Metod Sap 10 Kelompok 9 Materi Persentasi
Metod Sap 10 Kelompok 9 Materi Persentasi
SAP 10
KELOMPOK 9 :
UNIVERSITAS UDAYANA
PROGRAM REGULER
2015/2016
Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya, jika tidak
diolah. Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena
dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam
memecahkan masalah penelitian.
1
tidak disusun secara sempurna akan menyebabkan kesalahan-kesalahan interpretasi
dan mengganggu kelayakan data.
d. Konsistensi jawaban satu sama lain
Hal lain yang penting untuk diperiksa kembali dalam rangka kerja editing ini adalah
jawaban-jawaban responden yang dicatat oleh pengumpul data cukup logis dan sesuai
antara satu sama lainnya.
e. Keseragaman satuan data
Data harus dicatat dalam satuan-satuan yang seragam. Jika tidak, maka kesalahan-
kesalahan dalam mengola data dan analisis data kemungkinan besar akan terjadi.
Contohnya data mengenai luas tanah ditetapkan dengan ukuran hektar (ha), maka
janganlah kemudian pada daftar pertanyaan dituliskan dalam satuan ukuran yang lain
seperti meter persegi dan lain-lain. Keanekaragaman seperti itu harus dihilangkan
dahulu lewat editing sehingga dengan demikian dapat diperoleh data yang baik dan
siap untuk dimasukkan ke dalam proses analisis.
Proses editing dimulai dengan memberi identitas pada instrumen penelitian yang telah
terjawab. Kemudian memeriksa satu per satu lembaran instrumen pengumpulan data
kemudian memeriksa poin-poin serta jawaban yang tersedia. Apabila pada tahap editing ini
terdapat kejanggalan-kejanggalan yang sangat mengganggu pada instrumen dan data yang
diperoleh, artinya ada beberapa kesalahan atau kekurangan informasi yang sangat
mengganggu, maka peneliti yang bersangkutan harus melakukan tindakan :
1. Dengan cara mengembalikan ke survayor, apabila survay lagi tidak mungkin
dilakukan maka response yang tidak lengkap dapat diganti dengan missing value atau
ditulis tidak menjawab.
2. Menyingkirkan hasil survay dengan jawaban yang tidak lengkap (apabila jumlahnya
kecil dan sampel yang diambil besar).
3. Menyisihkan instrumen tersebut sebagai instrumen yang tak terpakai atau rusak.
4. Melakukan cek silang atau berkonsultasi dengan penelitian lain untuk mengecek
kebenaran data yang terkumpul.
Apabila tindakan pertama yang dilakukan maka secara metodologis akan mengurangi
nilai validitas data karena kadang kala peneliti telah lupa dengan apa yang ditanyakan.
Tindakan kedua dan ketiga dilakukan secara metodologis, maka terpaksa jumlah data harus
berkurang. Kalau kesalahan tersebut terjadi pada satu instrumen saja, mungkin tidak banyak
berarti. Namun, bila kesalahan tersebut terjadi pada beberapa instrumen, tentu memerlukan
pemikiran tertentu. Oleh karena itu untuk menghindari hal tersebut, maka pada setiap
2
pengumpulan data peneliti harus melebihi jumlah sumber data yang digunakan dalam
bilangan tertentu.
Proses editing merupakan proses dimana peneliti melakukan klarifikasi, keterbacaan,
konsisitensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul. Proses klarifikasi menyangkut
memberikan penjelasan mengenai apakah data yang sudah terkumpul akan menciptakan
masalah konseptual atau teknis pada saat peneliti melakukan analisa data. Dengan adanya
klarifikasi ini diharapkan masalah teknis atau konseptual tersebut tidak mengganggu proses
analisa sehingga dapat menimbulkan bias penafsiran hasil analisa. Keterbacaan berkaitan
dengan apakah data yang sudah terkumpul secara logis dapat digunakan sebagai justifikasi
penafsiran terhadap hasil analisa. Konsistensi mencakup ketetapan jenis data berkaitan
dengan skala pengukuran yang akan digunakan. Kelengkapan mengacu pada terkumpulannya
data secara lengkap sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang sudah
dirumuskan dalam penelitian tersebut.
Pada akhir editing, peneliti harus mempertanyakan kembali beberapa hal antara lain :
apakah data yang diperlukan sudah betul-betul lengkap dan jelas untuk dimengerti dan
dipahami, apakah data satu dengan yang lainnya sudah konsisten, seragam, dan memiliki
respons yang sesuai. Bila pertanyaan-pertanyaan tersebut telah terjawab, barulah beralih ke
pekerjaan selanjutnya.
