PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui tercipta masyarakat
bangsa dan negara Indonesia ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku
dan dalam lingkungan sehat untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh
Republik Indonesia
Kesehatan adalah milik yang sangat berharga bagi seseorang tanpa berarti
segala aktivitas akan berhenti dengan menyadari bagi hal itu setiap orang akan
dituntut untuk meningkatkan dan mempertahankan kondisi tubuhnya yang kuat
sehingga tidak akan mudah diserang berbagai penyakit, diantaranya apendisitis.
Penyakit apendisitis merupakan salah satu masalah kesehatan dimana angka
prevalensi yang tinggi dan akibat yang ditimbulkannya juga merupakan salah satu
penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas.
Berdasarka hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk menyusun karya
tulis ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Tn P dengan apendisitis di
rumah sakit Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada
klien TN P dengan apendisitis di ruang perawatan interna RSUD Syekh
Yusuf Gowa.
2. Tujuan Khusus
Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan
1
a. Memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian keperawatan pada Tn P
yang menderita pre op apendisitis.
b. Memperoleh pengalaman nyata dalam membuat perencanaan asuhan
keperawatan pada Tn P dengan pre op apendisitis.
c. Memperoleh pengalaman nyata dalam membuat pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Tn P dengan pre op apendisitis.
d. Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan evaluasi asuhan
keperawatan pada Tn P dengan pre op apendisitis.
e. Memperoleh pengalaman nyata dalam mendokumentasikan asuhan
keperawatan pada Tn P dengan pre op apendisitis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4
inci), melekat pada sekomi tepat dibawah katup iloesekal. Apendisitis berisi
makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena
pengosonannya tidak efektif dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi
tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (apendisitis).
Apandisitis mengacu pada radang apendiks, suatu tambahan seperti kantong
yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang
paling umum dari apendisitis adalah obstruksi luman oleh fases yang akhirnya
merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi
(Wilson dan Goldman 1989).
2.2 Etiologi
Penyebab apendisitis paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah
dan rongga abdomen, adalah penyebab paling umum untuk bedah abdomen
darurat, kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang
bersamaan dalam hidup mereka, pria lebih sering dipengaruhi daripada wanita
dan remaja lebih sering pada orang dewasa. Meskipun ini dapat terjadi pada usia
berapa pun, apendisitis paling sering terjadi antara usia 10 dan 30 tahun.
2.3 Patofisiologi
Apendisitis terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau
tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau benda
asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intra luminal, menimbulkan nyeri
abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam,
terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang
terinflamasi berisi pus.
2.4 Manifestasi Klinis
3
Nyeri kuadran kanan bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ruangan,
mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik McBurneg
(gambar 37.2) bila dilakukan tekanan nyeri tekan lepas (hasil atau intensifikasi
dari nyeri bila tekanan dilepaskan) mungkin dijumpai. Derajat nyeri tekan,
spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada
beratnya infeksi dan lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar di belakang sekum,
nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumber, bila ujungnya ada pada
pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya pada pemeriksaan rectal. Nyeri pada
defekasi menunjukkan ujung apendiks berada dekat rektum, nyeri pada saat
berkemih atau uretes, adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan
dapat terjadi.
Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri
yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan bawah/
apabila apendiks telah rupture, nyeri menjadi lebih menyebar, distensi abdomen
terjadi akibat ileus paralitik, dan kondisi pasien memburuk.
Pada pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi.
Tanda-tanda tersebut dapat sangat meragukan. Menunjukkan obstriksi usus atau
proses penyakit lainnya. pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai ia
mengalami reptor apendiks. Insidens perforasi pada apendiks lebih tinggi pada
lansia karena banyak dari pasien-pasien ini mencari bantuan perawatan kesehatan
tidak secepat pasien-pasien yang lebih mudah.
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnostik diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik lengkap dan tes
laboratorium dan sinar-X hitung darah lengkap dilakukan dan akan menunjukkan
peningkatan jumlah darah putih. Jumlah leukosit mungkin lebih besar dari
10.000/mm3 dan pemeriksaan ultrasound dapat menunjukkan densitas kuadran
kanan bawah atau kadar aliran udara terlokalisasi.
2.6 Penatalaksanaan
4
Pembedahan di indikasikan bila didiagnosa apendisitis telah ditegakkan.
Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan analgesic dapat
diberikan setelah didiagnosa ditegakkan.
Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkap apendiks) dilakukan sesegera
mungkin untuk menurunkan risiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan
dibawah anastesi emon atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan
lapareskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
2.7 Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat
berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai
32%. Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum
terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7oC
atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang
kontinyu.
