Anda di halaman 1dari 16

JOURNAL

TUGAS HUKUM TEKNOLOGI INFORMASI

Oleh :

I GEDE MURDANA NIM. 1514101001

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

TAHUN AJARAN 2017

1
ANALISIS TERHADAP KASUS PROSTITUSI ONLINE BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN
TRANSAKSI ELEKTRONIK ( ITE )

Abstrak
Perkembangan teknologi yang begitu pesat telah menyebabkan adanya bisnis
pelacuran, hal ini disebabkan karena dalam transaksinya dan penawaran prostitusi
bisa dlakukan melalui media internet/ online. Pelanggan dengan mudah memilih
foto/ gambar porno melalui situs facebook atau internet baik yang tidak
menggunakan baju atau pakaian minimal beserta dengan linknya. Prostitusi
merupakan bentuk penyimpangan hubungan seksual, yaitu suatu perbuatan yang
sifatnya anti sosial karena melanggar norma kesusilaan, norma kesopanan, norma
adat dan norma agama, karena prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit
masyarakat. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui
Implementasi Berlakunya Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik Dalam Upaya Penanggulangan Prostitusi Online. Serta
Untuk mengetahui penyebab terjadinya kasus prostitusi online dan bagaimana
uapaya penanggulangan dari kasus prostitusi online tersebut. kurangnya kesadaran
masyarakat yang mencari keuntungan dari prostitusi tersebut seperti dengan cara
memberikan perlindungan terhadap pelacur dengan melindungi dan
menyembunyikan bahwa di wilayahnya tidak ada pelacuran bahkan masyarakat
dengan sengaja menyewakan baik rumah maupun tanahnya sebagai tempat
pelacuran. Cara untuk mengurangi prostitusi di internet online adalah
meningkatkan melihat dan mengendalikan setiap tanggal dan informasi pribadi
yang ada di situs internet.
Kata Kunci : prostitusi, UU ITE, media, masyarakat.
Pendahuluan
Masalah prostitusi adalah masalah yang rumit, banyak hal yang
berhubungan disana oleh karena itu masalah ini sangat perlu perhatian khusus
oleh masyarakat. Prostitusi, sebuah bisnis yang identik dengan dunia hitam ini
merupakan salah satu bisnis yang mendatangkan uang dengan sangat cepat. Tidak
perlu modal banyak, hanya beberapa tubuh yang secara profesional bersedia untuk
dibisniskan. Karena itulah sampai kapanpun bisnis ini tidak akan menemui masa
masa sulit. Prostitusi bukan hanya berdampak pada mereka yang melakukannya
yaitu perlaku dan pemakai jasanya akan tetapi juga berimbas kepada masyarakat
luas, prostitusi atau pelacuran bahkan membahayakan bagi kehidupan rumah
tangga yang terjalin sampai bisa menimbulkan tindak pidana kejahatan dan lain
sebagainya. Agama sebagai salah satu pedoman dalam hidup sama sekali tidak
dihiraukan oleh mereka yang terlibat di dalam praktek prostitusi ini dan benar-
benar merupakan perbuatan yang dilarang oleh agama. Pelacuran bukan hanya

2
sebuah gejala individu akan tetapi sesudah menjadi gejala sosial dari
penyimpangan seksualitas yang normal dan juga agama.1
Pemanfaatan teknologi informasi, media, dan komunikasi telah mengubah
baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Seiring
dengan Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, ini menyebabkan
hubungan dunia menjadi tanpa batas dan menyebabkan perubahan sosial,
ekonomi, dan budaya secara signifikan berlangsung sangat cepat. Teknologi
informasi saaat ini menjadi pedang bermata dua karena selain memberi kontribusi
bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia, sekaligus
menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum. Hal ini menempatkan negara
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia sehingga
mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan informasi dan
transaksi elektronik di tingkat nasional. Sejalan dengan proses pembangunan dan
era globalisasi, serta meningkatnya kualitas teknologi kehidupan masyarakat
Indonesia mengalami banyak perubahan. Pemikiran masyarakat juga sudah
dipengaruhi oleh berbagai hal. Media elektronik telah memberikan pengaruh besar
bagi masyarakat. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif maupun
pengaruh negatif. 2
Pemerintah memandang Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) mutlak diperlukan bagi negara Indonesia, karena saat ini
Indonesia merupakan salah satu negara yang telah menggunakan dan
memanfaatkan teknologi informasi secara luas dan efisien. Sehingga Pemerintah
pada tanggal 26 April 2008 mengesahkan berlakunya undang-undang tentang
Informasi dan Transaksi Elektonik (ITE). Undang-Undang tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik dimaksudkan dapat memberikan banyak manfaat,
diantaranya untuk menjamin kepastian hukum bagi masyarakat yang melakukan
transaksi elektronik, mendorong pertumbuhan ekonomi, mencegah terjadinya
kejahatan berbasis teknologi informasi dan melindungi masyarakat pengguna jasa
dengan memanfaatkan teknologi informasi. Pembentukan Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (LN RI Tahun 2008

