Anda di halaman 1dari 31

MODUL UJI IMPACT

I 1.1Persiapan Bahan
1.2 Pengujian Impact

1. Pendahuluan
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan pembebanan
yang cacat. Agar dapat memenuhi uji impak terlebih dahulu
mengalami fenomena yang terjadi terhadap satu kapal yang berada
pada suhu rendah ditengah laut, sehingga menyebabkan materialnya
menjadi getas dan mudah patah. Disebabkan laut memiliki banyak
beban dari arah manapun. Dalam pengujian mekanik terdapat
perbedaan dalam pemberian jenis beban kepada material. Pada uji
impak digunakan pembebanan yang cepat terjadi proses penyerapan
energy yang menumbuk ke specimen. Proses penyerapan energy ini
akan diubah dalam berbagai respon material seperti deformasi
plastis, efek histeris, gesekan dan efek inersia.

2. Bahan Kajian
1) Bagaimana konsep dari uji impak ?
2) Bagaimana uji impak dilakukan ?
3) Bagimana cara mengetahui sifat ketangguhan suatu bahan ?

3. Tujuan dan Manfaat


3.1Tujuan
1) Mengetahui konsep dari uji impak
2) Mengetahui fungsi fdari uji impak
3) Mengetahui sifat ketangguhan suatu bahan

3.2Manfaat
1) Mahasiswa dapat mengetahui konsep dari uji impak
2) Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari uji impak
3) Mahasiswa dapat mengetahui sifat ketangguhan suatu bahan

4. Tinjauan Pustaka
4.1 Definisi
Impak test merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk
menguji ketanggungan suatu specimen bila diberikan beban secara
tiba- tiba melalui tumbukan, ketahanan impak biasanya diukur

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 1


dengan metode charpy atau rood yang bertakik maupun tidak
bertakik. Beban diayun dari ketinggian tertentu untuk memukul
benda uji yang kemudian diukur energy yang diserap oleh
perpatahannya. Prinsip impak ini adalah menghitung energy yang
diberikan oleh bahan dan menghitung energy yang diserap oleh
specimen. Ukuran suatu energy yang diperlukan untuk mematahkan
atau merusak suatu bahan yang diukur dari luas daerah di bawah
kurva tegangan regangan. Suatu bahan mungkin memiliki kekuatan
tarik yang tinggi tetapi tidak memenuhi syarat untuk kondisi
pembebanan kejut.

4.2 Jenis Jenis Metode Uji Impak


Metode pengujian impak terdiri dari dua jenis yaitu :
1) Metode Charpy
Pengujian tumbuk dengan meletakan posisi specimen uji pada
tumpuan dengan posisi horizontal/mendatar, dan arah pembebanan
berlawanan ddengan arah takikan
2) Metode Rood
Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi specimen uji pada
tumpuan dengan posisi dan arah pembebanan searah sengan arah
takikan

4.3 Patah Getas dan Patah Ulet


Fenomena patah pada material yang diawali terjadinya retakan
secara cepat, secara umum perpatahan dapat di golongkan menjadi
dua golongan umum yaitu :
1) Patah Getas
Merupakan patah pada material yang diawali terjadinya
retakan secara cepat dibandingkan patah ulat tanpa deformasi plastis
terlebih dahulu dan dalam waktu yang singkat. Biasanya patah grtas
terjadi pada material berstruktur material yang mempunyai
komposisi struktur karbon yang sangat tinggi sehingga sangat kuat
namun rapuh.
2) Patah Ulet
Meerupakan patah yang diakibatkan oleh bahan statis yang
dibersihkan pada material. Jika beban dihilangkan maka penjalaran
retakan berhenti. Patah ulet ini ditandai dengan penyerapan energy
disertai adanya deformasi plastis yang cukup besar disekitar patah

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 2


sehingga permukaan patahan nampak kasar. Biasanya patah ulet
terjadi pada material berstruktur bainit yang merupakan baja dengan
kandungan karbon rendah

4.4 Deformasi Plastis dan Elastis


Suatu material dapat bertahan dari energy tekan dikarenakan energy
tekan tidak melebihi energy material itu. Deformasi elastic
merupakan perubahan bentuk material yang diberi gaya tarik atau
tekan sehingga dapat berubah bentuk dan bila energy tarik atau tekan
hilangkan, benda tersebut akan kembali kebentuk semula. Sedangkan
pada deformasi plastis material yang sudah diberi gaya tarik hingga
mengalami perubahan panjang atau bentuk tidak akan kembali pada
bentuk semula apabila gaya tarik dihilangkan.

5. Pelaksanaan
5.1 Rancangan
Sebelum melaksanakan pratikum dan untuk memperlancar
pratikum harus dipersiapkan suatu rancangan alat dan bahan sebagai
berikut :
Tabel 5.1 Perancangan alat dan bahan

Alat Bahan
Mesin uji impact Besi 70mm
12 x 12 sebanyak 3 spesimen
Gerindra tangan
Gergaji besi
Penggores / penanda
Alat tulis

5.2 Prosedur Pengujian


Untuk memperlancar jalanya proses uji impact didapat prosedur
pengujian sebagai berikut :
1. Potong bahan spesimen yaitu besi virkan dengan panjang 70mm

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 3


2. Beri tarikan pada bagian tengah spesimen benda kerja sedalam
10mm. Sisakan 2mm supaya mempermudah proses uji. Pemberian
takik dengan gergaji besi
3. Siapkan mesin uji impact dan letakan benda kerja pada mesin sesuai
metode izod
4. Timbang berat pendalam mesin uji impact
5. Atur ketinggian pendalam seperti yang sudah ditentukan kemudian
kunci pada ketinggian tersebut
6. Atur indikator pada 00
7. Setelah itu lepaskan pengunci pendulum sehingga benda kerja
terpukul oleh pendulum
8. Ukur jarak drajat pendulum melalui indikator sudut dan catat semua
datanya

Gambar 5.1 diameter benda kerja

6 Hasil dan Pembahasan


6.1 Hasil
Hasil dari pengujian impact yang dilakukan dengan menggunakan
besi virkan 12 x 12 mm adalah sebagai berikut

Gambar 6.1 Hasil Uji Impact

6.2 Pembahasan

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 4


Pembahasan yang didapat dari pnguijan impact adalah sebagai
berikut
Diketahui : Panjang lengan = 0,85 m
Tinggi Spesimen =1m
Massa Lengan = 20,5 kg
Percepatangravitasi = 9,8 m/s2
Tarik = 0.02 m
Rumus h2 = cos d . panjang lengan
EP = m.g.(ho-x)
Tarik
Hi = Ep
A

Keterangan h2 = ketinggian pendulum setelah menghantam


spesimen
Ep = Energi potensial J
m = massa pendulum m
g = percepatan gravitasi m/s2
ho = Tinggal awal m
Hi = Harga impact J/m

Pengujian 1
360 o 304 o = 56 o
Cos 56.0,85 = 0,475
Ep = 20,5 . 9,8 . 0,475
0,02
= 95,42
0,02
= 4772 J
Hi = 4771
0,02
= 33,1 J/m

Pengujian 2
360 o 310 o = 50 o
Cos 56.0,85 = 0,546
Ep = 205.9,8.0,546 = log.69 = 54,84J
0,02 0,02

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 5


Hi = 5484 = 38 J/m
144

Pengujian 3
360o 309 o = 51 o
Cos 51 o.0,85 = 0,546
Ep = 205.9,8.0,534 = 109.28 = 5364 J
0,02 0,02
Hi = 5364 = 37,25 J/m
144
4Hi = 33,1 + 38 + 37,25 = 36,11 J/m
3

7. Kesimpulan

Dari pengujian impact adalah spesimen uji memiliki tingkat


kualiatas yang tinggal karena tidak mengalami patah walaupun .

MODUL UJI TARIK


2 1.3Persiapan Bahan
1.4 Pengujian Tarik

1. Pendahuluan
Dalam pembuatan suatu kontruksi diperlukan material dengan
spesifikasi dan sifat-sifat yang khusus pada setiap bagiannya.
Sebagai contoh dalam pembuatan kontruksi sebuah jembatan.
Diperlukan material yang kuat untuk menerima beban diatasnya.
Material juga harus elastis agar pada saat terjadi pembebanan
standart atau lebih tidak patah. Salah satu contoh yang sekarang

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 6


banyak digunakan pada kontruksi bangunan atau umum adalah
logam memiliki sifat sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik,
mekanik, thermal dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat
tersebut adalah sifat mekanik. Sifat mekanik terdiri dari keuletan,
kekekrasan, dan ketangguhan.

2. Bahan Kajian
1. Bagaimana konsep dari uji tarik?
2. Mengapa uji tarik dilakukan?
3. Bagaiman cara mengetahui kekuatan tarik suatu bahan?

