PENDAHULUAN
II. PEMBAHASAN
A. Sistem Kesehatan dan Jaminan/ Asuransi Kesehatan Jepang
Mekanisme Pembayaran
Peraturan untuk pembayaran dokter dan rumah sakit sama untuk semua
sistem asuransi. Pembayaran fasilitas berprinsip atas dasar fee-for-service,
namun pembayaran paket telah digunakan secara parsial pada Health
Insurance for theElderly. Harga dari masing-masing perawatan medis yang
tercakup oleh asuransi terdaftar pada fee schedule yang ditentukan oleh
pemerintah berdasarkan atas rekomendasi oleh the Central Social Insurance
Medical Council dan direvisi setiap dua tahun sekali. Standar harga obat-
obatan menentukan harga resep obat yang dapat diklaim oleh fasilitas medis.
Tiap bulan, tagihan disampaikan kepada kantor regional dari dua organisasi
pusat pemeriksa dan pembayaran yaitu theSocial Insurance Medical Fee
Payment Fund dan the National Health InsuranceFederation. Organisasi ini
bertugas untuk memeriksa tagihan untuk menemukan kesalahan, utilisasi yang
melampaui batas dan kecurangan. Terdapat lampiran reviu utilisasi yang
dibuat oleh dokter untuk kasus-kasus mahal atau yang menggunakan fasilitas
yang spesifik. Setelah disetujui, tagihan dikirim ke dana individu. Pembayaran
ke rumah sakit dan dokter diproses lagi melalui pemeriksaan ini dan organisasi
pembayaran. Pembayaran premi asuransi dilakukan melalui pemotongan gaji
bagi pegawai pemerintah atau perusahaan swasta, sedangkan bagi pensiunan
atau bekerja mandiri dilakukan melalui pemotongan rekening tabungan atau
pembayaran langsung. Pembayaran cost sharing yang harus dibayar pasien
dibayarkan langsung ke rumah sakit melalui ATM yang tersedia di rumah sakit
(Okimoto DI dan Yoshikawa A., 1993); (Yoshikawa A, Bhattacharya J, Vogt
WB, 1996); (Guy Carrin and Chris James, 2005); (Wawan Juswanto, 2008).
Fasilitas
Setiap fasilitas kesehatan di Jepang harus ikut asuransi. Setiap orang dapat
memilih fasilitas kesehatan dimanapun baik pemerintah maupun swasta hanya
dengan menunnjukkan kartu peserta asuransi. Peserta dapat memilih berobat
ke klinik atau ke rumah sakit dimanapun bahkan di luar wilayah tempat
tinggal karena pemerintah berprinsip saat seseorang sudah mau berobat ke
pelayanan kesehatan kenapa harus ditolak. Besarnya biaya pengobatan dan
perawatan sama saja baik di fasilitas pemerintah ataupun swasta. Pihak
asuransi dan pemda akan melakukan audit secara ketat untuk setiap klaim
asuransi karena mereka harus memastikan bahwa peserta asuransi menerima
pelayanan sesuai standar nasional yang tercantum juga dalam pedoman
asuransi kesehatan. Standar tersebut mencakup tenaga kesehatan, alat-alat
kesehatan dan obat-obatan. Biaya yang tidak tercantum dalam kalaim asuransi
akan ditanggung oleh pasien. Bila pasien tidak mampu menanggung biaya
tersebut maka pemerintah wajib menanggung biaya tersebut. Seorang dokter
yang ingin meresepkan obat di luar yang tercantum dalam pedoman asuransi
harus mendapat persetujuan dari komite medik karena semua alat dan obat
yang masuk di pedoman asuransi Jepang merupakan alat dan obat yang
berkualitas tinggi (Tetsuo Fukawa, 2002); (Guy Carrin and Chris James,
2005); (Wawan Juswanto, 2008).
III.
PENUTUP
Sistem
asuransi
di Jepang
sudah diatur
melalui
perundang-undangan di negara tersebut dan dapat meng-cover lapisan
masyarakat di Jepang, seperti: pekerja pabrik, warga negara asli jepang, lansia,
dan warga negara asing yang berdomisili di Jepang. System kefarmasian di
Jepang juga merupakan percontohan karena sudah memiliki hukum dan
regulasi yang sesuai bagian kefarmasian masing-masing. System pembiayaan
di Jepang dikeluarkan oleh asuransi berdasarkan penggunaan atau pelayanan
kesehatan yang diberikan dan sesuai dengan undang-undang yang berlaku
dinegara tersebut.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, W., 2014, Sistem Kesehatan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Fukawa, T., 2002, Public Health Insurance in Japan, World Bank Institute,
Washington, D.C., U.S.A.
Guy Carrin and Chris James, 2005. Social Health Insurance: Key factors affecting
the transition towards universal coverage, World Health Organization
Geneva
Japan Pharmaceutical Manufacturers Association, 2012. Pharmaceutical
Administration and Regulations in Japan, Jepang.
Okimoto DI dan Yoshikawa A., 1993. Japans health system: Efficiency and
effectiveness in universalcare. Faulkner& Gray Inc. New York, USA
Thabrany Hasbullah, 2003. Social Health Insurance Implementation in Indonesia
Executive meeting on Development of Social Health Insurance in Indonesia.
Jakarta.
Tetsuo Fukawa, 2002. Public Health Insurance in Japan, World Bank Institute
Yoshikawa A, Bhattacharya J, Vogt WB, 1996. Health Economics of Japan.
University of Tokyo Press, Tokyo
Wawan Juswanto, 2008. Sistem, Proses dan Perkembangan Anggaran Pemerintah
Jepang. majalah inovasi online edisi Vol. 11 XX/Juli/2008
http://io.ppijepang.org/article.php?id=259