Anda di halaman 1dari 17

MENULIS

Keterampilan berbahasa pada dasarnya terdiri atas empat keterampilan, yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan tersebut keterampilan menulislah
yang dianggap paling sulit dan perlu mendapat perhatian lebih. Keterampilan menulis
merupakan keterampilan yang sangat kompleks, siswa tidak hanya menuangkan ide tetapi,
siswa juga dituntut untuk menuangkan gagasan, konsep, perasaan, dan kemauan. Menurut
Tarigan (2008:2) keterampilan menulis dibutuhkan waktu yang lama dan latihan intensif.
Keterampilan menulis bisa dikatakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau dari bangsa yang
terpelajar.

1. Pengertian Menulis

Kemampuan menulis merupakan perwujudan bentuk komunikasi secara tidak langsung,


tidak langsung bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang
produktif dan ekspresif. Memang pada kenyataannya menulis merupakan keterampilan yang
dapat dikatakan lebih sulit daripada keterampilan berbahasa yang lain, seperti menyimak,
membaca dan berbicara. Dalam proses menulis, dituntut agar memperhatikan struktur yang
berkaitan dengan unsur-unsur tulisan agar pembaca dapat memahami pesan yang ingin
disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu, penulis harus benar-benar menggunakan atau
memakai struktur sebuah tulisan seperti kata, kalimat, paragraf, dan lain-lain dengan baik.

Mohamad melalui Darmadi (1996, 11) menyatakan bahwa menulis atau mengarang itu
diibaratkan seperti naik sepeda yang harus menjaga keseimbangan. Menulis bisa dianggap
mudah apabila seorang sering berlatih menulis dan bisa dianggap sukar bila seorang baru terjun
atau berlatih menulis sehingga tidak tahu harus memulai dari apa. Menurut Tarigan (2008:2),
menulis ialah menurunkan lambang-lambang atau grafik yang menggambarkan suatu bahasa
yang dipahami oleh seseorang sehingga seseorang atau orang lain dapat membaca
lambanglambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

Menurut Marwoto (1987:12) menulis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk


mengungkapakan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya
dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca dan bisa dipahami oleh orang lain.
Menurut Gie (1992:17) menulis merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk
dipahami.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu
kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, pengetahuan dan
pengalaman-pengalaman hidupnya melalui bahasa tulis yang jelas sehingga pembaca mengerti
apa yang dimaksud penulis.

2. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat

Secara umum fungsi utama tulisan adalah sebagai alat komunikasi secara tidak langsung.
Hartig dalam Tarigan (2008:25-26), menyebutkan tujuan penulisan, yaitu penugasan, altruistik,
persuasif, informasi, pernyataan diri, kreatif, dan pemecahan masalah.

Beberapa alasan mengenai pentingnya menulis adalah sebagai sarana menemukan sesuatu,
memunculkan ide baru, kemampuan mengorganisasikan dan menjernihkan berbagai konsep
atau ide yang dimilki, membantu untuk menyerap dan memproses informasi, memungkinkan
berlatih memecahkan beberapa masalah, dan mengungkapkan diri untuk menjadi aktif dan
tidak hanya sebagai penerima informasi (Haiston melalui Darmadi, 1996:3).

