BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Marxis-Sosialis. Pada kesempatan ini, akan dipaparkan mengenai satu lagi teori
pendidikan yang dibahas dalam Buku Nurani Soyomukti yang berjudul Teori-teori
Pada dasarnya gerakan postmodern ini muncul sebagai kritik atas kegagalan
manusia modern (kehidupan modernitas) dalam menciptakan situasi sosial yang lebih
baik, kondusif dan berkeadilan sosial. Munculnya perang, gejolak sosial dan revolusi
sebagainya. Rasio manusia yang oleh masyarakat modern diyakini sebagai suatu
pula mengatasi semua pengalaman yang bersifat pastikular dan khusus dan
waktu.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan dan diskusi makalah ini adalah
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa atau pembaca dapat
mengetahui hakikat dari pendidikan postmodernisme, mulai dari hakikat atau makna
BAB II
PENDIDIKAN POSTMODERNISME
A. Pandangan Postmodernis
modernism. Istilah post dapat diartikan pasca atau setelah, bisa juga
diartikan tidak. Sementara modernism merujuk pada gaya filsafat dan gaya
(pasca), maka postmodernisme merupakan gaya berpikir yang lahir sebagai reaksi
tidak, maka postmodern mengandung arti yang lebih luas. Jika mengingat tahapan
masyarakat yang linear seperti tradisional, modern, postmodern, maka yang tidak
(Soyomukti, 2015).
istilah ini kerap digunakan dengan cara sinis dan berolok-olok, baik dibidang seni
4
maupun filsafat, yaitu dianggap sebagai sekedar mode intelektual yang dangkal dan
kosong atau sekedar refleksi yang bersifat reaksioner belaka atas perubahan-
perubahan sosial yang kini sedang berlangsung. Di pihak lain, kenyataan bahwa
istilah itu telah memiliki minat masyarakat luas bahkan hingga keluar dunia akademik
kini sedang kita alami. Meskipun demikian satu hal kiranya jelas, yaitu menganggap
tersendiri.
Sedang pada kubu Konstruktif atau revisioner dapat kita masukkan misalnya;
Heidegger, Gadamer, Ricoeur, Mary Hesse, dari tradisi Hermeneutika; lalu David R.
Griffin, Frederic Ferre, D. Bohm, dari tradisi studi proses Whiteheadian; juga
F,Capra, J.Lovelock, Gary Zukav, I.Prigogine, dari tradisi fisika yang berwawasan
holistik. Boleh jadi istilah post dalam postmodernisme itu jadinya memang
kelewat tajam dan mudah mengecoh. Barangkali memang lebih cocok jika misalnya
5
(Sugiharto, 2006).
suatu (a) posisi intelektual atau satu bentuk kritik budaya, sekaligus juga mengandung
arti (b) kemunculan serangkaian kondisi sosial, budaya, dan ekonomi tertentu untuk
ulang bidang komunikasi dan informasi dan mengacu pada perubahan kekuatan-
otoritas, kebijaksanaan yang mapan, norma budaya dan politikyang ditujukan pada
tradisi pemikiran Barat yang membentang ke belakang (dari modern) sampai dengan
masa Yunani klasik. Dengan kata lain, ia merupakan sebentuk sikap skeptis, curiga,
dan tidak percaya dengan hal-hal yang terkait dengan modernisme atau proyek
(1998). Ia menaruh perhatian pada persoalan realitas yang baginya uang saat ini telah
mampu berbicara lebih dan apapun itu adalah gambaran (image) serta hiperrealitas.