1
Terence H, Hull, Endang Sulistianingsih, Gavin W.J, Pelacuran di Indonesia (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1997), h. 3
2
Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No. 1 Januari 2010

3
Nomor 58, TLN RI Nomor 4843) adalah sebagai wujud Pembaharuan Hukum
sebagai pengaruh dari 7 (tujuh) Aspek Pembaharu Hukum, yaitu Aspek Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, yang sebagaimana diketahui delapan aspek
pembaharu hukum antara lain; Aspek Globalisasi, Aspek Politik, Aspek Ekonomi,
Aspek Pendidikan, Aspek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Aspek Supremasi
Hukum, dan Aspek Perspektif Hukum Islam. Undang-Undang tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik dibentuk dalam upaya mengimbangi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang teknologi informasi dan transaksi
elektronik, agar tidak terjadi kekosongan hukum jika terjadi tindakan perbuatan
melawan hukum. Implementasi Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tersebut
membawa berbagai dampak bagi masyarakat dan melahirkan dua pendapat, ada
yang pro atau menyetujui berlakunya Undang-Undang tersebut dan ada yang
kontra tidak menyetujui berlakunya Undang-Undang tersebut hingga mengambil
langkah mengajukan Undang-Undang tersebut ke Makhamah Konstitusi guna
direvisi terkait dengan kebebasan mengemukakan pendapat dalam pengaturan
pasal dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE.3 Pertimbangan
lain berkaitan dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 adalah
semakin maraknya prostitusi melalui jaringan Facebook. Bahkan anak-anak
remaja semakin banyak yang terjerat dalam kasus prostitusi melalui situs online
internet. Pelacuran via internet kini menjadi trend bisnis prostitusi. Pengelola
bisnis prostitusi ini memanfaatkan domain gratis sebagai wadah memasarkan hot
produk-nya.
Maraknya praktik prostitusi di dunia maya mendapat perhatian serius dari
aparat kepolisian. Jumlah website yang menyediakan konten pornografi
meningkat hingga 70 persen pada 2009. Pornografi juga masih menjadi konsumsi
tertinggi bagi para pengakses internet. Bahkan, 12 persen situs di dunia
mengandung pornografi Beberapa akun jejaring sosial, termasuk Facebook. Setiap
harinya sebanyak 266 situs porno baru muncul dan diperkirakan ada 372 juta
halaman website pornografi, Sebanyak 25 persen pengguna memanfaatkan search
engine untuk mencari halaman pornografi. menimbulkan kendala bagi

3
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.

4
Kementerian Kominfo melakukan pemantauan dan pemblokiran terhadap situs-
situs porno. 4
Masalah kejahatan adalah salah satu masalah sosial yang selalu menarik
dan menuntut perhatian yang serius dari waktu ke waktu. Terlebih lagi, menurut
asumsi umum serta beberapa hasil pengamatan dan penelitian berbagai pihak,
terdapat kecenderungan peningkatan dari bentuk dan jenis kejahatan tertentu, baik
secara kualitas maupun kuantitasnya. Sebagai contoh adalah aktivitas pelacuran
yang merupakan penyakit masyarakat. Hampir di setiap media massa baik koran,
majalah, dan televisi memberikan gambaran yang nyata tentang kehidupan
masyarakat khususnya tentang pelacuran atau prostitusi dengan segala
permasalahannya. Terlebih saat ini semakin merebaknya pelacuran melalui situs
internet.
Rumusan masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan maka dirumuskan
dirumuskan permasalahan yaitu :
1. Bagaimana Implementasi Berlakunya Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik Dalam Upaya Penanggulangan Prostitusi
Online ?
2. Apa penyebab terjadinya kasus prostitusi online internet dan bagaimana
uapaya penanggulangan dari kasus prostitusi online ?
Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini memiliki beberapa tujuan antara lain :
1. Untuk mengetahui Implementasi Berlakunya Pasal 27 ayat 1 Undang-
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Dalam Upaya Penanggulangan
Prostitusi Online.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kasus prostitusi online dan
bagaimana uapaya penanggulangan dari kasus prostitusi online.

4
(http://www.antaranews.com/berita/1267024044/internet-sehat-kurangipenyalahgunaan jejaring-
sosial). di unduh pada tgl 01 oktober 2017

5
Pembahasan
Prostitusi atau juga bisa disebut pelacuran berasal dari bahasa Latin yaitu pro-
situare yang berarti membiarkan diri berbuat zina, melakukan perbuatan
persundalan, pencabulan, pergendakan. Dalam bahasa Inggris prostitusi disebut
prostitution yang artinya tidak jauh beda dengan bahasa latin yaitu pelacuran,
persundalan atau ketunasusilaan. Orang yang melakukan perbuatan prostitusi
disebut pelacur yang dikenal juga dengan Wanita Tuna Susila( WTS ).5 Pelacuran
dalam kamus Bahasa Indonesia dijelaskan berasal dari kata lacur yang bearti
malang, celaka, sial, gagal, atau buruk laku. Pelacur adalah perempuan yang
melacur, sundal, wanita tuna susila. Pelacuran adalah perihal menjual diri sebagai
pelacur, penyundalan.6 Menurut William Benton dalam Encyclopedia Britanica,
pelacuran dijelaskan sebagai praktek hubungan seksual yang dilakukan sesaat,
yang kurang lebih dilakukan dengan siapa saja (promiskuitas) 3 untuk imbalan
berupa uang. Sedangkan secara terminologis, pelacuran atau prostutisi adalah
penyediaan layanan seksual yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan untuk
mendapatkan uang atau kepuasan.5 Menurut Mulia, T.S.G et.al dalam
ensiklopedia Indonesia dijelaskan bahwa pelacuran itu bisa dilakukan baik oleh
kamu wanita maupun pria. Jadi ada persamaan predikat pelacuran antara laki-laki
dan wanita yang bersama-sama melakukan perbuatan hubungan kelamin diluar
perkawinan. Dalam hal ini cabul tidak hanya berupa hubungan kelamin diluar
nikah saja, akan tetapi termasuk pula peristiwa homoseksual dan permainan-
permainan seksual lainnya.7 Pemanfaatan teknologi informasi, media, dan
komunikasi telah mengubah perilaku masyarakat maupun peradaban manusia
secara global. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah pula
menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan
perubahan sosial, ekonomi dan budaya secara signifikan berlangsung demikian
cepat.

5
Kartini Kartono, Patologi Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 1997), Jil I Edisi 2,h.177
6
W.J.S Poerdarmita: (Diolah kembali oleh pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1984), h.548
7
Mulia, T.S.G, et.al dalam Ensiklopedi Indonesia yang sebagaimana dikutip oleh Kartini
Kartono,Patologi Sosial,h.184

6
sebagaimana yang dikutip oleh Thanh-Dam Truong dalam bukunya Seks,
Uang dan Kekuasaan, memandang pelacuran sebagai pemberian akses seksual
pada basis yang tidak diskriminatif untuk memperoleh imbalan baik berupa
barang atau uang, tergantung pada kompleksitas sistem ekonomi. Pembayaran
diakui bagi perilaku seksual yang spesifik. Jadi pelacur didefinisikan sebagi
professional berdasarkan pertukaran moneter dan kelangkaan pelayanan yang
disediakan. Pelayanan ini diasumsikan tidak tersedia didalam lingkup hubungan
seksual non komersial.8
Masyarakat luas prostitusi atau pelacuran adalah persenggamaan antara pria
dan wanita tanpa terikat piagam pernikahan yang sah. Perbuatan ini dipandang
rendah dari sudut moral dan akhlak, dosa menurut agama, tercela dan jijik
menurut penilaian masyarakat di Indonesia. Akan tetapi pelacuran adalah salah
satu profesi dan lahan bisnis untuk tujuan ekonomi.9 Kembali kepada pembahasan
mengenai prostitusi online yang pengertiannya masih belum jelas, oleh karena itu
perlu ada pemetaan kata. Prostitusi online terbagi menjadi dua kata yaitu prostitusi
yang pengertiannya sudah dibahas diatas dan kata online di Bahasa Indonesia kan
mengandung arti terhubung. Sebenarnya dua kata tersebut sulit diartikan kedalam
satu pengertian. Pembahasan mengenai prostitusi online ini membahasa mengenai
praktek prostitusi atau pelacuran dengan menggunakan media internet atau online
sebagai sarana transaksi bagi mereka PSK dan yang ingin menggunakan jasanya.
Walaupun jika ingin kita perdalam maknanya maka pengertian dari prostitusi
online adalah transaksi pelacuran yang menggunakan media internet sebagai
sarana penghubung antara psk dengan yang ingin menggunakan jasanya. Jadi
internet hanya sebagai sarana penunjang atau penghubung saja. Tidak seperti pada
umumnya transaksi psk yang mengunggu pelanggannya dipinggir-pinggir jalan.
Semua definisi-definisi yang disebutkan memiliki masalahnya sendiri karena
didefinisikan dari masyarakat yang berbeda yang pada dasarnya memiliki standar
sosial dan moral yang berbeda-beda tentang prostitusi atau pelacuran itu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa paling tidak terdapat empat

