Transcapillary Albumin Escape Pada Diabetes Mellitus-3
Transcapillary Albumin Escape Pada Diabetes Mellitus-3
PENDAHULUAN
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipoalbuminemia
Hipoalbumin adalah keadaan dimana kadar albumin yang kurang dari 3,5
gr/dL.
2.1.1 Profil Albumin
Albumin merupakan protein plasma terbanyak dengan besar molekul
sekitar 66 kDa. Albumin secara ekslusif disintesa oleh hepar. Setelah disentesa,
albumin disekresikan ke dalam aliran darah dan mengalami ekstravasasi dari
ruang intravaskuler menuju ruang intersitial. Proses dari molekul albumin yang
meninggalkan kompartemen intravskuler masih belum sepenuhnya diketahui.
Diduga pemecahan albumin terjadi didalam kompartemen intravascular, oleh sel-
sel endotel. Ginjal berperan dalam proses degradasi pada 10% albumin dan
lebih dari 10% nya diduga merembes ke dalam traktus gastrointestinal.
Kebanyakan albumin menghilang melalui otot dan kulit. Meski demikian,
albumin yang berada di ruang intersitial akan kembali melalui aliran balik
limfatik menuju kompartemen intravaskular. Pada kondisi inflamasi,
pengembalian albumin oleh sistem limfatik perembesan membran kapiler.
(Ballmar, 2001)
Pada Tabel 1 berikut akan memberi kesimpulan mengenai distribusi albumin
dalam tubuh manusia.
2
2.1.2 Mekanisme Hipoalbuminemia
Secara umum, hipoalbuminemia bukan hanya dari penurunan sintesa albumin
seperti yang banyak diketahui, namun merupakan akibat dari proses multifaktor
yang melibatkan beberapa proses seperti sintesa, pemecahan, merembes ke ruang
ekstravaskuler dan asupan protein.
3
Zat Berat Molekul Permeabilitas
Air 18 1,00
NaCl 58,5 0.96
Urea 60 0.8
Glukosa 180 0.6
Sukrosa 342 0.5
Inulin 5.000 0.2
Mioglobin 17.600 0.03
Hemoglobin 68.000 0.01
Albumin 69.000 0.001
4
injeksi subkutan IL-2 terakhir. Hasilnya begitu nyata, didapatkan
peningkatan TER pada setiap subjek yang diinjeksikan IL 2 dan kadar
serum albuminpun menurun secara signifikan. Sehingga dapat disimpulkan
dari studi penelitian tersebut, sesuai dengan yang tertera dalam
teori,bahwa pada kebanyakan reaksi fase akut akan meningkatkan TER.
Mediator yang menyebabkan peningkatan TER belum dapat ditentukan
dengan pasti. Mediator yang mempengaruhi secara langsung ataupun tidak
langsung adalah IL-2, interferon-a dan IL-6. Selain itu, reaksi fase akut
selalu disebabkan oleh stimuli sitokin, hormon, dan nervus yang berbeda.
Hingga kini masih sulit untuk dapat mengindentifikasi faktor tunggal
utama yang menyebabkan peningkatan keluarnya albumin melalui
membran kapiler pada reaksi fase akut. (Ballmer, 2001)
5
Hiperglikemi adala kausa utama dalam perkembangan disfungsi
endotel pada pasien pasien dengan Diabetes mellitus. Pembentukan
Advanced Glycation end products (AGEs) adalah abnormalitas biokimia
yang penting pada diebetes melitus. Emskipun mekanisme yang mendasari
fenomena ini multifaktorial, studi penelitian secara in vivo maupun in vitro
menunjukkan peran dari jalur diacylglycerol (DAG)-protein kinase C
(PKC) memediasi fenomena ini. PKC memiliki beberapa efek samping
terhadap fungsi vaskuler, termasuk diantaranya aktivasi enzim penghasil
superoksida seperti nicotinamide adenine dinicleotide phosphate
(NADPH) oksidase juga peningkatan endothelial nictric oxide synthase
(NOS III). Efek AGEs pada homestasis dinding vaskuler bereran terhadap
pembentukan atherosklerosis yang progresif berkaitan dengan diabetes.
(Hadi dan Suwaidi, 2004)
Hiperglikemi
a
Metabolisme
asam
arachidonat
Disfungsi endotel
6
Didalam dinding pembuluh darah, kolagen berikatan dengan
AGEs dan dapat menjebak protein plasma, menurunkan aktivitas NO
dan berinteraksi dengan reseptor spesifik untuk memodulasi fungsi sel
dalam jumlah besar. Pada LDL plasma, AGEs menginisiasi reaksi oksidasi
yang memicu pembentukan LDL teroksidasi. Interaksi AGE dengan
endotel, juga yang terjadi pada sel-sel lainnya terakumulasi pada plak
atherosklerosis, seperti fagosit mononuklear dan sel- sel otot polos,
memicu disfungsi endotel. Secara spesifik, interaksi AGEs dengan
komponen dinding vaskuler meningkatkan permeabilitas vaskuler, dan
pembentukan ROS, sehingga meningkatkan ekspresi molekul adhesi
lekosit endotel di vaskuler.
