Anda di halaman 1dari 15

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU BERBASIS

BUDAYA UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI SISWA


TERHADAP BUDAYA LOKAL

Alexon* dan Nana Syaodih Sukmadinata**


FKIP Universitas Bengkulu* dan Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia** (e-mail:alexonibrahim@yahoo.com; HP 0811738070)

Abstract: Developing a Culture-Based Integrated Learning Model to Improve


Students Appreciation of Local Culture. This study aims to develop a social study
learning model for elementary school students that can help them master subject
matters as an effort to improve their appreciation of local culture, using an R & D
approach consisting of three steps: preliminary study, model development and
model validation. The subjects were teachers and students of elementary schools in
Bengkulu Province, Sumatra. The results show that the Culture-Based Integrated
Learning Model (CBILM) is an appropriate learning model to help students master
subject matters as an effort to improve their appreciation of local culture. CBILM is
more capable of significantly improving students appreciation of local culture and
their mastery of subject matters than the currently existing learning model.

Keywords: learning model, social studies for elementary schools, culture


appreciation

PENDAHULUAN individu Indonesia di era globalisasi,


Dua hal penting yang melatarbela- yakni masyarakat madani (civil society),
kangi penelitian ini. Pertama, tantangan negara-bangsa (nation-state), dan globa-
yang dihadapi lembaga pendidikan da- lisasi. Oleh karena itu, agar tidak ter-
sar di era globalisasi. Kedua, sistem ombang-ambing dalam tiga kekuatan
pendidikan di sekolah yang cenderung besar tersebut, manusia Indonesia harus
parsial telah menjadikan manusia-ma- memiliki dan bertindak sesuai dengan
nusia Indonesia kurang mengapresiasi nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Panca-
budayanya. sila merupakan kristalisasi dari nilai-
Pertama, globalisasi mengakibatkan nilai budaya lokal yang merupakan ni-
pencapaian tujuan pendidikan tingkat lai-nilai yang pertama-tama dikenal
satuan pendidikan dasar untuk mele- oleh seorang manusia Indonesia. Hal ini
takkan dasar keterampilan hidup man- menekankan pentingnya sejak dini dan
diri semakin kompleks. Tilaar (2006) melembaga untuk memelihara dan me-
mengemukakan tiga kekuatan besar ngembangkan budaya lokal sebagai ba-
yang akan mempengaruhi kehidupan gian integral dari pendidikan nasional,

189
190

khususnya pembelajaran di SD, agar puan mengapresiasi budaya, yakni pe-


siswa tidak tercabut dari akar budaya- mahaman, penginterpretasian, dan pe-
nya. nilaian/penghargaan. Apresiasi dapat
Kedua, secara konsepsional, mata terjadi bila seseorang mengalami peng-
pelajaran IPS dekat dengan lingkungan. alaman, baik langsung maupun tidak
Oleh karena itu, pembelajaran IPS SD langsung, di dalam karya seni atau bu-
seharusnya memanfaatkan secara opti- daya tersebut (Rusyana, 1984:322). Ap-
mal potensi lingkungan agar lebih ber- resiasi dapat diketahui dengan peng-
makna. Kenyataannya di Indonesia, hal amatan, bertanya langsung maupun ti-
ini belum dilakukan guru. Pembelajar- dak langsung, dan tes.
an IPS SD cenderung tidak kontekstual. Pembelajaran untuk meningkatkan
Potensi lingkungan setempat, khusus- apresiasi siswa terhadap budaya mene-
nya budaya lokal, tidak dimanfaatkan kankan pembelajaran bermakna. Fink
guru secara optimal dalam proses pem- (2003:6-7) mengenai pembelajaran ber-
belajaran. Pembelajaran tetap menguta- makna mengemukakan bahwa apa yang
makan pengembangan aspek intelek- dipelajari mempunyai potensi tinggi
tual dengan buku teks pegangan guru untuk dimanfaatkan dalam kehidupan-
menjadi sumber belajar utama. Bebera- nya, baik kehidupan pribadi maupun
pa kesimpulan hasil penelitian menun- partisipasi dalam kehidupan bermasya-
jukkan hal ini, antara lain Pargito di rakat. Sementara Sayakti (2003:132) me-
Lampung (2000:112), Hadi di Jawa Ti- nekankan pentingnya pembelajaran IPS
mur (1997:101), Samion di Kalimantan SD menggunakan konsep lingkungan,
Barat (2002:25), serta Sasongko (2004:3) khususnya budaya lokal, sebagai sum-
maupun Sapri (2000:16) di Bengkulu. ber belajar agar lebih bermakna.
Hal ini mengakibatkan siswa kurang Pembelajaran bermakna merupakan
mengapresiasi budayanya. pembelajaran yang dikemas sesuai de-
Apresiasi sendiri merupakan istilah ngan karakteristik siswa. Karakteristik
yang berasal dari appreciation dan ba- siswa SD yang masih berpikir konkrit
hasa Latinnya disebut apreciatic yang dan realistik memerlukan pengemasan
berarti mengindahkan atau menghargai pembelajaran yang konkrit dan terpa-
(Suryatin, 1997:50). Philip dan Phil du. Hal ini relevan dengan tujuan mata
(Wangsih, 2002:26) mengartikan apresi- pelajaran IPS yang menyeluruh dan di-
asi sebagai pemahaman dan pengharga- orientasikan pada penguasaan penge-
an atas suatu hasil seni atau budaya ser- tahuan, keterampilan, nilai dan sikap
ta menimbang suatu nilai, merasakan agar siswa mampu berpartisipasi dalam
bahwa benda itu baik dan mengerti me- berbagai lingkungan (Schuncke, 1988:
ngapa baik. Apresiasi merupakan pe- 232; Barr, Bart dan Shemis, 1978:17-19).
mahaman, penginterpretasian dan peni- Tujuan ini menekankan pentingnya pe-
laian/penghargaan atas suatu hasil seni ngemasan pembelajaran terpadu yang
atau budaya. Hal ini sesuai dengan pen- memberikan kesempatan kepada siswa
dapat Atmazaki (1992:144-146) yang me- untuk belajar berbuat melalui peme-
ngemukakan tiga indikator kemam-

Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya


191

cahan masalah yang muncul dalam ke- an kualitas pembelajaran ini mengemu-
hidupan sehari-hari. kakan tiga komponen yang berpenga-
Pembelajaran IPS SD terpadu yang ruh pada proses pembelajaran, yakni
holistik-kontekstual, secara konsepsio- raw input (karakteristik siswa), instru-
nal diharapkan dapat meningkatkan mental input (kebijakan, kurikulum, per-
apresiasi siswa terhadap budaya lokal sonalia, sarana-prasarana), dan enviro-
apabila fokus pada tema budaya yang mental input (lingkungan). Dunkin dan
dikembangkan dengan mengintegrasi- Biddle (1974:38) mengemukakan varia-
kan budaya dalam prosesnya. Penginte- bel yang mempengaruhi pembelajaran
grasian budaya dalam proses pembela- di kelas adalah presage variable, context
jaran memerlukan pendekatan pembe- variable, process variable, dan product vari-
lajaran berbasis budaya. Pannen (dalam able. Kedua pandangan ini menekankan
Suprayekti, 2004:4.9) mengemukakan pentingnya peranan guru dalam mem-
bahwa pembelajaran berbasis budaya perbaiki kualitas pembelajaran IPS.
merupakan strategi penciptaan ling- Oleh karenanya, upaya perbaikan dapat
kungan belajar dan perancangan penga- dimulai dari proses pembelajaran yang
laman belajar yang mengintegrasikan dilaksanakan guru.
budaya sebagai bagian dari proses pem- Penelitian ini diorientasikan meng-
belajaran. Pembelajaran ini berlandas- hasilkan model pembelajaran IPS SD
kan pandangan konstruktivisme yang yang dapat memfasilitasi siswa me-
mengutamakan penciptaan makna di nguasai materi pelajaran sebagai upaya
mana siswa mengkonstruksi pengeta- meningkatkan apresiasinya terhadap
huannya berdasarkan pengalaman awal budaya lokal. Masalah pokoknya ada-
budaya yang telah dimilikinya. lah model IPS SD bagaimanakah yang
Pembelajaran IPS SD terpadu berba- cocok untuk memfasilitasi siswa me-
sis budaya yang holistik-konstruktivis- nguasai materi pelajaran sebagai upaya
tik, berangkat dari tema budaya dan di- meningkatkan apresiasinya terhadap
kembangkan berdasarkan pengalaman budaya lokal.
awal budaya siswa. Pendekatan pem- Secara konsepsional, kurikulum IPS
belajaran seperti ini diharapkan dapat SD yang berkaitan dengan budaya lokal
memfasilitasi siswa menguasai materi diberikan pada kelas IV. Oleh karena
pelajaran sebagai upaya meningkatkan itu, penelitian ini fokus pada kurikulum
apresiasinya terhadap budaya lokal. IPS SD kelas IV. Budaya lokal pada pe-
Pandangan-pandangan di atas me- nelitian ini mengacu pada budaya Ta-
negaskan bahwa ada permasalahan da- bot di Bengkulu, lokasi dimana pene-
lam pendidikan IPS di SD yang me- litian dilaksanakan. Masyarakat Beng-
merlukan solusi. Hal ini, membutuhkan kulu sendiri merupakan komunitas bu-
upaya untukmemperbaiki kualitas pem- daya Tabot (Norman, 1997:8-10).
belajaran IPS SD agar lebih bermakna Ada dua tujuan utama penelitian,
sebagai upaya meningkatkan apresiasi yakni (1) menemukan model pembela-
siswa terhadap budaya lokal. Sukmadi- jaran IPS SD yang dapat memfasilitasi
nata (2006:7), mengenai upaya perbaik- siswa menguasai materi pelajaran

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


192

sebagai upaya meningkatkan apresiasi- tian yang dikemukakan Borg dan Gall,
nya terhadap budaya lokal; dan (2) me- dalam penelitian ini dimodifikasi dalam
ngetahui efektifitas keberhasilan imple- tiga tahapan proses penelitian dan pe-
mentasi model pembelajaran IPS SD ngembangan, yakni (1) studi pendahu-
hasil pengembangan bila dibandingkan luan yang meliputi studi pustaka, sur-
dengan model pembelajaran konven- vei lapangan dan analisis potensi bu-
sional. daya lokal; (2) pengembangan model
yang meliputi kegiatan penyusunan
METODE draf awal model, uji coba terbatas dan
Penelitian ini menggunakan pende- uji coba lebih luas; dan (3) validasi mo-
katan research and development (peneliti- del. Bagan di bawah ini menyajikan
an dan pengembangan) sebagaimana di- prosedur penelitian dan pengembangan
kemukakan Borg dan Gall (1989:784- yang dilaksanakan.
785). Implementasi 10 langkah peneli-

STUDI PENDAHULUAN PENGEMBANGAN VALIDASI MODEL


MODEL
Studi Pustaka :
Teori Draf Awal Pre-test
Hasil penelitian terdahulu Model Treatment
Post-tests
Survei Lapangan :
Pandangan dan persepsi guru
tentang hakikat mengajar dan Uji Coba
pembelajaran IPS SD Terbatas
Kondisi dan pola pembelajaran
IPS SD saat ini Model Teruji
Persepsi dan pola belajar siswa Uji Coba Luas
pada pelajaran IPS
Ketersediaan sarana dan
prasarana
Analisis budaya lokal
Model Final
Hipotetik