3 Tujuan dan Manfaat


3.1 Tujuan
1. Mengetahui konsep dari uji tarik
2. Mengetahui fungsi dari uji tarik
3. Mengetahui kekuatan tarik suatu bahan

3.2 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep dari uji tarik
2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari uji tarik
3. Mahasiswa dapat mengetahui kekuatan tari suatu bahan

4 Tinjauan Pustaka
4.1 Dasar Pengujian Logam
Uji tarik merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguji
kekuatan suatu bahan / material dengan cara memberikan beban gaya
yang sesumbu. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 7


penting untuk rekayasa teknik desain produk karena menghasilkan
data kekuatan material.

Gambar 4.1 Mesin Uji Tarik

Pengujian tarik dasar dari pengujian mekanik yang


dipergunakan pada material. Pengujian tarik relatif sederhana, murah
dan sangat terstandarisasi dibanding dibanding pengujian lain. Dimana
spesimen uji telah distandarisasi dilakukan pembebanan unixial
sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan tambah panjang
hingga akhirnya patah.
4.2 Kekuatan Tarik
Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik
adalah kuat luluh dan kuat tarik. Kekuatan tarik adalah beban
maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda uji.

4.3 Modulus Elastisitas


Ukuran kekuatan suatu bahan akan keelastisannya. Makin besar
modulus, makin kecil regangan elastis yang dihasilkan akibat

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 8


pemberian tegangan. Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya ikat
atomm sebab gaya ikat atom, sebab gaya ini tidak dapat dirubah tanpa
perubahan menset pada sifat bahayanya. Maka modulus elastisitas salah
satu sifat-sifat mekanik yang tidak dapat diubah.

MO = /

Keterangan : tegangan
: regangan

5 Pelaksanaan
5.1 Rancangan

Alat Bahan
1. Mesin gerindra tangan 1. Baja SNI HIJ P10
2. Mesin uji tarik
(10x100)mm
3. Jangka sorong
4. Penggaris
5. Kamera perekam
6. Mesin bubut

5.2Prosedur
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Memotong bahan baja SNI HIJ P10 menggunakan gerindra
c. Membubut bahan yang telah dipotong sesuai dengan dimensi yang
telah ditentukan
d. Membuat grid atau garis-garis pada bagian bahan yang akan dicekam
mesin uji tarik, menggunakan mesin gerindra
e. Memasang bahan pada mesin uji tarik dan ukur diameter awal
f. Menutup pompa dan mereset sesuai indikator sebelum pompa
hidrolik digerakkan
g. Menempelkan atau mengukur diameter yang berubah dengan
menggunakan jangkasorong

6. Hasil dan Pembahasan

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 9


6.1 Tabel dan Grafik Gaya-Diameter
Sampel atau benda uji dengan ukuran dan bentuk tertentu ditarik
dengan beban kontinu sambil diukur perubahan diameternya. Data yang
didapat berupa perubahan diameter dan perubahan beban yang
selanjutnya ditampilkan dalam bentuk Tabel dan grafik.

Tabel 6.1 Tabel Gaya-Diameter

Spesimen Ke
No 1 2 3
Gaya(N) D(mm) Gaya(N) D(mm) Gaya(N) D(mm)
1 0 0,02 0 0,02 0 0,02
2 11516,16 0,03 35505,40 0,04 28476,91 0,04
2 27519,98 0,05 33657,53 0,05 26398,06 0,05
4 36297,34 0,06 37419,26 0,07 30192,79 0,06
5 32997,58 0,07 38211,20 0,08 32205,64 0,07
6 39036,14 0,08 34449,47 0,09 33921,51 0,09
7 38937,14 0,09 28047,94 0,11
8 24517,20 0,11

Grafik 6.1 Grafik Gaya Diameter


Dari data dan grafik yang diperoleh dari hasil uji tarik dapat
dikatakan spesimen memiliki spesimen memiliki keuletan yang tinggi

6.2 Tabel dan Grafik Tegangan Regangan

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 10


Tabel 6.2 Tabel Tegangan Regangan

Spesimen Ke
1 2 3
No Teganga Reganga Teganga Reganga Teganga Reganga
n n n n n n
(Mpa) (Mpa) (Mpa)
1 0 0,333 0 0,500 0 0,011
2 1978,72 0,600 6121,62 0,600 5332,75 0,004
2 4811,19 0,667 5884,18 0,714 4962,04 0,008
4 6435,70 0,714 6611,18 0,750 5718,33 0,017
5 5913,54 0,750 6847,88 0,778 6205,33 0,013
6 7228,91 0,778 6252,17 0,796 6625,30 0,010
7 7319,01 0,818 5532,14 0,854
8 4678,86 0,854

Grafik 6.2 Grafik Tegangan Regangan

Penjelasan dari tabel data yang telah diolah menjadi grafik


nebubjukkan spesimen yang diuji memiliki tegangan dan ragngan yang
beda namun tidak signifikat, dapat dikatakan spesiment yang diuji
memiliki tingkat keuletan tinggi

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 11


6.3 Ultimate Tensile Strength(UTS)
Tabel 6.3 Ultimate Tensile Strength

Spesimen Ke Fmax(N) A0(mm2) UTS(N/mm2)


1 39036,14 1428,54 1428,54
2 38211,20 1352,13 1352,13
3 32205,64 1406,94 1406,94
Rata-rata 1395,870
Ultimate Tensile Strange merupakan hasil dari gaya maksimal
dibagi AD satuan untuk UTS yang pascal (Pa)

6.4 Modulus Elastisitas(E)


Tabel 6.4 Tabel Modulus Elastisitas

Tegangan Regangan
Spesimen Ke 2 E(Mpa)
Maks.(N/mm ) Maks.
1 7319,01 0,032 226889,38
2 6564,90 0,033 196947,09
3 5489,26 0,011 494033,32
Rata-rata 283332,893
Modulus elastisitas dalah hasil pembagian antara tegangan
maksimal dengan regangan maksimal. Satuan dari modulus elastisitas
adalah Pascal Pa

6.5 Elongasai
Tabel 6.5 Tabel Elongasi

aRegangan
Spesimen Ke Persentase(%) Elongasi(%)
Maks.
1 0,032 100 3,23
2 0,033 100 3,33
3 0,011 100 1,11
Rata-rata 2,556
Elongasi merupakan hasil dari diameter awal dikurangi diameter
akhir lalu dibagi dengan diameter awal dan dikalikan 100%

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 12


6.6 Tegangan Yield
Tabel 6.6 Tegangan Yield

Tegangan
Spesimen Ke d0(mm) Yield
Luluh(N)
1 11516,16 5,9 68081,21
2 35505,40 6 213458,44
3 28476,91 5,4 154082,87
Rata-rata 25216,49
Tegangan yield adalah hasil dari pembagian gaya pada titik luluh
dengan diameter awal (Do). Tegangan yield menunjukkan seberapa
mampu sebuah spesimen untuk kembali ke bentuk semula setelah
mengalami penarikan dan tidak mengalami penambahan panjang atau
perubahan bentuk. Jadi tegangan yield adalah tegangan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil diformasi plastis yang
ditetapkan

Gambar 6.1 Benda Kerja Setelah Pengujian


123

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 13


MODUL UJI KEKERASAN
3.1 Persiapan Bahan
3 3.2 Pengujian Kekerasan

7. Kesimpulan
Pada pengujian ini kita menguji ketahanan bahan material Baja SNI
HIJ P10, sejauh mana pertambahan panjangnya dan bagaimana material
tersebut bereaksi terhadap tarikan. Jadi material Baja SNI HIJ P10
mempunyai utilities strange (UTS) rata-rata sebesar 1395,870. Modulus
elastisitas sebesar 283332,893, elongasi sebesar 2,556% dan tegangan yield
sebesar 25216,49

1. Pendahuluan
Kekerasan merupakan sifat alami dari suatu loga atau material.
Salah satu proses yang mempengaruhi kekerasan suatu material yang diuji
adalah proses heat treatment. Kekerasan memiliki arti yang berbeda sesuai
dengan bidang pemakaiannya. Pada pengujian logam kekerasan
didefinisikan sebagai ketahanan suatu logam terhadap indentasi
(penekanan) sedangkan didalam mineralogi kekerasan merupakan ketahan
suatu mineral terhadap goresan dengan menggunakan standar kekerasan
mohs. Pentingnya sifat kekerasan dalam pemilihan material logam untuk
peralatan teknik seperti untuk komponen mesin yang mengalami gesekan.

2. Bahan Kajian
1. Bagaimana konsep dari uji kekerasan?
2. Mengapa uji kekerasan dilakukan?
3. Bagaimana cara mengetahui kekerasan suatu bahan?

3. Tujuan dan Manfaat


3.1 Tujuan
1. Mengetahui konsep uji kekerasan
2. Mengetahui fungsi uji kekerasan
3. Mengetahui kekerasan suatu bahan

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 14


3.2 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep dari uji kekerasan
2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi uji kekerasan
3. Mahasiswa dapat mengetahui kekerasan suatu bahan

4. Tinjauan Pustaka
Konsep umum tentang kekerasan sebagai penentu kualitas suatu
bahan mempunyai kaitan erat dengan kekakuan dan kekompakan
permukaan suatu meterial. Ada banyak metode yang dikembangkan dalam
menentukan harga kekerasan ini. Sehingga arti fisik dari kekerasan tidak
mudah dipahami bersama. Pengertian tentang kekerasan ini bergantung
pada pengalaman dan profesi setiap orang. Metode umum pengujian
kekerasan ada tiga jenis yaitu ; Scracht, Indentor dan Dynamic.

Konsep yang dipakai pada pengujian ini adalah metode indenter,


yaitu pengujian kekerasan dengan menggunakan Indentor, pengujian pada
percoibaan ini dibagi tiga jenis; Brinell, Vicker dan Rockwell.

4.1 Brinell Hardness


Pengujian kekerasan Brinell menggunakan bola baja dengan
diameter 10 mm dan beban 3000 Kg. sesuai dengan ASTM E 10. Beban
diberikan kepada spesimen selama 30 detik kemudian diameter jejak yang
ditinggalkan diukur dan dihitung dengan persamaan BHN (Brinell
Hardness Number). Prinsip perhitungan adalah dengan menghitung beban
dibagi dengan luas daerah yang ditinggalkan.

Gambar 4.1 Brinell Hardness

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 15


4.2 Rockwell Hardness

Metode pengujian kekerasan yang palng banyak dipakai adalah


metode Rockwell. Terdapat dua macam pembebanan yaitu mayor dan
minor. Beban minor diberikan sebesar 10 Kg dan beban mayor besarnya
bervariasi antara 60, 100 dan 150 Kg. Beban Minor berfungsi untuk
meminimalisasi pengaruh bentuk permukaan dan sebagai setting awal
untuk posisi beban mayor. Indentor yang digunakan juga bervariasi.
Pengujian ini distandarkan pada ASTM E 18.

Gambar 4.2 Rockwell Hardness

4.3 Vickers Hardness

Pengujian kekerasan ini menggunakan Indentor berupa Pyramid


Intan yang membentuk sudut 1360 (ASTM E 92). Masa indentor bervariasi
antara 1 120 Kg. uji keras Vicker diterima secara luas untuk keperluan
riset karena mempunyai rentang yang luas. Sehingga dapat digunakan pada
material yang keras dan lunak sekaligus. Perhitungan menggunakan
persamaan VHN dengan prinsip pengukuran sama dengan Brinell hanya
saja luas yang dihitung berbeda persamaannya.

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 16


Gambar 4.3 Vickers Hardness

5. Pelaksanaan
5.1Rancangan
Tabel 5.1 Alat dan Bahan

No Alat Bahan
1 Mesin gerinda tangan Baja SNI HIJ P16
(diameter
2 Pipa pvc diamter 1 inchi 16 x 10 mm)
3 Resin dan katalis
4 Plastisin
5 Mesin amplas
6 Kertas amplas (500-
2000)
7 Kain bludru
8 Autosol
9 Kaca
10 Timbangan

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 17


11 Suntikan

5.2 Prosedur
5.2.1 Dimensi Bahan Uji Kekerasan

Gambar 5.1 Dimensi Bahan Uji

5.2.2 Langkah Kerja


a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Memotong bahan baja SNI HIJ P16 sebanyak 2 buah menggunakan
mesin gerinda tangan
c. Memotong pipa pvc diameter 1 inchi x 4mm sebanyak 2 buah
d. Menghitung volume resin (1/4 d2) dan katalisnya 1%
e. Meratakan permukaa pipa dengan amplas
f. Menyiapkan pipa yang akan dituangkan resin, diletakkan diatas kaca
yang sudah dilapisi plastisin dan direkatkan dengan malam agar tidak
terdapat celah atau lubang yang menyebabkan resin tumpah
g. Menimbang resin sesuai volume yang telah dihitung
h. Mencampur katalis (1%) kedalam resin
i. Aduk campuran resin dengan katalis 150 adukan (sampai tercampur),
dan harus dipastikan bahwa tidak ada vold (udara) dalam campuran resin
dan katalis
j. Letakkan bahan uji yang telah dipotong kedalam pipa dan menunggu
hingga cairan tersebut keras (selama 1 hari).

6. Pembahasan

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 18


Pembahasan dalam pengujian kekerasan baja SNI HIJ P16
menggunakan alat uji microhardness tester adalah sebagai berikut dengan 5
pengujian.

Tabel 6.1 Data Pengujan Spesimen 1

Pengujian Kekerasan D Phi d d


ke (Hb)
1 87 2 3,14 0,96 0,92
2 85 2 3,14 0,96 0,92
3 82 2 3,14 0,96 0,92
4 101 2 3,14 0,96 0,92
5 81 2 3,14 0,96 0,92

Rumus Nilai Kekerasan:

1. Pengujian 1

P1 =

P1 =
P1 = 273,18 (0,47)
P1 = 128,3946 kg
2. Pengujian 2

P1 =

P1 =
P1 = 266.9 (0.47)
P1 = 125,443 kg

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 19


3. Pengujian 3

P1 =

P1 =

P1 = 257,48 (0.47)

P1 = 121,0156 kg
4. Pengujian 4

P1 =

P1 =
P1 = 317.14 (0.47)
P1 = 149.0558 kg

5. Pengujian 5

P1 =

P1 =
P1 = 254.34 (0.47)
P1 = 119.5398 kg

6.1 Pembahasan analisis

Dari hasil praktikum pengujian pengujian kekerasan bahan baja SNI


HIJ P16 dengan menggunakan metode brinell, dimana bola baja (identor)
yang di tekan pada permukaan material uji tersebut. Hasil yang di dapatkan
setelah melakukan pengujian kekerasan ini adalah pengujian kekerasan
pertama material 87 HB, beban yang di tekan pada permukaan material uji

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 20


128,3946 kg. Pengujian kedua kekerasan material 85 HB, dengan beban
yang di tekan permukaan 125,443 kg. Pengujian ketiga kekerasan material
82 HB, beban yang di tekan permukaan 121,0156 kg. Pengujian keempat
material 101 HB, dengan beban yang di tekan permukaan 149.0558 kg.
Pengujian kelima material 81 HB, beban yang di tekan permukaan
119.5398 kg. Hasil kelima pengujian tersebut berbeda beda di karenakan
permukaan spesimen tidak rata.

7. Kesimpulan
Kekerasan adalah ketahanan suatu material terhadap deformasi pada
daerah lokal dan permukaan material, dan deformasi plastis. Kekuatan
suatu material berbanding lurus dengan kekerasan, semakin keras suatu
material maka semakin kuat pula material tersebut. Jadi, pengujian
kekerasan pada praktikum ini dilakukan karena dapat mengetahui
kekerasan suatu material uji tersebut.

Jember. .... .................... 2017

Asisten Praktikum, Praktikan,

.......................... .........................
...........................
Pr. Karakterisasi Material Kelas ... ........................... Page 21
. .
NIM. NIM.
NIM. NIM.
MODUL UJI MIKRO
4 1.5Persiapan Bahan
1.6 Pengujian Mikro

1. Pendahuluan
Suatu logam mempunyai sifat mekanik yang tidak hanya
tergantung pada komposisi kimia suatu paduan, tetapi tergantung
pada struktur mikronya. Suatu paduan dengan komposisi kimia yang
samadapat memiliki struktur mikro yang berbeda dan sifat
mekaniknya pun akan berbeda.
Untuk mengetaui sifat dari suatu logam kita dapat melihat
struktur mikronya. Dengan melalui diagram fasa . kita dapat
meramalkan struktur mikronya dan dapat mengetahui fasa yang
akan diperoleh pada komposisi temperatur tertentu.

2. Bahan Kajian
Berdasarkan latar belakang diatas maka terdapat beberapa
keterangan
1. Apa yang dimaksud dengan uji mikro ?
2. Bagaimana prosedur melakukan pengujian mikro?
3. Bagaimana bentuk morfologi suatu bahan dalam uji mikro?

3 Tujuan dan Manfaat


3.1 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui yang dimaksud dengan uji mikro.
2. Agar mahasiswa dapat melakukan pengujian mikro.
3. Agar mahasiswa mengetahui bentuk morfologi dari suatu bahan
dalam uji mikro.

3.2 Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui yang dimaksud dengan uji mikro.

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 22


2. Mahasiswa dapat melakukan pengujian mikro.
3. Mahasiswa mengetahui bentuk morfologi dari suatu bahan dalam uji
mikro.

4. Tinjauan Pustaka

Sifat logam terutama mekanik dipengaruhi oleh struktur logam,


disamping komposisi kimianya. Untuk mengetahui sifat suatu logam
dapat dilihat dari struktur mikronya. Setiap logam dengan jenis yang
berbeda memiliki struktur mikro yang berbeda. Dari struktur mikro
kita dapat melihat, ukuran dan bentuk butir, distribusi fasa yang
terdapat pada material logam, pengatur yang terdapat pada permukaan
material untuk memperjelas struktur permukaan. Pengetesan pada
umumnya menggunakan cairan kimia berupa HNO3 dan Alkohol,
dengan perbandingan campuran yaitu 100% untuk Alkohol dan 1%
untuk HNO3, pada saat pengetesan campuran tersebut dioleskan pada
spesimen dan diberi batasan waktu 40-60 detik, dangan wawasan
daerah yang di beri cairan reagen hanya sebagian kecil saja, setelah itu
lap dan bersihkan kerak cairan reagen dari spesimen uji dan lihat
spesimen uji pada mikroskop hingga mendapatkan hasil uji yang baik.

Gambar 4.1 Hasil mounting yang

Pengujian mikro dilakukan pada mikroskop khusus yaitu mikroskop


metalorgi digital, dimana cara kerjanya sama dengan mikroskop pada
umumnya tetapi hasilnya dapat disimpan berupa gambar digital

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 23


Gambar 4.2 Mikroskop Metalorgi
5 Prosedur Pratikum
5.1 Alat
1. Mikroskop metalorgi
2. Gerindra
3. Ragum
4. Penggaris
5. Mesin Amplas
6. Laptop pengamatan

5.2 Bahan
1. Baja SNI HIJ P10
2. Resin
3. Katalis
4. Pipa PVC
5. Plastisin
6. Kaca
7. Mika
8. Alkhohol
9. HNO3

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 24


5.3 Prosedur Pelaksanaan
1. Potong baja dengan panjang 10mm
2. Mounting bahan dengan perbandingan resin dan katalis 1:100 pada
pipa PVC yang sudah diberi palihan dan keringkan bahan kemudian copot
dari pipa PVC
3. Amplas spesimen uji dengan mesin pengamplas mula dari 500, 1000,
1500 dan 2000
4. Beri autosol pada spesimen uji mikro dan amplas pada kain yang
halus hingga mengkilap
5. Racik vergen dengan mencampurkan HNO3 1% dengan alkhohol
100% kemudian aduk hingga merata
6. Beri vergen pada sempel uji dan tunggu hingga 40-60 detik
7. Uji spesimen dengan mikroskop metalorgi untuk melihat struktur
mikronya sesuai dengan pembesaran tertentu dan hasil difoto

6 Hasil dan Pembahasan


6.1 Hasil
Hasil dari pengujian mikro untuk baja SNI HIJ P16
menggunakan miksroskop matalorgi adalah sebagai berikut.

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 25


Gambar 6.1 Hasil Uji Mikro

6.2 Pembahasan
Hasil dari percobaan dan pengujian struktur mikro untuk baja
SNI HIJ P16 sesuai gambar diatas adalah menunjukkan bahwa
perbandingan kontraks struktur mikro lebih banyak bagian putih jika
dibandingkan dengan bagian yang hitamatau gelap
Sifat dari bahan suatu spesimen uji tersebut di pengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah interaksi antara atom satu dengan
lainnya antara bahan, perilaku gugus tersebut atom (mungkin memiliki
struktur kristal yang teratur maupun tidak teratur)
Gambar uji menunjukkan uji ferik (berwarna putih) lebih banyak
dari pada gugusan yang berwarna gelap (peulit) sehingga dapat
disimpulkan spesimen tersebut bersifat ulet karena ferit
mengindentifisikan keuletan suatu material.

7. Kesimpulan
Pengujian mikro untuk baja SNI HIJ P16 adalah baja tersebut
bersifat ulet dimana keuletan ditunjukkkan dengan adanya ferit (gugusan
putih) yang mendominasi dari spesimen yang diuji/

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 26


MODUL NON DESTRUCTIVE TEST (NDT)
3 1.7Persiapan Bahan
1.8Pengujian NDT

1. Pendahuluan

Proses pengelasan yang dilakukan pada material yang bersifat


kelogaman kadang ditemukan kecacatan pada material yang di uji
disebabkan karena banyak factor seperti kurang bagusnya bahan yang
digunakan dan kurang sempurnanya proses pengelasan. Untuk mengetahui
kecacatan yang terjadi digunakan uji NDT.

NDT sering digunakan untuk menguji suatu material tanpa merusak


material itu sendiri, disebabkan karena metode itu sendiri, disbabkan
karena metode ini sangat efektif dan efisien dari pada metode metode
yang lain. Banyak manfaat jika menggunakan metode NDT, seperti waktu
tidak terlalu lama, biaya tidak terlalu mahal, sehingga kegiatan pengujian
bisa berjalan optimal.

2. Bahan Kajian
1) Bagaimana konsep dari uji NDT ?
2) Mengapa uji NDT dilakukan ?
3) Bagaimana cara mengetahui cacat yang terjadi pada suatu bahan ?

3. Tujuan dan Manfaat


3.1 Tujuan
1) Mengetahui konsep dari uji NDT
2) Mengetahui fungsi dari uji NDT
3) Mengetahui cacat yang terjadi pada suatu bahan

3.2 Manfaat
1) Mahasiswa dapat mengetahui konsep dari uji NDT

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 27


2) Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari uji NDT
3) Mahasiswa dapat mengetahui cacat yang terjadi pada suatu bahan

4. Tinjauan Pustaka
4.1 Devinisi

NDT ( uji tak rusak) adalah salah satu pengujian yang dapat dilakukan
pada suatu material, komponen, struktur atau mengukur beberapa
karakteristik tanpa merusak komponen atau material benda uji tersebut.
NDT memainkan peran penting dalam memastikan bahwa komponen
struktur dan system melakukan fungsi mereka secara efektif dan biaya
optimum. Tes ini dilakukan dengan cara yang tidak mempengaruhi fungsi
komponen karena NDT memungkinkan bagian bagian bahan dan yang
akan diperiksa dan diukur tanpa merusak. Metode NDT bertujuan untuk
mencari dan mengetahui karakteristik dan kondisi material, serta
kekurangan yang menyebabkan komponen mengalami kegagalan.

4.2 Macam- Macam Metode Pengujian NDT

Terdapat beberapa metode pada pengujian NDT, diantaranya adalah


particle inspection, liquid penetront, inspection, eddy current, visval test,
ultrasonic inspection dan sebagainya.

4.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode NDT

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 28


Pengujian dengan menggunakan NDT ini banyak macam- macam
metodenya, dalam srtiap metode memiliki kelebihan dan Kekurangan

1) Kelebihan

Keuntungan ketika menggunakan NGT adalah tidak memerlukan


waktu yang lama dan juga biaya relative tidak terlalu besar, tidak
memerlukan peralatan terlalu banyak, bisa mengetahui cacat [ada
permukaan benda kerja dan juga kita bisa mengetahui letak kecacatan yang
ada pada material.

2) Kekurangan

Kekurangan yang terlihat pada penggunaan NDT ini adalah pengujian


hanya terbatas pada specimen yang diuji, membutuhkan tingkat kebersihan
yang tinggi, hanya terbatas menguji pada permukaan yang kasar dan
berpori

5. Pelaksanaan
5.1 Rancangan

Sebelum melakukan praktikum rancangan alat dan bahan yang perlu


dipersiapkan adalah sebagai berikut

Tabel 5.1 Rancangan Alat dan Bahan

Alat Bahan
a) Mesin las listrik a) Plat baja dengan panjang 50 mm 4
b) Elektroda las
buah
c) Palu
b) Liquid penetran
d) Sikat kawat
c) Liquid developer
e) Penggaris
d) Liquid cleaner
f) Kain lap halus

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 29


g) Kamera
h) Kacamata las
i) Sarung tangan
j) Alat tulis
k) Gerinda
l) Ragum

5.2 Prosedur Pelaksanaan Praktikum


Prosedur dalam proses pengujian NDT adalah sebagai berikut :
1) Potong plat baja sesuai ukuran dengan panjang 50 mm sebanyak 4
buah
2) Las semua specimen sesuai ketentuan ( las siku) dan bersihakan
kerak las hasil pengelasan
3) Bersihkan specimen dengan cleaner dan lap hingga bersih
4) Semprotkan penetron dan tunggu 5-10 menit, lalu bersihkan dengan
kain pembersih
5) Semprotkan developer dan amati hasilnya kemudian data dan
analisis hasilnya

6. Hasil dan Pembahasan


6.1 Hasil

Hasil pengujian NDT ( Non Destructive Test) dari plat besi yang di las
adalah sebagai berikut:

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 30


Gambar 6.1 Hasil Pengujian NDT

6.2 Pembahasan

Sesuai dengan hasil dari gambar dan proses pengujian NDT terdapat
cacat lubang pada sambungan pengelasan dimana hal tersebut terjadi
karena pada saat pengelasan terdapat udara yang terperangkap pada saat
proses pengelasan berlangsung, cara mencegah agar tidak lubang atau cacat
yang lain harus memerhatikan alat penyambungan las yang konsisten
sehingga terhindar dari cacat.

7. Kesimpulan

Hasil proses uji NDT dapat disimpulkan terjadi cacat pada benda kerja
saat proses pengelasan berupa cacat lubang sehingga diperlukan lebih
lanjut untuk mengatasi cacat lubang tersebut.

Pr. Karakterisasi Material Kelas ... Page 31

Anda mungkin juga menyukai