2.8 Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas istirahat
1). Gejala : kelemahan, kelelahan
2). Tanda : tachikardi, tachipnea
b. Eliminasi
1). Gejala : Konstiipasi pada awitan awal
2). Tanda : nyeri abdomen
c. Makanan/Cairan
5
1). Gejala : mual/muntah, anoreksia
2). Tanda : mempertahankan keseimbangan cairan.
d. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus.
2) Tanda : Perilaku berhati-hati, berbaring ke samping
atau terlentang dengan lutut ditekuk.
2. Diagnosa Keperawatan
Sesuai dengan taori ada beberapa diagnosa keperawatan yang dapat kita
angkat, yaitu :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada
apendisitis.
b. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatannya
berhubungan dengan kurang informasi.
c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah praoperasi.
3. Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada apendisitis
Tujuan : Distensi jaringan usus oleh inflamasi
Kriteria hasil : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
Intervensi :
1. Kaji nyeri, lokasi, karakteristik, integritas nyeri dengan (skala 0-10)
Rasional :Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan, perubahan pada karakteristik nyeri.
2. Kaji tanda-tanda vital
Rasional: Perubahan tanda-tanda vital merupakan indikator terjadinya
nyeri.
6
3. Ajarkan teknik relaksasi misalnya napas dalam.
Rasional: teknik relaksasi (napas dalam) dapat meningkatkan suplai O2
ke jaringan sehingga nyeri berkurang.
4. Lakukan massa pada daerah nyeri
Rasional : dapat mengurangi nyeri
7
2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan keluhannya
Rasional: Mendengarkan keluhan agar klien merasa lega
dan merasa diperhatikan, beban yang dirasakan dapat berkurang.
3. Libatkan keluarga klien dalam rencana keperawatan terhadap
penyakitnya.
Rasional: Keterlibatan keluarga dalam perawatan dapat
mengurangi kecemasan
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
Rasional: agar klien tidak merasa bosan dalam
menghadapi perawatan.
4. Implementasi
Pelaksanaan perawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan untuk memperoleh pelaksanaan yang efektif dituntut pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan berhubungan/komunikasi dengan anak dan keluarga.
Ada 2 hasil diharapkan dalam pelaksanaan perawatan, yaitu
a. Adanya bukti bahwa klien sedang dalam proses menuju kepada tujuan atau
telah mencapai tujuan tersebut.
b. Adanya bukti bahwa tindakan-tindakan perawatan yang diterima oleh klien.
Proses pelaksanaan perawat mencakup 3 hal :
a. Melaksanakan rencana keperawatan yaitu segala informasi yang mencakup
dalam rencana keperawatan merupakan dasar atau pedomen dalam intervensi
perawatan.
b. Mengidentifikasi reaksi/tanggapan klien dalam mengidentifikasi reaksi klien
dituntut upaya yang tidak tergesa-gesa dan cermat serta teliti, agar
menemukan reaksi-reaksi klien sebagai akibat tindakan perawatan yang
diberikan.
c. Mengevaluasi tanggapan/reaksi klien dengan cara membandingkan
terhadapsyarat-syarat dengan hasil yang diharapkan.
8
5. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan dalam asuhan
keperawatan yang telah dilakukan sebagai berikut :
a. Apakah tujuan keperawatan sudah tercapai atau belum
b. Apakah masalah yang ada telah teratasi
c. Apakah perlu pengkajian kembali
d. Apakah timbul masalah baru.
9
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan dibahas pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Tn P
dengan pre op apendisitis. Klien masuk rumah sakit tanggal 5 April 2005, dirawat di
ruang interna selama 2 hari dengan data yaitu : pengkajian, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
A. Pengkajian Data
I. Biodata
a. Identitas Pasien
1. Nama : TN P
2. Umur : 50 tahun
3. Agama : Islam
4. Suku/Bangsa : Makassar/Indonesia
5. Pendidikan : Sarjana
6. Pekerjaan : Pensiunan
7. Status : Kawin
10
b. Nama Penanggung
1. Nama : Ny M
2. Umur : 33 tahun
4. Pekerjaan : IRT
lalu.
Klien sudah pernah mengalami penyakit yang sama sejak 3 bulan yang lalu.
11
III. Pemeriksaan Fisik
C. Tanda-tanda vital :
2. Nadi : 16 x/m
3. Pernapasan : 24 x/m
4. Suhu : 36oC
E. Berat badan : 50 kg
F. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Insfeksi
b. Palpasi
12
2. Muka
a. Inspeksi
b. Palpasi
3. Mata
a. Inspeksi
b. Palpasi
a. Inspeksi
13
- Fungsi penciuman baik
b. Palpasi
5. Telinga
a. Inspeksi
- Pendengaran baik
b. Palpasi
6. Mulut
a. Inspeksi
- Bibir kering
14
7. Tenggorokan
a. Inspeksi
8. Leher
a. Inspeksi
b. Palpasi
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Auskultasi
15
- Suara napas vesikuler
d. Perkusi
- Sonor
10. Jantung
a. Inspeksi
b. Palpasi
- Tidak teraba denyut apek 3 jari dibawah papilla mammae pada intra kostalis.
c. Perkusi
d. Auskultasi
11. Abdomen
a. Inspeksi
b. Palpasi
16
- Ada nyeri tekan abdomen kanan bawah
c. Auskultasi
-Penstaltik 11 x/m
d. Perkusi
- Tympani.
