161 513 1 PB 1 PDF
161 513 1 PB 1 PDF
Oleh
ABSTRACT
In living our lives in Indonesia, diversity is a good friend who has always been
inherent in ourselves. The difference between the individual and the individual
centres is a destiny which requires us to understand each other while living in the
community. The existence of differences that caused this keberanekaragaman can
give a crack against the onset of a conflict. The presence of such a conflict in this
life must give an impact, be it in the form of a positive impact or a negative
impact. Avoiding conflict in the life of the community by means of a personal
nature in the form of improvements to rehabilitate ethics and increase levels of
intellect is the most basic way to create a life that is secure, tranquil, peaceful and
dignified manner. Conflicts between residents who fought in the South Lampung
Regency Banner Way is an example of conflict arising from differences that exist
in the life of society are not faced with the nature and attitude wise, finally
creating a split in the form of war that makes life no longer can walk with
harmony.
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas, masyarakatnya terdiri
beranekaragam suku, agama, budaya, ras. Namun keberaneka ragaman ini
seharusnya tidak perlu dipermasalahkan, karena persatuan nasional telah terikat
dalam satu ikatan NKRI. Sebagaimana slogan lambang Negara Indonesia
Bhineka Tunggal Ika yang artinya walaupun berbeda-beda tetaplah satu jua.
Berdasarkan slogan ini dapat disimpulkan bahwa sebenarnya dalam diri setiap
warga negara telah mengakui keberaneka ragaman dan perbedaan ini, di samping
warga negaranya pun telah mengikrarkan diri untuk menjadi satu kesatuan.
Artinya dari kesadaran yang tinggi akan rasa memiliki dan mengakui bahwa,
warga negara Indonesia yang beraneka ragam itu adalah satu bangsa.
Keadaan sejahtera, aman, tentram dan damai adalah idaman setiap warga
Negara. Harapan banyak yang digantungkan oleh masyarakat kepada aparat
TINJAUAN PUSTAKA
Mayarakat
Masyarakat adalah golongan masyarakat kecil terdiri dari beberapa
manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan
pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. (Hasan Shadily 1984:47). Dari
penjelasan dan ciri-ciri ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah
sekelompok manusia majemuk yang tinggal dalam satu teritorial tertentu dan
terdiri dari beraneka ragam kelompok yang memiliki kesepakatan bersama berupa
aturan-aturan ataupun adat istiadat yang timbul dan tercipta karena kebersamaan
tersebut. Adanya aturan atau adat ini sangat bergantung dengan masyarakat itu
sendiri dan juga kesepekatan bersama yang timbul setelah kehidupan itu
berlangsung dalam waktu yang lama.
Konflik
Konflik adalah interaksi antar individu, kelompok dan organisasi yang
membuat tujuan atau arti yang berlawanan, dan merasa bahwa orang lain sebagai
pengganggu yang potensial terhadap pencapaian tujuan mereka. Putman dan Pool
(dalam Sutarto wijono, 2012:203). Pendapat lain sebagaimana dikemukakan
Simmel (dalam Poloma 2003:107) bahwa, konflik merupakan bentuk interaksi
dimana tempat, waktu serta intensitas dan lain sebagainya tunduk pada perubahan,
sebagaimana dengan isi segitiga yang dapat berubah. Sedangkan menurut Coser
(dalam Zeitlin 1998:156) bahwa konflik sosial adalah suatu perjuangan terhadap
nilai dan pengakuanya terhadap status yang langka, kemudian kekuasaan dan
sumber-sumber pertentangan dinetralisisr atau dilangsungkan, atau dieliminir
saingan-sainganya.
Dalam penjelasan K.J. Veeger (1993:211) menjelaskan keadaan yang
dalam penampakanya satu dan tertib teratur, sebenarnya dihasilkan oleh struktur-
struktur kuasa yang menutupi dan menyembunyikan keterbagian dan perpecahan
yang ada dibawah permukaanya. Apa yang disangka keseimbangan sistem sosial
akibat mekanisme-mekanisme fungsional mulai dilucuti kedoknya dan
ditelanjangi menjadi tidak lain dari manipulasi pihak yang sedang berkuasa. Apa
yang tadinya disebut kestabilan masyarakat (keadaan mantab) ternyata
mengandung mesiu yang sewaktu-waktu bisa meledak dan menggoyahkan semua.
