. Oke? Soalnya agak ribet juga mengetikkan istilah yang panjang berulang-ulang.

MTFA melibatkan beberapa time-frame (selanjutnya kita sebut sebagai TF) untuk currency
pair yang sama. Memang tidak ada batasan baku mengenai berapa banyak TF yang boleh
dipergunakan, namun ada semacam “panduan” yang perlu Anda ikuti.

Penggunaan tiga TF yang berbeda biasanya cukup bisa memberikan outlook pasar yang
cukup luas. Jika terlalu sedikit TF yang digunakan, maka informasi yang akan Anda dapatkan
pun kurang. Sebaliknya jika terlalu banyak, justru analisanya cenderung akan “kebablasan”
sehingga menjadi tidak sesuai dengan gaya trading Anda.

TF yang “medium”, atau yang pertengahan, harus pertama kali ditetapkan sebagai patokan
berapa lama (rata-rata) transaksi akan dibiarkan terbuka. Nah, dari situ baru melangkah ke
TF yang lebih pendek (short), yang haruslah setidaknya seperempat dari TF yang
pertengahan tadi.

Jadi, jika TF pertengahan adalah H1 (hourly) alias 60 menit-an, maka TF yang “short”
haruslah M15 (15-minutes).

Dengan perhitungan yang sama, TF yang “panjang” (long) setidaknya harus empat kali lebih
besar daripada TF yang “medium” tadi. Nah, karena tadi TF medium adalah H1, maka TF
yang “long” haruslah H4.

Aturan-aturan tersebut di atas dalam MTFA dikenal dengan nama “aturan angka empat”.

Nah, untuk contoh ini, sekarang kita sudah punya tiga TF, yaitu:
2

- M15, kitas sebut saja sebagai TF short

- H1, kita sebut sebagai TF medium

- H4, kita beri nama TF long

Sangat penting memilih TF yang tepat. Seorang trader jangka panjang yang biasa
membiarkan posisinya terbuka selama – misalnya – sebulan, sebaiknya tidak
mempergunakan kombinasi TF di atas. Ia mungkin akan lebih baik mempergunakan
kombinasi lain misalnya Daily (D1), Weekly (W1) dan Monthly (MN). Kombinasi dalam contoh
di atas lebih tepat untuk dipergunakan oleh trader jangka pendek atau day trader.

TF Long
Setelah Anda membekali diri dengan dasar menetapkan TF dalam MTFA, sekarang waktunya
untuk menerapkannya dalam forex trading. Dengan metode ini, umumnya lebih baik memulai
dari TF jangka panjang (TF long). Dengan mengamati TF long, Anda akan bisa menemukan
trend yang paling dominan.

Nah, untuk membuka posisi, jangan pergunakan TF long sebagai sinyal. TF long hanya
dipergunakan untuk menentukan trend umumnya saja, jadi posisi yang dibuka nanti harus
searah dengan trend yang terlihat di TF long ini. Namun bukan berarti bahwa Anda sama
sekali tidak boleh membuka posisi yang berlawanan dengan trend di TF long, namun
sebaiknya selalu ingat konsep “the trend is your friend”. Tentu saja posisi yang berlawanan
dengan trend umum akan memiliki peluang kesuksesan yang lebih rendah dibandingkan
posisi yang searah dengan trend umum.

TF Medium
Di TF Medium, Anda akan bisa melihat liukan-liukan pergerakan dengan lebih jelas daripada
di TF Long. Di TF Medium inilah Anda nanti bisa menentukan kira-kira kapan akan membuka
posisi. Petunjuk di TF Medium ini nanti akan diperinci lagi di TF yang lebih rendah, yaitu TF
Short.

Dalam perkembangan teknik trading, seringkali justru di TF Medium Anda akan mendapatkan
petunjuk dini mengenai kemungkinan reversal (pembalikan arah).

TF Short
Nah, di TF inilah nanti Anda harus mencari sinyal entry (buy atau sell). Ini karena fluktuasi
yang terjadi bisa terlihat lebih jelas sehingga seorang trader nantinya akan bisa mengambil
entry level yang lebih baik. Namun ingat bahwa sinyal yang muncul di TF ini harus searah
dengan trend yang telah diperlihatkan di TF yang lebih besar.

Di tulisan sebelumnya, kita sudah membahas prinsip dasar metode Multiple Time-Frame
Analysis dalam forex trading. Untuk mempermudah penulisan – dan tentunya: pembacaan –
kita singkat saja dengan MTFA. Jika Anda belum membaca bagian pertama dari tulisan ini,
saya sarankan untuk mampir sebentar ke link ini: rahasia MTFA bagian-1.

Di bagian ke-2 ini, kita akan membahas cara mempraktekkan MTFA. Ingat bahwa di tulisan
3

bagian pertama sudah dijelaskan bahwa ada tiga time-frame (TF) yang dipergunakan untuk
menentukan trend jangka panjang, menengah dan pendek. Kita mengistilahkannya dengan
TF Long, TF Medium dan TF Short.

Nah, mari kita mulai menerapkannya dalam trading.

Menggabungkan Ketiga TF
Kombinasi tiga TF untuk menganalisa sebuah currency pair, diharapkan akan mempermudah
Anda mencari petunjuk entry level yang “terbaik”. Perhatikan tanda kutip yang mengapit kata
“terbaik”. Sebenarnya tidak ada level yang terbaik, karena sejatinya kita tidak akan pernah
tahu kapan persisnya harga akan berhenti di suatu level. Namun kita bisa mengusahakan
untuk mencari harga yang semurah mungkin jika ingin buy, atau yang semahal mungkin jika
ingin sell. Jadi, istilah “terbaik” di sini hanya untuk mengupayakan agar kita tidak terlalu cepat
atau justru terlambat mengambil keputusan.

Dengan MTFA, analisa yang dilakukan bersifat “top-down”. Artinya Anda harus melihat TF
yang paling besar dulu, baru kemudian bertahap turun ke TF yang lebih kecil. Sebagai
contoh, jika TF Long memperlihatkan uptrend namun TF Medium dan TF Short
memperlihatkan downtrend, maka Anda perlu berhati-hati jika ingin membuka posisi sell.

Ingat-ingat terus bahwa “the trend is your friend”. Dalam hal ini, TF Long-lah yang jadi
patokan. Maka, sebagai “siasat perang”-nya Anda sebaiknya menunggu hingga TF yang lebih
kecil mengkonfirmasi trend di TF yang lebih besar.

Oke, Lalu Bagaimana Prakteknya?


Untuk memperjelas apa yang saya tuliskan di atas, yuk kita lihat contoh berikut.

Chart di atas adalah EUR/USD di TF H4, sebagai TF Long-nya. Misalnya Anda ingin
4

memanfaatkan pergerakan dari mid-term trend yang terlihat, yaitu uptrend (perhatikan
trendline merah). Nah, sekarang Anda sudah mendapatkan trend yang Anda inginkan dan
tentunya sudah menetapkan bahwa posisi yang Anda incar adalah buy.

Selanjutnya, bergeserlah ke TF Medium yaitu TF H1. Anda akan melihatnya seperti gambar di
bawah ini:

Di chart H1, Anda juga melihat bahwa harga masih bergerak dalam uptrend. Trendline tebal
berwarna merah yang berada di bawah adalah trendline yang ditarik di chart H4 tadi. Anda
boleh menarik trendline lagi di chart H1 ini, sebagai accelerating trendline. Pada gambar di
atas, Anda bisa melihatnya sebagai garis putus-putus berwarna merah.

Perhatikan bahwa stochastic dan CCI masih berada dalam kondisi overbought di chart H1.
Maka untuk membuka posisi buy, Anda perlu menunggu hingga keduanya setidaknya berada
dalam kondisi oversold. Akan lebih baik jika entry level berada setidaknya di area trendline
putus-putus atau di area trendline yang tebal (yang ditarik di chart H4).

Jika misalnya harga telah berada di area trendline, atau stochastic dan CCI telah
memperlihatkan indikasi oversold, barulah kemudian Anda bisa bergeser ke TF yang paling
kecil, yaitu TF M15 sebagai TF Short-nya.
5

Gambar di atas merupakan tampilan TF M15 untuk EUR/USD dalam contoh kasus kita kali
ini. Jika Anda perhatikan, di TF yang terkecil ini mungkin Anda tidak akan bisa melihat trend
secara jelas. Tak mengapa, karena TF yang terkecil ini fungsinya bukan lagi untuk melihat
trend melainkan mem-filter sinyal entry. Ketika di TF H1 sudah ada indikasi oversold, Anda
tinggal mengkonfirmasinya dengan mencari sinyal buy di TF M15 ini.

Jika sinyal bullish sudah confirmed, Anda bisa membuka posisi Buy.

Bottom Line
MTFA memang bisa membantu Anda untuk melakukan transaksi tanpa perlu khawatir terlalu
dini atau terlambat masuk atau keluar pasar. Dengan sendirinya, MTFA berpotensi untuk
memberikan entry level yang “terbaik” karena informasi yang Anda peroleh bisa lebih
lengkap.

Namun jangan lupa bahwa tetap dibutuhkan kejelian dan kehati-hatian dalam melakukan
metode analisa seperti apa pun. Selain itu, sadarilah bahwa tidak ada satu pun metode
analisa yang “bebas cacat”. Sebagai metode trading, MTFA tentu juga memiliki kelemahan,
salah satunya adalah waktu yang Anda perlukan untuk melakukan analisa tentu akan menjadi
lebih panjang daripada jika Anda menggunakan metode single time-frame analysis.

Kelemahan lain adalah peringatan bagi para pemula, karena seringkali mereka yang
mengalami floating loss mencoba untuk mencari “pembenaran” di TF yang lebih tinggi,
bahkan sering sampai “kebablasan” misalnya sampai ke TF Daily, padahal ia day trader.
Bahkan dalam kaidah MTFA pun, hal ini salah.

Contohnya: seorang trader membuka posisi Sell, namun ketika harga naik dan floating loss
yang dialami membesar, ia bukannya melakukan cut-loss namun mencari pembenaran
6

dengan mengatakan, “Ah… nggak apa-apa. Di TF MONTHLY masih mentok resistance….”


Padahal ia day trader yang semestinya tak pernah membiarkan posisi terbuka lebih dari
sehari. Ini jelas upaya pembenaran yang justru salah.

Intinya, metode apa pun yang Anda pergunakan, tetaplah miliki trading plan yang baku,
termasuk di dalamnya adalah pembatasan resiko.

Anda mungkin juga menyukai