MATA KULIAH
OLEH :
1
namun mencegah adanya respirasi anaerobik, atau keketatan
kemasan untukmeminimalkan kerusakan karena tekanan saat
yang sama mencegah pula kerusakan karena vibrasi.
Pemahaman tentang kealamiahan produk pascapanen
serta pengaruh dari praktek penanganan pascapanen adalah
penting untuk menentukan kompromi yang paling baik untuk
menjaga kondisi optimum produk. Tidak ada resep yang tetap
atau solusi untuk setiap produk. Penting pertimbangan faktor
fisiologis, fisik, patologis dan ekonomis. Sehingga perlu
dilakukan praktek baik dilapangan maupun dilaboratorium
untuk memperhatikan kompromi yang paling baik untuk
menjaga kondisi optimum produk.
Pekerjaan praktek di laboratorium atau praktikum
harus dipandang sebagai demonstrasi atau verifikasi dari
teori yang didapatkan di kelas. Tujuan praktikum adalah
untuk memberikan tambahan dari perkuliahan untuk lebih
memahami teori-teori yang diberikan. Setelah mengikuti
praktikum termasuk penulisan laporan, mahasiswa
diharapkan:
1. Menguasai pengetahuan secara baik dengan kemampuan
aplikasinya melalui kegiatan praktik di laboratorium.
2. Terampil dalam menggunakan peralatan laboratorium.
2
3. Mampu menganalisis, mempresentasikan,
menintepretasikan data serta menyimpulkan hasil
praktikum dengan baik.
4. Mampu menyusun laporan hasil praktikum secara
keseluruhan dengan baik.
4
III. FORMAT LAPORAN
1. Pendahuluan.
5
3. Bahan dan Metode
4. Hasil Percobaan
6
Pada bagian ini dijelaskan keberartian atau
signifikansi hasil percobaan berdasarkan tampilan
data serta bila diperlukan berdasarkan analisis
statistika sebagai justifikasi.
Argumentasi-argumentasi penulis pada bagian ini
hanya sebatas menjelaskan data secara dari parameter
tertentu dan/atau mengkaitkan satu parameter dengan
parameter lainnya.
5. Pembahasan
7
Umumnya pernyataan-pernyataan keberartian dari
hasil percobaan yang telah diargumentasikan secara
kritis di atas adalah merupakan kesimpulan-
kesimpulan dan rekomendasi hasil percobaan
7. Daftar Pustaka
8
IV.KEGIATAN PRAKTIKUM
Praktikum I
Pengukuran Laju Respirasi Beberapa Produk
Hortikultura
1.Pendahuluan
Respirasi adalah proses sentral dari sel-sel hidup yang
memediasi pelepasan energi melalui pemecahan senyawa
karbon dan pembentukan kerangka karbon (carbon
sekeletons) yang diperlukan untuk menjaga reaksi sintesis
setelah panen. Dari pandangan pasca panen, pengaruh utama
laju respirasi adalah penting, karena laju respirasi
mengindikasikan laju metabolisme secara keseluruhan
tanaman atau bagian tanaman. Seluruh perubahan
metabolisme yang terjadi setelah panen, khususnya hal yang
berhubungan dengan mutu dari produk merupakan perhatian
penting ahli pascapanen. Posisi sentral dari respirasi dari
tanaman atau bagian tanaman serta kemudahan
pengukurannya maka memungkinkan respirasi digunakan
sebagai ukuran umum dari laju metabolisme. Jadi respirasi
berlangsung adalah untuk memperoleh energi agar tetap
dapat melangsungkan aktivitas hidupnya.
9
C6H12O6 + O2 --------> H2O + CO2 + Energi (ATP +
panas)
Bahan praktikum :
o Produk hortikultura berupa buah, daun,
bunga, kecambah atau lainnya
Peralatan meliputi stoples (chamber) plastik 1.0 atau
1.5 liter, selang plastik, plastisin, gelas ukur, karet,
timbangan analitik dan gas analyzer.
4. Tahapan Kerja
11
Buah atau sayuran bahan percobaan ditentukan
beratnya selanjutnya masing-masing dimasukkan ke
dalam stoples yang sudah disediakan.
Penutup stoples dilubangi dengan dua lubang untuk
memasukkan selang plastik.
Stoples ditutup dengan penutup di atas dan bagian
pinggir penutup yang melekat pada stoples diberi
lapisan plastisin untuk menghindari kebocoran.
Demikian pula pada bagian selang pada lubang tutup
stoples diberi lapisan plastisin supaya tidak terjadi
kebocoran udara.
Ujung selang di luar stoples dijepit dengan penjepit
khusus atau dilipat dan diikat dengan karet gelang
supaya tidak terjadi perpindahan udara dari dalam ke
luar stoples atau sebaliknya.
Masing-masing jenis komoditas hortikultura tersebut
yang dimasukkan ke dalam stoples di simpan pada
dua suhu berbeda, yaitu suhu kamar dan suhu dingin
o
(10+2 C).