Kritik Baudrillard ini terutama bisa dilihat dari pengaruh media, khususnya media
global mulai dari gaya hidup (lifestyle), perkembangan dunia fashion, sampai pada
rujukan, sementara yang dirujuk belum tentu gambaran akan kenyataan yang
Kebebasan bukan hanya jargon pendidikan liberal, melainkan secara lebih radikal
totalitas, dan menolak hidup ini ada tujuannya (teleologis). Setiap upaya untuk
memberi patokan akan mengarahkan murid pada standar tertentu pasti akan dianggap
menjajah makna orang lain. Setiap upaya mencari kebenaran objektif dianggap
memahami arti kata dalam hidup yang semakin ruwet. Lebih ruwet lagi tanpa
penjelasan dan pemahaman tentang apa arti kebebasan. Agar kita bebas, kita harus
memahami bahwa hidup kita tanpa batas (no frontier). Kita juga harus menyingkirkan
hambatan-hambatan yang menghalangi kita memahami dunia yang luas, yang dapat
Kebebasan sejati lahir dari orang yang hidupnya punya tujuan. Tidak ada
kebebasan dalam jiwa orang yang hidupnya absurd dan tidak tahu untuk apa tujuan
serangan pemikiran dan cara pandang dari luar dirinya. Meskipun demikian, ia tetap
saja tidak dapat menyerap berbagai hal yang datang untuk mengisi pikiran dan
hatinya. Ia tidak punya patokan, tidak punya ukuran yang digunakan untuk menilai
diri dan lingkungannya. Lalu, ia pun berkata, Hidupku mengalir, aku tak perlu
patokan-patokan, aku tak perlu menetapkan nilai untuk segala sesuatu. Bahkan, aku
tak ingin menilai karena aku tak mau menghakimi. Inilah salah satu model berpikir
Orang yang memiliki model berpikir relativistik mulai menjauhkan diri pada
individualisme yang apatis dengan ditunjukkan oleh generasi yang tidak mau terlibat.
Lihatlah wajah politik negeri ini dipenuhi oleh wajah-wajah tua. Para politisi kita
terlalu tua, karenanya politik kita adalah daur ulang dari proses lama yang sejak awal
menindas dan membohongi rakyat. Berbeda dengan ketika generasi muda pada
8
zamannya, Soekarno, Hatta, Syahrir, Aidit, para politisi, dan negarawan yang usianya
sangat muda. Mereka terlibat dalam politik yang dinamis. Politik yang penuh idealis
dan cita-cita perjuangan. Tidak seperti sekarang, ketika para kaum muda malas
berpolitik, politik kelihatannya renta dan tidak ada kaitannya dengan perubahan
akibat lebih jauhnya adalah apatisme yang kian besar masyarakat terhadap (partai,
karena orang-orang yang sok, tidak mau menetapkan tujuan hidupnya. Kebebasan
yang dicita-citakan oleh orang yang tidak punya tujuan dan patokan dalam hidupnya
2. Relativisme
membuat warna baru yang menarik untuk dikaji. Tidak saja karena kehadirannya
kritis yang melakukan pembacaan ulang atas berbagai tradisi yang selama ini diyakini
aksiologi yang tumbuh dalam pengetahuan dasar masyarakat mengenai realitas. Bagi
gerakan postmodern, manusia tidak akan mengetahui realitas yang objektif dan benar.
Yang diketahui manusia hanyalah sebuah versi dari realitas, bukan keseluruhannya.
Arief Budiman mengatakan, ibarat teks bacaan, realitas yang diketahui manusia
9
merupakan teks yang sudah dibentuk oleh pengarang. Pada titik ini, postmo terjun ke
Apabila kita punya tujuan dalam hidupnya, maka kebebasan yang lebih
bermakna akan kita temukan. Akan tetapi, jika kita tidak punya tujuan, maka jangan
harap akan menemukan kebebasan yang bermakna. Kita punya tujuan, artinya kita
berusaha meraih sesuatu yang kita yakini benar. Tujuan yang baik adalah tujuan yang
objektif, yang didasarkan pada ukuran yang dapat kita buat sesuai dengan apa yang
menyamakan antara yang kaya dan yang miskin, jelas merupakan pandangan yang
membahayakan. Seakan keyakinan akan sesuatu yang benar atau salah tidak dapat
kita peroleh. Mungkin orang Indonesia adalah orang yang malas, jauh dari
atau merefleksikan segala sesuatu. Penjajahan beratus-ratus tahun telah membuat kita
bodoh dan hanya menerima, tidak punya prinsip, dan keyakinan yang didasarkan
semuanya.
Relativisme dan aburdisme bukan milik orang yang dalam hidupnya ingin
menemukan kebenaran untuk menjadi dasar dalam menilai sesuatu, untuk mengetahui
mana yang baik dan mana yang buruk. Mengetahui secara benar, mereka ingin
memastikan segala sesuatu sesuai dengan kebenarannya dan ingin membongkar apa
10
berusaha memanipulasikannya.