Konflik merupakan hal yang sulit dihidari ketika kita hidup di Negara
yang sangat kompleks seperti Negara Indonesia tercinta ini, karena
keberanekaragaman yang begitu banyaknya sehingga perbedaan itu menjadi
sangat sensitif dan rentan untuk terjadi perselisihan. Konflik sosial terutama yang
Penyebab Konflik
Yang menjadi penyebab timbulnya konflik itu dikarenakan kurangnya
kontrol sosial yang masyarakat tidak diikuti dengan tindakan para penegak hukum
sehingga para pelanggar peraturan ini tidak akan merasakan ketakutan katena
telah memahami ketika melakukan peanggaran tidak akan mendapatkan hukuman
yang tercantum dalam peraturan.
Menurut Robin; Walton dan Duton (dalam Wijono 2012) menjelaskan
tentang sumber konflik antarpribadi/kelompok melalui kondisi-kondisi pemula
(antecedent conditions) yang meliputi:
a) Persaingan terhadap sumber-sumber (competition resources)
b) Ketergantungan terhadap tugas (task interdependence)
c) Kekaburan deskripsi tugas (jurisdictional ambiguity)
d) Masalah status (status problem)
e) Rintangan komunikasi (communication barriers)
f) Sifat-sifat individu (individual traits)
Perkembangan Konflik
Menurut Sutarto Wijono (2012:232-234) atas dasar pemahaman bahwa
konflik tersebut adalah proses yang dinamis dan bukan statis atau kaku yang
berarti konflik itu dapat berubah ubah smengikuti perkembangan hal-hal yang
terjadi ketika konflik. Maka konsekuensi terjadinya konflik ddapat digambarkan
melalui proses perkembanganya.
Adapun tahapan perkembangan konflik itu adalah:
a) Konflik masih tersembunyi (laten)
b) Kondisi yang mendahului (antecedent condition)
c) Konflik yang dapat diamati (perceived conflict)
d) Konflik terlihat secara terbuka (manifesr behavior)
Dampak Konflik
Dalam sebuah konflik akan menimbulkan berbagai macam dampak.
Dampak konflik antar warga yang paling berbahaya adalah dampak terhadap
psikologis, dampak terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan dampak terhadap
budaya. Dari berbagai macam dampak tersebut tidak selamanya bernilai negatif,
namun juga ada dampak yang bernilai positif, dampak-dampak tersebut adalah
sebgai berikut:
Psikologis
Konflik dapat menimbulkan rasa trauma, selalu merasa tidak aman,
bahkan berkurang/hilangnya rasa kepercayaan diri dari individu dalam masyarakat
tersebut. Hal ini karena pada dasarnya setiap individu memiliki kebutuhan yang
berbeda dengan yang lainya, dan kebutuhan itu harus terpenuhi sesuai dengan
kadarnya msing-masing. Maslow (dalam Wijono, 2012) mengungkapkan tingkat
kebutuhan individu yang kaitanya dengan kebutuhan hidup untuk mencapai
Ekonomi
Masalah perekonomian yang timbul sesuai dengan dugaan penulis dalam
tinjauan pustaka, dapaknya adalah: Pertama, kemiskinan, adalah dimana korban
dari sebuah konflik tersebut menderita kerugian rusaknya fasilitas, penjarahan,
bahkan ketika ada anggota keluarga yang terluka maka pengobatan secara pribadi.
Kedua, turunya aktifitas perekonomian, dalam hal jual beli akan menurun, dimana
adanya rasa trauma akan kepemilikan barang-barang yang telah dijarah, ataupun
juga karena keadaan keuangan yang tidak memungkinkan. Ketiga, melonjaknya
kebutuhan pokok, keadaan yang belum stabil dimanfaatkan para pedagang untuk
menaikan harga kebutuhan pokok.
Dampak pertama dari teori diatas adalah kemiskinan. Kadar seseorang
bisa dikatakan miskin adalah relatif dan tidak bisa diukur dengan kasat mata. Dari
dampak konflik yang terlihat dapat diketahui adanya perubahan-perubahan yang
mencolok dari segi perekonomian ini. Masyarakat yang dahulu memiliki rumah
bagus, pakaian yang banyak, kendaraan, pliharaan ternak, perabotan rumah
tangga, alat elektronik dan asset-set berharga lainya kini setelah konflik itu terjadi
semua harta benda itu telah musnah. Yang mereka miliki hanya pakaian yang
menempel di badan dan tanah tempat berdirinya bangungan dan lading pertanian
yang surat-suratnya pun sudah lenyap hangus terbakar. Dampak ini merupakan
dampak yang akan sangat mudah kita ketahuhi secara kasat mata, karena hingga
saat ini dampak rusaknhya pemukiman-pemukiman ini masih belum bisa
terselesaikan dengan baik.