a. Fungsi Menulis

Menulis memiliki banyak fungsi. Seperti yang diungkapkan oleh D'Angelo dalam
Tarigan (2008), pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi
yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena para pelajar akan
merasa mudah dan nyaman dalam berpikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita
merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap atau persepsi,
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Tulisan
membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang, kita menemui apa yang
sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan,
masalah-masalah, dan kejadian-kejadian yang hanya dalam proses menulis yang aktual.
Tidak jauh berbeda dari pendapat DAngelo, Sabarti Akhadiah (dalam Hasani,
2005:3) mengungkapkan fungsi menulis sebagai berikut:
1) Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan menulis, penulis
dapat mengetahui sampai mana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk
mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir menggali pengetahuan dan
pengalamannya.
2) Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis,
penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membanding-banding-kan
fakta untuk mengembangkan berbagai gagasan.
3) Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi se-hubungan
dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan
secara teoritis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
4) Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta
mengungkapkan secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat memperjelas
permasalahan yang semula masih samar.
5) Penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif.
6) Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan
permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih
kongkret.
7) Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif.
8) Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyadap
informasi dari orang lain.
9) Dengan kegiatan menulis terencana, penulis membiasakan berpikir serta ber-bahasa
secara tertib dan teratur.
10) Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan fungsi dari menulis adalah sebagai alat
komunikasi tidak langsung yang dapat menggali kemampuan seseorang tentang suatu
topik dengan cara berlatih mengorganisasikan gagasan secara sistematis dan terencana
agar dapat berbahasa dengan tertib dan teratur. Selain itu, menulis juga dapat membantu
seseorang memperdalam daya tangkap dan membantu memecahkan masalah.
b. Tujuan Menulis
Pada dasarnya tujuan menulis adalah sebagai alat komunikasi dalam bentuk tulisan.
Setiap jenis tulisan tentunya memiliki tujuan. Tujuan-tujuan tersebut tentunya sangat
beraneka ragam. Tarigan (2008: 24) membagi tujuan menulis dilihat dari penulisnya yang
belum berpengalaman sebagai berikut:
1). Memberitahukan atau mengajar
2). Meyakinkan atau mendesak
3). Menghibur atau menyenangkan
4). Mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api.
Sedangkan Hugo Hartig (dalam Tarigan 2008:26), membagi tujuan menulis menjadi
tujuh bagian sebagai berikut:
1) Assigment purpose (Tujuan Penugasan)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis
menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri.
2) Altruistic purpose (Tujuan Altruistik)
Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan. Penulis bertujuan untuk
menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin
mendorong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penala-rannya. Ingin
membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karya
seseorang.
3) Persuasive purpose (Tujuan Persuasif)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang
diutarakan oleh seorang penulis.
4) Informational purpose (Tujuan Informasional, Tujuan Penerangan)
Tujuan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para
pembaca.
5) Self-expressive purpose (Tujuan Pernyataan Diri)
Tulisan yang bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan diri seorang
pengarang kepada pembaca
6) Creative purpose (Tujuan Kreatif)
Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri, tetapi keinginan
kreatif disini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan
mencapai norma artistik atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan
mencapai nilai-nilai artistik dan nilai kesenian.
7) Problem solving purpose (Tujuan Pemecahan Masalah)
Penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara menjelaskan,
menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan
gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis haruslah mempunyai
tujuan yang nyata. Dimana para penulis harus bisa meyakinkan,
memberitahukan, menghibur dan mengekspresikan emosi.
c. Manfaat Menulis
Manfaat menulis menurut Sabarti Akhadiah (dalam Kartimi 2006: 5) sebagai berikut:
1) Mengetahui potensi diri dengan dan kemampuan serta pengetahuan kita tentang topik
yang dipilih. Dengan mengembangkan topik itu kita dipaksa berpikir, menggali
pengetahuan, dan pengalaman yang tersimpan dalam diri.
2) Dengan mengembangkan berbagai gagasan kita terpaksa bernalar,
menghubung-hubungkan, dan membandingkan fakta-fakta yang tidak pernah kita
lakukan kalau kita tidak menulis.
3) Lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik
yang ditulis. Dengan demikian, kegiatan menulis dapat memperluas wawasan baik
secara teoritis maupun mengenai fakta-fakta yang berhubungan
4) Menulis berarti mengorganisasi gagasan secara sistematik serta mengungkapkan secara
tersurat. Dengan demikian, setiap permasalahan yang semula samar-samar dakan
menjadi lebih jelas.
5) Melalui tulisan, kita dapat menjadi peninjau dan penilaian gagasan kita secara obyektif
6) Lebih mudah memecahkan masalah dengan menganalisisnya secara tersurat dalam
konteks yang lebih konkrit.
7) Dengan menulis, kita menjadi aktif berpikir sehingga kita dapat menjadi penemu
sekaligus pemecah masalah. Bukan hanya sekedar penerima informasi yang pasif.
8) Membiasakan kita berpikir dan berbahasa secara tertib.
Selain manfaat menulis di atas, Hernowo (2004: 51) mengungkapkan bahwa menulis dapat
digunakan untuk menyibak atau mengungkapkan diri. Dengan menulis seseorang bukan hanya
akan menyehatkan fisik dan mental tetapi juga dapat mengenali detail-detail dirinya.
Dari beberapa manfaat menulis yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa menulis
bermanfaat untuk mengetahui kemampuan diri dengan aktif berpikir dalam menuangkan ide dan
gagasan kedalam sebuah tulisan, menambah wawasan dan informasi, menumbuhkan keberanian
dan kreatifitas.