Setiap komoditas sebagai unit percobaan yang
ditempatkan pada dua suhu berbeda tersebut diulang
sebanyak dua kali.
1
2
Pengukuran laju respirasi dengan menggunakan gas
analyzer dilakukan saat 2 jam setelah produk yang
berada di dalam stoples ditempatkan pada suhu kamar
dan suhu dingin. Pengukuran dilanjutkan setiap
interval 2 jam berikutnya sampai 6 jam penyimpanan.
5. Pengukuran Respirasi
14
Tabel 2. Hasil Pengukuran Konsentrasi O2 dan CO2 (%)
pada saat 4 jam di dalam stoples
Ruang Kangkung
Tomat
Toge
Dingin Kangkung
Tomat
Toge
Ruang Kangkung
Tomat
Toge
Dingin Kangkung
Tomat
Toge
15
Tabel 5. Laju respirasi (produksi CO2) selama 2 Jam
penyimpanan (mL/kg jam)
Suhu Jenis Produk Ulangan 1 Ulangan Rata-rata
2
Ruang Kangkung
Tomat
Toge
Dingin Kangkung
Tomat
Toge
1.2
1
0.8
Kangk
Konsumsi
0.6
ung
Tomat
0.4
Laju
0.2
16
1.2
Laju
Produ 1
ksi
CO2 0.8
(mL/k
g.jam) 0.6 Kangkung
Tomat
0.4
Toge
0.2
0
2 Jam 4 Jam 6 Jam
Waktu Pengukuran
Praktikum II.
Crisping pada Produk Hortikultura
1. Pendahuluan
Produk pascapanen hortikultura berupa sayuran daun
segar sangat diperlukan oleh tubuh manusia sebagai sumber
vitamin dan mineral namun sangat mudah mengalami
kemunduran yang dicirikan oleh terjadinya proses pelayuan
yang cepat (Ness dan Powles, 1996; Salunkhe et al., 1974).
Banyak laporan menyebutkan bahwa susut pascapanen relatif
sangat tinggi yaitu berkisar 40-50% khususnya terjadi di 17
negara-negara sedang berkembang (Kader, 1985; Kader,
2002)
Salah satu penyebab terjadinya pelayuan adalah
karena adanya proses transpirasi atau penguapan air yang
tinggi melalui bukaan alami seperti stomata, hidatoda dan
lentisel yang tersedia pada permukaan dari produk sayuran
daun tersebut. Kadar air (85-98%) dan rasio antara luas
permukaan dengan berat yang tinggi dari produk
memungkinkan laju penguapan air berlangsung tinggi
sehingga proses pelayuan dapat terjadi dengan cepat (Van
Den Berg dan Lenz, 1973). Selain faktor internal produk,
faktor eksternal seperti suhu, kelembaban serta kecepatan
aliran udara berpengaruh terhadap kecepatan pelayuan.
Mekanisme membuka dan menutupnya bukaan-bukaan alami
pada permukaan produk seperti stomata dipengaruhi oleh
suhu dari produk. Pada kondisi dimana suhu produk relatif
tinggi maka bukaan alami tersebut cenderung membuka dan
sebaliknya pada keadaan suhu relatif rendah maka buakaan
alami mengalami penutupan (Kays, 1991).
Tingginya kandungan air produk menyebabkan
tekanan uap air dalam produk selalu dalam keadaan tinggi
dan bila kelembaban udara atau tekanan uap air di udara
rendah maka akan terjadi defisit tekanan uap air yang
18
menyebabkan perpindahan air dari dalam produk ke udara
sekitarnya (Wills et al., 1998). Bila sebaliknya, tekanan uap
air diluar lingkungan produk lebih tinggi maka akan terjadi
pergerakan air dari luar ke dalam produk (Hardenberg et al.,
1986). Sangat memungkinkan untuk mendifusikan air ke
dalam produk semaksimal mungkin untuk menyegarkan
kembali dengan mengatur tekanan air serta mengendalikan
mekanisme membuka dan menutupnya bukaan alami
(stomata), dimana proses penyegaran ini dikenal dengan
crisping (PMA, 1988).
19
Mampu membuat laporan tertulis secara analitis
dan kritis.
4. Tahapan Kerja
2
0
Siapkan air hangat dengan menggunakan waterbath
o o
dan suhu air diatur terpisah berturut-turut 40 C, 50 C
o
dan 60 C.
Celupkan sayuran bahan percobaan dengan waktu
berbeda yaitu 1, 3 dan 5 menit.
Siapkan control yaitu sayuran tanpa dicelup ke dalam
air hangats.
Segera sayuran yang telah dicelupkan ke dalam air
hangat tersebut dicelupkan ke dalam air dingin berisi
es curah selama 2 menit.
Beriutnya sayuran disimpan di dalam chiller dengan
o
suhu 10 C selama 24 jam.