Endotel vaskuler yang meregulasi aliran macromolekul dan
sirkulasi sel dari darah menuju jaringan, adalah target utama dari stres
oksidatif, berperan penting dalam patofisiologi beberapa penyakit
vaskuler. Secara spesifik, stres oksidatif meningkatkan permeabilitas
endotel dan memicu adhesi leukosit, yang nantinya akan diikuti dengan
perubahan sinyal transduksi pada endotel dan faktor transkripsi yang
mengatur redoks.
7
b. Hipoalbuminemia akibat penurunan sintesa albumin
8
Tabel 3. Penyebab Hipoalbumin
2.2.1 Definisi
9
meningkat pada usia > 45 tahun, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan DM.
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi, meliputi berat badan
berlebih/overweight (IMT > 23 kg/m), kurang aktivitas fisik,
hipertensi ( 140/90 mmHg), dislipidemia (HDL 35 mg/dL dan
trigliserida 250 mg/dL), dan unhealthy diet.
3. Faktor lain yang terkait dengan risiko DM, meliputi penderita
Polycystic Ovary Syndrom (PCOS), memiliki riwayat toleransi
glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu
(GDPT) sebelumnya, dan memiliki riwayat penyakit
kardiovaskular, seperti stroke, PJK, atau PAD (Peripheral
Arterial Diseasse).
2.2.3 Klasifikasi
DM ini disebabkan oleh kekurangan insulin dalam darah yang terjadi akibat
kerusakan dari sel beta pankreas. Gejala yang menonjol adalah sering
kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar
penderita DM tipe ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi
DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar
insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin
untuk metabolisme glukosa tidak ada atau kurang. Akibatnya glukosa dalam
darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, dan 75% dari penderita DM
10
type II ini dengan obesitas atau kegemukan dan biasanya diketahui DM
d. Endokrinopati
f. Infeksi
g. Imunologi
4. DM Gestasional
11
2.2.4 Gambaran Klinis
2.2.5 Komplikasi
a. Penyulit akut
1. Ketoasidosis diabetik
KAD adalah suatu keadaan dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau
produksi glukosa hati meningkat dan penggunaan glukosa oleh sel tubuh
mengakibatkan aktivitas kreb cycle menurun, asetil Ko-A dan Ko-A bebas
akan meningkat dan asetoasetil asid yang tidak dapat diteruskan dalam
kreb cycle tersebut juga meningkat. Bahan-bahan energi dari lemak yang
KAD. Kriteria diagnosis KAD adalah GDS > 250 mg/dl, pH <7,35, HCO3
12
rendah, anion gap tinggi dan keton serum (+). Biasanya didahului gejala
berupa anorexia, nausea, muntah, sakit perut, sakit dada dan menjadi tanda
Ditandai dengan penurunan kesadaran dengan gula darah lebih besar dari
600 mg% tanpa ketosis yang berartidan osmolaritas plasma melebihi 350
mosm. Keadaan ini jarang mengenai anak-anak, usia muda atau diabetes
tipe non insulin dependen karena pada keadaan ini pasien akan jatuh
kedalam kondisi KAD, sedang pada DM tipe 2 dimana kadar insulin darah
nya masih cukup untuk mencegah lipolisis tetapi tidak dapat mencegah
3. Hipoglikemia
Ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg% tanpa gejala
klinis atau GDS < 80 mg% dengan gejala klinis. Dimulai dari stadium
kejang.
b. Komplikasi menahun
1. Mikroangiopati
A. Retinopati Diabetik
13
retinopati diabetik nonproliferatif, karena hiperpermeabilitas dan
retina. Rusaknya sawar retina darah bagian dalam pada endotel retina
tahun bila sudah mulai ada kerusakan mikro untuk mencegah kebutaan.
B. Nefropati Diabetik
Ditandai dengan albuminura menetap > 300 mg/24 jam atau > 200
14
vasadilator, terjadi peningkatan tekanan intraglomerulus dan bila terjadi
terus menerus dan inflamasi kronik, nefritis yang reversible akan berubah
C. Neuropati diabetik
hilangnya sensasi distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan
amputasi. Gejala yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar
tahun.(PERKENI, 2006)
2. Makroangiopati
terjadi dengan gejala tipikal intermiten atau klaudikasio, meskipun sering anpa
gejala. Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan kelainan yang pertama muncul
(Price,2005)
b. Pengelolaan
15
Tujuan jangka pendek pengelolaan DM adalah menghilangkan
keluhan/gejala DM dan mempertahankan rasa nyaman dan enak.