Bagan 1. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Penelitian ini dilaksanakan pada SD Lokasi prasurvei dilaksanakan di 8


di Kota Bengkulu. Berdasarkan pende- kecamatan yang ada di Kota Bengkulu
katan dan prosedur penelitian, lokasi (sampling daerah 100%). Setiap keca-
penelitian ditetapkan 4 kelompok, yak- matan, secara random sampling seder-
ni (1) lokasi prasurvei; (2) lokasi uji coba hana, ditetapkan 2 SD yang dijadikan
terbhatas; (3) lokasi uji coba lebih luas; lokasi prasurvei. Oleh karena itu, ada 16
dan (4) lokasi uji validasi model. SD yang menjadi lokasi penelitian pra-
survei. Subjek penelitian adalah kepala

Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya


193

sekolah, guru IPS dan siswa kelas IV di validasi disajikan pada tabel di bawah
setiap sekolah bersangkutan. ini.
Lokasi uji coba terbatas ditetapkan 1 Tabel 1. Subjek Penelitian untuk Uji Va-
SD. Penetapan 1 SD ini dilakukan de- lidasi Model Pembelajaran
ngan teknik purposive sampling. Teknik
ini digunakan apabila peneliti memiliki Kelompok Eksperimen Kontrol
pertimbangan tertentu dalam menetap- Kategori
kan sampel sesuai dengan tujuan pene- Sekolah
litian (Sudjana dan Ibrahim, 1989). Per- Baik SDN 8 SDN 5
timbangan yang digunakan adalah (1) Sedang SDN 4 SDN 2
kesediaan dan motivasi yang tinggi dari Kurang SDN 47 SDN 37
pihak sekolah, khususnya kepala seko-
lah dan guru IPS untuk bekerjasama Teknik pengumpulan data yang di-
dengan peneliti dalam pengembangan gunakan adalah pengamatan (observa-
model pembelajaran; (2) ketersediaan si), wawancara, kuesioner, analisis do-
fasilitas sekolah yang memenuhi kebu- kumen, serta instrumen apresiasi dan
tuhan minimal untuk pengembangan tes hasil belajar. Ada dua jenis data
model pembelajaran. Subjek penelitian yang dihasilkan pada penelitian ini,
adalah guru IPS dan siswa kelas IV SD yakni data kualitatif dan data kuan-
bersangkutan. titatif. Data kualitatif dihasilkan pada
Berdasarkan pertimbangan yang sa- saat studi pendahuluan dan pengem-
ma seperti di atas, lokasi SD untuk uji bangan model. Sementara data kuan-
coba lebih luas ditetapkan tiga SD yang titatif dihasilkan pada tahap pengem-
masing-masing berkategori baik, se- bangan dan validasi model. Analisis da-
dang dan kurang. Penentuan kategori ta kualitatif dilakukan melalui penaf-
sekolah didasarkan pada rekomendasi siran secara langsung, sedangkan data
Dinas Pendidikan setempat, nilai ujian kuantitatif dianalisis dengan prosedur
nasional, serta pengamatan yang dila- statistik uji-t yang pengolahannya di-
kukan peneliti selama ini. Subjek pene- bantu komputer program SPSS 15.
litian adalah guru IPS dan siswa kelas
IV SD bersangkutan. HASIL PENELITIAN
Uji validasi dilaksanakan dengan Hasil prasurvei menunjukkan seba-
menggunakan eksperimen. Desain yang gian besar guru (71,88%) berpendapat
digunakan adalah Matching Pretest-post- bahwa mata pelajaran IPS merupakan
test Control Group Design (Sukmadinata, mata pelajaran sosial yang hanya dapat
2007:207). Subjek penelitian di bagi da- dikuasai siswa dengan menghafal. Hal
lam dua kelompok, eksperimen dan ini berimplikasi pada pendapat guru
kontrol. Setiap kelompok terdiri atas (78,13%) terhadap tujuan pembelajaran
sekolah baik, sedang dan kurang yang IPS SD, yaitu menguasai materi pela-
ditetapkan sesuai dengan pertimbangan jaran sebanyak-banyaknya. Guru me-
sebagaimana disebutkan di atas. SD mahami bahwa secara konsepsional
yang menjadi subjek penelitian pada uji materi pelajaran IPS SD, khususnya

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


194

kelas IV, berkaitan dengan budaya lo- han pelajaran yang ada di buku pelajar-
kal, namun sebagian besar mereka an. Cara belajar siswa kelas, menurut
(75,00%) mengaku tidak harus meng- sebagian besar siswa (67,90%), adalah
integrasikannya dalam proses pembela- mendengarkan guru menjelaskan dan
jaran. Selanjutnya, guru tersebut (71,88%) mencatat. Sebagian besar siswa (53,17%)
mengemukakan bahwa mereka belum mengaku pernah menonton perayaan
pernah mengintegrasikan budaya lokal budaya Tabot, dan merasa senang me-
dalam pelajaran IPS. Oleh karena itu, nontonnya karena menarik dan ramai
mereka (75,00%) mengakui bahwa apre- (93,65%). Hanya sebagian kecil (20,24%)
siasi siswa terhadap budaya lokal ren- siswa yang mengaku mengenal Tabot
dah. karena cerita guru di kelas. Tujuan pe-
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran rayaan budaya Tabot menurut sebagian
(RPP) menurut sebagian besar guru besar siswa (54,36%) adalah hiburan
(71,88%) hanya untuk keperluan admi- masyarakat. Hampir seluruh siswa
nistratif dan sebagai pelengkap saja (92,06%) menyatakan tidak tahu bagai-
karena proses pembelajaran lebih ba- mana asal-usul sejarah budaya Tabot.
nyak berorientasi pada buku teks pe- Semua sekolah mempunyai cukup
gangan guru. RPP tidak dibuat sendiri lengkap media yang dapat mendukung
oleh guru, tapi disalin dari sekolah lain, pengintegrasiaan budaya Tabot dalam
khususnya sekolah di Pulau Jawa yang pembelajaran IPS SD, khususnya pe-
dianggap baik. Oleh karena itu, sangat rangkat musik tradisional Dol, gambar-
wajar apabila guru dalam merencana- gambar perayaan Tabot serta benda-
kan pembelajaran tidak mengakomo- benda simbolik yang berkaitan dengan
dasi sama sekali budaya lokal seperti upacara tradisional Tabot. Media pe-
Tabot. Semua guru mengakui metode rangkat budaya selama ini hanya di-
ceramah merupakan metode yang men- manfaatkan untukmendukung pengem-
dominasi proses pembelajaran IPS SD bangan program ekstra-kurikuler. Se-
di kelas. Metode lain yang kadang-ka- mentara kebijakan kepala sekolah dan
dang digunakan guru adalah tanya-ja- iklim sosial-psikologis sekolah serta
wab, pemberian tugas dan kerja kelom- pandangan tokoh masyarakat Bengkulu
pok. Evaluasi belajar lebih diutamakan kondusif bagi pengembangan model
untuk mengukur penguasaan materi pembelajaran IPS SD untuk meningkat-
pelajaran oleh siswa. kan apresiasi siswa terhadap budaya lo-
Sebagian besar (57,14%) siswa SD kal.
berpendapat bahwa pelajaran IPS mem- Berdasarkan kajian teoretis, hasil
bosankan dan sulit karena banyak ba- prasurvei, dan hasil diskusi dengan gu-
han yang harus dihafal. Tujuan belajar ru-guru yang menjadi subjek penelitian,
IPS menurut mereka (69,84%) adalah maka dikembangkanlah desain awal
mendapatkan nilai baik dan naik kelas. (draf) model perencanaan pembelajaran
Cara mengajar guru menurut siswa terpadu berbasis budaya sebagaimana
(61,90%) lebih banyak menjelaskan ba- disajikan di bawah ini.

Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya


195

1. Tema :
Budaya lokal.
2. Tujuan Pembelajaran :
Memfasilitasi siswa menguasai materi pelajaran IPS sesuai dengan
kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai sebagai upaya
meningkatkan apresiasinya terhadap budaya lokal.
3. Materi Pokok :
Tema budaya lokal yang dihubungkan dengan topik pelajaran IPS sesuai
dengan kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai siswa sebagai
upaya meningkatkan apresiasinya terhadap budaya lokal.
4. Kegiatan Pembelajaran :
Kegiatan pembelajaran menggunakan MPTBB dengan tiga tahap pokok,
yakni :
a. Pendahuluan, yang merupakan tahapan apersepsi guna menggali
pengetahuan awal siswa tentang pelajaran IPS yang lalu yang
dikaitkan dengan tema budaya lokal, kemudian diarahkan ke topik
pelajaran IPS yang baru.
b. Inti, yang merupakan tahapan yang menekankan tugas bermakna,
interaksi aktif, dan aplikasi kontekstual melalui langkah eksplorasi,
diskusi dan pendalaman konsep, serta pengembangan dan aplikasi.
c. Penutup, yang merupakan tahapan penyimpulan.
5. Sumber, Alat dan Media :
Sumber, alat dan media pembelajaran yang mendukung pencapaian
kompetensi dasar dan indikator sebagai upaya meningkatkan apresiasi
siswa terhadap budaya lokal.
6. Penilaian : Penilaian proses dan hasil.

Bagan 2. Desain Awal Model Perencanaan Pembelajaran Terpadu Berbasis


Budaya

Selanjutnya dilakukan uji coba ter- Setelah uji-coba terbatas 5 putaran, mo-
batas terhadap desain awal (draf) Mo- del pembelajaran yang ditemukakan di-
del Pembelajaran Terpadu Berbasis Bu- anggap sudah memadai. MPTBB seba-
daya (MPTBB) yang dirancang dapat gai hasil pengembangan pada uji-coba
memfasilitasi siswa menguasai materi terbatas mengalami perubahan diban-
pelajaran IPS sebagai upaya mening- dingkan draf awalnya, khususnya pada
katkan apresiasinya terhadap budaya kegiatan pembelajaran. Perubahan ter-
lokal. Uji-coba bertujuan untuk me- sebut antara lain adalah setiap tahap
ngembangkan draf model awal yang te- pembelajaran mengandung langkah
lah dirancang. yang lebih spesifik.
Uji coba terbatas dilaksanakan da- Tahap pendahuluan mengandung
lam lima putaran. Penentuan banyak- langkah simulasi budaya, apersepsi ber-
nya putaran berdasarkan keberhasilan basis budaya, dan sosialisasi. Pada
guru mengimplementasikan MPTBB se- tahap inti, terjadi pengembangan, baik
suai dengan tujuan yang ditetapkan. pada fase eksplorasi, diskusi dan pen-