3. Ciri Tulisan yang Baik


Tulisan yang baik adalah tulisan yang dapat berkomunikasi secara baik dengan pembaca
yang ditujukan oleh tulisan itu. Sementara itu, menurut Alton C. Morris melalui Tarigan
(2008:7) tulisan yang baik merupakan komunikasi pikiran dan perasaan yang efektif. Semua
komunikasi tulis adalah efektif dan tepat guna. Menurut Akhdiat (1993:2) tulisan yang baik
memiliki beberapa ciri, yaitu signifikan, jelas, mempunyai kesatuan dan organisasi yang baik,
ekonomis, mempunyai pengembangan yang memadai, menggunakan bahasa yang diterima,
mempunyai kekuatan memadai, menggunakan bahasa yang diterima.

Berdasarkan penjelasan tersebut, Tarigan (2008:7) menyimpulkan bahwa terdapat empat


ciri tulisan yang baik sebagai berikut:

a. Jelas, Pembaca dapat membaca teks dengan cara tetap dan pembaca tidak boleh bingung
dan harus mampu menangkap maknanya tanpa harus membaca ulang dari awal untuk
menemukan makna yang dikatakan oleh penulis.
b. Kesatuan dan organisasi, Pembaca dapat mengikutinya dengan mudah karena
bagian-bagiannya saling behubungan dan runtut.

c. Ekonomis, Penulis tidak akan menggunakan kata atau bahasa yang berlebihan sehingga
waktu yang digunakan pembaca tidak terbuang percuma dan,

d. Pemakaian bahasa dapat diterima, Penulis menggunakan bahasa yang baik dan benar
karena bahasa yang dipakai masyarakat kebanyakan terutama berpendidikan lebih
mengutamakan bahasa formal sehingga mudah diterima.

4. Jenis-Jenis Menulis

Berdasarkan sumber tulisan keterampilan menulis dibedakan menjadi 3, yaitu menulis fiksi,
faksi dan nonfiksi. Masing-masing jenis menulis dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Fiksi
Adalah tulisan yang berangkat dari khayalan atau imajinasi. Dalam jenis menulis ini
penulis bebas berimajinasi. Nama tokoh, peristiwa dan tempat kejadian merupakan hasil
imajinasi penulis. Walaupun demikian, tetap ada kemungkinan terjadi persamaan antara
imajinasi penulis dengan kenyataan yang pernah terjadi di suatu tempat.Beberapa cerita
fiksi bahkan mencegangkan dunia karena ternyata benar-benar menjadi kenyataan di masa
depan. Misalnya novel Futility yang ditulis oleh Morgan Robertson pada tahun 1989.
Novel ini berkisah tentang kapal mewah Titinaic yang tenggelam setelah menabrak
gunung es di Atlantik Utara.
Dalam kenyataan pada tahun 1912 atau 14 tahun setelah novel Futility ini terbit.
Sebuah kapal mewah bernama Titanic benar-benar menabrak sebuah gunung es di
Atlantik Utara. Termasuk dalan jenis menulis fiksi ini adalah cerita pendek (cerpen), cerita
bersambung (cerbung), novelet, novela, novel dan puisi.
b. Non Fiksi
Adalah tulisan yang berdasarkan informasi, data, dan fakta yang benar-benar terjadi.
Data dan fakta itu harus dipaparkan dengan benar tanpa rekayasa atau ditambahi
imajinasi penulis. Termasuk dalam jenis menulis ini adalah berita, artike, feature (tulisan
khas), opini, tajuk, rencana, resensi, reportase, biografi, otobiografi dan karya tulis ilmiah.
Penulis harus dapat mempertanggungjawabkan hal yang dipaparkannya dalam tulisan jenis
nonfiksi ini.
c. Faksi
Ada satu lagi jenis menulis yang belakangan ini banyak digunakan yaitu menulis faksi.
Faksi (fakta-fiksi) ini memadukan dua jenis menulis fiksi dan nonfiksi, membuat cerita
fiksi berdasarkan kisah nyata, membuat fakta menjadi sebuah karya fiksi. Dalam bentuk
faksi ini, penulis diperbolehkan menambah bumbu-bumbu penyedap agar cerita semakin
enak dibaca.
Ragam tulisan dapat didasarkan pada isi tulisan, isi tulisan mempengaruhi jenis informasi,
pengorganisasian dan tata sajian tulisan. Berdasarkan ragam tersebut tata tulisan dibedakan
menjadi empat : deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi (Syafiie,1990: 151).sedangkan
menurut Keraf(1989: 6) ragam tulisan didasarkan pada tujuan umum, berdasarkan hal tersebut
menulis dapat dibedakan menjadi lima : Deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi, persuasi.
a. Deskripsi (perian)
Kata deskripsi berasal dari bahasa latin describere yang berarti menggambarkan atau
memerikan sesuatuhal. Dari segi istilah,deskrpsi adalah suatu bentuk karangan yanng
melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat
mencitrai (melihat,mendengar,mencim dan merasakan)apa yang dilikiskan itu sesuai
dengan citra penulisannya.
b. Eksposisi (paparan)
Eksposisi berasal dari kata exposition yang berarti membuka.dapat pula diartikan
sebagai tulisan yang bertujuan untuk memberitahu ,mengupas,menguraikan, atau
menerangkan sesuatu.
c. Argumentasi (bahasan)
Yang dimaksud dengan tulisan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan
alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan.Karangan ini ditulis
dengan maksud untuk memberikan alasan, memperkuat atau menolak sesuatu pendapat,
pendirian , gagasan.
d. Narasi (kisahan)
Narasi atau naratif adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian
peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis) dengan maksud memberi
makna kepada sebuah atau rentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari
cerita itu.
e. Persuasi
Tulisan yang bermaksud mempengaruhi orang lain dalam persuasi selain logika
perasaan juga memegang peranan penting.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan tulis menulis


Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan menulis adalah sebagai berikut:
a. Penentuan Pikiran Utama, Salah satu cirri utama tulisan adalah adanya kesatuan gagasan
antarparagrafnya. Sebuah tulisan (karangan) akan menjadi jelas jika mempunyai kesatuan, yaitu
semua detail yang berupa contoh, alas an maupun fakta yang digunakan harus tidak menyimpang
dari pikiran utama.
Seperti dikemukan oleh(Ahmadi dalam Masnur, 2009: 125), pikiran utama adalah
pengendali suatu karangan sehingga pikiran utama dimaksudkan isi karangan tidak akan
menyimpang. Karangan tersebut ditulis dalam bentuk paragraph dan tiap paragraph mempunyai
pikiran utama. Pikiran utama yang paling baik diletakkan pada kalimat pertama paragraf.
b. Pembentukan Paragraf, Agar sebuah karangan mudah ditangkap pembaca dan jelas akan
isi konteks yang diceritakannya, maka perlulah disusun suatu paragraf. Paragraf merupakan
suatu pikiran atau perasaan yang tersusun teratur berupa kalimat-kalimat dan berfungsi sebagai
bagian dari suatu satuan yang lebih besar, (Ahmadi dalam Masnur, 2009: 125). Paragraf bisa
terseusun dari beberapa buah kalimat yang saling berhubungan sehingga merupakan satu
kesatuan yang utuh untuk menyampaikan suatu maksud.
Sehubungan dengan hal ini W.J.S.Poerwadarminta dalam Masnur (2009: 126)
mengemukakan sebagai berikut.
Sekalian kalimat dalam paragraf bahu-membahu, bekerjasama untuk menerangkan,
melukiskan, atau mengulas suatu hal yang menjadi pokok pembicaraan dalam paragraf itu. Jadi,
kalimat-kalimat dalam paragraf itu semuanya berpusat pada suatu pokok pembicaraan atau suatu
tema.
Dengan demikian, untuk membuat suatu paragraf yang baik, kalimat-kalimat yang disusun
hendaknya bertalian arti sehingga arti atau maksud tersebut menjadi jelas. Dalam hal ini anak
didik dilatih menyusun paragraf secara teratur dalam bahasa tertulis. Kalimat yang bertalian arti,
yaitu dalam satu paragraf kalimat-kalimatnya menerangkan, bahu-membahu, bekerja sama
untuk menerangkan sesuatuatau pokok pembicaraan.
c. Penulisan Kalimat, Kalimat dalam karangan harus jelas dan mudah dipahami, karena
kalimat tertulis dalam beberapa hal tidak sama dengan kalimat tutur. Kalimat yang jelas dan
terang dalam bahasa percakapan (tutur), tidak selamanya jelas dan terang, juga apabila
dituliskan, sebab intonasi dalam bahasa tutur sulit untuk diterjemahkandalam bahasa tulis.
Dalam setiap kalimat pada suatu karangan pada dasarnya kalimat itu disusu oleh
unsur-unsur yang membentuknya. Unsur-unsur itulah yang membangun dan membentuk suatu
kalimat. Unsur-unsur kalimat itu tidak lain adalah kata-kata. Kata-kata itulah yang membentuk
kalimat. Bagian bagian kaliamt sering disebut konstituen Masnur (2009: 127). Bagian-bagian
kalimat tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Subjek, Subjek kalimat sangat menentukan kejelasan makna sebuah kalimat. Subjek
kalimat yang posisi atau letaknya kurang tepat (jelas) dalam kalimat menyebabkan
kekaburan makna kalimat tersebut. Jabatan, atau fungsi subjek dalam kalimat biasanya
dapat diketahui dengan jalan menggunakan pertanyaan apa, atau siapa yang dibicarakan
dalam karangan.
2) Predikat, Seperti halnya dengan subjek, predikat kalimat kebanyakan muncul secara
eksplisit. Ia juga sangat menentukan kejelasan makna sebuah kalimat. Ciri-ciri umum
predikat terletak di belakang subjek serta berbentuk verbal atau kata kerja.
3) Objek , Kehadiran objek dalam kalimat tergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri
khas objek itu sendiri. Objek pada umumnya berbentuk nomina atau kata benda, atau
dibelakang kata tugas oleh dalam kalimat pasif.
4) Keterangan, Tempat jabatan keterangan dalam kalimat biasanya bebas dan cakupan
semantis keterangan lebih kuat, yaitu membatasi unsur kalimat atau seluruh kalimat.
Keterangan tidak wajib hadir dalam sebuah kalimat. Bagian keterangan dalam kalimat
bahasa indonesia menyatakan banyak makna, namun yang sering ditemukan dalam
pemakaian bahasa sehari-hari adalah keterangan waktu, keterangan tempat, keterangan
tujuan, keterangan instrumental.
d. Penggunaan Tanda Baca, Karangan selalu berupa bahasa yang tertulis. Dalam beberapa
hal bahasa tertulis tidak sama dengan bahasa lisan. Banyak alat-alat bahasa seperti lagu, jeda,
tinggi rendah suara, tekanan suara, sukar digambarkan dalam bahasa tulis. Untuk melengkapi
kekurangan itu maka dibuatlah tanda baca. Menurut Poerwadarminta tanda baca dapat
membantu menjelaskan maksud atau makna kalimat. Dengan tanda baca penulis dapat
menyampaikan maksudnya dengan lebih jelas. Sedanga pembaca pun dapat pula menangkap
maksud kalimat dengan lebih mudah. Oleh karena itu, makna tanda baca tidak boleh di abaikan
dalam tulis-menulis Poerwadarminta dalam Masnur (2009: 127).

