Anda di halaman 1dari 22

PENGOLAHAN LIMBAH DAN AIR

Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit

Dine Nurmasfianie : 3335141417


Disusun Oleh :
Kardilah Rostiana : 3335141399
Muhammad Ridho : 3335131935
Ruly Faizal : 3335141407
Siti Suwansih : 3335130771
Utami Triana Lusi : 3335131563

Universitas Sultan AgengTirtayasa, FakultasTeknik, JurusanTeknik Kimia

Jl. JendralSudirman KM.3 Cilegon 42435.Telp (0254) 395502

2016

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 1


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam beberapa tahun terakhir bisnis dan investasi pengembangan
perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah terjadi booming. Permintaan atas
minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah mendorong peningkatan
permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude Palm Oil (CPO). Hal ini
disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan minyak sekitar
7 ton / hektar bila dibandingkan dengan kedelai yang hanya 3 ton / hektar.
Indonesia memiliki potensi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sangat
besar karena memiliki cadangan lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja,
dan kesesuaian agroklimat.

Luas perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2007 sekitar 6,8 juta
hektar yang terdiri dari sekitar 60% diusahakan oleh perkebunan besar dan
sisanya sekitar 40% diusahakan oleh perkebunan rakyat. Luas perkebunan kelapa
sawit diprediksi akan meningkat menjadi 10 juta hektar pada 5 tahun mendatang.
Mengingat pengembangan kelapa sawit tidak hanya dikembangkan di wilayah
Indonesia bagian barat saja, tetapi telah menjangkau wilayah Indonesia bagian
timur.

Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia pada era


pembangunan ini sangat pesat. Pada tahun 1990 di Indonesia dijumpai 84 unit
pabrik kelapa sawit yang mengolah 10 juta ton tandan buah segar, dengan
kapasitas yang bervariasi antara 20 - 60 ton tandan segar per jam.

Selama proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak sawit


diperoleh limbah baik berupa limbah cair maupun limbah padat. Limbah padat
berupa jajangan, serat-serat dan cangkang dapat diolah menjadi bahan yang
berguna. Janjangan dibakar dan abu hasil pembakaran dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk. Sedangkan serat-seratdan sebagian kulit dibakar dan panas yang dihasilkan
digunakan sebagai sumber energi. Cangkang yang tersisa dapat digunakan sebagai
bahan baku industri yang aktif maupun industri hard board

Limbah yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit ini tentunnya


memiliki dampak negative bagi lingkungan jika tidak sesegera mungkin untuk
dikelola secara berkelanjutan. Oleh karena itu dalam makalah ini kami
memaparkan usaha mengatasi keberadaan limbah padat dan cair dari industri
kelapa sawit yang deapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, sebagai
pupuk organic, diogas dan sebagainya. Hasil yang didapat menunjukan bahwa
dari pengelolaan limbah kelapa sawit ini dapat membantu mengurangi timbunan

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 2


limbah padatnya serta menambah nilai guna dari limbah cair yang diperoleh dari
proses pengolahan minyak kelapa sawit.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah, antara lain:
a. Bagaimana definisi kelapa sawit.

b. Apa saja komposisi kimia dalam minyak kelapa sawit.

c. Bagaimana proses pengolahan minyak kelapa sawit.

d. Bagaimana limbah industri kelapa sawit.

e. Bagaimana komposisi limbah kelapa sawit dan pemanfaatannya.

f. Bagaimana pengolahan limbah cair buangan industri kelapa sawit.

g. Bagaimana pengolahan limbah padat industri kelapa sawit.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
a. Mengetahui definisi kelapa sawit.

b. Mengetahui komposisi kimia dalam minyak kelapa sawit.

c. Mengetahui proses pengolahan minyak kelapa sawit.

d. Mengetahui limbah industri kelapa sawit.


e. Mengetahui komposisi limbah kelapa sawit dan pemanfaatannya.

f. Mengetahui pengolahan limbah cair buangan industri kelapa sawit.

g. Mengetahui pengolahan limbah padat industri kelapa sawit.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Mahasiswa(i) mengetahui bagaimana poses pengelolaan limbah kelapa
sawit

b. Memahami berbagai jenis sumber dan jenis jenis limbah yang dihasilkan
dari proses industri pengolahan kelapa sawit.

c. Mengetahui bagaimana teknik pengolahan limbah industri kelapa sawit.

d. Mengetahui pemanfaatan dari limbah industri kelapa sawit

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kelapa Sawit


Kelapa Sawit adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak
masak, minyak industry, maupun bahan bakar (biodiesel). Tinggi kelapa
sawit dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta
bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah
kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi
minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan
lilin. Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya sebagai
salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan
sebagai bahan bakar dan arang.
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda
pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara
sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli,
Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah
permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19.
Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit
berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis
sawit "Deli Dura".

2.2 Minyak Sawit


Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak goreng,
margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri
farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya
karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan
tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan
pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan
iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah
buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang
diolah menjadi bahan bakuminyak goreng dan berbagai jenis turunannya.
Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah
kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah
menjadi bahan bakumargarin.

2.3 Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit


Minyak kelapa sawit dan inti minyak kelapa sawit merupakan susunan
dari fatty acids, esterified, serta glycerol yang masih banyak lemaknya.
Didalam keduanya tinggi serta penuh akan fatty acids, antara 50% dan 80%
dari masingmasingnya. Minyak kelapa sawit mempunyai 16 nama carbon
yang penuh asam lemak palmitic acid berdasarkan dalam minyak kelapa
minyak kelapa sawit sebagian besar berisikan lauric acid. Minyak kelapa
sawit sebagian besarnya tumbuh berasal alamiah untuk tocotrienol, bagian

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 4


dari vitamin E. Minyak kelapa sawit didalamnya banyak mengandung
vitamin K dan magnesium. Napalm namanya berasal dari naphthenic acid,
palmitic acid dan pyrotechnics atau hanya dari cara pemakaian nafta dan
minyak kelapa sawit.
Ukuran dari asam lemak (Fas) dalam minyak kelapa sawit sebagai
acuan:
Tabel 1. Komposisi Minyak Kelapa Sawit

2.4Proses Pengolahan Kelapa Sawit


2.3.1 Tahapan Pengolahan
Secara sederhana minyak kelapa sawit dapat diolah dengan beberapa
langkah singkat diantaranya adalah :

Gambar 1. Diagram Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 5


a. ShortingProcess
Pengolahan kelapa sawit yang pertama yaitu proses pernyortiran.
Buah sawit yang diolah haruslah melewati proses penyortiran sebelum ke
tahap selanjutnya. Hal ini melibatkan proses penilaian di mana buah yang
baik maupun yang buruk dipisahkan, biasanya kriteria yang harus diteliti
adalah seberapa besar tingkat kematangan buah sawit karena hal tersebut
akan mempengaruhi hasil terhadap minyak yang akan dipasarkan

b. SterilizingProcess
Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke
dalam lori rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan
langsung dimasukkan kedalam sterilizer, yaitu bejana perebusan yang
menggunakan uap air yang bertekanan antara 2.2 sampai 3.0 Kg/cm2.
Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang
dapat menurunkan kualitas minyak.
Disamping itu, itu juga dimaksudkan agar buah mudah lepas dari
tandannya dan memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan
keluarnya air dari biji. Proses ini biasanya berlangsung selama 90 menit
dengan menggunakan uap air yang berkekuatan antara 280 sampai 290
Kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan kondensat yang
mengandung 0.5% minyak ikitan pada temperatur tinggi. Kondensat ini
kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit.Tandan buah yang sudah di rebus
dimasukkan ke dalam threser dengan menggunakan Hoisting Crane.

c. Thereser Process
Tandan buah segar yang telah direbus diangkat menggunakan
housting crane dan dituang ke dalam theser melalui hopper yang berfungsi
menampuh TBS rebusan. Di dalam theser TBS dibanting untuk
memisahkan brondolan dari tandan dengan kecepatan putara 23-25 rpm.
Alat yang digunakan pada tahap pengolahan ini disebut sebagai
stripper (pemipil), berfungsi untuk melepaskan buah dari tandannya
dengan cara membanting tandan, sehingga kadang-kadang tahap proses ini
disebut sebagai tahap proses bantingan atau tahap pengolahan bantingan,
dengan rangkaian peralatan yang disebut sebagai stasiun bantingan.
d. Digestion
Brondolan yang sudah terpipil selanjutnya ditampung oleh fruit
elevator dan dibawa oleh distributing conveyor untuk didistribusikan ke
tiap-tiap digester.Di dalam digester buah dilumat dan diaduk untuk
memisahkan antara daging buah (mesokarp) dengan biji. Proses pelumatan
biasanya berlangsung selama 30 menit.

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 6


e. PressingProcess
Brondolan yang sudah dilumatkan kemudian dimasukkan ke dalam
alat pengepresan (screw press). Proses ini untuk mendapatkan minyak
kasar dari mesokarp buah. Dari proses ini diperoleh minyak kasar, ampas,
dan biji. Biji yang bercampur dengan serat akan dimasukkan ke alat cake
breaker conveyor untuk dipisahkan antara biji dan seratnya, sedangkan
minyak kasar akan dialirkan ke stasiun pemurnian.
f. Clarification
Minyak kasar yang dihasilkan harus segera dimurnikan agar tidak
menurunan kualitas minyak akibat proses hidrolisis dan oksidasi. Proses
pemisahan minyak, air, dan kotoran dilakukan dengan sistem
pengendapan, sentrifugasi, dan penguapan.

2. 5 Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit


Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat
yang terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain.Sedangkan
limbah cair yang terdiri dari pada in house keeping.Limbah padat dan limbah
cair pada generasi berikutnya dapat dilihat pada gambar 2.Pada gambar
tersebut terlihat bahwa limbah yang terjadi pada generasi pertama dapat
dimanfaatkan dan terjadi limbah berikutnya. Pada gambar 2 dan tabel 2
terlihat potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai
ekonomi yang tidak sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah dapat
dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang mampu menggantikan pupuk
sintesis (Ure, TSP dan lain-lain.

Tabel 2. Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 7


Gambar 2. Pohon industri Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit

2.6 Karakteristik Limbah Kelapa Sawit


Hampir seluruh air buangan PKS mengandung bahan organik yang
dapat mengalami degradasi. Oleh karenanya dalam pengolahan limbah perlu
diketahui karakteristik limbah terseebut, antara lain :
Dari Balance sheet ekstraksi minyak kelapa sawit diketahui bahwa jumlah
air limbah yang dihasilkan dari 1 ton CPO yang diproduksi adalah 2,50 ton
disajikan pada Tabel 3:

Tabel 3. Komposisi jumlah air limbah dari 1 ton CPO

Efisiensi pabrik kelapa sawit dapat ditingkatkan dengan pemakaian


Decanter yang hanya menghasilkan limbah cair sekitar 0,3-0,4 ton untuk
setiap 1 ton TBS yang diolah, sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat
ditekan hanya 24 ton/jam atau 1,667 m3 per 1 ton CPO yang dihasilkan.

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 8


Limbah cair yang akan dihasilkan dari seluruh proses produksi minyak
kelapa sawit diperkirakan maksimal 60 % dari seluruhh tandan segar
yang diolah.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap beberapa PKS milik PTP (dianggap


mewakili PKS pada umumya) oleh Bank Dunia diketahui bahwa kualitas
limbah cair (inlet) yang dihasilkan berpotensi mencemari badan penerima
limbah adalah seperti yang dihasilkan pada Tabel 2

Tabel 4. Kualitas Limbah Cair (inlet) Pabrik Kelapa Sawit PKS


No Parameter Satuan Limbah cair Baku
lingkungan Kisaran Rata-rata mutu
1 BOD mg/l 8200 -35000 21280 250
2 COD mg/l 15103 - 65100 34720 500
3 TSS mg/l 13300 50700 31170 300
4 Nitrogen Total mg/l 12 126 41 20
5 Minyak dan mg/l 190 14720 3075 30
Lemak
6 pH - 3,3 4,6 4 6 -9

2.7Baku Mutu Limbah Kelapa sawit


Berikut ini adalah baku mutu dari limbah yang dihasilkan dari proses
pengolahan kelapa sawit:
Tabel 5 Baku Mutu Limbah Cair untuk industry minyak sawit
Parameter Kadar Maksimum (mg/l) Beban Pencemaran
Maksimum (Kg/ton)
BOD 100 1,5
COD 350 3,0
TSS 250 1,8
Minyak dan Lemak 25 0,18
Ammonia total 20 0,12
(Sebagai NH3-N)
pH 6,0 9,0
Debit Limbah 6 m3 ton bahan baku
Maksimum

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 9


BAB III
PEMBAHASAN

3.1Pengolahan Limbah Kelapa Sawit


3.1.1 Pengolahan Limbah Cair
Dalam pengolahan limbah cair pada industri kelapa sawit dapat
menerapkan teknik sebagai berikut:
1) Sistem Kolom Stabilisasi Biasa
Proses biologis dapat mengurangi konsentrasi BOD limbah hingga 90
%.Dekomposisi anaerobic meliputi penguraian bahan organik majemuk
menjadi senyawa asam-asam organik dan selanjutnya diurai menjadi gas-
gas dan air.Selanjutnya air limbah dialirkan ke dalam kolom pengasaman
dengan waktu penahanan hidrolisi (WPH) selama 5 hari. Air limbah di
dalam kolom ini mengalami asidifikasi yaitu terjadinya kenaikan
konsentrasi asam-asam mudah menguap , sehingga air limbah yang
mengandung bahan organik lebih mudah mengalami biodegradasi dalam
suasana anaerobik. Sebelum diolah di sunit pengolahan limbah (UPL)
anaerobic, limbah dinetralkan terlebih dahulu dengan menambahkan kapur
tohor hingga mencapai pH antara 7,0-7,5. Pengendalian lanjutan dapat
dilakukan dengan proses biologis yang direkomendasi seperti berikut:
a. Proses Biologis Anaerobik Aerasi
Penanganan ini merupakan alternatif pertama yang dianjurkan dan
didasarkan atas biaya pembangunan UPL yang cukup efektif dan
kemampuan system untuk mengolah air limbah sampai mencapai baku
mutu yang ditetapkan, atau BOD < 100 mg/l. Penanganan pada metode
ini terdiri dari beberapa komponen utama berikut:
Peralatan pengukur aliran
Kolom pengasaman 2 unit parallel dengan WPH masing-
masing 2,5 hari
Kolarn An Primer dan sekunder masing-masing 2 unit dengan
WPH masing-masing selama 40 dan 20 hari
Kolom aerobic dengan aerasi lanjut yang dilengkapi dengan
aerator per ukaan dengan WPH selama 15 hari.
Kolom pengendapan dengan WPH selama 2 hari
Waktu penahanan hidrolisis dengan system ini yaitu selama 137 hari,
dengan volume kolam antar 95900-102750 m3. Air limbah yang
dibuang dari UPL ini telah memenuhi baku mutu limbah cair sesuai
dengan keputusan menteri lingkungan hidup dengan BOD 100 mg/l
dan pH 6-9

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 10


Gambar 3. dasar perancangan sistem kolom anaerobik aerasi

b. Proses Biologis Anaerobik-Fakultatif


Proses ini merupakan pilihan kedua yang mempunyai biaya operasi
dan pemeliharaan relative rendah. Hanya saja diperlukan energy
untuk memindahkan pompa untuk mengalirkan limbah dan
pembuangan lumpur. Jika kolom sudah penuh, dan alirannya
secara gravitasi, pemakaian energy menjadi berkurang namun
biaya operasi dan pemeliharaan secara periodic masih diperlukan
jika biaya pembebasan lahan tidak termasuk dalam pembangunan
UPL tersebut, makabiaya investasi dengan cara ini sebanding
dengan alternative pertama.
Proses aerasi robik-Fakultatif kurang baik dalam penurunan
kualitas air limbah, hal ini merupakan salah satu kerugian yang
ditimbulkan oleh system tersebut. Kerugian lainnya adalah luas
areal yang diperlukan untuk UPL. Oleh karenanya proses ini
digunakan hanya untuk mengolah limbah PKS saja. Peralatan dan
komponen yang diperlukan adalah sebagai berikut:

Fasilitas pengukur aliran


Bak pengutipan inyak, 1 unit dengan WPH selama 2 jam
Kolom anaerobic primer dan sekunder masing-masing 2
unit dengan WPH terturut-turut selama 40 dan 20 hari
Kolom fakultatif, 1 unit dengan WPH selama 15 hari

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 11


Kolom alga/aerobi, 3 unit dengan WPH masing-masing 7
hari
Bak penampung dan pengering lumpur.

Secara umum skematik gambar dasar perancangan sistem kolom anaerobik


fakultatif disajikan pada gmabr berikut:

Gambar 4.dasar perancangan sistem kolom anaerobik fakultatif

2) Proses Biologis Anaerobik-Aplikasi Lahan


Proses biologis aplikasi lahan (Land application system),
merupakan salah satu system yang memberikan keuntungan dalam
penanganan limbah. Limbah yang diolah dengan cara tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pupuk. Air limbah yang langsung keluar dari
fat-pit tidak sesuai untuk diapliksikan ke areal tanaman kelapa sawit,
karena menimbulkkan masalahterhadap lingkungan seperti timbulnya bau
yang tajam, meningkatnya populasi ulat dan lalat, tertututpnya pori-pori
tanah oleh padatan tersuspensi, minyak dan lain sebagainya.
Pada prinsip konsep pemakaian limbah ke areal tanaman kelapa
sawit adalah pemanfaatan dan bukan pembuangan atau mengalirkan
sewenang-wenang.Emanfaatan ini meliputi pengawasan terhadap
pemakaian limbah di areal, agar diperoleh keuntungan dari segi agronomis
dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan.

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 12


Pemilihan teknik aplikasi yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit
sangat tergantung kepada kondisi dan luas areal yang tersedia maupun
factor berikut:
Jenis dan volume limbah cair, topografi lahan yang akan dialiri
Jenis tanah dan kedalaman permukaan air tanah, umur tanaman
kelapa sawit
Luas lahan yang tersedia dan jaraknya dari pabrik, dekat tidaknya
dengan air sungai atau permukiman penduduk.
a. Teknik penyemprotan/ sprinkler
Limbah cair yang sudh diolah dengan PBAn dengan WPH selama 75-
80 hari diapliksikan ke areal tanaman kelapa sawit dengan
penyemprotan/sprinkler berputar atau dengan arah penyemprotan yang
tetap. Sistem ini dipakai untuk lahan yang datar atau sedikit
bergelombang, untukmengurangi aliran permukaan dari limbah cair
yang digunakan. Setelah penyaringan aliran [ermukaan dari limbah
cair yang digunakan. Setelah penyaringan limbah kemudian dialirkan
ke dalam bak air yang dilengkapi dengan pompa sentrifugal yang dapat
memompakan lumpur dan mengalirkannya ke arela melalui pipa PVC
diameter 3. Kelemahan sistem ini adalah sering tersumbatnya nozzel
sprinkler oleh lumpur yang dikandung limbah cair tersebut.
Disampirng itu biaya pembangunan instalasi sistem sprinkler relatif
mahal.
b. Sistem Flatbed atau teknik parit dan teras
System ini bergelombang dengan membuat konstruksi diantara
baris pohon yang dihubungkan dengan saluran parit yang dapat
mengalirkan llimbah dari ats ke bawah dengan kemiringan
tertentu.System ini dibangun dengan mengikuti kemiringan tanah.
Teknik apliksi limbah adalah dengan mengalirkan limbah (kadar BOD
3500-5000 mg/l), dari kolom limbah melalui pipa ke bak-bak
distribusi, berukuran 4m x 4m x 1m, ke parit sekunder (flatbed)
berukuran 2,5m x 1,5m x 0,25m, yang dibuat setiap 2 baris tanaman.

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 13


Gambar 5.bak distribusi 4m x 4m x 1m

Gambar 6.parit sekunder (flatbed) berukuran 2,5m x 1,5m x 0,25m

Sistem ini dapat dibangunsecara manual atau dengan mekanis


menggunakan back-hoe.Flatbed dibangun dengan kedalaman yang cukup
dangkal. Limbah cair yang akan diapliksikan dipompakan melalui pipa ke
atas atau ke dalam bak distribusi. Setelah penuh, lalu dibiarkan mengalir ke
bawah dan msing-msing terass atau flatbed diidi sampai ke tempat yang
paling rendah.Seperti pada gambar dibawah ini apliksi tergantung kepada
kecepatan alir, dan data dialirkan secara simultan melalui beberapa baris
faltbad dalam areal tanaman.Dengan teknik pengaliran ini, secara periodic
lumpur yang tertinggal pada flatbed dikuras agar tidak tertutup lumpur.

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 14


Gambar 7.pengaliran limbah cair pada areal kebun kelapa sawit dengan
sistem faltbed

3) RANUT (Reaktor Anaerobik Unggun Tetap)


a. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) Seacara
Anaerobik
Secara konvensioanal pengolahan LCPKS dilakukan dengan sistem
kolam yang terdiri dari kolam anaerobik dan aerobik dengan total
waktu retensi sekitar 90-120 hari. Keuntungan dari cara ini antara lain :
Sederhana
Biayan investasi untuk peralatan rendah
Kebutuhan energi rendh

Akan tetapi, sistem kolam mempunyai beberapa kerugian antara lain:

Kebutuhan areal untuk kolam cukup luas (sekitar 5 ha untuk PKS


dengan kap.30 ton/jam)
Perlu biaya pemeliharaan untuk pembuangan dan penanganan
lumpur ari kolam
Hilangnya nutrisi
Semua nutrisi yang berasal dari limbah (N, P, K, Mg, Ca) akan
hilang pada waktu limbah dibuang ke sungai. Pembuangan limbah
juga dapat menyediakan pencemaran sungai
Emisi gas metana ke udara bebas
Hampir semua bahan organik terlarut dan sebagian bahan organik
tersuspensi didegradasi secara anaerobik menjadi gas metana dan
karbondioksida.

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 15


b. RANUT (Reaktor Anaeroik Unggun Tetap)
Pada tahap pertama, lumpur/padatan tesuspensi dipisahkan dengan
dekanter dissolved air floation denga tujuan :
Mengurangi kandungan COD, BOD, nitrogen dan pasir
Mengurangi masalah pada proses pengolahan berikutnya seperti
foaming, sedimentasi dan penyumbatan pipa outlet reaktor karena
adanya lumpur.

Setelah lumpur dipisahkan, limbah cair yang kandungan utamanya adalah


padatan terlarut dipompakan ke reaktor anaerobik (unggun tetap/fixed bed,
upflow anaerobik sludge blanket atau lainnya), imana akan terjadi :

Perombakan bahan organik menjai biogas


Proses perombakan terjadi dalam waktu yang singkat dengan
kinerja yang tinggi
Buogas yang dihasilkan dapat ditampung dan disimpan

LCPKS yang telah didegradasi secara anaerobik dapat digunakan sebagai


air irigasi (aplikasi lahan/ land aplication) untuk :

Memanfaatkan nutrisi dalam limbah


Menghemat areal untuk kolam
Meminimalisasi pencemaran untuk kolam

Pada gambar konsep pengolahan limbah tepdu (PKS dengan separator 2


fase) terlihat beberapa variasi dan konsep alternatif pengolahan LCPKS
ini.

Gambar 8. Konsep pengolahan limbah terpadu (PKS dengan separator 2


fase)

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 16


Proses utama dalam konsep ini adalah pengolahan secara anaerobik dan
pemisahan lumpur. Kedua proses tersebut diyraikan dalam percobaan
berikut ini :

Gambar 9. Diagram pilot plant (D1 aktif, D2 tidak aktif)

Adapun pengoperasian pilot plant (D1 secara upflow) sebagai berikut :

Tangki penyimpanan S1 dan S2 diisi dengan limbah segar dimana


akan terjadi pendinginan limbah sampai mencapai suhu kamar. Sisa
minyak akan mengpung dan diambil secara manual. Limbah dari S2 di
pompakan ke digester D1 dari bagian bawah. Limbah akan mengalir ke
atas melewati unggun tetap (yang berisi matrix) dan keluar dari bagian
atas. Sebagian limbah dikembalikan kembali ke digester oleh pompa
sirkulasi P2 untuk pengenceran, menaikan pH serta untuk distribusi
substrat i dalam digester. Kelebihan limbah akan mengalir kedalam
digester D2 agar digester ini tetap aktif. Limbah akan melewati unggun
tetap secara downflow dan akhirnya keluar dari digester. Biogas yang
dihasilkan diukur dengan alat pengukur gas. Pengoperasian reaktor
dilakukan pada suhu kamar (26-28 oC).

3.1.2 Sistem Proses Pengolahan Limbah Cair yang Diusulakan

Berdasarkan karakteristik limbah cair PKS yang menunjukkan


bahwa beban BOD merupakan 80% dari jumlah limbah yang dihasilkan,
maka dalam perancangan proses dan perangkat pemroses pengolahan
limbah cairnya akan didominasi oleh pengolahan secara biologi. Hal itu
tidak berarti bahwa proses fisika dan kimia tidak digunakan, tetapi
diterapkan hanya pada proses awal dan akhir saja.

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 17


Proses pengolahan diawali dengan pengendapan awal yang
diakomodasikan dalam unit Oil Separation Tank. Dalam tangki pengendap
awal ini juga terjadi pemisahan minyak yang masih banyak terdpat dalam
limbah cair yang dibuang. Karena pada umumnya limbah cair kelapa sawit
bersifat asam, maka proses selanjutnya adalah proses netralisasi. Setelah
penetralan proses selanjutnya adalah proses utama yaitu proses anaerobik.
Dalam tangki reaktor anaerobik ini dihasilkan gas bio yang akan
ditampung dalam tangki Gas Holder dan selanjutnya gas bio yang daalah
gas metan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk
keperluan proses pemanasan dalam pabrik CPO. Lumpur aktif yang
terdapat dalam proses anaerobik disirkulasi melalui tabgki sirkulasi. Proses
sirkulasi ini digunakan pula sebagai optimalisasi proses anaerobik dan juga
untuk pengendalian jumlah lumpur dalam tangki reaktor anaerobik. Proses
selanjutnya adalah proses aerobik dengan penghmbusan udara atau dengan
sistem pengadukan di sekitar permukaan air laimbah yang akan diolah.
Setlah proses aerobik selanjutnya adalah pengndapan lumpur. Seperti juga
pada proses anaerobik yang menggunakan sirkulasi lumpur aktif, demikian
pula dengan proses aerobik. Sebagian lumpur aktif yang mengendap pada
bagian bawah tangki pengendap di sirkulasi kembali ke dalam tangki
reaktor aerobik. Sebagai proses akhir adalah pengeringan lumpur dalam
unit pengeringan lumpur (drying bed).

Berikut ini adalah diagram prosesnya :

Gambar 10. tahapan proses pembuatan kompos

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 18


Waktu tinggal dan volum unit-unit proses dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 6 Perancangan kapasitas unit-unit proses utama dalam pengolahan


limbah cair kelapa sawit :

a) Oil Separator
Pada unit ini minyak sawit yang masih dapat diambil akan diperoleh
secara maksimal. Dengan waktu tinggal minimal selama 8 jam, maka
proses perolehan minyak sawit dapat dilkukan dengan baik dan
mudah.
b) Feeding Tank
Unit ini berfungsi untuk menampung sementara limbah cair dan
menurunkan temperaturnya. Pada unit ini pula dilakukan sekaligus
penetralan limbah cair, yaitu menaikkan pH dari sekitar 4 menjadi
sekitar 7,0. Penetralan dilakukan dengan pembubuhan Kaustik Soda.
Waktu tinggal limbah cair dalam unit ini adalah sekitar 4-6 jam.
c) Anaerobik Bioreaktor
Bio reaktor yang beroperasi secara anaerobik akan mendegradasi
limbah cair, sehngga akan menurunkan beban BOD dari sekitar
20.000 30.000 m/l akan lebih kecil dari 3.000 mg/l. Unit ini
dilengkapi dengan motor pengaduk lamabat dan pompa untuk
sirkulasi.
d) Gas Holder
Gas Holder adalah tempat untuk menampung gas bio yang terbentuk
selama proses anaerobik. Unit ini harus dilengkapi dengan gas meter,
yaitu untuk mengetahui berapa jumlah gas yang sudah ditampung.
Waktu tinggal gas yang terperangkp sekitar 8 jam.
e) Settling Tank I
Pada unit ini hanya akan dilkukan pemisahan bakteri anaerobik
melalui proses pengendapan. Sebagian lumpur endapan disini adalah
lumpur aktif dan diresirkulasikan ke reaktor anaerobik. Unit ini
dilengkapi oleh sistem Weir yang dapat mengatur air limpasan ke unit
berkutnya.

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 19


f) Aerobic Bioreactor
Bioreaktor aerobik merupakan tempat berlangsungnya proses
penguraian secara biologis terhadap zat-zat organik yang tersisa pada
kondisi aerob. Pada bagian dasar reaktor ini terdapat pipa distributor
untuk mengalirkan udara secara homogn. Dengan sistem ini proses
penguraian akan berlangsung dengan cepat.
g) Settling Tank II
Unit ini berfungsi untuk mengendapkan lumpur aktif dan bioreaktor
aerobik. Sebagian lumpur aktif ini diresirkulasi ke dalam unit
bioreaktor aerobik.
h) Receiving Tank
Receiving Tank berfungsi sebagai bak kontrol dan bermanfaat untuk
penampungan sementara limbah terolah sebelum dibuang ke
lingkungan atau badan air penerima.

3.1.3 Pengolahan limbah padat

Industri kelapa sawit dapat menerapkan teknik-teknik berikut ini


dalam pengolahan limbah padat yang diuraikan :

1) Pengolahan Tandan Kosong


a. Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai Kompos dan Pupuk
Organik
Tandan kosong berfungsi ganda yaitu selain menambah
hara ke dalam tanah, juga meningkatkan kandungan bahan organik
tanah yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah.
Sebelum melakukan pengomposan Tankos, bahan baku ini
dirajang terlebih dahulu dengan ukuran antara 3-5 cm dengan
memakai mesin rajang agar dekomposisi dapat dipercepat.
Kelembaban optimum antara 50-60%, dan jika kadar air bahan
>85%, perlu ditambahkan aktifator untuk mengurangi kadar air,
agar masa fermentasi lebih cepat. Selanjutnya dilkaukan
pengaturan pH antara 6,8-7,5.

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 20


gambar 11. tahapan proses pembuatan kompos

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 21


BAB IV
PENUTUP

Komoditi kelapa sawit merupakan salah satu andalan komoditi


pertanianIndonesia yang pertumbuhannya sangat cepat dan mempunyai peran
strategis dalam perekonomian nasional. Mengingat besarnya potensi dampak
negatif terhadap lingkungan dari proses industri kelapa sawit khususnya terkait
limbah cair yang ditimbulkan, maka perlu penanganan yang tepat dan
berkelanjutan. Teknologi pengolahan limbah kelapa sawit saat ini sudah
bermacam-macam dan memiliki tujuan yang berlainan. Masing-masing teknologi
memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, dalam pemilihan teknologi
yang akan digunakan haruslah disesuaikan dengan kondisi PKS dan juga
kemampuan finansial. Selain itu untuk menjamin pembangunan berkelanjutan
berwawasan lingkungan pada PKS, diperlukan koordinasi dan partisipasi aktif
segenap elemen yang terkait dengan kegiatan PKS. Elemen dimaksud antara lain
pemerintah (pusat dan daerah), pihak perusahaan (pengelola dan pekerja), dan
masyarakat sekitar (termasuk LSM). Koordinasi dan partisipasi aktif tersebut alam
rangka upaya pemantauan dan evaluasi kegiatan perusahaan, demi tercapainya
tujuan kesejahteraan bersama

Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Page 22

Anda mungkin juga menyukai