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


196

dalaman konsep, serta pengembangan rang. Pada uji coba luas, di samping di-
dan aplikasi. Fase eksplorasi menjadi lakukan analisis proses pembelajaran
lebih spesifik dan rinci, yakni (1) siswa untuk menemukan MPTBB, juga dila-
menyimak dan merespon penjelasan kukan analisis hasil pembelajaran. Se-
guru mengenai tema budaya yang di- belum uji coba luas dilaksanakan, di-
kaitkan topik pelajaran IPS, serta di- adakan lokakarya untuk para guru
akhiri dengan pemberian tugas diskusi yang terlibat. Lokakarya ini bertujuan
kelompok bermakna yang relevan da- menyamakan persepsi para guru, baik
lam pelajaran IPS; (2) menggali dan secara konsepsional maupun operasio-
membaca buku sumber, termasuk buku nal mengenai MPTBB. Uji coba luas di-
sumber supplement khusus MPTBB; dan laksanakan dalam tiga putaran. Hal ini
(3) diskusi kelompok yang difasilitasi, berdasarkan keyakinan bahwa MPTBB,
dibimbing dan dipantau guru. Fase la- baik berdasarkan observasi maupun
innya pada pembelajaran tahap inti perhitungan kuantitatif-statistik, telah
MPTBB yang sudah dikembangkan dapat dikembangkan dan dianggap me-
adalah diskusi dan pendalaman konsep, madai sesuai dengan tujuan yang di-
terdiri atas dua langkah, yaitu (1) siswa tetapkan.
mempresentasikan hasil diskusi kelom- Hasil uji coba luas, tidak ada per-
poknya dan memberikan pendapat ter- baikan MPTBB yang prinsip. Tahap-ta-
hadap hasil kelompok lain; serta (2) hap pengembangan model sebagaima-
menyimak dan merespon umpan-balik na yang dihasilkan pada uji coba ter-
dan penjelasan yang diberikan guru. batas sudah memadai sebagai model
Sedangkan fase pengembangan dan ap- pembelajaran yang bertujuan memfasi-
likasi terdiri atas satu langkah, yakni litasi siswa menguasai materi pelajaran
siswa mengerjakan tugas yang bersifat IPS sebagai upaya meningkatkan apre-
pengembangan dan aplikasi. Pembe- siasinya terhadap budaya lokal.
lajaran dengan menggunakan MPTBB Tahap pendahuluan merupakan ta-
yang telah dikembangkan pada tahap hap pengkondisian. Hal ini karena tuju-
uji coba terbatas, diakhiri dengan tahap annya adalah menciptakan kondisi
penutup yang terdiri atas dua langkah, awal pembelajaran bernuansa budaya
yakni penyimpulan bersama hasil pem- yang kondusif untuk mendorong parti-
belajaran yang baru di lalui, serta pem- sipasi aktif siswa dalam proses pencip-
berian tindak lanjut bagi siswa sebagai taan makna baru. Tahap ini menekan-
bagian persiapan pembelajaran berikut- kan pembentukan kemampuan siswa
nya. dalam menciptakan hubungan-hubung-
Setelah uji coba terbatas, selanjut- an bermakna antara budaya dan konsep
nya dilakukan uji coba lebih luas untuk IPS yang dikembangkan berdasarkan
menemukan MPTBB sebagai suatu mo- pengalaman awal siswa sebagai ang-
del pembelajaran yang standar dan da- gota suatu komunitas budaya. Tahap
pat diimplementasikan pada setiap se- penutup merupakan tahap konsolidasi.
kolah dengan kategori berbeda, yakni Pada tahap ini, guru bersama-sama sis-
sekolah kategori baik, sedang dan ku- wa mengkonsolidasikan hasil belajar

Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya


197

yang telah ditempuh melalui kegiatan proses pembelajaran dalam bentuk ob-
penyimpulan bersama hasil belajar dan servasi apresiasi siswa terhadap budaya
tindak lanjut. lokal Tabot dan observasi aktivitas sis-
Perbaikan model pada uji coba lebih wa dalam diskusi kelompok maupun
luas ini lebih pada aspek implementasi kelas. Sementara evaluasi hasil dilaku-
oleh guru pada setiap tahapan yang kan melalui LKS diskusi kelompok,
sifatnya menambah kejelasan dan ke- LKS tugas individual pengembangan
tajaman model yang dikembangkan. dan aplikasi, serta tes.
Perbaikan lebih pada aspek desain eva- Secara keseluruhan, MPTBB untuk
luasi. Desain evaluasi MPTBB dilaku- meningkatkan apresiasi siswa terhadap
kan dalam dua bentuk, yakni evaluasi budaya lokal yang siap divalidasi ada-
proses dan evaluasi hasil. Evaluasi lah sebagai berikut.
proses dilakukan terintegrasi dengan

DESAIN

1. Tema :
Budaya lokal.
2. Tujuan Pembelajaran :
Memfasilitasi siswa menguasai materi pelajaran IPS sesuai dengan kompetensi dasar dan
indikator yang hendak dicapai sebagai upaya meningkatkan apresiasinya terhadap
budaya lokal.
3. Materi Pokok :
Tema budaya lokal yang dihubungkan dengan topik pelajaran IPS sesuai dengan
kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai siswa sebagai upaya
meningkatkan apresiasinya terhadap budaya lokal.
4. Kegiatan Pembelajaran :
Kegiatan pembelajaran menggunakan Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya dengan
tiga tahap pokok, yakni :
d. Pendahuluan (pengkondisian) yang terdiri atas langkah simulasi budaya, apersepsi
yang berangkat dari tema budaya, dan sosialisasi.
e. Inti (penciptaan makna) yang terdiri atas tahapan yang menekankan tugas
bermakna, interaksi aktif, dan aplikasi kontekstual melalui langkah eksplorasi
berbasis budaya yang diakhiri tugas bermakna, interaksi dengan sumber, diskusi
dan pendalaman konsep, serta pengembangan dan aplikasi.
f. Penutup (konsolidasi) yang terdiri atas langkah penyimpulan bersama dan tindak
lanjut.
5. Sumber, Alat dan Media :
Buku sumber pelajaran IPS, buku sumber supplement MPTBB, peralatan musik dan
simbol-simbol budaya lokal, gambar-gambar budaya-sejarah-geografi-ekonomi dan
sosial setempat yang relevan, serta LKS.
6. Penilaian :
Penilaian proses dan hasil.

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


198

IMPLEMENTASI

KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA


Bersama-sama siswa memainkan musik Bersama-sama guru memainkan musik dol
dol dan peragaan arak-arakan Tabot. dan peragaan arak-arakan Tabot.
Menggali pengetahuan siswa tentang pe- TAHAP Merespon dengan mengemukakan pengeta-
lajaran yang lalu, mengaitkannya dengan PENGKONDISIAN huannya tentang pelajaran lalu dan tema
(Simulasi budaya, budaya.
tema budaya dan topik pelajaran IPS
apersepsi, dan sosialisasi)
yang baru. Menyimak penjelasan guru tentang sosia-
Sosialisasi tujuan dan prosedur pembe- lisasi tujuan dan prosedur pembelajaran,
lajaran. serta memberikan respon apabila ada yang
belum dipahami.