Amati mutu secara subjektif meliputi warna, tekstur
dan kenampakan visual secara keseluruhan dengan
menggunakan criteria dan skalan numeric seperti
pada Tabel . Pengamatan secara objektif dilakukan
terhadap bobot sayuran sebelum dan sesudah
crisping, serta selama periode penyimpanan.
5. Parameter Pengamatan
21
sesudah proses crisping di atas dengan menggunakan criteria,
deskripsi dan skala numerik pada Tabel di bawah ini.
Pengamatan perubahan bobot sayuran dari sebelum
dan sesudahcrispingserta selama periode penyimpanan
dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik. Formula
di bawah ini digunakan untuk menghitung persentase
perubahan bobot.
Bb Ba
PB (%)=-------------------- x 100%
Ba
22
Tabel 6. Kriteria dan skala numerik uji skor warna, tekstur
dan kualitas visual secara keseluruhan
Warna Tekstur Kualitas visual secara
keseluruhan
Kriteria Deskripsi Skala Kriteria Skala Kriteria Skala
numerik Numerik Numeri
k
Hijau Warna daun 5 Tegar, segar 5 Sangat baik, 5
segar hijau segar dan berisi kenampakan
dengan (pada daun) segar
tekstur
vigor/tegar
Hijau Warna hijau 4 Tegar dan 4 Baik 4
dan tekstur agak pucat
kurang vigor (kurang
segar)
Agak < 10%** daun 3 Agak layu 3 Biasa (bisa 3
kuning berwarna (dipasarkan dipasarkan
kuning terbatas) terbatas)
(berpengaruh
pada harga).
Kuning >10% - 25% 2 Layu/lembe 2 Kurang baik 2
daun k (bisa (bisa
berwarna dikonsumsi digunakan
kuning (tidak tapi tidak tetapi tidak
bisa bisa bisa
dipasarkan)* dipasarkan). dipasarkan)
Kuning > 25% daun 1 Sangat layu 1 Tidak bisa 1
Sekali berwarna dan tidak digunakan
kuning layu bisa
dan mulai digunakan
mengalami
pembusukan
*Tidak bisa dipasarkan diasumsikan akan mengalami proses pelayuan
dan pembusukan.
**Persentase dihitung berdasarkan jumlah daun yang telah mengalami
perubahan warna kuning.
23
6. Analisis Data dan Pembuatan Laporan
1. Pendahuluan
25
mempengaruhi bau dan flavor dari komoditas yang akan
dilapisi, mudah kering dan jika kering tidak lengket, tidak
mudah pecah, mengkilap dan licin, mudah diperoleh, tidak
bersifat racun, dan murah harganya. Syarat komoditi yang
dilapisi adalah segar (baru dipanen) dan bersih, sehat (tidak
terserang hama/penyakit), dan ketuaan cukup (Direktorat
Bina Produksi Hortikultura, 1994).
Perlakuan pelapisan lilin hanyalah cara tambahan
memperlambat kemunduran produk dari cara pendinginan.
Penurunan suhu penyimpanan tetap merupakan cara utama
yang efektif menurunkan laju respirasi.
26
3. Bahan dan Alat
4. Tahapan Kerja
5. Parameter Pengamatan
28
padatan terlarut dengan menggunakan refraktometer, serta
keasaman dengan menggunakan digital pHmeter.
6. Pengumpulan Data
29
Parameter Pengamatan: Warna/kekerasan/TPT/pH
Unit Variable Pengamatan: Skala Hunter L, a, b untuk warna; lb
atau kg untuk kekerasan; oBrix untuk TPT, tanpa unit
untuk pH.
Jenis Komoditi: Tomat/mentimun
Cara Pengamatan: Objektif
7. Analisis Data
30
Praktikum IV
Modifikasi Atmosfer dengan Pengemasan Untuk Produk
Hortikultura
1. Pendahuluan
3
1
bebas kemasan dapat berakibat terhadap penurunan laju
respirasi produk dalam kemasan itu sendiri.
Pemilihan ketebalan kemasan plastik adalah hal yang
kritis karena berhubungan dengan permeabilitas terhadap O2,
CO2, dan uap air, yang berarti pula sebagai salah satu cara
untuk mempertahankan RH udara sekitar produk (Pantastico,
1986). Syarief dkk. 1989 menyatakan bahwa jenis plastik
polietilen densitas rendah biasanya digunakan untuk
mengemas buah-buahan dan sayuran. Hal ini disebabkan
karena dengan penggunaan jenis plastik polietilen
mengakibatkan peningkatan konsentrasi CO2 dan penurunan
3
2
terhambat. Dengan permeabilitas tertentu dari plastik film
3
3
sawi, sedangkan untuk buah digunakan rambutan, duku atau
yang lainnya. Plastik yang digunakan mengemas produk
bahan percobaan adalah plastic polietilen densitas rendah
(LDPE) dengan dua ketebalan berbeda yaitu 0.02 mm dan
0.08 mm. Alat yang digunakan adalah ruang pendingin.
4. Tahapan Kerja
5. Variable Pengamatan
35
DAFTAR PUSTAKA
3
6