3
Sedangkan untuk jenis kelamin :
1 = Pria dan
2 = Wanita, dsb.
Secara singkat dapat disebutkan bahwa ada dua langkah dalam melakukan coding
yaitu:
a. Menentukan kategori-kategori yang akan digunakan.
b. Mengalokasikan jawaban individual pada kategori-kategori tersebut.
Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
mempercepat pada saat entry data. Entry data, adalah transfer coding data dari kuisioner ke
software. Pengkodean data dilakukan untuk memberikan kode yang spesifik pada respon
jawaban responden untuk memudahkan proses pencatatan data. Dengan data sudah diubah
dalam bentuk angka-angka, maka peneliti akan lebih mudah mentransfer kedalam komputer
dan mencari program perangkat lunak yang sesuai dengan data untuk digunakan sebagai
sarana analisa, misalnya apakah data tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan software
SPSS.
Apabila jawaban berupa angka tersebut terdapat dalam bentuk interval, maka perlu
pengkodean sendiri. Perhatikan contoh berikut ini :
4
b) Pertanyaan dengan jawaban bertingkat
5
b. Cukup baik.
c. Kurang baik, karena tidak layak ditonton anak-anak di bawah umur.
d. Tidak tahu.
e. Dibanding tahun lalu, sinetron seperti itu tahun ini sedikit meningkat.
f. Sinetron seperti itu terlalu sedikit, sehingga membosankan.
g. Perlu penambahan jumlah jam tayang untuk sinetron seperti itu.
h. Tidak memberi jawaban.
Bentuk pengkodean berdasarkan kategori jawaban yang telah dibuat adalah sebagai
berikut :
Setelah seluruh data responden dalam daftar pertanyaan diberi kode, maka langkah
berikutnya adalah menyusun buku kode. Buku kode ini sebagai pedoman untuk
memindahkan kode jawaban reponden dalam kuesioner ke lembaran kode, yang
kemudian juga akan berguna sebagai pedoman peneliti dalam mengidentifikasikan
variable penelitian yang akan digunakan dalam analisis data (membaca tabulasi data).
3. Tabulasi
Proses penghitungan frekuensi yang terbilang di dalam masing-masing kategori
(seperti yang dibahas pada bagian dimuka) disebut tabulasi. Oleh karena itu hasil
penghitungan demikian hampir selalu disajikan dalam bentuk tabel, maka istilah tabulasi
seringkali disebut sebagai proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel. Tabulasi (dalam
arti menyusun data ke dalam bentuk tabel) merupakan tahap lanjutan dalam rangkaian proses
analisis data.
Pada tahap ini dapat dianggap data telah selesai diproses sehingga benarlah kata
sementara orang bahwa tabulasi itu merupakan langkah yang penting artinya, yang dapat
"memaksa data untuk berbicara". Dengan tabulasi, data lapangan akan segera tampak ringkas
dan bersifat rangkuman. Dalam keadaan yang ringkas dan tersusun ke dalam suatu tabel yang
6
baik, data dapat dibaca dengan mudah dan maknanya akan mudah dipahami. Perhatikan tabel
di bawah ini.
Tabel 1
Kategori Frekuensi %
Bersih 164 10,25
Cukup 324 20,25
Kotor 1.052 65,75
Tidak dapat mengatakan 39 2,44
Tak bersedia menjawab 21 1,31
Jumlah 1.600 100,0
Sumber: Data Hipotesis
Dengan memperhatikan Tabel 1 di atas, dengan sekali baca saja akan diketahui bahwa
para warga kota "Y" cenderung memberikan penilaian kotor pada kotanya. Tampak juga
bahwa hampir dua pertiga warga kota "Y" ini memberikan penilaian kotor. Hanya sekitar
sepersepuluh yang menyatakan kota itu bersih. Jumlah yang memberikan penilaian bersih
sekalipun telah ditambah dengan jumlah yang menilai cukup, tidaklah sampai mencapai
separuh dari jumlah yang menilai kotor. Gambaran yang jelas baru dapat diperoleh atau
tampak setelah data selesai dikode dan ditabulasi dan tidak mungkin sebelumnya. Tabulasi
seperti yang dicontohkan di atas adalah tabulasi sederhana. Di sini data disusun dalam bentuk
tabel dengan satu kolom tunggal. Dalam kolom tunggal yang tersusun vertikal dituliskan
frekuensi-frekuensi yang diperoleh. Penulisan dapat dituliskan dengan angka mutlak tetapi
dapat pula dilakukan menurut angka persentasenya. Oleh karena itu, dengan satu kolom
tunggal, penyebaran (distribusi) data di antara seperangkat kategori telah digambarkan secara
lengkap dan jelas.