KEGIATAN GURU TAHAP PENCIPTAAN KEGIATAN SISWA


Menjelaskan tema budaya yang dikaitkan MAKNA Menyimak dan merespon penjelasan guru
dengan topik pelajaran IPS, dan diakhiri (Tugas bermakna, mengenai tema budaya yang dikaitkan
dengan pemberian tugas bermakna interaksi aktif, dan dengan topik pelajaran IPS.
untuk diskusi kelompok. aplikasi kontekstual) Menggali dan membaca buku sumber yang
Memberi kesempatan siswa untuk meng- relevan dengan tugas diskusi kelompok,
gali dan membaca buku sumber yang termasuk buku sumber supplement.
relevan dengan tugas diskusi kelompok, Eksplorasi Melaksanakan diskusi kelompok untuk
termasuk buku sumber supplement. menemukan solusi masalah.
Memfasilitasi, membimbing, dan meman-
tau diskusi kelompok.

KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA


Memfasilitasi presentasi hasil diskusi kelom- Mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
pok siswa. Diskusi dan Pendalaman dan memberikan pendapat terhadap hasil ke-
Memberikan umpan-balik dan penjelasan Konsep lompok lain.
tentang solusi masalah. Menyimak dan merespon umpan-balik dan
penjelasan yang diberikan guru.

KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA


Pengembangan dan
Memberi tugas yang bersifat Mengerjakan tugas pengembangan dan
Aplikasi
pengembangan dan aplikasi materi sesuai aplikasi, bertanya kalau belum memahami,
dengan kehidupan sehari-hari siswa. serta mengumpukan hasilnya pada guru.

KEGIATAN GURU TAHAP KEGIATAN SISWA


Bersama-sama siswa menyimpulkan hasil KONSOLIDASI Bersama-sama guru menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah dilalui. (Penyimpulan dan tindak pembelajaran yang telah dilalui.
Menugaskan siswa membaca buku sumber lanjut) Membaca buku sumber di rumah.
di rumah.

PENILAIAN

Penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses berupa observasi apresiasi siswa
terhadap budaya lokal dengan menggunakan rubrik dan format observasi apresiasi; serta
observasi aktivitas siswa dalam diskusi dengan menggunakan rubrik dan format observasi
aktivitas siswa. Penilaian hasil dilakukan melalui LKS diskusi kelompok, LKS tugas
individual pengembangan dan aplikasi, dan tes hasil belajar.

Bagan 3. Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya (MPTBB) yang


Siap Divalidasi

Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya


199

Hasil uji validasi membuktikan bah- tetapi juga berpengaruh positif terha-
wa penggunaan MPTBB dalam mata dap peningkatan penguasaan siswa ter-
pelajaran IPS SD, bukan hanya memiliki hadap materi IPS. Tabel berikut menya-
pengaruh positif terhadap peningkatan jikan hal tersebut.
apresiasi siswa terhadap budaya lokal,
Tabel 2. Rata-rata Gain pada Uji Validasi
Kategori Sekolah/ n Rerata Gain Hasil Pengujian
Aspek
Ttab
Eks. Ktr. thit (two Ket.
tail)
0,05
Sekolah Kategori Baik : 64
Apresiasi Indikator pemahaman terhadap budaya 3,88 1,30 9.32 2,00 Signifikan
terhadap lokal
budaya Indikator penginterpretasian dan penilai- 9,26 3,03 13,73 2,00 Signifikan
lokal an/penghargaan terhadap budaya lokal
Hasil Belajar 5,94 3,23 9,68 2,00 Signifikan
Sekolah Kategori Sedang : 59
Apresiasi Indikator pemahaman terhadap budaya lo- 3,35 1,14 6,89 2,02 Signifikan
terhadap kal
budaya Indikator penginterpretasian dan penilai- 8,16 2,89 10,98 2,02 Signifikan
lokal an/penghargaan terhadap budaya lokal
Hasil Belajar 5,58 2,82 12,69 2,02 Signifikan
Sekolah Kategori Kurang : 81
Apresiasi Indikator pemahaman terhadap budaya lo- 3,10 0,95 8,95 2,00 Signifikan
terhadap kal
budaya Indikator penginterpretasian dan penilai- 7,33 2,56 13,72 2,00 Signifikan
lokal an/penghargaan terhadap budaya lokal
Hasil Belajar 5,08 2,46 13,84 2,00 Signifikan
Keterangan : Eks. : Kelompok eksperimen
Ktr. : Kelompok kontrol

Pada uji validasi, walaupun pada bila dibandingkan dengan kelompok


tes awal terbukti antara kelompok eks- kontrol.
perimen dan kelompok kontrol tidak
terdapat perbedaan yang signifikan, na- PEMBAHASAN
mun pada tes akhir kelompok eksperi- Secara substansial, konsep MPTBB
men memperoleh hasil yang lebih ting- dalam pembelajaran IPS dikembangkan
gi. Hal ini terjadi baik pada sekolah de- berdasarkan prinsip-prinsip pembela-
ngan kategori baik, sedang maupun jaran terpadu yang holistik dan pembe-
kurang. Gain pada kelompok eksperi- lajaran berbasis budaya yang konstruk-
men pada sekolah ketegori baik, sedang tivistik. Pendekatan holistik dalam pem-
dan kurang, baik untuk aspek apresiasi belajaran didasari oleh teori Gestalt.
(pemahaman serta peninterpretasian Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang
dan penilaian/penghargaan), maupun berarti whole configuration. Pendekatan
hasil belajar, secara signifikan lebih baik ini menekankan bahwa pengembangan

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


200

pemahaman baru merupakan suatu pendekatan tematik. Model ini sudah


bentuk pengembangan individu yang familiar bagi guru-guru SD di Indone-
utuh, pola, kesatuan dan keseluruhan sia. Implementasinya berangkat dari se-
yang melibatkan semua aspek dalam buah tema yang dibangun sendiri oleh
kehidupan anak. Sukmadinata (2005: guru atau bersama-sama siswa berda-
55), berkenaan dengan konsep Gestalt, sarkan minat, kebutuhan, serta ling-
mengemukakan bahwa ....belajar me- kungan sekitar siswa.
rupakan proses pengembangan insight Di samping hal di atas, MPTBB juga
atau pemahaman baru........pemahaman dikembangkan berdasarkan prinsip-
terjadi apabila individu menemukan prinsip pembelajaran berbasis budaya
cara baru dalam menggunakan unsur- yang konstruktivistik. Pendekatan kons-
unsur yang ada dalam lingkungan... truktivistik dikembangkan Vygotsky
Pandangan mengenai pendekatan (Social and Emancipatory Construdtivism).
holistik di atas menunjukkan bahwa Pendekatan ini menekankan bahwa
pendekatan holistik mengutamakan siswa mengkonstruksi pengetahuan
pembelajaran yang utuh, keseluruhan atau menciptakan makna sebagai hasil
dan konkrit. Pengemasan pembelajaran dari pemikiran dan berinteraksi dalam
tidak terpisah-pisah dan selalu melihat suatu konteks sosial (Suprayekti, 2004:
suatu objek dalam keutuhan dan ke- 4-14). Proses belajar merupakan bagian
seluruhasnnya sehingga memungkin- integral dari aktivitas dan interaksi se-
kan siswa belajar bermakna, otentik dan seorang, di mana dalam proses ini ak-
aktif. Aplikasinya, teori Gestalt mene- tivitas dan interaksi berlangsung secara
kankan pemerolehan insight dimana sis- simultan dan dialogis. Pengetahuan
wa memiliki kemampuan mengenal ke- yang diperoleh seseorang tidak lepas
terkaitan unsur-unsur dalam suatu ob- dari aktivitas di mana pengetahuan itu
jek atau peristiwa. dikonstruksi serta dari komunitas mana
Aplikasinya, pendekatan holistik di- budaya tersebut diaplikasikan.
implementasikan melalui model pem- Pembahasan di atas menunjukkan
belajatan terpadu. Menurut Fogarty bahwa MPTBB merupakan sebuah mo-
(1991:xiv), model pembelajaran terpadu del pembelajaran hasil pengembangan
sebagai wujud pendekatan integratif yang berbeda dengan model pembe-
bersifat kontinum yang berawal dari lajaran lainnya. Tujuan dari MPTBB
bentuk kurikulum tradisional dimana adalah meningkatkan apresiasi siswa
seluruh mata pelajaran merupakan bi- terhadap budaya lokal sebagai upaya
dang studi yang diajarkan terpisah-pi- meningkatkan penguasaan materi IPS.
sah sampai model yang berorientasi pa- Tujuan ini jelas berbeda dengan tujuan
da mata pelajaran yang sangat terpadu. pembelajaran IPS selama ini yang lebih
MPTBB dalam hal ini, sesuai dengan mengutamakan penguasaan materi IPS
karaktersitik pelajaran IPS yang meng- sebanyak-banyaknya. Tujuan konven-
integrasikan berbagai disiplin, berorien- sional seperti ini tidak mengakomodasi
tasi pada webbed model atau model ja- bentuk pengetahuan dan kekayaan tra-
ring laba-laba yang lazim juga disebut disional dalam komunitas budayanya.

Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya


201

Oleh karena itu, MPTBB dikembangkan Kesimpulan di atas memiliki seju-


sesuai dengan kebutuhan dan perma- mlah implikasi, yaitu (1) perubahan pe-
salahan faktual di lapangan dengan me- ran guru dalam proses pembelajaran
nekankan tujuan yang bukan hanya me- dari pemateri ke pamandu; (2) guru
ningkatkan penguasaan materi IPS, tapi membutuhkan pembekalan awal; (3)
lebih dari itu sebagai suatu model pem- pemanfaatan secara optimal alat, media
belajaran yang mampu meningkatkan dan sumber yang tersedia di sekolah;
apresiasi siswa terhadap budaya lokal- (4) administrator dan komite sekolah
nya. MPTBB memandang bahwa kedua membutuhkan orientasi agar memaha-
sisi tujuan tersebut, yakni meningkat- mi dan selalu aktif menyediakan sum-
kan apresiasi terhadap budaya lokal ber dan dukungan secara kontinu ter-
dan penguasaan materi IPS sebagai dua hadap proses pembelajaran terpadu
sisi yang sama pentingnya. berbasis budaya yang dilakukan guru;
dan (5) komunikasi dan sosialisasi ke-
KESIMPULAN pada orang tua siswa maupun masya-
Pertama, Model Pembelajaran Ter- rakat. Temuan penelitian menghasilkan
padu Berbasis Budaya (MPTBB) yang dalil-dalil sebagai berikut : (1) apresiasi
dikembangkan untuk meningkatkan ap- siswa terhadap budaya lokal meningkat
resiasi siswa terhadap budaya lokal, jika pembelajaran fokus pada tema
adalah: (1) desainnya berangkat dari te- yang dikembangkan berdasarkan pen-
ma budaya lokal dan dikembangkan galaman awal budaya siswa; dan (2)
berdasarkan pengalaman awal budaya hasil belajar meningkat jika pembe-
siswa. Komponen desainnya terdiri atas lajaran mengintegrasikan budaya.
tema budaya lokal, tujuan integratif,
materi pembelajaran terintegrasi de- UCAPAN TERIMA KASIH
ngan budaya lokal yang relevan, kegiat- Artikel ilmiah ini ditulis berdasar-
an pembelajaran terpadu berbasis bu- kan hasil penelitian dengan judul
daya, alat-media dan sumber yang be- Pengembangan Model Pembelajaran
ragam dan kontekstual, serta kompo- Terpadu Berbasis Budaya untuk Me-
nen penilaian yang menekankan peni- ningkatkan Apresiasi Siswa terhadap
laian proses dan hasil; (2) implementasi- Budaya Lokal (Studi pada Mata Pelajar-
nya terdiri atas tiga tahap, yakni peng- an IPS Sekolah Dasar). Banyak pihak
kondisian, penciptaan makna dan kon- yang telah membantu penelitian ini.
solidasi; dan (3) penilaian meliputi pe- Oleh karena itu, sepatutnyalah kalau
nilaian proses dan hasil. pada kesempatan ini penulis meng-
Kedua, MPTBB terbukti secara signi- ucapkan terima kasih dan penghargaan
fikan lebih efektif meningkatkan apre- yang tinggi kepada semua pihak ter-
siasi siswa terhadap budaya lokal si- sebut, terutama Prof. Dr. H. Asari
multan dengan penguasaan materi pe- Djohar, M.Pd., Prof. Dr. Hj. Hansiswany
lajaran bila dibandingkan dengan mo- Kamarga, M.Pd. dan Prof. Dr. Hj.
del pembelajaran yang selama ini di- Mulyani Sumantri, M.Sc. dari Univer-
gunakan guru. sitas Pendidikan Indonesia serta Prof.

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


202

Dr. Johanes Sapri, M.Pd. dan Prof. Drs. Fink, L. Dee. 2003, Creating Significant
Safnil, MA, Ph.D. dari Universitas Learning Eksperinces (An Integrated
Bengkulu yang telah banyak memberi- Approachto DesigningCollege Cours-
kan kontribusi baik konsepsional mau- es). San Francisco: Jossey-Bass.
pun teknis sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik. Ucapan teri- Fogarty, R. 1991. How to Integrate the
ma kasih juga penulis tujukan kepada Curricula. Palatine, Illinois: IRI/
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Skylight Publishing, Inc.
Kementerian Pendidikan Nasional yang
telah membantu penelitian ini melalui Hadi, N. 1997. Pemanfaatan Sumber
program Dana Bantuan Disertasi Dok- Belajar oleh Guru dan Pengaruh-
tor. nya terhadap Hasil Belajar dalam
Terakhir penulis juga mengucapkan Pengajaran Pendidikan IPS (Studi
terima kasih kepada Pengelola Jurnal Kasus di Kelas III SDN Kauman I
Cakrawala Pendidikan dari LPM Univer- dan SDN Kauman II Kotamadia
sitas Negeri Yogyakarta yang telah ber- Malang-Jawa Timur. Tesis S2 PS
kenan mempublikasikan artikel ilmiah PIPS SPs UPI, Bandung.
ini.
Norman, S. 1997. Upaya Orang Tua
dalam Membina Nilai-nilai Tabot
DAFTAR PUSTAKA
di Lingkungan Keluarga. Tesis S2
Atmazaki. 1992. Kemampuan Berpikir PU IKIP Bandung, Bandung.
Kreatif dan Kualitas Interaksi de-
ngan Karya Sastra sebagai Deter- Pargito. 2000. Pembelajaran IPS dengan
minan Kemampuan Mengapre- Model Pengalaman Belajar di SD
siasi Karya Sastra. Tesis, S2 Prodi Daerah Pedesaan Tertinggal
Pengajaran Bahasa Indonesia PPs (IDT). Tesis S2 PS PIPS UPI, Ban-
IKIP Bandung, Bandung. dung.

Barr, R. D., Barth, J. L., and Shermis, S. Rusyana, Y. 1984. Bahasa dan Sastra da-
S. 1978. The Nature of the Social lam Gamitan Pendidikan. Bandung:
Studies. Palm Spring: An ETS Diponegoro.
Publication.
Samion, A.R. 2002. Pengembangan
Borg, W. R. and Gall, M. D. 1989. Edu- Kreativitas Mengajar Guru dalam
cational Research: An Introduction. Pembelajaran IPS di Sekolah Da-
New York: Longman. sar. Disertasi S3 PS PIPS SPs UPI,
Bandung.
Dunkin, M.J. and Bidlle, B.J. 1974. The
Study of Teaching. New York Holt: Sapri, J. 2000. Model Pengembangan Ku-
Rinehart and Winston. rikulum Muatan Lokal Kewirausa-
haan dalam Mensukseskan Wajar 9

Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya


203

Tahun di SMPN Wilayah Pantai ______. 2006. Pengendalian Mutu Pendi-


Propinsi Bengkulu, Lembaga Pene- dikan Sekolah Menengah. Bandung:
litian UNIB, Bengkulu. Refika Aditama.

Sasongko, R. N. 2004. Penerapan Model ______. 2007. Metodologi Penelitian Pen-


Pembelajaran Interaktif Akademis didikan. Bandung Remaja Rosda-
Emosional Berbasis Kompetensi un- karya.
tuk Peningkatan Mutu Proses dan
Hasil Belajar. Lembaga Penelitian Suprayekti. 2004. Pembaharuan Pembela-
UNIB, Bengkulu. jaran di SD. Jakarta: Pusat Pener-
bitan UT.
Sayakti, L. 2003. Implementasi Konsep
Lingkungan Hidup sebagai Sum- Suryatin, H. E. 1997. Efektivitas Model
ber Belajar dalam Pembelajaran Mengajar Resepsi dan Pendekat-
IPS di Sekolah Dasar. Tesis S2 PS an Resepsi Sastra dalam Peng-
PIPS SPs UPI, Bandung. ajaran Sastra untuk meningkat-
kan Kemampuan Apresiasi Sas-
Schuncke, G. M. 1988. Elementary Social tra. Disertasi PS Bahasa Indone-
Studies: Knowing, Doing, Caring. sia Pasca Sarjana IKIP Bandung,
New York: Macmillan Publishing Bandung.
Co Ltd.
Tilaar, H. A. R. 2006. Standarisasi Pen-
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 1989. Pene- didikan Nasional: Tinjauan Kritis.
litian dan Penilaian Pendidikan. Ban- Jakarta: Rineka Cipta.
dung: Sinar Baru.
Wangsih. 2002. Penggunaan Model Be-
Sukmadinata, N. 2005. Pengembangan lajar Konkret-Semikonkret-Abs-
Kurikulum: Teori dan Praktek Ban- trak (KSA) dalam Pembelajaran
dung: Remaja Rosdakarya. Apresiasi Cerpen di SMU. Tesis
SPs UPI, Bandung.

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2

Anda mungkin juga menyukai