5. Tahapan Kemampuan Menulis pada Anak


Menulis merupakan ekspresi/ungkapan dan bahasa lisan ke dalam suatu bentuk
goresan/coretan. Kegiatan awal menulis dimulai ketika anak pura-pura menulis di atas kertas
pasir atau media lainnya dalam bentuk coretan-coretan sampai anak mampu menirukan bentuk
tulisan yang sesungguhnya.
Beberapa tahap perkembangan menulis anak dapat digambarkan sebagal berikut:
a. Tahap Mencoret atau Membuat Goresan (Scrible stage)
Pada tahap ini, anak mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulisnya.
Mereka mulai belajar tentang bahasa tertulis dan bagaimana mengerjakan tulisan tersebut.
Anak membuat coretan-coretan acak (tidak teratur), coretan-coretan seringkali
digabungkan seolah-olah coretan itu tidak pernah lepas dan kertas. Orang tua dan guru
pada tahap mencoret seharusnya menyediakan jenis-jenis bahan untuk menulis seperti
pensil, spidol, buku, kertas, dan krayon. Anak-anak menganggap goresan tersebut sebagai
tulisan.
b. Tahap pengulangan secara linear (Linear repetitive stage)
Tahap selanjutnya dalam perkembangan menulis adalah tahap pengulangan secara
linear. Pada tahap ini, anak menelusuri bentuk tulisan yang mendatar (horizontal) ataupun
garis tegak lurus. Dalam tahap ini, anak berpikir bahwa suatu kata merujuk pada sesuatu
yang besar mempunyai tali yang panjang dan pada kata yang merujuk pada sesuatu hal
yang kecil.
c. Tahap Menulis secara Random/acak (Random letter stage)
Pada tahap ini, anak belajar tentang berbagai bentuk yang dapat diterima sebagai suatu
tulisan dan menggunakan itu semua agar dapat mengulang berbagai kata dan kalimat.
Anak-anak menghasilkan garis yang berisi pesan yang tidak mempunyai keterkaitan pada
suatu bunyi dan berbagai kata.
d. Tahap berlatih huruf (menyebutkan huruf-huruf)
Kebanyakan anak-anak, biasanya sangat tertarik huruf-huruf yang membentuk nama
mereka sendiri.
e. Tahap menulis tulisan nama (Letter-name writting or phonetic writting)
Pada tahap ini, anak mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi. Permulaan
tahap ini sering digambarkan sebagai menulis tulisan nama karena anak-anak menulis
tulisan nama dan bunyi secara bersamaan. Misalnya mereka menulis kamu dengan
tulisan u. Anak senang menuliskan nama pendek panggilan mereka sendiri melalui
contoh yang mereka lihat dengan huruf-huruf besar atau kecil.
Mereka mulai menghadirkan berbagai kata dengan suatu bentuk grafik yang secara
refleks menunjukkan tentang apa yang didengar. Dan contoh ini, dengan mudah melihat
anak-anak mengungkapkan kata saya dengan y atau kata keluarga dengan ga.
Semakin berkembangnya penguasaan kosa kata anak serta kemampuanya dalam
berkomunikasi dengan orang lain, akan memiki dampak terhadap perkemban fungsi
kognitif nya. Kemampuan mengkomunikasikan sesuatu seperti nama benda, orang atau
binatang dengan menggunakan kosa kata yang banyak dan teratur akan mencerminkan
kemampuan berpikir anak tentang hal tersebut.
f. Tahap menyalin kata-kata yang ada di lingkungan
Anak-anak menyukai menyalin kata-kata yang terdapat pada poster di dinding atau
dari kantong kata sendiri.
g. Tahap menemukan ejaan
Anak usia 5-6 tahun ini telah menggunakan konsonan awal (L untuk Love). Konsonan
awal, tengah dan akhir untuk mewakili huruf (DNS) pada kata dinosaurus.
h. Tahap ejaan sesuai ucapan
Anakmulai dapat mengeja suatu tulisan berupa kata-kata yang dikenalnya sesuai
dengan ucapan yang didengarnya.

6. Tahap Perkembangan Menulis pada Anak SD


Pembelajaran menulis di Sekolah Dasar harus dimulai dari tahap yang paling sederhana
lalu pada hal yang sederhana, ke yang biasa hingga yang paling sukar. Oleh karena itu, di SD
pembelajaran menulis dibagi menjadi 2 tahap :
a. Menulis permulaan.
Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi ke dalam dua kelompok, yakni
pengenalan huruf dan latihan. Pengenlan huruf dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan
pembelajaraan membaca permulaan. Penekanan pembelajaran diarahkan pada pengenalan
bentuk tulisan serta pelafalannya dengan benar. Fungsi pengenalan ini dimaksudkan untuk
melatih indra siswa dalam mengenal dan membedakan bentuk dan lambang-lambang
tulisan. Mari kita perhatikan salah satu contoh pembelajaran pengenalan bentuk tulisan
untuk murid kelas 1 SD. Misalnya, guru hendak memperkenalkan huruf a, i, dan n.
Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1) Guru menunjukkan gambar seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki.
Kedua gambar anak tersebut diberi nama nani dan nana.
2) Guru memperkenalkan nama kedua anak itu sambil menunjukkan tulisan nani dan
nana yang tertera di bawah masing-masing gambar.
3) Melalui proses tanya jawab secara berulang-ulang anak diminta menunjukkan mana
nani dan mana nana sambil diminta menunjukkan bentuk tulisannya.
4) Selanjutnya, guru memindahkan dan menuliskan kedua bentuk tulisan tersebut di
papan tulis dan anak diminta memperhatikannya. Guru hendaknya menulis secara
perlahan-lahan dan anak diminta untuk memperhatikan gerakan-gerakan tangan serta
contoh pengucapan dari bentuk tulisan yang sedang ditulis guru.
5) Setiap tulisan itu kemudian dinalisis dan disintesiskan kembali. Perhatikan contoh
tulisan berikut.
nani nana
na ni na na
n a n i n a n i
na ni na na
nani nana
Demikian seterusnya, kegiatan ini dilakukan berulang-ulang bersamaan dengan
pembelajaran membaca permulaan. Proses pemberian latihan dilaksanakan dengan
mengikuti prinsip dari yang mudah ke yang sukar, dari latihan sederhana menuju
latihan yang kompleks. Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat
kita lakukan, antara lain:
a) Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar.
Tangan kanan berfungsi untuk menulis, tangan kiri untuk menekan buku tulis agar
tidak mudah bergeser. Pensil diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk. Ujung ibu jari,
telunjuk, dan jari tengah menekan pensil dengan luwes, tidak kaku. Posisi badan
ketika duduk hendaknya tegak. Dada tidak menempel pada meja, jarak mata antara
mata dengan buku kira-kira 25-30 cm.
b) Latihan gerakan tangan.
Mula-mula melatih gerakan tangan di udara dengan telunjuk sendiri atau dengan
bantuan alat seperti pinsil, kemudian dilanjutkan dengan latihan dalam buku latihan.
Agar kegiatan ini menarik, sebaiknya disertai dengan kegiatan bercerita, misalnya
untuk melatih membuat garis tegak lurus guru dapat bercerita yang ada kaitannya
dengan pagar, bulatan dengan telur.
c) Latihan mengeblat, yakni menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan
menindas tulisan yang telah ada.
Ada beberapa cara mengeblat yang bisa dilakukan anak, misalnya dengan
menggunakan kertas karbon, kertas tipis, menebalkan tulisan yang sudah ada. Sebelum
