Anda di halaman 1dari 6

48

BAB 6
PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, data yang diperoleh merupakan data primer yang

diambil melalui kuisoner pengetahuan dan sikap kader sebelum pembinaan

wawasan BKB dan setelah pembinaan wawasan BKB pada minggu ke empat

bulan September 2017 dengan jumlah responden 21 orang.

6.1 Karakteristik Responden

6.1.1 Usia

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 21 responden pada tabel 5.1,

menunjukkan jumlah kader terbanyak antara rentang usia 40 - <53, Usia 35 adalah

usia kematangan psikologis sehingga kader dapat berpartisipasi dalam komunitas

tersebut sesuai dengan masa usia produktif, karena mereka tidak terbatas pada

area rumah mereka dengan anak kecil yang membutuhkan perawatan intensif

(Komsan et al, 2014). Sesuai dengan penelitian Elytha et al, 2014 yang

mengatakan dari 370 kader sampel 249 diantaranya berusia 35 tahun. Hal ini

juga sesuai dengan penelitian Legi et al, 2015 dimana jumlah kader tebanyak pada

usia 45-55.

Pada tabel 5.4 menunjukan hasil sig (>0,05) sehingga usia tidak berpengaruh

terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap. Hal ini sesuai dengan

penelitian Agustin, 2012 yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan

dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak, dan aktivitas

sosial. Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang sehingga faktor usia, tidak mempengaruhi tingkat

pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang.


49

6.1.2 Pekerjaan

Pada Tabel 5.1, menunjukan jumlah kader terbanyak ialah responden yang

tidak memiliki pekerjaan lain atau ibu rumah tangga saja, hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Hamariyana, 2012. Penelitian lain yang

mendukung jumlah terbanyak pada kader ialah tidak bekerja ialah penelitian oleh

Mudjianto et al, 2003. bekerja pada ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga sehingga semakin banyak waktu yang tersita untuk

melakukan pekerjaan maka makin sempit kesempatan untuk menjadi kader

(Djafar, 2014) Pada tabel 5.5 menunjukan hasil sig (>0,05) sehingga usia tidak

berpengaruh terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap. Penelitan yang

dilakukan Hasanah, 2014 menunjukan bahwa pekerjaan kader mempengaruhi

tingkat keaktifan kader bukan tingkat pengetahuan serta sikapnya. Pekerjaan

merupakan salah satu sumber pendapatan sehingga kader yang memiliki pekerjaan

akan lebih fokus dalam bekerja daripada aktif sebagai kader Posyandu (Djafar,

2014).

6.1.3 Pendidikan

Pada tabel 5.1, menunjukan latar belakang pendidikan terbanyak responden

ialah tingkat lanjut ( > 9th), hal ini sesuai dengan penelitian Djafar, 2014 dimana

48,2 % kader respondennya memiliki tingkat pendidikan SMA, serupa dengan

penelitian sebelumnya latar belakang pendidikan terbanyak pada kader responden

penelitian Soedirham, 2012 ialah SMA. Latar belakang pendidikan responden

yang diteliti saat ini memungkinkan responden mudah memahami informasi yang

diperoleh sehingga responden bisa terlibat aktif dalam setiap kegiatan posyandu,

dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan formal seorang kader akan


50

mematangkan pemahaman tentang posyandu sehingga dapat meningkatkan

kinerja kader (Legi et al,2015).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudarsono (2010) menjelaskan pula

bahwa ada hubungan yang bermakna tingkat pendidikan kader dengan kinerjanya

sebagai kader posyandu. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan yang tinggi

akan membantu kader atau masyarakat memperoleh dan mencerna informasi

untuk kemudian menganalisis kondisi dan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, namun hal ini malah berbanding terbalik dengan penelitian yang

dilakukan saat ini, pada penelitian ini tidak didapatkan adanya hubungan antara

pendidikan dengan tingkat pengetahuan dan sikap dari kader.

6.1.4 Lama Menjadi Kader

Pada tabel 5.1, menunjukan dalam kriteria lama menjadi kader, kader lama

lah yang menempati jumlah responden terbanyak dibandingkan kader baru.

Menurut penelitian alfina dan isfandari, 2015, responden kader terbanyak yang

bekerja di posyandu meliliki lama kerja selama 3 tahun, hal ini sesuai dengan

penelitian soedirham, 2012 dimana lama masa kerja kader terbanyak yaitu < 5

tahun. sedangkan pada penelitian ini yang termasuk kader lama ialah kader

dengan lama kerja 9 th, hal ini menandakan kurangnya regenerasi pada taman

posyandu di sini. Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui bahwa tidak didapatkan

hubungan antara lama menjadi kader dengan tingkat pengetahuan dan sikap. Hal

ini bertolak belakang dengan penelitian Munfarida dan Adi, 2012 yang

menyatakan adanya hubungan antara lama menjadi kader dengan tingkat

pengetahuan dan keterampilan. meskipun demikian pada penelitian ini frekuensi

kader lama yang pengetahuannya baik lebih banyak daripada frekuensi kader baru
51

dengan pengetahuan baik, namun hal tersebut bersifat relatif dikarenakan tidak

semua kader yang telah lama bertugas pengetahuannya baik jika tidak ada

penyegaran informasi melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Puskesmas

(Sutiani et al, 2014)

6.1.5 Pendapatan

Pada tabel 5.1, menggambarkan tingkat pendapatan kader > UMR

merupakan pendapatan kader terbanyak di lingkungan Taman Posyandu dalam

cakupan wilayah kerja UPTD Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri. hal ini

berbanding terbalik dengan Nazri et al, 2016 dimana kader yang banyak

berpartisipasi memiliki gaji < Rp 1.000.000, sedangkan untuk hubungan jumlah

pendapatan keluarga dengan tingkat pengetahuan dan sikap tidak memiliki

hubungan hal ini sejalan dengan penelitian munfarida dan adi, 2012 yang

menyatakan pengetahuan dan keterampilan kader dipengaruhi oleh intensitas

informasi dan pengalaman kader posyandu dalam melaksanakan kegiatan bukan

dengan pendapatan keluarga.

6.1.6 Jumlah Pelatihan

Pada tabel 5.9 menunjukan adanya nilai yang signifikan antara perubahan

tingkat pengetahuan dengan jumlah pelatihan yang dihadiri kader hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan evita (2009) dimana terdapat peningkatan

pengetahuan keterampilan dan kepatuhan kader dalam kegiatan gizi. pelatihan

adalah suatu upaya kegiatan yang dilakukan guna peningkatan kemampuan,

pengetahuan keterampilan teknis dan dedikasi kader (Depkes, 2005). Menurut

syafei A, 2010 Pelatihan kader ialah upaya peningkatan pengetahuan,


52

keterampilann dan kemandirian kader. Biasanya pelatihan kader dilakukan oleh

pihak Puskesmas ataupun Dinas Kesehatan daerah setempat.

6.2 Pengaruh Pembinaan Wawasan BKB terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Kader di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pesantren 1 Kecamatan
Pesantren Kota Kediri
Pengetahun menurut Notoadmojo (2010) terdiri dari 6 tingkatan yaitu tahu,

memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. selain dari pelatihan, beberapa

faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang menurut Notoadmojo

(2010) yaitu umur, intelegensi, lingkungan, sosial budaya , pendidikan , informasi

dan pengalaman. pendidikan dan pelatihan dapat dipandang sebagai salah satu

investasioleh karena ituorganisasi atau instansi yang ingin berkembang, harus

memperhatikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawannya (Notoadmojo, 2003).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Sukiarko 2015, dengan judul

Pengaruh Pelatihan Kader dengan Metode Belajar Berdasarkan Masalah dalam

Kegiatan Kader Gizi Posyandu: Studi di Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang, dengan hasil nilai dari pretest ke posttest 1, dari prostest 1 ke posttest

2, dan dari pretest ke posttest 2 secara statistik menunjukan adanya perbedaan

yang signifikan (p<0,05). Ini menunjukan bahwa ada pengaruh pelatihan BBM

dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam kegiatan

posyandu. hal ini tidak sesuai dengan penelitian ini Penelitian ini telah

membuktikan bahwa adanya pembinaan wawasan BKB tidak menunjukan

perbedaan yang bermakna pada tingkat pengetahuan dan sikap kader di wilayah

kerja UPTD Puskesmas Pesantren 1 Kecamatan Pesantren Kota Kediri melalui uji

statistik McNemar dengan nilai sig tingkat pengetahuan 0,289 (> 0,05) dan nilai

sig sikap 0,727 (>0,05), meskipun terdapat perubahan tingkat pengetahuan


53

menjadi lebih baik. Perubahan tingkat pengetahuan terlihat dari peningkatan

jumlah kader dengan tingkat pengetahuan baik setelah pembinaan wawasan BKB

dan terjadi penurunan jumlah kader dengan tingkat pengetahuan kurang pada saat

setelah pembinaan wawasan BKB sesuai dengan tabel 5.2.

Pada penelitian ini tidak dapat dikendalikan adanya pengaruh dari luar

penelitian seperti informasi dari media massa dan sumber lain, yang dapat

mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan responden. Keterbatasan penilitian

terjadi dalam pengumpulan data. Penilai untuk pengetahuan dan pengamat uji

keterampilan kader kesehatan dilakukan oleh tim pengumpul data sehingga

dimungkinkan adanya subjektivitas dalam penilaian tersebut (Sianturi, Tambunan

dan Ningsih, 2013).

Anda mungkin juga menyukai