Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang dengan ini kami panjatkan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang HAKIKAT EVALUASI.
Dan juga kami berterima kasih pada Bapak
selaku dosen mata kuliah strategi belajar mengajar Univertsitas Tadulako.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai strategi pembelajaran ekspositori.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Palu, 6 sepetember 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar belakang 1


1.2 Rumusan masalah 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3

BAB 3 PEMBAHASAN 11

3.1 Pengertian strategi pembelajaran ekspositori 11

3.2 Penerapan strategi pembelajaran ekspositori 12

3.3 Efektivitas strategi pembelajaran ekspositori terhadap

peningkatan kualitas siswa 16

3.4 Contoh penerapan pembelajaran ekspositori dalam

pembelajaran materi kimia 19

BAB 4 PENUTUP 21

4.1 Kesimpulan 21

4.2 Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan suatu proses kegiatan yang disengaja atas input untuk
menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan . Sebagai
sebuah proses maka pendidikan harus dievaluasi hasilnya untuk melihat apakah
hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Tujuan pokok evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan
proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Indikator keefektifan itu dapat
dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik . Perubahan
tingkah laku yang terjadi itu dibandingkan dengan perubahanan tingkah laku yang
diharapkan sesuai dengan tujuan dan isi program pembelajaran. Oleh karena itu,
instrumen evaluasi harus dikembangkan bertitik tolak kepada tujuan dan isi
program, sehingga bentuk dan format tes yang dikembangkan sesuai dengan
tujuan dan karakteristik bahan ajar serta proporsinya sesuai dengan keluasan dan
kedalaman materi pelajaran yang diberikan. Hasil evaluasi harus dianalisis dan
ditafsirkan secara hati-hati sehingga informasi yang diperoleh betul-betul akurat
mencerminkan keadaan siswa secara objektif. Informasi yang objektif dapat
dijadikan bahan masukan untuk perbaikan proses dan program selanjutnya.
Evaluasi dalam pembelajaran tidak semata-mata untuk menentukan rating
siswa melainkan juga harus dijadikan sebagai teknik atau cara pendidikan.
Sebagai teknik atau alat pendidikan evaluasi pembelajaran harus dikembangakan
secara terencana dan terintegratif dalam program pembelajaran, dilakukan secara
kontinue, mengandung unsur paedagogis, dan dapat lebih mendorong siswa aktif
belajar.
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN EVALUASI
Evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam
menentukan tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa. Ada dua aspek
penting dari definisi diatas. Pertama, evaluasi menunjukan pada proses yang
sistematik. Kedua, evaluasi mengasumsikan bahwa tujuan instruksional
ditentukan terlebih dahulu sebelum proses belajar mengajar berlangsung.
Selain itu, evaluasi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen
dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu
kesimpulan.
Ralph Tyler ( dalam Suharsimi Arikunto, 2012) menyatakan bahwa
evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana , dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.
Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran
adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi
secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan
pembelajaran.
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21
dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen
pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Dalam PP.19/2005
tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I pasal 1 ayat 17 dikemukakan bahwa
penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik.
Untuk memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi
dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses
pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan
atura-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara
pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran
merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi.
Antara evaluasi, pengukuran, dan penilaian terdapat hubungan yang erat
yang tidak dapat dipisahkan. Norman E. Gronlund (1976: 6) melukiskan
hubungan ketiganya sebagai berikut:
1. Evaluasi adalah deskripsi kuantitatif siswa (measurement, pengukuran) yang
ditetapkan dengan penentuan nilai.
2. Evaluasi adalah deskripsi kualitatis siswa (judjement, pertimbangan, penilaian)
yang ditetapkan dengan penentuan nilai.
Wand and Brown (dalam Zainal Arifin, 1991). Hopkins dan Antes (1990)
mengartikan pengukuran sebagai suatu proses yang menghasilkan gambaran
berupa angka-angka berdasarkan hasil pengamatan mengenai beberapa
ciri (atribute) tentang suatu objek, orang atau peristiwa. Dengan demikian,
evaluasi dan penilaian berkenaan dengan kualitas daripada sesuatu, sedangkan
pengukuran berkenaan dengan kuantitas(yang menunjukkan angka-angka)
daripada sesuatu. Oleh karena itu, dalam proses pengukuran diperlukan alat ukur
yang standar, baik dalam tes maupun nontes.