12. Genitalia
masalah.
13. Ekstremitas
Ekstremitas atas
- Kekuatan otot : 4
- Refleks : normal
Ekstremitas bawah
- Refleks : patella
a. Nutrisi
17
- Nafsu makan - Porsi makan tidak - porsi makan
dihabiskan dihabiskan
dalam 1 hari
b. Eliminasi BAB
d. Personal Hygiene
sore
18
- Sikat gigi 2 kali/hari, pagi dan Tidak pernah
sore
V. Kesehatan Sosial
- Interaksi dengan keluarga, perawat atau tim kesehatan lain dan pasien yang
lainnya.
- Orang yang paling terdekat dengan klien adalah istri dan anak-anaknya.
- Harapan klien terhadap kesehatannya agar dia bisa sembuh total seperti
semula.
- Hubungan klien dengan perawat baik dan bisa bekerjasama dengan baik.
HB : 9,0 gram/m
HL : 17,800
LED : 50
19
IX. Pengobatan / Perawatan
- Pengobatan
a. Amoxan
b. Dulcolax
Data Fokus
DS DO
kanan bawah
TD : 120/80 mmHg
N : 16 kali per menit
P : 24 kali per menit
S : 36oC
20
B. Analisa Data
Klien mengeluh nyeri dalam lumen app menyerap air nyaman nyeri
bawah
N : 16 x/m
P : 24 x/m lumen menyempit
S : 36oC
ulserasi mukosa
apendisitis
21
pengeluaran mediator kimia
merangsang nociceptor
medulla spinalis
Corteks serebri
Nyeri
bertanya
Vital Signs
TD : 120/80 mmHg
N : 16 x/m
22
P : 24 x/m
S : 36oC
- Klien menyatakan
penyakitnya
kondisinya.
Vital Signs
TD : 120/80 mmHg
N : 16 x/m
P : 24 x/m
S : 36oC
23
- Klien mengeluh mual tubuh volume cairan
DO :
muntah-muntah
kering
TD : 120/80 mmHg
P : 24 x /m
S : 36 oC
C. Prioritas Masalah
pada apendisitis
pengobatannya berhubungan
24
dengan kurang informasi.:
praoperasi
1. Rabu Gangguan rasa Nyeri akan1. Kaji nyeri, lokasi,1. Tingkatkan nyeri
25
nyeri abdomen bagian- Klien dapat3. Ajarkan teknik tanda-tanda vital
ri
Obat analgetik
dapat
mengurangi
nyeri.
26
05 b/d kurang informasi. pengo-batannya 2. Diskusikan tentang pe-
program 4. Menambah
pengobatan. pengetahu-an
kien tentang
tinda-kan yang
akan dibe-rikan.
27
dengan : - Klien mengerti memudahkan pe-
bertanya tentang
3. Pemberian informasi
kondisnya.
yang adekuat dapat
selama dirawat
menghadapi
28
perawatan.
4. Ciptakan
lingkungan yang
nyaman dan
tenang
TD : 120/80 mmHg P : 24 x /m
N : 16 x /m S : 36 oC
P : 24 x /m
29
S : 36 oC
Catatan Perkembangan
Nama Pasien : Tn P
No Rekam Medik : 06 35 19
Kode
Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
NDX
30
hasil : Klien menarik napas
P : Lanjutkan intervensi
obat analgetik.
penyakitnya. meningkat
31
hasil : klien mengetahui 1. Kaji tingkat
3. Kolaborasi
pemberian Obat
cemas
diperhatikan.
32
pengobatannya keluhan
berbagai perubahan
penanganannya.
4. Beri dorongan
S : 36oC infus
P : 24 x /m
33
08.303. Melanjutkan Pemberian cairan
A: masalah belum teratasi
3. observasi tanda-tanda
vital
4. lanjutkan pemberian
cairan infus
cotrimizasoel
34
BAB IV
A. Kesimpulan
khusus untuk memenuhi kebutuhan setiap hari dan pemberian motivasi atau
(bedrest total).
B. Saran
1. Untuk rumah sakit perlu menyiapkan sarana dan prasarana yang lebih
35
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn E, dkk, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC.
Depkes RI, 2000, Indonesia Sehat 2010, Visi Baru, Misi Kebijakan dan Strategi
36