Di samping data yang sederhana tersebut, tabulasi dapat pula dikerjakan secara
bersilang. Tabulasi silang (cross tabulation) dibuat dengan jalan "memecah" lebih lanjut
setiap kesatuan data dalam setiap kategori, menjadi dua atau tiga (atau mungkin lebih) sub
kesatuan. Pemecahan data demikian dilakukan atas dasar satu kriterium (atau suatu susunan
perangkat kategori) baru yang lain. Dengan demikian, pemecahan atau perincian data akan
berakibat masuknya sub kesatuan itu ke dalam dua struktur kategori sekaligus.
7
Agar lebih jelasnya, perhatikan Tabel 2 yang disusun sebagai hasil suatu tabulasi
silang. Pada Tabel 2 tersebut akan tampak adanya dua perangkat susunan kategori. Satu
perangkat kategori disusun secara vertikal untuk mengklasifikasikan hasil penilaian para
warga kota terhadap kebersihan kota "Y". Satu perangkat lagi ditambahkan data tersusun
secara horisontal, untuk mengklasifikasikan jangka waktu lamanya para warga kota yang
bersangkutan menghuni kota "Y".
Tabel 2
Hasil penilaian warga kota terhadap kotanya menurut lamanya menghuni kota Y
Lama Menghuni
Kategori Jumlah
-5 tahun 5-10 tahun 10 tahun +
Bersih 102 47 15 164
Cukup 72 167 85 324
Kotor 56 334 662 1.052
Tidak dapat mengatakan 12 18 9 39
Tak bersedia menjawab 3 8 10 21
Jumlah 245 574 781 1.600
Sumber: Data Hipotesis
Dari hasil tabulasi silang tersebut tampak bahwa data tidak lagi disusun atas dasar
penyebarannya pada kategori-kategori yang tersusun vertikal saja, tetapi juga atas dasar
penyebarannya pada kategori-kategori yang tersusun horisontal. Dengan kata lain, data yang
semula terorganisir ke dalam satu lajur vertikal tunggal, kini harus dipecah-pecah dan
diorganisir juga ke dalam baris-baris horisontal. Jumlah frekuensi 164, 324, 1.052, 39, dan 21
(yang semula berupa rangkaian kebulatan yang tersusun secara vertikal) kini dipecah menjadi
beberapa subkesatuan yang tersusun secara horisontal. Kelihatan di sini bahwa setiap
pecahan/subkesatuan itu selalu jatuh dan masuk ke dalam dua struktur kategori sekaligus.
Subkesatuan 102 misalnya, tidaklah hanya menunjukkan jumlah (sebagian) orang yang
menilai bersih kota Y, tetapi juga menunjukkan jumlah (sebagian) orang yang bermukim
kurang dari 5 tahun di kota Y. Secara singkat bisa dikatakan bahwa jumlah 102 itu
menunjukkan jumlah orang yang bermukim di kota Y kurang dari 5 tahun yang memberikan
penilaian bersih kepada kotanya. Demikian pula halnya dengan jumlah 334. Jumlah tersebut
8
menunjukkan jumlah orang yang bermukim di kota Y antara 5 sampai 10 tahun yang
memberikan penilaian kotor kepada kotanya. Demikian seterusnya.
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa dari tabel seperti itu orang tidak hanya akan
mengetahui jumlah bulat sekelompok responden yang memenuhi kualifikasi satu kategori
tertentu, akan tetapi juga akan mengetahui perincian proporsinya menurut suatu seni kategori
dari perangkat yang lain.
9
5. Catatan kaki
Catatan kaki dimaksudkan untuk memberi keterangan terhadap singkatan atau ukuran
yang digunakan. Biasanya dengan memberi tanda yang sesuai dengan tanda yang
terdapat dikanan atas singkatan yang digunakan. Tanda yang biasanya dapat berupa
*x dan lain lain. Catatan kaki diletakkan dibawah kiri tabel.
6. Sumber Data
Sumber data diletakkan dibagian kiri bawah (dibawah catatan kaki), sumber ini
mempunyai arti penting bila data yang sajikan berupa data sekunder.
Contoh
Judul Tabel
Catatan Pendahuluan
Judul Judul Jumlah
Kompartemen
Catatan kaki :
Sumber :
JENIS-JENIS TABEL
- Berdasarkan Fungsinya
1. Tabel Sinopsis
Tabel ini berisi semua variabel yang akan dikumpulkan dan ditulis dalam kolom dan
baris dengan urutan yang sama. Contoh :
Variabel-variabel dalam suatu penelitian yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut :
a. Tingkat pendidikan
b. Jenis pekerjaan
c. Jumlah anak
d. Pertolongan persalinan
10
Tabel Sinopsis
1 2 3 4
1
2
3
4
2. Tabel Induk
Tabel ini berfungsi sebagai referensi. Oleh karena itu, tabel induk sering disebut tabel
referensi yang dapat diambil sebagian dan disisipkan dalam laporan penulisan laporan. Pada
tabel induk terdapat semua variabel yang dikumpulkan.
Tabel Induk
Golongan Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan Dsb
Umur Pria Wanita Buruh Tani Dagang SD SMP SMU
Jumlah
3. Tabel Teks
Tabel teks adalah tabel yang menggambarkan beberapa variabel secara rinci. Tabel ini
berguna untuk mengadakan pembahasan lebih mendalam terhadap hasil penelitian,
mengadakan perbandingan antar variabel atau untuk memberikan gambaran tentang adanya
hubungan antara dua variabel.
11
Tabel Teks
Tingkat Jenis Pekerjaan
Pendidikan Buruh Tani Dagang Pengusaha
Tidak sekolah
SD
SMP
SMU
Perguruan
Tinggi
Lain Lain
Jumlah
4. Tabel Kontigensi
Tabel kontigensi disusun berdasarkan banyaknya baris dan kolom. Tabel ini disajikan
untuk memberikan gambaran hasil penelitian. Tabel ini juga banyak digunakan dalam
perhitungan statistic inferensial untuk pengujian hipotesis.
Contoh.
Tabel 2 x 2
Tabel 2 x 3
12
Contoh : Jumlah akseptor KB didaerah A 1990 -1994
Tahun Jumlah akseptor
1990 245
1991 267
1992 578
1993 498
1994 324
Jumlah 2.012
13
4.3 Penyajian Data dalam Bentuk Grafik
Grafik merupakan salah satu bentuk penyajian data statistik yang banyak dilakukan
dalam berbagai bidang, karena penyajian dalam bentuk grafik lebih menarik dan mudah
dipahami. Penyajian dalam bentuk grafik bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Membandingkan beberapa variable,beberapa kategori dalam variable atau satu
variable pada waktu dan tempat yang berbeda.
2. Meramalkan perubahan yang terjadi dengan berjalan nya waktu ( time series )
3. Mengetahui adanya hubungan dua variable atau lebih.
4. Memberikan penerangan pada masyarakat.
14
mengadakan perbandingan beberapa variabel atau perubahan satu variabel yang
terjadi dengan berjalannya waktu.
5. Grafik Frekuensi kumulatif ( Ogive)
Ogive dihasilkan dari data frekuensi disrtibusi kumulatif dan digunakan untuk
mengetahui posisi individu dalam suatu kelompok.
6. Grafik Garis Patah Patah
Grafik ini banyak dijumpai pada garfik deret berkala yang digunakan untuk
mengetahui perubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu.
7. Grafik Garis lengkung
Kurva merupakan grafik yang dihasilkan secara teoriti. Dalam praktiknya kurva yang
ada merupakan hasil penghalusan. Bentuk kurva bermacam macam secara garis besar
dapat dibagi :
- Berdasarkan simetrisitas
1. Kurva simetris
2. Kurva asimetris
- Berdasarkan tinggi puncak
1. Kurva normal ( mesokurtik)
2. Kurva leptokurtik
3. Kurva Platikurtik
- Berdasarkan jumlah puncak
1. Kurva unimodal
2. Kurva bimodal
3. Kurva multimodal
- Berdasarkan bentuk
1. Kurva bentuk J
2. Kurva bentuk L
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Mudrajad Kuncoro, Ph.D. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi Edisi
3: PT.Gelora Aksara Pratama
2. Arsyad, Lincolin dan Soeratno.1999. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi
dan Bisnis.Yogyakarta: UPP AMP YKPN
3. Sumber : http://yunizasyafutrieza.blogspot.co.id/2011/09/penyajian-data.html
(Di akses tanggal 17 November 2015)
16