anak melakukan kegiatan ini, guru hendaknya memberi contoh cara menulis dengan
benar di papan tulis, kemudian menirukan gerakan tersebut dengan telunjuknya di
udara. Setelah itu, barulah kegiatan mengeblat dimulai. Pengawasan dan
pembimbingan harus dilakukan secara individual sampai seluruh anak memberikan
perhatiannya.
d) Latihan menghubung-hubungkan tanda titik-titik yang membentuk tulisan.
Latihan dapat dilakukan dalam buku-buku yang secara khusus menyajikan latihan
semacam ini.
e) Latihan menatap bentuk tulisan.
Latihan ini dimaksudkan untuk melatih koordinasi antara mata, ingatan, dan
jemari anak ketika menulis sehingga anak dapat mengingat bentuk kata atau bentuk
huruf dalam benaknya dan memindahkannya ke jari-jemari tangannya. Dengan
demikian, gambaran kata yang hendak ditulis tergores dalam ingatan dan pikiran siswa
pada saat dia menuliskannya.
f) Latihan menyalin, baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan guru pada papan
tulis.
Latihan ini hendaknya diberikan setelah dipastikan bahwa semua anak telah
mengenal huruf dengan baik. Ada beragam model variasi latihan menyalin, di
antaranya menyalin tulisan apa adanya sesuai dengan sumber yang ada, menyalin
tulisan dengan cara yang berbeda, misalnya dari huruf cetak ke huruf tegak
bersambung, atau sebliknya dari huruf tegak bersambung ke huruf cetak.
g) Latihan menulis halus/indah.
Latihan dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergaris untuk latihan
menulis atau buku kotak. Ada petunjuk berharga yang dapat anda ikuti, jika
murid-murid anda tidak memiliki fasilitas seperti itu. Perhatikan petunjuk berikut
dengan cermat.
i. Untuk tulisan/huruf cetak, bagilah setiap baris pada halaman buku menjadi dua.
Untuk ukuran dan bentuk tulisan, lihat pedoman yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional.
ii. Untuk tulisan tegak bersambung. Bagilah setiap baris pada halaman buku menjadi
tiga bagian. Untuk ukuran dan bentuk tulisan lihat pedoman dari Depdiknas.
h) Latihan dikte/imla.
Latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengkoordinasikan antara
ucapan, pendengaran, ingatan, dan jari-jarinya ketika menulis, sehingga ucapan
seseorang itu dapat didengar, diingat, dan dipindahkan ke dalam wujud tulisan dengan
benar.
i) Latihan melengkapi tulisan (melengkapi huruf, suku kata, atau kata) yang secara
sengaja dihilangkan. Perhatikan contoh berikut!
B o l a
B l a
o

Tabel 1: melengkapihuruf
b. Menulis Lanjutan.
Syarat untuk dapat menulis lanjutan adalah siswa harus terampil dan menguasai menulis
permulaan. Oleh karena itu, pada prinsipnya menulis lanjutan adalah pengembangan menulis
permulaan. Adapun tujuannya adalah agar siswa dapat membuat karangan secara ajek dan
lengkap.
Beberapa metode dalam menulis lanjutan antara lain :
1) Membuat paragraf dengan gambar, yakni siswa diminta untuk membuat paragraf
berdasarkan gambar yang telah disediakan. Hal ini dapat diberi kata-kata kunci, sehingga
tidak terlalu menyimpang dengan cerita.
2) Mengembangkan paragraf, yakni siswa dilatih untuk mengembangkan sebuah kalimat
utama menjadi sebuah paragraf.
3) Menyusun paragraf dari kalimat yang tersedia.
4) Menghubungkan paragraf dengan paragraf lainnya.
5) Membuat karangan dengan gambar seri.
6) Mengarang berdasarkan kerangka, dan mengarang secara bebas.