Kedua, turunnya aktifitas perekonomian, dalam hal jual beli atau pertanian
akan menurun. Adanya rasa trauma akan kepemilikan lahan-lahan perekonomian
tersebut. Masyarakat Balinuraga berfikir yang menjadi penyebab konflik ini
terjadi adalah dikarenakan tingkatan ekonomi yang berbeda, maka kegiatan
perekonomian maysarakat Balinuraga menurun secara derastis, karena mereka
takut apabila mereka tidak berbagi dengan masyarakat luas mengenai lahan
pertanian yang menyangkut perekonomian ini akan menimbukan konflik lagi.
Tindakan masyarakat Balinuraga yang membagikan lahan garapanya
kepada warga lain diluar balinuraga ini merupakan langkah awal masayrakat
Balinuraga membuka diri, mau menerima dan membaur dengan warga lain dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan adanya kerjasama dibidang perekonomian ini
secara tidak langsung hubungan antara warga Balinuraga selaku pemilik lahan
dengan penggarap akan semakin sering dan apabila hal ini bisa terjalin dengan
baik maka kemungkinan akan adanya perubahan kearah yang lebih baik dari
masyarakat Balinuraga itu bisa terwujudkan.
Sosial
Menurut Wijono (2012:235), pola kehidupan sosial itulah yang dapat
dengan mudah kita ketahui akan keberadaan konflik itu. Karena hal ini bisa kita
lihat dampaknya dalam kehidupan, baik itu berupa dampak positif atau dampak
negatif dari konflik bagi kehidupan sosial, adapun dampak-dampaknya adalah
sebagai berikut:
a) Dampak Positif Konflik
1) Membawa masalah-masalah yang diabaikan sebelumnya secara terbuka,
2) Memotovasi orang lain untuk memahami setiap posisi orang lain,
3) Mendorong ide-ide baru, memfasilitasi perbaikan dan perubahan,
4) Dapat meningkatkan kualitas keputusan dengan cara mendorong orang
untuk membuat asumsi melakukan perbuatan.
b) Dampak Negatif Konflik
1) Dapat menimbulkan emosi dan stress negatif,
2) Berkurangya komunikasi yang digunakan sebagai persyaratan untuk
kordinasi,
3) Munculnya pertukaran gaya partisipasi menjadi gaya otoritatif,
4) Dapat menimbulkan prasangka-prasangka negatif,
5) Memberikan tekanan loyalitas terhadap sebuah kelompok.
Pendapat lain menyatakan, dampak konflik yang terjad adalah tergantung
dari jenis konflik itu sendiri dan bagaimana alur konflik itu berlangsung (Brown,
1997:89). Setidaknya ada tiga kemungkinan yang terjadi sebagai akibat
perpecahan konflik etnis yakni:
1) Terjadinya rekonsiliasi secara damai;
2) Perpisahan etnis secara damai;
3) Perang saudara.
Dengan kata lain, kelompok-kelompok yang berkonflik bisa setuju untuk
hidup bersama secara damai, setuju secara damai untuk berpisan, atau terus
berperang untuk menentukan siapa yang berhak menjadi penguasa atas semuanya.
Budaya
Runtuhnya nilai budaya dan hilangya kewibawaan sebuah budaya adalah
dampak dari konflik antar warga, hal ini bisa neyebabkan tidak lagi adanya rasa
bangga, kepercayaan diri kepada warga yang memiliki sebuah kebudayaan itu.
Akibatnya kemodernisasian akan menghapuskan sebuah budaya yang ada.
Nanang Martono (2011:86), menyatakan bahwa keadaan manusia modern akan
METODE PENELITIAN
Dari keseluruhan pembahasan data dan fakta yang ada maka bisa kita
ketahui model perdamaian yang ideal dan tepat untuk menyelesaikan
permasalahan konflik antar warga ini dengan menggunakan strategi menang-
menang (win-win strategy,) dengan cara konsultasi proses antarpihak (inter-part
process consultation). Strategi menang-menang ini dianggap pas untuk
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA