Anda di halaman 1dari 7

1.

presfektif keperawatan gerontik


1.1. situasi dan kondisi
1.1.1. keadaan lansia di dunia/indonesia
Di Amerika, ahli geriatri adalah dokter keluarga atau dokter penyakit
dalam yang memperoleh pelatihan sesuai kualifikasi ilmu geriatri.
Pada pokoknya, dokter untuk lansia ini bekerja di level komunitas.
Sedangkan di Inggris, sebagian besar ahli geriatri adalah ahli geriatri
yang bekerja di rumah sakit, meskipun memiliki perhatian pula
terhadap geriatri komunitas. Pelayanannya meliputi pelayanan
orthogeriatrics (fokus pada osteoporosis dan penanganan
komplikasinya), psychogeriatrics (fokus pada demensia dan depresi
pada geriatri) dan rehabilitasi.
Di Indonesia memiliki sejarah yang kurang lebih sama. Adalah Prof
Supartondo, ahli penyakit dalam yang merintis bidang ini. Guru besar
FKUI ini, merekrut ahli penyakit dalam dari berbagai divisi seperti
reumatologi (Prof Harry Isbagio), pulmonologi (dr Asril Bahar),
kardiologi (Prof) dan ginjal hipertensi (Dr Suhardjono) untuk
membangun divisi Geriatri. Saat ini sudah ada 2 orang ahli geriatri di
FKUI yang secara khusus mendalami bidang ini, Dr. Czeresna
Heriawan dan Dr. Siti Setiati
Perkembangan IPTEK memberikan dampak positif terhadap
kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu:
AHH di Indonesia
tahun 1971 : 46,6 tahun
tahun 1999 : 67,5 tahun
Populasi lansia akan meningkat juga yaitu:
Pada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun 10 juta jiwa/5,5 %
dari total populasi penduduk.
Pada tahun 2020 diperkirakan meningka 3X menjadi 29 juta
jiwa/11,4 % dari total populasi penduduk (Lembaga Demografi FE-
UI-1993).
Selanjutnya :
Terdapat hasil yang mengejutkan, yaitu:
62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dai pekerjaannya
sendiri
59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga
53 % lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga
hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu
1.1.2 demografi lansia

Pembangunan di segala bidang mempengaruhi banyak sektor


kehidupan, tidak terkecuali dalam kualitas kesehatan dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat pada umumnya. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya angka
harapan hidup masyarakat. Dari tahun 2008-2012 angka harapan hidup
masyarakat Indonesia semakin menunjukkan angka yang signifikan, dimana tahun
2012 nilai angka harapan hidup Indonesia mencapai 69,87 (Kementrian Kesehatan
RI, 2014). Tingginya angka harapan hidup berbanding lurus dengan peningkatan
populasi penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia. Tidak hanya Indonesia yang
mengalami peningkatan jumlah populasi penduduk lansia, hal ini secara global
dialami oleh banyak negara lainnya di penjuru dunia.
Menurut PP No 43 tahun 2004, lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Lansia sendiri merupakan proses
universal yang terjadi dari saat ketika seseorang lahir ke dunia. Populasi lansia di
dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat, bahkan pertambahan lansia
menjadi yang paling mendominasi apabila dibandingkan dengan pertambahan
populasi penduduk pada kelompok usia lainnya. Data World Population
Prospects: the 2015 Revision, pada tahun 2015 ada 901.000.000 orang berusia 60
tahun atau lebih, yang terdiri atas 12 persen dari jumlah populasi global. Pada
tahun 2015 dan 2030, jumlah orang berusia 30 tahun atau lebih diproyeksikan
akan tumbuh sekitar 56 persen, dari 901 juta menjadi 1.4 milyar, dan pada tahun
2050 populasi lansia diproyeksikkan lebih dari 2 kali lipat di tahun 2015, yaitu
mencapai 2.1 milyar (United Nations, 2015).
Asia menempati urutan pertama dengan populasi lansia terbesar, dimana
pada tahun 2015 berjumlah 508 juta populasi lansia, menyumbang 56 persen dari
total populasi lansia di dunia. Sejak tahun 2000, presentase penduduk lansia
Indonesia melebihi 7 persen (Kemenkes RI, 2014). Berarti Indonesia mulai masuk
ke dalam kelompok negara berstruktur lansia (ageing population). Menurut United
Nations, pada tahun 2013 populasi penduduk lansia Indonesia yang berumur 60
tahun atau lebih berada pada urutan 108 dari seluruh negara di dunia. Memang
pada saat itu, populasi lansia di Indonesia masih dikategorikan belum terlalu
besar. Namun diprediksikkan pula bahwa di tahun 2050, Indonesia akan masuk
menjadi sepuluh besar negara dengan jumlah lansia terbesar, yaitu berkisar 10 juta
lansia (United Nations, 2013).
Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (2014), populasi lansia di
Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03 persen dari seluruh
penduduk Indonesia. Peningkatan jumlah lansia menunjukkan bahwa usia harapan
hidup penduduk di Indonesia semakin tinggi dari tahun ke tahun. Sedangkan,
jumlah lansia perempuan yaitu 10,77 juta lansia dan lansia laki-laki berjumlah
9,47 juta lansia (BPS, 2014). Dari data tersebut, terlihat bahwasanya apabila pada
jenis kelamin, di Indonesia jumlah lansia perempuan lebih banyak daripada
jumlah lansia laki-laki.
1.1.3 pengaruh proses industrialisasi terhadap lansia
Di negara-negara maju ternyata kualitas hidup dapat ditingkatkan dengann
cepat berkat proses industrialisasi.hal ini umpanyanya terjadi di jepang yang pada
tahun 1955 masih mempunyai persentasi orang-orang usia lanjut sebesar 5,3
%,pada tahun 1975 telah meningkat menjadi 8,6 % dan menjadi 14,3 % pada
tahun 2000 dengan kata lain bahwa dengan adanya industrialisasi maka
pengunaan teknologi modern dapat lebih dimanfaatkan deami peningkatan derajat
hidup,tetapi perkembangan industri membawa serta pula kontaminasi lingkungan
dan kelestarian hidup,sehingga memerlukan pengaturan dan pengawasan yang
lebih baik.bila tidak maka populasi ini berpengaruh buruk pada lingkungannya
dan terutama akan terkena dahulu dampak nya adalah anak-anak dan populasi
lansia.(WHO). Dengan adanya industrialisasi, urbanisasi juga terjadi, sehingga
menambah kepadatan penduduk kota dan segala macam problemanya, yang
secara langsung atau tak langsung akan mempengaruhi perkembangan geriatri
(gerontologi) pada umumnya.
Selain itu industrialisasi juga membawa pikiran-pikiran yang lebih
materialistik dan dapat mendesak budaya tradisional yang baik. Jadi
perkembangan industri disini bisa berpengaruh positif, tetapi bila tidak diawasi
dengan baik juga dapat memberi dampak negatif terhadap golongan penduduk
berusia lanjut.
Pada era industrialisasi,baik suami maupun istri harus bekerja, sedangkan
anak-anak harus bersekolah. Seorang nenek atau kakek haruslah sendirian di
rumah. Masalah akan timbul bila mereka sudah lemah dan sakit-sakitan, maka
justru disini perlu adanya apa yang disebut day care center atau day hospital
untuk pengawasan, rehabilitasi dan lain sebagainya. Para lansia tersebut pada
sore/malam hari dapat dijemput pulang ke rumah kembali. Di Indonesia hal ini
praktis belum dikembangkan.

1.1.4 masalah kesehatan lansia

1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain


2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
Hidupnya
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal
atau pindah
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah
banyak
5) Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
dengan perubahan fisik, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik
yang mendasar adalhan perubahan gerak. Lanjut usia juga mengalami perubahan
dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah. Kedua minat
terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin
meningkat, terkhir minta terhadap kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung
menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri lansia untuk
selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut
diperlikan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan
bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya
terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya.
Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal
ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman
pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang
berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonmi atau pendapatan dan
peran sosial (Goldstein, 1992).

1.1.5 kemandirian lansia


Ukuran kemandirian lansia dapat dilihat dengan cara lansia melakukan
aktifitasnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, Lanjut usia potensial adalah
lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang dan atau jasa (Yeniar Indriana, 2012).
Lanjut usia potensial biasanya hidup di rumah sendiri atau tidak tinggal di
Panti Werda. Mereka masih mampu bekerja dan mencari nafkah baik untuk
dirinya sendiri maupun untuk keluarganya. Lanjut usia tidak potensial
membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
hari. Bagi yang memiliki keluarga, maka mereka bergantung pada keluarganya.
Bagi yang tidak lagi memiliki keluarga, bahkan hidupnya terlantar biasanya
menjadi penghuni Panti Werda yang berada di bawah naungan Kementerian
Sosial. Segala kebutuhan hidupnya menjadi tanggung jawab Panti Werda dan
biasanya mereka tinggal di sana sampai akhir hidupnya (Yeniar Indriana, 2012).
Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui
serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut
usia. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan dan
tidak dapat diulang kembali. Lansia adalah suatu proses alami yang tidak dapat
dihindarkan. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari
tiga fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif (Kemenkes RI, 2010
dalam Feriyanto, 2013).
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara
dengan tingkat perkembangan yang sangat baik, maka semakin tinggi pula
harapan hidup penduduknya. Diproyeksikan harapan hidup orang Indonesia dapat
mencapai angka 70 tahun pada tahun 2000. Perlahan tapi pasti masalah pada
lansia mulai mendapat perhatian pemerintah dan masyarakat. Hal ini merupakan
konsekuensi logis terhadap berhasilnya pembangunan yaitu bertambahnya usia
harapan hidup dan banyaknya jumlah lansia di Indonesia. Dengan meningkatnya
jumlah penduduk usia lanjut dan panjangnya usia harapan hidup sebagai akibat
yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini, maka mereka memiliki
pengalaman, keahlian, dan kearifan perlu diberi kesempatan untuk berperan dalam
pembangunan. Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik
dan/atau mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam
pembangunan maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan
masyarakat (Maryam Siti dkk, 2009).

Anda mungkin juga menyukai