7. Teknik dan Strategi Pembelajaran Menulis


Pembelajaran menulis dapat dilaksanakan di dalam kelas (pada jam pelajaran sekolah) dan
di luar kelas (di luar jam pelajaran).
a. Pembelajaran menulis di dalam kelas
Kegiatan pembelajaran menulis di dalam kelas sebaiknya dilaksnakan sesuai dengan jam
yang telah ditetapkan dalam jadwal pelajaran. Beberapa teknik dan strategi yang dapat
digunakan antara lain :
1) Bermain-main dengan bahasa dan tulisan
Pembelajaran menulis dapat dibuat menyenangkan dengan sebuah permainan menulis
yang biasa disebut menulis berantai atau menulis berkelompok. Siswa dibagi secara
berkelompok, setiap anggota dari kelompok secara bergiliran menambahkan sebuah
kalimat pada kalimat yang sudah disediakan terlebih dahulu oleh guru. Ini akan
merupakan proses pembelajaran menulis yang sangat menyenangkan, terutama ketika para
siswa melihat atau mendengar kesalahan-kesalahn elementer mereka sendiri.
2) Kuis
Sekurang-kurangnya ada tiga jenis kuis yang dapat digunakan beberapa kali dalam
setahunnya, yaitu kuis tanda baca, kuis tata paragraf, dan kuis tanda kutip, tanda baca, dan
tata paragraf sekaligus. Siswa dalam hal ini diminta untuk membubuhkan tanda baca sesuai
dengan paragraf yang tersedia, diminta untuk menambahkan sebuah paragraf, boleh
sebelum atau sesudah paragraf pada paragraf yang tersedia, dan siswa diminta untuk
membubuhkan tanda petik, tanda baca, dan menata paragraf yang telah tersedia.
3) Memberi atau mengganti akhir cerita
Mengganti akhir cerita, terutama dongeng, merupakan latihan menulis yang amat
menyenangkan, efisien, dan efektif. Dengan kerja yang terlalu banyak dapat dicapai apa
yang menjadi tujuan pembelajaran yang diharapkan, yaitu siswa gemar menulis. Yang
menarik dari kegiatan ini adalah dengan akhir yang baru, cerita atau dongeng itu menjadi
lebih menarik.
4) Menulis meniru model: copy the master
Penggunaan metode ini membutuhkan buku yang berisi banyak dan berbagai macam
tulisan yang dapat dijadikan master atau model sebagai pegangan.
Sebuah model yang dipilih guru dibaca bersama-sama di kelas. Kemudian, dibaca pula
analisis medel itu (setiap model disertai sedikit analisis mengenai bagus tidaknya tulisan itu
dan menelusuri jalan pikiran penulisnya ketika menciptakan tulisan itu, melihat sistematika
penulisannya). Kemudian, guru mengajak para siswa memikirkan objek-objek lain yang
kira-kira dapat dituliskan dengan menggunakan pola. Gaya atau cara-cara yang dipakai
dalam model itu. Selanjutnya, siswa menuliskan idenya yang sejalan dengan model yang
dibahas itu.
b. Pembelajaran menulis di luar kelas
Pembelajaran menulis di luar kelas dapat dilakukan , misalnya siswa dilatih menulis buku
harian. Dalam buku harian itu siswa dapat menuliskan pengalaman, kesan atau pikiran yang
menarik hati mereka.
Kegiatan lain yang dapat mendorong minat siswa untuk menulis adalah majalah dinding
(mading). Cara lainnya dalam mempersiapkan para siswa untuk membuat tulisan yang baik
adalah kegiatan kliping. Kliping memberikan bahan untuk tulisan bagi para siswa dan juga
bahan referensi atau bahkan untuk berpolemik. Dalam kliping siswa akan mengumpulkan
tulisan-tulisan yang mereka sukai yang sesuai dengan bakat dan kepribadian mereka.

REFERENSI :
Buku Sumber :
Santosa Puji, dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Haryadi dan Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Depdikbud-Dikti.
Musaba, Z. 1994. Terampil Menulis dalam Bahasa Indonesia yang Benar. Banjarmasin:
Sarjana Indonesia.
Tarigan, H.G. 1987. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Internet Sumber :
http://kuliahpgsdbjm2010.blogspot.co.id/2015/03/upaya-meningkatkan-keterampilan.html
http://www.kompasiana.com/akipeffendy/hakikat-keterampilan-menulis_550eb183a33311b12d
ba83af

TUGAS
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBAHASA

Menulis

KELOMPOK 2

DISUSUN OLEH :

MESSA NASTI PUTRI

16129347

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


DOSEN PEMBIMBING :

Dra. ELFIA SUKMA, M.pd

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017

Anda mungkin juga menyukai