Sedangkan pengelolaan jangka panjang bertujuan untuk mencegah
penyulit, baik makroangiopati, mikroangiopati, maupun neuropati,
dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan mortalitas. Adapun
pilar pengelolaan DM menurut Hermawan (2004), yaitu :
1. Penyuluhan (Edukasi Diabetes)
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan serta ketrampilan bagi pasien DM yang bertujuan
menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman
pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai
keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta
kualitas hidup yang baik.
2. Perencanaan makan
a. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak
dengan prosentase karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan
lemak 20-25%.
b. Jumlah kalori disesuaikan dengan (1) pertumbuhan; (2) status
gizi; (3) umur; (4) stres akut; (5) kegiatan jasmani untuk
mencapai berat badan idaman.
c. Pemanis buatan dapat dipakai secukupnya, dan untuk
mendapatkan kepatuhan terhadap pengaturan makan yang
baik, pasien perlu dijelaskan mengenai bahan makan penukar.
Dalam melaksanakan perencanaan makan, ikutilah 3J
(Jumlah, Jadwal, Jenis)
3. Latihan jasmani
a. Latihan jasmani secara teratur, 3-4x per minggu, selama 30-
45 menit.
b. Sesuai petunjuk CRIPE (Continous, Rhytmical, Internal,
Progresif, Endurance, and Training).
16
c. Latihan sesuai kemampuan dan kondisi adanya penyakit
penyerta.
4. Obat berkhasiat hipoglikemik
Bila penderita DM telah menjalankan pengaturan makan dan
kegiatan jasmani yang benar dan teratur, namun pengendalian
kadar glukosa darah belum tercapai, dipertimbangkan pemakaian
obat
berkhasiat hipoglikemik (oral atau suntikan).
17
BAB 3
LAPORAN KASUS
1). Identitas
Nama: Ny. I
Usia: 57 tahun
Jenis Kelamin :
Alamat : Bareng
2). Anamnesa
Kel.utama : Bengkak
RPS :
Bengkak di kaki sudah 3 bulan, memberat 5 hari ini yang membuat pasien
sulit berrjalan dan dada terasa berat. Bengkak juga didapati di perut,
tangan dan wajah. Awalnya bengkak pada kaki dulu kemudian perut. Mual
(+), muntah (-). Perut kanan bawah terasa nyeri,teraba massa. nafsu makan
turun. Pusing (-), demam sebelumnya disangkal. BAK sedikit, BAB susah.
RPD :
- HT disangkal
- DM (+)
18
RPSos :
Pemeriksaan Fisik :
- GCS: 4-5-6
- Thorak:
Perkusi: sonor/sonor
Auskultasi:
Vesukuler / vesikuler
Vesukuler / vesikuler melemah
Vesukuler / vesikuler melemah
Rh-/-, Wh -/-
- Abdomen:
Inspeksi: rounded
- - -
- - -
19
+ + -
+ +
+ +
20
Hasil Pemeriksaan DL
Hb 12,2
Leukosit 6.600
Hct 35,3
Eritrosit 4.110.000
Trombosit 241.000
Hitung Jenis
:
Eosinofil
Basofil
Batang
Segmen 66
Limfosit 24
Monosit 10
Cl 111
Na 137
K 3,92
GDA 176
Albumin 2,98
Kreatinin 0,72
Serum
Urea 59,1
21
EKG
Ny. I, 57 th
Edema anasarka
Badan lemah
Nausea
Undulasi (+)
Riwayat DM (+)
Hipoalbumin
22
Massa R/ Inguinal Dextra
Ascites
Edema anasarka
Ascites
Nausea
Hipoalbumin
- Hipoalbumin
- DM type 2
Planning Diagnosis
- UL
- HbA1c
- Foto Thorax
- Profil Lipid
Terapi umum :
MRS
Vemflon
23
Terapi khusus :
- Valsartan 80 mg 1x1
Vital sign
BB
UT/24 jam
lanjutan berupa UL, USG abdomen, foto thorax, profil lipid untuk
KIE pada pasien bahwa pasien menderita Diabetes Mellitus , dan ada
24
BAB 4
PEMBAHASAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Lorraine Mc Carty Wilson; alih bahasa, Brahm U. Pendit[et.al.]editor
bahasa Indonesia. Jakarta;2005; hal.1259
27