Hal lain yang harus dicatat adalah masyarakat kita selalu tidak fokus dalam
menceritakan segala sesuatu, bahkan dalam menjawab pertanyaan. Oleh sebab itu,
penilaian terhadap suatu hal biasanya berbelit-belit, abstrak, dan tidak konkret pada
suatu gejala yang ingin diketahui. Ketika ditanya, Seberapa jauh dari Bali ke
Jakarta?, orang yang ditanya sering tidak menjawab sesuai pertanyaan. Kebanyakan
orang akan menjawab, Paling sehari, kamu berangkat pukul 4 sore, sampai sana
Jarak pun ditafsirkan dengan waktu. Padahal, jika dalam masyarakat telah
terbiasa menanyakan dan menjawab sesuatu secara pas dan konkret, siapa saja
jawabannya akan sama. Semua orang akan memiliki jawaban yang sama jika mereka
sama-sama tahu jarak antara kedua kota. Akan tetapi, jika kita tidak tahu, biasanya
jawaban akan dialihkan dengan jawaban lain. Oleh sebab itu, pertanyaan soal jarak
dojawab menggunakan patokan lain seperti waktu atau menggunakan jenis kendaraan
Perasaan bahwa segala sesuatu itu relatif lahir dari cara berpikir gampangan
sesat filsafat yang berkembang dalam anggapan orang yang biasanya malas
berpikirdan bekerja keras dalam menyelesaikan masalah. Cara berpikir relativistik ini
11
benar-benar membodohi dan (kalau mau dirunut) selalu sesuai dengan kepentingan
segelintir orang yang ingin hidup enaknya sendiri. Disebabkan hidupnya telah enak
kebenaran. Mereka, kalau bukan orang yang malas, juga orang yang tak jujur, dan
2. Begitu subjektivitas (yakni sebuah rasa kesadaran personal yang diniatkan, yang
semakin berkembang ke arah sebuah sistem-diri yang mekar secara penuh, atau
seluruh tindakan belajar yang punya arti penting cenderung untuk bersifat
subjektif.
12
personal). Kehendak itu (dalam keadaan apapun) berfungsi melalui pilihan, yakni
identifikasi daya tangkap tentang makna tertentu di antara makna yang secara
tertentu yang ada. Rangkaian pilihan itu (yang diarahkan kehendak atau niat
jika hal-hal lain setara, membawa ke arah pemenuhan kehendak tadi. Sepanjang
4. Secara umum, individu yang secara eksistensial otentik adalah orang yang
dirumuskan dengan baik dan yang secara kognitif memiliki perlengkapan berkat
jumlah maksimum persoalan yang mengikuti komitmen semacam itu dalam suatu
dalam sebuah gaya hidup yang mana individu didorong untuk memperdalam
13
terhadap penyelesaian aktif atas persoalan-persoalan yang besar dan luas, serta
keadaan manusia yang menjelma ada (eksis) di dunia tanpa adanya persoalan-
sadar secara aktif), dan bukan sebagai kesulitan-kesulitan sementara yang harus
ditaklukkan.
yang dijalankan secara terencana, komprehensif, dan holistik sebagai upaya yang
penyadaran agar peserta didik dan seluruh elemen pembelajaran (termasuk guru)
dapat diarahkan pada perjuangan yang lebih nasionalistik dan melawan kontradiksi
postmodernisme adalah filsafat yang tidak menyukai totalitas dan gerakan besar
narrative).
14
mendekonstruksi segala sesuatu, tampak sebagai teori dan sikap yang kritis. Akan
tetapi, dalam banyak hal ia juga tampak lebih pantas dipegang oleh para kalangan
liberalis. Mereka adalah orang yang tidak menyukai sedikitpun aturan dan standar
kebebasan menjadi cita-cita semua manusia, tetapi saja ada titik universal yang harus
postmo menginginkan segalanya tercerai-berai agar setiap orang tidak memiliki cita-
cita yang sama. Dengan demikian, jelas bahwa pendidikan postmodernislah yang
Hal ini adalah suatu kebohongan karena pendidikan bukanlah suatu proses
ideologis. Bagaimana bukan pertarungan jika pada kenyataannya apa yang menjadi
tujuan pendidikan saat ini berbenturan dengan kepentingan yang lain. Lembaga
kepentingan untuk membebaskan peserta didik dengan kesadaran dan dorongan untuk
terlibat aktif dalam aktivitas dan kegiatan yang mengarah pada kemanusiaan, dengan
kepentingan untuk menjadikan peserta didik hanya tunduk pada kesadaran yang
dapat melanggengkan sistem penindasan dan menjadikan peserta didik hanya sebagai
kemanusiaan.
15
membuat kebanyakan orang kehilangan daya kritisnya. Dominasi ideologis ini tidak
sulit untuk dijelaskan jika kita mau meneliti secara sungguh-sungguh hambatan-
Jika kita berpikir relativistik, maka kita tidak akan peduli pada serangan
ideologis dari setiap proses kehidupan, yang muncul dari kekuatan material seperti
media, guru, dan alat-alat ideologi dari kelas penindas atau kekuatan yang berusaha
memenangkan kepentingannya baik sadar atau tidak. Guru di ruang kelas, misalnya,
adalah kekuatan ideologis. Mereka bukanlah sosok statis yang tidak kita pertanyakan
karena nyaman dengan maknanya sendiri, padahal murid juga punya maknanya
sendiri.
dalam tatanan material yang membentuk ide, watak, dan obsesi. Apa yang dianjurkan
guru dan apa yang diterima murid, membawa konsekuensi bagi dinamika ideologis
yang menetukan pada titik ketika murid berada dalam hubungan material. Lagipula,
dalam pendidikan kapitalistik seperti sekarang, terlalu bohong besar jika kita tidak
melihat bahwa murid tidak diintervensi kekuatan material bahkan yang berada di luar
sekolah. Jadi, setiap upaya untuk mengarahkan murid pada ideologi tertentu atau
mendorongnya untuk berpihak pada isu atau ide tertentu, hal itu bukanlah suatu hal
yang haram. Kaum kapitalis (pemilik modal) juga melakukan itu. Jadi, jika kaum
kolonialisasi makna atau penjajahan cara berpikir, hal itu tampak munafik karena
Ekspansi cara berpikir kapitalis itu sangat nyata. Seperti yang telah
memenangkan ideologi kapitalis. Kontradiksi akan dirasakan oleh peserta didik anak
ekonomi? Di dalam buku teks dan apa yang dikatakan gurukepanjangan tangan
memandang kebenaran itu relatif alias tergantung pada individu masing-masing. Cara
pandang yang paling ekstrem adalah nihilisme, yang memandang tidak ada
kebenaran. Hal ini sangatlah membahayakan. Padahal, para filsuf pendidikan klasik
saja percaya dan menjungjung tinggi kebenaran dan menganggap di tempat mana dan
Oleh karena itu, pendidikan juga sama saja di tempat mana pun.
jika kita adalah pendidik, kita harus punya bidang tertentu yang rasional dan dapat
kita pertahankan keberadaannya. Jika bidang itu pendidikan, kita tidak dapat
mengubah-ubahnya sesuai dengan kemauan para orang tua peserta didik sendiri, atau
masyarakat.
kesamaan hakiki manusia. Kita ingin mengembangkan apa yang sama-sama dimiliki
oleh seluruh umat manusia dan tidak menyibukkan diri dengan unsur-unsur
anak. Kebebasan harus kita berikan secara lebih luas kepada anak. Akan tetapi, juga
harus diimbangi dengan keharusan mengajarkan anak disiplin serta sikap menghargai
orang lain. Lebih jauh, anak-anak harus diajarkan pada nilai-nilai. Dengan
menanamkan standar nilai dan mengajarkan kedisiplinan, anak-anak kita akan merasa
yakin dan punya harga diri di hadapan orang lain dan perkembangan sosial yang
cepat berubah. Hilangnya nilai-nilai dan prinsip yang mengjangkiti generasi pada era
ini dapat kita cegah jika kita dapat memenangkan nilai yang lebih universal, rasional,
18
serta nilai yang mampu menjadi jawaban bagi keresahan dan kontradiksi yang
bukan mengubah realitas, melainkan mencari makna atau mengubah makna tiap-tiap
murid, mungkin juga guru. Padahal, kita tahu makna yang dianggap menyenangkan
atau baik bagi murid, belum tentu hal itu sesuai dengan tujuan pendidikan. Misalnya,
murid sangat merasakan makna hidup ketika dia menghindar dari jam pelajaran
paling sulit. Bukankah makna semacam ini bukan hanya harus dijauhkan dari murid
kontradiksi pokok dunia dianggap tidak penting karena hal itu dianggap akan
dicurigai akan dikenakan kepentingan politis dan kepentingan politis selalu dianggap
naif.
Charles A. Reich dalam bukunya yang berjudul The Greening of America berikut
dengan orang lain. Seseorang mungkin saja menjadi seorang pemikir ulung dan
19
cemerlang, tetapi tidak lebih baik dalam berpikir dibandingkan dengan orang lain,
dengan sangat buruk masih dapat lebih unggul menurut caranya sendiri
suatu ilusi akan adanya model pembentukan karakter yang tidak didasarkan pada
seseorang yang berpikir dengan sangat buruk boleh dikatakan sebagai manusia
yang unggul. Tidakkah kemampuan berpikir anak-anak didik kita dapat kita ukur?
2015).
dalam pedagogi, menurut Saudah (Tt) ada banyak implikasi atau pengaruh praktis
1. Peserta didik harus dibantu untuk melihat bagaimana berbagai ide dan institusi
yang ada sebenarnya telah disesuaikan dengan berbagai nilai dan kepentingan
2. Pendidikan harus dipahami sebagai sebuah wadah sosialisasi bagi peserta didik
Pendidikan harus mengarah kepada apa yang dianggap benar oleh masyarakat di
mana peserta didik hidup agar mereka dapat berperan sebagai warga dalam
masyarakat tersebut. Peserta didik harus dibantu untuk menemukan pijakan dasar
bagi kehidupannya.
3. Pendidik harus mau dan mampu untuk bekerjasama dengan peserta didik (dan
orang tua) dalam suatu cara dialogis untuk mengidentifikasi pelbagai pandangan
yang merupakan suatu kombinasi yang tepat dari elemen-elemen lama dan baru.
4. Lembaga pendidikan harus mendorong dan membantu peserta didik untuk terlibat
5. Salah satu hal yang juga penting dalam pendidikan adalah tekanan pada sifat
pendidik dan peserta yang belajar bersama tidak dengan gaya top-down.
6. Pendidik harus membantu peserta didik untuk belajar bagaimana caranya belajar,
seperti dalam mempergunakan teknologi tertentu. Satu keuntungan dari cara ini
adalah peserta didik secara lebih aktif terlibat dalam menentukan apa yang
mereka pelajari dan mengapa harus dipelajari, serta mampu untuk memberikan
7. Penting juga untuk dicatat bahwa tidaklah memadai hanya memberikan peserta
karena sebagian besar anak membutuhkan dorongan dan bantuan yang terus
menerus untuk mempelajari apa yang mereka butuhkan bagi kehidupan dunia saat
ini.
membongkar semua struktur dan harapan yang ada, namun lebih baik mencoba
untuk mengkreasi berbagai struktur yang memberikan dukungan kepada didik dan
sebagai ruang publik yang demokratis. Pendidik pada zaman postmodern ini harus
tidak hanya terbatas pada menata ulang kurikulum yang memberdayakan teknologi
informasi tetapi juga harus menegaskan kembali posisi pedagogi yang menyelaraskan
lokalitas masyarakat. Hal ini agar masyarakat atau peserta didik tidak tercerabut dari
yang dijalankan tidak lagi harus memusatkan pada guru sebagai ujung tombak
masyarakat sekitarnya. Beban materi tidak harus berat dan banyak, sebab hal itu
hanya menghasilkan out put pendidikan yang tahu banyak hal tetapi sedikit dan tidak
mendasar.
tidak harus menjadi ukuran kebenaran dalam ilmu, melainkan partner bagi anak didik
23
kurikulum lokal tersebut. Dan sekolah, berfungsi sebagai ruang kondusif dalam
demikian menjadi ruang terjadinya komunikasi yang emansipatif bagi anak didik.
Tampaknya ikhtiar ini terinspirasi oleh model gerakan postmodernisme, meski tidak
BAB III
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
bermakna gaya berpikir yang lahir sebagai reaksi terhadap pemikiran modernisme
mencari makna atau mengubah makna tiap-tiap murid, mungkin juga guru.
Padahal makna yang dianggap menyenangkan atau baik bagi murid, belum tentu
sebagai ruang publik yang demokratis. Pendidik pada zaman postmodern ini
identitas diri yang terbentuk dalam budaya dominasi, dan mencari pendekatan-
kekuasaan.
B. Saran