Dengan demikian, evaluasi dapat ditentukan dengan melalui pengukuran


dan bisa pula tanpa melalui pengukuran

B. Hakikat Evaluasi Pendidikan

Evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan perestasi belajar siswa. Definisi yang
pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi
merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam
hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana
yang belum dan apa sebabnya.
Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang, yakni Cronbach dan Stufflebeam.
Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur
sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.
Pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada dua dimensi, yaitu : Pertama, dimensi
dialektikal horizontal. Kedua, dimensi ketundukan vertikal. Pada dimensi dialektikal
horizontal pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang
kehidupan konkrit yang terkait dengan diri, sesame manusia dan alam semesta.
Sedangkan pada dimensi kedua, pendidikan sains dan teknologi, selain menjadi alat
untuk memanfaatkan, memelihara dan melestarikan sumber daya alami, juga
hendaknya menjadi jembatan dalam mencapai hubungan yang abadi dengan Sang
Pencipta, Allah SWT. Secara khusus, tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan
Islam adalah untuk mengetahui kadar pemilikan dan pemahaman peserta didik
terhadap materi pelajaran, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif.
Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap
(afektif dan psikomotor) ketimbang aspek kognitif. Penekanan ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan peserta didik yang secara garis besarnya meliputi empat hal,
yaitu :

1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya.


2. Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
3. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam
sekitarnya.
4. Sikap dan pendangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah, anggota
masyarakat, serta khalifah Allah SWT.
Keempat kemampuan dasar tersebut dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan
teknis, yaitu :
1. Sejauh mana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan indikasi-indikasi
lahiriah berupa tingkah laku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah SWT.
2. Sejauh mana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai agamanya dan kegiatan
hidup bermasyarakat, seperti akhlak yang mulia dan disiplin.
3. Bagaimana peserta didik berusaha mengelola dan memelihara serta menyesuaikan
diri dengan alam sekitarnya, apakah ia merusak ataukah memberi makna bagi
kehidupannya dan masyarakat di mana ia berada.
4. Bagaimana dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai hamba Allah dalam
menghadapi kenyataan masyarakat yang beraneka ragam budaya, suku dan agama.
Dengan mengetahui makna evaluasi ditinjau dari berbagai segi dalam system
pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa tujuan atau fungsi evaluasi
ada beberapa hal, yaitu :
1. Evaluasi berfungsi selektif. Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara
untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri
mempunyai berbagai tujuan, antara lain :
a. Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
b. Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tungkat berikutnya.
c. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
d. Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan
sebagainya.
2. Evaluasi berfungsi diagnosik. Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup
memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui
kelemahan siswa. Di samping itu, diketahui pula sebab-musabab kelemahan itu. Jadi
dengan mengadakan evaluasi, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa
tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan tni,
akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasi.
3. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan. Setiap siswa sejak lahirnya telah
membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila
disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan karena
keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang
sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan
kemampuan adalah pengajaran kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di
kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian.
Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam
kelompok yang sama dalam belajar.
4. Evaluasi Berfungsi sebagai pengukur keberhasilan. Fungsi keempat dari evaluasi ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://ridwan-sururi.blogspot.co.id/2013/11/makalah-hakikat-evaluasi-pendidikan.html
http://hadwasth.blogspot.co.id/2014/11/hakikat-evaluasi-pendidikan.html
file:///F:/materi%20makalah%20evaluasi/HAKIKAT%20EVALUASI%20PENDIDIKA
N%20_%20Assemen%20dan%20Evaluasi%20_%20Teknologi%20Pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai