Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI PADA IBU NIFAS

FACTORS THAT INFLUENCE THE PRODUCTION OF BREAST MILK TO MOTHER


WITH POSTPARTUM

Dewi Putri Rahayu


Sri Nalesti Mahanani
STIKES RS Baptis Kediri
(nalesti.mahanani@gmail.com)

ABSTRAK

ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi
oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi. Masalah yang dirasakan
adalah ketika produksi ASI tidak lancar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi ASI pada ibu nifas di Rumah Sakit Baptis Kediri. Desain penelitian
ini menggunakan metode analitik cross sectional. Metode sampling yang digunakan adalah accidental
sampling. Sampel yang di ambil sebanyak 31 responden sesuai dengan kriteria inklusi yaitu pada ibu
nifas hari ke 4 40. Variabel independen faktor makanan, psikis, dan isapan bayi. Variabel dependen
adalah produksi ASI. Pengolahan data menggunakan Regresi Linier dengan tingkat kemaknaan = 0,05.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa faktor makanan adalah pada kategori kurang sebanyak 16
responden (51,6%), kategori cukup sebanyak 4 responden (12,9%), kategori baik sebanyak 11
responden (51,6%). Faktor Psikis adalah pada kategori sedang sebanyak 30 responden (96,8%), kategori
berat sebanyak 1 responden (3,2%). Faktor isapan bayi pada kategori cukup sebanyak 11 responden
(35,5%), kategori baik sebanyak 20 responden (64,5%). Sedangkan dari hasil uji statistik regresi linier
diperoleh hasil faktor makanan mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi ASI (=0,018).
Faktor psikis tidak berpengaruh terhadap produksi ASI (=0,172). Faktor isapan bayi tidak berpengaruh
terhadap produksi ASI (=0,093). Kesimpulan pada penelitian ini adalah faktor makanan
mempengaruhi produksi ASI pada ibu nifas di Rumah Sakit Baptis Kediri.

Kata kunci: Makanan, Psikis, Isapan Bayi, Produksi ASI.

ABSTRACT

Breast milk is the fat emulsion in a solution of protein, lactose and organic salts secreted by glands
of breast as the primary food for babies. Perceived problem is when breast milk production is not
smooth. The objective of this research was to determine the factors that influence the production breast
milk to mother with postpartum at Kediri Baptist Hospital. The design used here was cross sectional
analytic method using accidental sampling. The samples were 31 respondents that met inclusion criteria
for maternal postnatal day 4th until 40th. The independent variables were dietary, psychology, and baby's
sucking. The dependent variable was breast milk production. The data was analyzed using linear
regression with a significance level of =0.05. Result of the research showed that dietary factors with
less category was 16 respondents (51.6%), fair category was 4 respondents (12.9%), and good category
was 11 respondents (51.6%). Psychological factors with medium category was 30 respondents (96.8%),
heavy category was 1 respondent (3.2%). Baby's sucking factors with fair category was 11 respondents
(35.5%), and good category was 20 respondents (64.5%). Meanwhile, the result of statistical test of
linear regression showed dietary factors had a significant influence on breast milk production ( =
0.018). Psychological factors had no influence on breast milk production ( = 0.172). Factor of the
baby's sucking has no influence on breast milk production ( = 0.093). Conclusion of the research was
the dietary factors had influence on breast milk production to mother with postpartum at Kediri Baptist
Hospital.
1
Key words: dietary, psychology, Babys suckling, production of breast milk

Produksi dan keluarnya ASI terjadi setelah


Pendahuluan bayi dilahirkan yang disusul kemudian dengan
peristiwa penurunan kadarhormon estrogenyang
mendorong naiknya kadar prolaktin untuk
ASI adalah satu jenis makanan yang produksi ASI. Maka dengan naiknya kadar
mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi prolaktin tersebut, mulailah aktivitas produksi
baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI berlangsung (Suherni, 2009).Rangsangan
ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur sentuhan pada payudara yakni ketika bayi
kekebalan pertumbuhan, anti alergi, dan anti menghisap puting susu menyebabkan terjadinya
inflamasi.Salah satunya adalah kolostrum oksitosin untuk mensekresi ASI. Kondisi psikis
yang banyak mengandung sel darah putih, dan juga makanan yang dikonsumsi oleh ibu
protein dan antibodi yang dapat memberikan juga dapat mempengaruhi produksi ASI.Tetapi,
perlindungan bagi bayi sampai usia 6 menciptakan pemberian ASI sejak hari pertama
bulan.ASI diproduksi oleh kelenjar payudara tidak selalu mudah karena banyak wanita
pada bulan terakhir pada masa menghadapi masalah dalam melakukannya.
kehamilan.Dalam kondisi normal, pada hari Keadaan yang sering terjadi pada hari pertama
pertama dan kedua sejak bayi lahir, air susu menyusui yaitu sulitnya ASIkeluar
yang di hasilkan sekitar 50-100 ml sehari. (Roesli,2002; Verney,dkk.,2007).Kesulitan ibu
Jumlahnyapun meningkat hingga 500 ml menyusui tersebut menyebabkan ibu merasa
pada minggu kedua. Produksi ASI semakin cemas dan kawatir.Ibu menjadi pesimisdengan
efektif dan terus-menerus meningkat pada jumlah ASI yang diperoleh dan menghambat
10-14 hari setelah melahirkan (Prasetyono, produksi ASI.Apalagi bila gizi ibu kurang bisa
2009).Saat produksi ASI belum banyak, menyebabkan kualitas ASI menjadi menurun.
mungkin ibu akan menyangka bahwa ASI- Dengan produksi ASI yang kurang tersebut, ibu
nya sedikit. Kemudian ibu menjadi tidak menjadi mencari alternative lain dengan
bersemangat untuk menyusui bayinya dan memberikan susu formula pada bayinya yang
menyambung dengan susu formula. menyebabkan intensitas isapan bayi menjadi
Akibatnya, ASI yang kurang di pompa berkurang karena bergantian dengan susu
makin lemah produksinya dan akhirnya formula yang membuat ASI menjadi semakin
benar-benar sedikit produksinya (Budiasih, sedikit yang keluar (Budiasih, 2008).
2008). Sekalipun pada hari pertama ASI yang
Produksi ASI yang berkurang menjadi keluar hanya sedikit, ibu harus tetap menyusui.
masalah pada ibu yang baru melahirkan, dan Setelah 30 menit bayi dilahirkan, bayi harus di
terdapat faktor yang mempengaruhi produksi susukan kepada ibunya. Tindakan ini bukan
ASI tersebut, hal ini sesuai dengan penelitian dimaksudkan untuk memberikan nutrisi, tetapi
awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal agar bayi belajar menyusui atau membiasakan
22 Nopember 29 Nopember 2011 di Rumah menghisap puting payudara ibu, serta
Sakit Baptis Kediri. Dari 20 orang ibu yang mendukung produksi ASI. Isapan bayi akan
menyusui pada masa nifas di ruang rawat inap merangsang produksi ASI. Dengan isapan bayi
kandungan, poliklinikkandungan dan juga yang lebih kuat maka produksi ASI yang
poliklinik anak bagian imunisasi terdapat 11 dihasilkan juga akan lebih banyak (Budiasih,
orang ibu (55%) mengatakan bahwa ASI ibu 2008).Untuk hasil yang lebih optimalharus
keluar sedikit, 5 orang ibu (25%) mengatakan ditunjang jugadengan makanan yang seimbang
ASI keluar cukup dan 4 orang ibu (20%) sesuai dengan kebutuhan ibu menyusui dan
mengatakan ASI keluar banyak. Masalah juga berpikir positif bahwa ibu mampu
produksi ASI dari 20 orang ibu didapatkan 9 memberikan ASI (Budiasih, 2008).Dalam hal
ibu (45%) mengatakan ASI keluar < 100 ml/24 ini perawat berperan untuk mendukung
jam( setengah cangkir kecil), 8 oramg ibu pemberian ASI agar produksi ASI dapat
(40%)mengatakan ASI keluar 100 500 ml/24 memenuhi kebutuhan bayi (Prasetyono,2009).
jam ( satu cangkir kecil satu gelas sedang ), Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik
dan 3 orang ibu (15%) mengatakan ASI keluar untuk meneliti faktor-faktor yang
500 800 ml/24 jam ( satu gelas besar). mempengaruhi produksi ASI pada ibu nifas di
Rumah Sakit Baptis Kediri.
2
Metodologi Penelitian Dari tabel 1 menunjukkan bahwa setengah
dari responden adalah memiliki usia berkisar
26-30 tahun yaitu sebanyak 16 responden
Pada penelitian ini, desain yang digunakan (51,6%).
adalah penelitian analitik cross sectional yaitu
jenis penelitian yang menekankan waktu
pengukuran atau observasi data variabel Tabel 2 Karakteristik responden
independen dan dependen hanya satu kali pada satu berdasarkan usia bayi pada ibu
saat saja. Populasi dalam penelitian ini adalah nifas di Rumah Sakit Baptis Kediri
semua ibu nifas di Rumah Sakit Baptis Kediri di pada tanggal 6 Pebruari 3 Maret
poliklinik kandungan dan ruang anak bagian 2012
imunisasi. Populasi yang diambil pada penelitian Usia Bayi Frekuensi %
ini adalah 31 responden yang di ambil pada tanggal Usia 10-20 hari 25 80,6
6 Pebruari 3 Maret 2012. Pada penelitian ini Usia 21-30 hari 4 12,9
sampel diambil dari semua ibu nifas di Rumah Usia 31-40 hari 2 6,5
Sakit Baptis Kediri selama 4 minggu yaitu pada Jumlah 31 100
tanggal 6 Pebruari 3 Maret 2012 yang memenuhi
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Besar populasi Dari tabel 2 menunjukkan bahwa
pada penelitian ini adalah ibu nifas di Rumah Sakit sebagian besar responden adalah memiliki
Baptis Kediri sebanyak 31 orang ibu nifas yang bayi dengan usia berkisar 10-20 hari yaitu
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. sebanyak 25 responden (80,6%).
peneliti menggunakan Accidental Sampling yaitu
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu Tabel 3 Karakteristik responden
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, berdasarkan pekerjaan pada ibu
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu nifas di Rumah Sakit Baptis Kediri
cocok sebagai sumber data (Setiadi, 2007). Dalam pada tanggal 6 Pebruari 3 Maret
penelitian ini variabel independennya adalah 2012
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI : Pekerjaan Frekuensi %
yaitu makanan, psikis dan isapan bayi. Variabel Tidak Bekerja 15 48,4
dependen dalam penelitian ini adalah produksi ASI Swasta 12 38,7
pada ibu nifas. PNS 4 12,9
Jumlah 31 100
Hasil Penelitian
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa hampir
setengah dari responden adalah tidak bekerja
yaitu sebanyak 15 responden (48,4%).
Data Umum
Tabel 4 Karakteristik responden
berdasarkan lama aktifitas di luar
Data umum dalam penelitian ini meliputi
rumah pada ibu nifas di Rumah
karakteristik responden meliputi: usia ibu, usia
Sakit Baptis Kediri pada tanggal 6
bayi, pekerjaan ibu dan lama aktifitas ibu di
Pebruari 3 Maret 2012
luar rumah.
Lama Aktifitas di Luar
Frekuensi %
Rumah
Tidak Pernah 24 77.4
Tabel 1 Karakteristik responden < 2 jam 1 3.2
berdasarkan usia ibu nifas di > 2 jam 6 19.4
Rumah Sakit Baptis Kediri pada Jumlah 31 100
tanggal 6 Pebruari 3 Maret 2012
Usia Ibu Frekuensi % Dari tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian
Usia 19-25 tahun 10 32,3 besar responden adalah tidak pernah
Usia 26-30 tahun 16 51,6 meninggalkan rumah yaitu sebanyak 24
Usia 31-35 tahun 5 16,1 responden (77,4%).
Jumlah 31 100

3
Data Khusus Dari tabel 7 menunjukkan bahwa lebih
dari setengah responden adalah memiliki isapan
bayi baik yaitu sebanyak 20 responden (64.5
Data khusus menampilkan karakteristik %).
responden berdasarkan faktor- faktor yang
mempengaruhi produksi ASI pada ibu nifas
di Rumah Sakit Baptis Kediri yang meliputi Tabel 8 Tabulasi silang antara faktor
faktor makanan, psikis, dan isapan bayi. makanan terhadap produksi ASI
pada ibu nifas di Rumah Sakit
Baptis Kediri pada tanggal 6
Tabel 5 Karakteristik responden Pebruari 3 Maret 2012.
berdasarkan faktor Makanan pada Produksi ASI Makanan
ibu nifas di Rumah Sakit Baptis Tidak
Lancar Jumlah
Kediri pada tanggal 6 Pebruari 3 Lancar
Maret 2012 N % N % N %
Kategori Makanan Kurang 10 62,5 6 37,5 16 100,0
Frekuensi % Cukup 0 20,0 4 80,0 4 100,0
Baik 3 27,3 8 72,7 11 100,0
Kurang 16 51,6
Jumlah 13 41,9 18 58,1 31 100,0
Cukup 4 12,9
Baik 11 35,5
Jumlah 31 100 Dari tabel 8 menunjukkan bahwa lebih dari
setengah responden adalah makanan kurang dan
Dari tabel 5 menunjukkan bahwa produksi ASI tidak lancar yaitu sebanyak 10
setengah dari responden adalah memiliki responden (62,5%).
kategori makanan kurang yaitu sebanyak 16
responden (51.6%).
Tabel 9 Tabulasi silang antara Faktor Psikis
terhadap produksi ASI pada ibu
Tabel 6 Karakteristik responden nifas di Rumah Sakit Baptis Kediri
berdasarkan faktor Psikis pada ibu pada tanggal 6 Pebruari 3 Maret
nifas di Rumah Sakit Baptis Kediri 2012.
pada tanggal 6 Pebruari 3 Maret Produksi ASI Makanan
2012 Tidak
Lancar Jumlah
Lancar
Kategori Psikis Frekuensi % Psikis
N % N % N %
Ringan 0 0 Ringan 0 0 0 0 0 0
Sedang 30 96,8 Sedang 12 40 18 60 30 100
Berat 1 3,2 Berat 1 100 0 0 1 100
Jumlah 31 100 Jumlah 13 41,9 18 58,1 31 100

Dari tabel 6 menunjukkan bahwa hampir Dari tabel 9 menunjukkan bahwa lebih
seluruh dari responden adalah mengalami dari setengah responden adalah kondisi psikis
gangguan psikis sedang yaitu sebanyak 30 sedang dan produksi ASI lancar yaitu sebanyak
responden (96,8%). 18 responden (60,0%).

Tabel 7 Karakteristik responden Tabel 10 Tabulasi silang antara Faktor


berdasarkan faktor Isapan Bayi Isapan Bayi terhadap Produksi
pada ibu nifas di Rumah Sakit ASI pada ibu nifas di Rumah
Baptis Kediri pada tanggal 6 Sakit Baptis Kediri pada tanggal
Pebruari 3 Maret 2012 6 Pebruari 3 Maret 2012
Kategori Isapan Bayi Frekuensi % Produksi ASI Isapan Bayi
Kurang 0 0 Tidak Lancar
Jumlah
Cukup 11 35,5 Lancar
Baik 20 64,5 N % N % N %
Kurang 0 0 0 0 0 0
Jumlah 31 100
Cukup 7 63,6 4 36,4 11 100
Baik 6 30 14 70 20 100
Jumlah 13 41,9 18 58,1 31 100

4
Dari tabel 10 menunjukkan bahwa bayi baik dan produksi ASI lancar yaitu
sebagaian besar dari responden adalah isapan sebanyak 14 responden (70,0%).

Tabel 11 Uji statistik regresi linier antara faktor makanan, psikis dan isapan bayi terhadap produksi
ASI pada ibu nifas di Rumah Sakit Baptis Kediri pada tanggal 6 Pebruari 3 Maret 2012.
Unstandardized Standardized 95% Confidence
Model t Sig.
Coefficients Coefficients Interval for B
Lower Upper
B Std. Error Beta B Std. Error
Bound Bound
(Constant) .735 1.152 .638 .529 -1.628 3.099
Makanan .226 .089 .421 2.530 .018 .043 .409
Psikis -.671 .478 -.240 -1.403 .172 -1.653 .311
IsapanBayi .300 .172 .291 1.742 .093 -.053 .653

Dari tabel 11 menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji statistik regresi linier yang didasarkan pada
taraf signifikan atau taraf kemaknaan adalah 0,05 dari ketiga faktor yang paling berpengaruh adalah
faktor makanan didapatkan = 0,018 yang berarti ada pengaruh faktor makanan terhadap produksi ASI,
faktor psikis didapatkan = 0,172 yang berarti tidak ada pengaruh faktor psikis terhadap produksi ASI
dan faktor isapan bayi didapatkan = 0,93 yang berarti tidak ada pengaruh faktor isapan bayi terhadap
produksi ASI pada ibu nifas di Rumah Sakit Baptis Kediri.

Pembahasan lemak, mineral dan vitamin. Ibu yang terbiasa


menjadi seorang ibu rumah tangga dan
menyiapkan menu makanan sendiri harus
Faktor Makanan Pada Ibu Nifas Di Rumah makan dengan menu makanan yang diolah oleh
Sakit Baptis Kediri orang lain, hal itu menyebabkan ibu menjadi
malas makan karena tidak berselera dengan
menu yang dibuat orang lain. Selain itu orang
Pada penelitian ini didapatkan bahwa Jawa memiliki kepercayaan bahwa seorang ibu
asupan makanan dalam kategori kurang yang baru melahirkan harus membatasi
sebanyak 16 responden (51,6%), kategori cukup beberapa menu makanan yang bisa
sebanyak 4 responden (12,9%) dan kategori menyebabkan infeksi. Kepercayaan tersebut
baik sebanyak 11 responden (35,5%). Dari hasil telah dipercaya dari turun temurun dan melekat
di atas dapat disimpulkan bahwa setengah dari dari generasi ke generasi. Padahal menurut ilmu
responden adalah pada kategori kurang yaitu pengetahuan yang terbaru menyebutkan
sebanyak 16 responden (51,6%). kepercayaan tersebut tidak benar. Makanan
Kebutuhan kalori ibu per hari harus terdiri yang diperlukan pada ibu menyusui contohnya
atas 60-70 % karbohidrat, 10-20 % protein, dan protein seperti telur juga dibutuhkan untuk
20-30 % lemak. Kalori ini didapat dari proses penyembuhan luka, tapi dipercaya
makanan yang dikonsumsi ibu dalam sehari bahwa makan telur akan menyebabkan infeksi.
(Murkoff, 2006). Seorang ibu menyusui Hal tersebutlah yang membuat ibu menjadi
memerlukan asupan rata-rata 2700 Kkal tiap mengurangi beberapa menu makanan yang
hari. Tambahan sebesar 500-700 Kkal yang mengandung gizi. Selain hal tersebut, kondisi
diperlukan untuk kebutuhan biosintetis (Admin, ibu yang baru melahirkan juga mengalami
2007). peningkatan berat badan yang membuat ibu
Menurut penelitian ini didapatkan 16 membatasi dalam mengkonsumsi makanan,
responden (51,6%) yang mempunyai kebutuhan akhirnya ibu menjadi kurang memperhatikan
makanan kurang. Makanan merupakan bahan kebutuhan gizi yang harus dicukupi setelah
yang penting untuk mendapatkan sumber energi melahirkan. Usia ibu yang masih diantara 19
dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ibu 25 tahun yang membuat ibu masih
menyusui. Kebutuhan makanan pada ibu mementingkan penampilan dan juga ibu yang
menyusui harus mencukupi kebutuhan gizi memiliki pekerjaan membuat ibu ingin segera
yaitu yang mengandung karbohidrat, protein, menjadi kurus ketika akan kembali bekerja

5
setelah selesai cuti pasca melahirkan. adaptasi sehingga ibu akan mudah untuk
Seharusnya ibu mendapatkan pendidikan menghadapi fase- fase tersebut.
kesehatan terkait kebutuhan gizi dan
pandangan kepercayaan turun temurun orang
Jawa yang mengatakan harus membatasi Faktor Isapan bayi Pada Ibu Nifas Di
makan pasca melahirkan agar gizi selama Rumah Sakit Baptis Kediri
menyusui menjadi tercukupi.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa


Faktor Psikis Pada Ibu Nifas Di Rumah isapan bayi cukup sebanyak 11 responden
Sakit Baptis Kediri (35,5%) dan isapan bayi baik sebanyak 20
responden (64,5%). Dari hasil diatas dapat
disimpulkan bahwa lebih dari setengah
Pada penelitian ini didapatkan bahwa responden adalah isapan bayi baik yaitu
kondisi psikis sedang sebanyak 30 sebanyak 20 responden (64,5%).
responden (96,8%) dan kondisi psikis berat Bayi yang sehat dapat mengosongkan
sebanyak 1 responden (3,2%). Dari hasil di satu payudara sekitar 57 menit dan ASI
atas dapat disimpulkan bahwa hampir dalam lambung bayi akan kosong dalam
seluruh dari responden adalah kondisi psikis waktu 2 jam. Sebaiknya menyusui bayi
sedang yaitu sebanyak 30 responden secara non-jadwal (on demand) karena bayi
(96,8%). akan menentukan sendiri kebutuhannya.
Setelah persalinan yang merupakan Kegiatan menyusui yang dijadwal akan
pengalaman unik yang dialami ibu. Masa berakibat kurang baik karena isapan bayi
nifas merupakan salah satu fase yang sangat berpengaruh pada rangsangan
memerlukan adaptasi psikologis. Perubahan produksi ASI selanjutnya (Jannah, 2011).
peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI
harus dijalani. Tanggung jawab bertambah setiap 23 jam atau 1012 kali dalam 24
dengan hadirnya bayi yang baru lahir. jam. Selama 2 hari pertama sesudah lahir,
Dorongan serta perhatian anggota keluarga beberapa bayi tidur panjang selam 6-8 jam.
lainnya merupakan dukungan positif untuk Untuk memberikan ASI pada bayi setiap 4
ibu (Suherni, 2009). jam, dan yang paling baik adalah
Menurut peneliti didapatkan bahwa membangunkannya selama siklus tidurnya.
hampir seluruh dari responden mengalami Pada hari ketiga setelah lahir sebagian besar
kondisi psikis sedang yaitu sebanyak 30 bayi menyusu setiap 2 3 jam. Proses
responden (96,8%). Kondisi psikis bisa menghisap yang baik ditandai dengan lidah
terganggu karena setelah melahirkan ibu bayi berada dibawah puting susu, bayi
memerlukan adaptasi pada peran baru dan tampak menghisap dengan ritme perlahan
tanggung jawab menjadi seorang ibu. Dari lahan, terlihat gerakan sendi rahang bayi
kebiasaan ibu yang dapat tidur dengan yang aktif dalam menyusu, saat menyusu
nyenyak di malam hari, harus sering sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi,
terbangun oleh tangisan bayi yang haus puting susu tidak merasa nyeri saat
ataupun mengompol. Keesokan harinya ibu menyusui, saat menyusui ibu tidak
harus menjalani aktifitas sebagai ibu rumah memegang atau menyangga payudara
tangga, hal tersebut akan bertambah parah (Suherni, 2009).
apabila tidak adanya dukungan keluarga Menurut peneliti didapatkan bahwa
untuk membantu merawat bayi dan lebih dari setengah responden memiliki
mengerjakan pekerjaan rumah tangga. isapan bayi baik yaitu sebanyak 20
Perasaan bersalah juga akan timbul ketika responden (64,5%). Isapan bayi yang baik
ibu merasa tidak bisa memberi ASI pada disebabkan oleh kondisi bayi yang sehat,
bayinya. Oleh karena itu, diharapkan ibu sehingga bayi akan aktif dalam menghisap
mampu beradaptasi dengan baik agar ibu puting susu. Kondisi ibu yang jarang pergi
bisa menjalani tanggung jawab barunya, membuat ibu menjadi lebih mudah dalam
tanpa ada perasaan tertekan ataupun memberikan ASI secara langsung kepada
bersalah. Seorang perawat juga memiliki bayinya, sehingga ibu tidak perlu lagi untuk
peran penting untuk memberikan pendidikan memompa ASI dan diberikan melalui botol.
kesehatan bagi ibu, agar bisa menjalani fase Sesuai dengan kondisi tersebut maka ibu
harus lebih rutin untuk memberikan ASI
6
terhadap bayi, agar bayi dapat terpenuhi Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa
kebutuhan dalam menyusu. faktor makanan mempengaruhi produksi ASI
pada ibu nifas di Rumah Sakit Baptis Kediri.
Makanan merupakan bahan yang penting untuk
Menganalisis Pengaruh Faktor Makanan, proses produksi ASI. Makanan yang kurang
Psikis, Dan Isapan Bayi memenuhi jumlah kebutuhan ibu per hari,
menyebabkan ASI menjadi tidak lancar. Karena
dalam proses produksi ASI diperlukan
Setelah dilakukan uji statistik Regresi kandungan gizi makanan untuk mendapatkan
Linier yang didasarkan pada taraf signifikan jumlah ASI yang dibutuhkan oleh bayi. Kondisi
atau taraf kemaknaan yaitu 0.05 dan fisik ibu juga bisa menyebabkan ibu merasa
didapatkan faktor makanan dengan = 0,018 harus mengurangi jumlah makanan untuk di
yang berarti ada pengaruh antara faktor konsumsi. Kenaikan berat badan pada ibu
makanan terhadap produksi ASI, faktor psikis membuat ibu merasa tidak nyaman dan ingin
dengan = 0,172 yang berarti tidak ada segera menurunkan berat badan tersebut karena
pengaruh antara faktor psikis terhadap produksi berhubungan dengan usia ibu yang masih
ASI, dan faktor isapan bayi dengan = 0,093 berusia 19 25 tahun yang masih memikirkan
yang berarti tidak ada pengaruh antara faktor penampilan dan ingin cepat kurus karena
isapan bayi terhadap produksi ASI pada Ibu beberapa dari ibu adalah pekerja. Cara yang
Nifas di Rumah Sakit Baptis Kediri. digunakan oleh ibu agar cepat kurus adalah
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh dengan mengurangi porsi makan. Dengan cara
makanan yang di makan ibu, apabila ibu makan seperti itu, ibu merasa bahwa akan mudah
secara teratur dan cukup mengandung gizi yang untuk menurunkan berat badan. Padahal
diperlukan akan dapat mempengaruhi produksi kebutuhan gizi pada makanan harus bertambah
ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat saat ibu menyusui. Mitos Jawa juga merupakan
bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang salah satu alasan ibu mengurangi beberapa
cukup (Kristiyansari, 2009). Produksi ASI juga menu makanan yang harusnya menu tersebut
dipengaruhi oleh faktor psikis, kejiwaan ibu sangat diperlukan oleh ibu menyusui. Ada juga
yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, ibu yang hanya mengkonsumsi menu makanan
kurang percaya diri dan berbagai bentuk yang sama dalam satu hari, dengan konsumsi
ketegangan emosional akan menurunkan makanan yang sama kandungan gizi yang
volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi terdapat dalam menu tersebut menjadi tidak
ASI. Oleh karena itu untuk memproduksi ASI terpenuhi dan akan berkurang kandungan
yang baik, ibu harus dalam keadaan tenang gizinya. Sebaiknya walaupun berat badan ibu
(Kristiyansari, 2009). Isapan bayi juga akan meningkat, ibu harus tetap menjaga pola makan
merangsang otot polos payudara untuk dan memperhatikan kandungan gizi makanan
berkontraksi yang kemudian merangsang setiap harinya dengan makan dengan menu
susunan saraf disekitarnya dan meneruskan yang bervariasi dalam satu hari. Ibu juga harus
rangsangan ini ke otak. Otak akan banyak mengetahui perkembangan pengetahuan
memerintahkan kelenjar hipofise posterior dan menghilangkan mitos Jawa untuk
untuk mengeluarkan hormon pituitari lebih mengurangi beberapa menu makanan yang
banyak, sehingga kadar hormon estrogen dan sebenarnya mitos tersebut tidak terbukti secara
progesteron yang masih ada menjadi lebih ilmiah. Dengan begitu diharapakan menu
rendah. Pengeluaran hormon pituitari yang makanan ibu menjadi terpenuhi dengan
lebih banyak akan mempengaruhi kuatnya memiliki kandungan gizi yang cukup dan dapat
kontraksi otot-otot polos payudara dan uterus. memperlancar proses produksi ASI untuk
Kontraksi otot otot polos payudara berguna menghasilkan ASI yang lancar serta
mempercepat pembentukan ASI, sedangkan berkualitas.
kontraksi otot otot polos uterus berguna untuk Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
mempercepat involusi (Bahiyatun, 2008). faktor psikis tidak berpengaruh terhadap
Jangan membiasakan bayi minum dengan produksi ASI. Hal itu disebabkan oleh
menggunakan botol susu karena bisa responden yang kebanyakan adalah orang kota
menyebabkan bayi menjadi malas untuk yang modern, yang banyak dibantu oleh
menyusui. Pemberian susu melalui botol susu pengasuh. Responden hanya mengawasi dan
membuat bayi cepat merasa kenyang (Suherni, merawat bayi mereka tanpa memiliki beban
2009). yang berat. Dukungan keluarga yang selalu
menemani dalam proses adaptasi tersebut
7
membuat proses adaptasi juga menjadi lebih Kristiyansari, Weni, (2009).ASI, Menyusui &
mudah, walaupun ada rasa bersalah belum bisa Sadari.Yogyakarta:Muha Medika.
menyusui tetapi hal tersebut bukan lagi menjadi Prasetyono, Dwi Sunar, (2009). ASI Eksklusif.
masalah karena kebanyakan dari responden Jogjakarta: DIVA Press.
tidak memberi ASI secara eksklusif, tetapi Roesli, Utami. (2002). Mengenal ASI Eksklusif.
ditambah dengan susu formula. Masalah yang Jakarta: Trubus Agriwidya
dirasakan dalam proses adaptasi tersebut Setiadi, (2007). Konsep Dan Penulisan Riset
dengan mudah dapat diatasi oleh responden, Keperawatan. Cetakan Pertama.
sehingga walaupun mereka merasa terganggu Yogyakarta: Graha Mulya
dengan proses adaptasi tetapi dengan cepat Suherni, S.Pd,APP, M.Kes, Hesty Widyasih,
mereka dapat mengatasi masalah tersebut. SST, Anits Rahmawati, SSiT. (2009).
Kebanyakan dari responden adalah ibu rumah Perawatan Masa Nifas. Cetakan ke-
tangga yang terbiasa dengan pekerjaan rumah IV:Oktober. Yogyakarta: Fitramaya
tangga dan dengan mudah dapat beradaptasi
dan bekerja sama dengan pengasuh ataupun
keluarga dalam kesehariannya. Dari hasil
tersebut dapat dilihat bahwa responden bisa
dengan mudah beradaptasi dengan kelahiran
seorang bayi karena mereka terbiasa dengan
pekerjaan rumah tangga dan juga dengan
adanya dukungan dari keluarga.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
faktor isapan bayi tidak berpengaruh terhadap
produksi ASI. Ibu yang memiliki pekerjaan
merasa perlu menambahkan susu formula bagi
bayi, karena setelah selesai cuti melahirkan ibu
akan kembali bekerja dan tidak dapat
memberikan ASI secara langsung. Ibu merasa
bahwa bayi harus menyesuaikan diri untuk
mendapatkan ASI dan susu formula melaui
botol susu. Hal itu yang membuat bayi
dibiasakan mendapatkan susu dari botol yang
membuat bayi mudah merasa kenyang dan
menjadi malas untuk menghisap puting susu.
Membiasakan minum menggunakan botol susu
tersebut menjadikan bayi malas, padahal bayi
memiliki isapan yang baik dan dapat membuat
produksi ASI semakin lancar. Hal tersebut yang
membuat penelitian ini menjadi rancu dan tidak
berpengaruh. Sebaiknya ibu mengetahui
pengaruh dari isapan bayi agar ibu tidak
menambah dengan susu formula melalui botol
susu dan lebih sabar untuk menyusui bayi untuk
membuat ASI bertambah lancar produksinya.

DAFTAR PUSTAKA

Admin, H (2007). Konsep Penerapan ASI


Eksklusif. Jakarta: EGC
Bahiyatun, (2009). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Budiasih, Kun Sri, (2008). Handbook Ibu
Menyusui. Bandung: PT Karya Kita.
Jannah, Nurul, (2011). Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
8

Anda mungkin juga menyukai