8
Gagnon J.H Prosatitution, dalam International Encyclopedi of Science, vol.12 (Macmillan and
Free Press, New York, 1968), sebagaimana dikutip oleh Than-Dan Truong, Seks, Uang dan
Kekuasaanh.17
9
Sahal Mahfudz,Nuansa Fiqh Sosial,(Yogyakarta, LKis, 1994) h.95

7
ciri utama dalam definisi pelacuran yang dapat ditegakkan, yakni: bayaran,
perselingkuhan, ketidakacuhan emosional, mata pencarian.
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 merupakan suatu upaya
pemerintah untuk mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang teknologi informasi dan transaksi elektronik. Undang-Undang ini
mengundang kontroversi sejak proses pembuatannya. Argumen pihak yang kontra
adalah bahwa Undang-Undang ini sarat dengan pelanggaran HAM, kaitannya
dengan kebebasan pribadi dan pengembangan diri. Sedangkan argumen yang pro
adalah bahwa undang-undang ini justru merupakan bentuk penghormatan
terhadap HAM, yakni bahwa setiap manusia merupakan makhluk Tuhan yang
mempunyai harkat dan martabat sehingga harus dihargai sebagai manusia yang
bermoral. Beberapa kalangan yang tidak setuju dengan ditetapkannya Rancangan
Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU ITE) menjadi
Undang-Undang selalu menjadikan Hak Asasi Manusia sebagai argumen utama
mereka. Mereka berpendapat bahwa larangan menyebarluaskan informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik yang melanggar kesusilaan, yang memuat
penghinaan, yang memuat SARA, sebagai alat pemerintah untuk mengekang
kebebasan berekspresi seseorang.
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. 10 Ketentuan
konstitusional ini sangat jelas mendukung kebebasan setiap orang untuk
berkomunikasi lewat media apapun, termasuk lewat media elektronik (internet).
Namun tetap pada batasannya sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 Pasal 28 J
Ayat (1) : Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dan Pasal 28 J ayat (2)
UUD 1945 : Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

10
Undang Undang Dasar 1945 Pasal 28 F UUD 1945

8
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokratis. salah satu wujud tanggung jawab Negara untuk
mengatur kegiatan di bidang Teknologi Informasi.11

Pasal 27 ayat (1) UU ITE, berunyi. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa
hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan yang melanggar kesusilaan.12 Hal tersebut juga selaras dengan pasal 23
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa:13

1. Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya.


2. Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan
pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media
cetak maupun elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama,
kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan negara.

dan pasal 73 Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia.
yang menyatakan bahwa:

Hak dan kebebasan yang diatur dalam Undang-undang ini hanya dapat dibatasi
oleh dan berdasarkan undang-undang, semata-mata untuk menjamin pengakuan
dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang lain,
kesusilaan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa
Sehingga tidak salah jika dalam UU ITE terdapat adanya ketentuan
tentang Konten (content regulation) yang bersifat melawan hukum, yang pada
hakekatnya adalah pembatasan terhadap kebebasan berekspresi, berinformasi dan
berkomunikasi dalam rangka melindungi HAM orang lain termasuk didalamnya
pelanggaran kesusilaan yang diatur dalam pasal 27 ayat 1 Undang-Undang ITE.
Faktor yang menyebabkan prostitusi online internet semakin marak terjadi dan
terus berkembang dari waktu ke waktu, adalah :
1. Lemahnya tingkat keimanan seseorang terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pada dasarnya, keimanan adalah landasan sseorang dalam menjalani

11
Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
12
Undang-undang RI No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 27
13
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak
Asasi Manusia

9
kehidupan ini. Tiap-tiap agama mempunyai aturan sendiri-sendiri mengenai
perintah dan larangan Tuhan Y.M.E. Tidak ada satu pun agama yang
memperbolehkan pelacuran terjadi. Dalam hidupnya, seseorang harus selalu
berada pada jalur yang benar yakni jalur yang sudah diatur dalam kitab suci
agama. Dengan dilandasi keimanan yang baik, diharapkan orang tersebut
akan kuat menjalani arus tajam dalam kehidupan ini.
2. Faktor Ekonomi14, kemiskinan telah memaksa banyak keluarga untuk
merencanakan strategi penopang kehidupan mereka termasuk menjual moral
untuk bekerja dan bekerja karena jeratan hutang, yaitu pekerjaan yang
dilakukan seseorang guna membayar hutang atau pinjaman; Pada dasarnya,
penyebab utama terjadinya pelacuran ialah keterpurukan kondisi ekonomi
Indonesia. Hal tersebut akan berdampak langsung pada penutupan banyak
pabrik dan rasionalisasi besar-besaran terhadap jumlah tenaga kerja.
Akibatnya, banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Selain itu, akibat
kurang kondusifnya iklim investasi terutama karena faktor keamanan, sedikit
sekali lapangan kerja yang tersedia. Peluang kerja yang ada tidak sebanding
dengan jumlah orang yang mencari pekerjaan. Keadaan ini membuat orang
berupaya keras mencari pekerjaan hingga kenegara lain. Disisi lain, dilihat
dalam konteks keluarga, wanita dipandang sebagai pekerja alternatif yang
dapat menjamin kelangsungan hidup satu keluarga. Fenomena pelacuran ini
merupakan sektor perdagangan yang kini berkembang pesat. Dimana ini juga
ada yang dikendalikan oleh jaringan global yang tersusun serta bersindikat,
dengan menggunakan kelengkapan teknologi yang canggih serta dilindungi
oleh pihak-pihak yang tidak bertangunggung jawab.
3. Keinginan cepat kaya (materialistic), keinginan untuk memiliki materi dan
standar hidup yang lebih tinggi-memicu terjadinya pelacuran. Aktivitas
haram ini sudah menjamah lingkungan pendidikan. Pelajar SMP, SMA,
Mahasiswa banyak pula yang terjun dalam dunia ini. Motifnya, selain faktor
kemiskinan juga adanya keinginan untuk dapat segera memenuhi kebutuhan
gaya hidup yang mewah. jika sang germo mempunyai anak buah sebanyak

14
Endang Sedyaningsih, Perempuan Keramat Tunggak, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999
hal.70

10
delapan orang dengan tarif rata-rata Rp300 ribu, dengan jam kerja sebanyak
12 jam, maka satu orang yang sanggup menerima tamu setidaknya 6 orang
dia bisa mendapatkan penghasilan Rp1,8 juta per hari. Jika dikalikan delapan
anak buah MW maka si germo bisa menghasilkan pendapatan kotor
sebanyak Rp14.400.000 per hari. Maka jika dikalikan sebulan, maka mereka
akan mendapatkan pemasukan kotor sekira Rp432 juta. Memang
menggiurkan apa yang didapatkan di bisnis sex tersebut.
4. Faktor budaya, faktor-faktor budaya berikut memberikan kontribusi terhadap
terjadinya pelacuran wanita, seperti: budaya cyberporn di internet dengan
memasang foto-foto porno tanpa ada rasa malu dari pihak yang bersangkutan
dan secara terang-terangan menawarkan dirinya dengan tarif dan harga yang
dicantumkan dalam akun tersebut dengan akses yang mudah karena
banyaknya pengguna internet yang akan dapat melihat produk yang
ditawarkannya. situs prostitusi online menjadi budaya bisnis yang
memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan tempat prostitusi pada
umumnya. seperti Gang Dolly di Surabaya, teknologi sangat tidak
dibutuhkan sebagai media promosi dalam hal prostitusi. Contohnya saja
Gang Dolly. Sebagai tempat Prostitusi terbesar di Asia Tenggara
seharusnya lebih menguntungkan dibanding prostitusi di Internet yang
jaringannya tidak besar. Namun bila dibandingkan tarif, Prostitusi Online
yang menang. Bila pada internet tarif berkisar antara 500 ribu hingga 50 juta,
di Gang Dolly paling murah hanyalah 100 ribu.
5. Lemahnya penegakan hukum, pejabat penegak hukum dalam mengawasi
beredarnya cyberporn. Bahkan kegiatan prostitusi dan pornografi online
internet dianggap bahaya laten yang selalu ada dan berkembang walaupun
terus diberantas. Sebenarnya, kenyataan di masyarakat memang demikian.
Akan tetapi hal ini kembali lagi pada ketegasan aparat penegak hukum dalam
memberikan shock therapy pada pemuat situs porno.

Usaha dalam menanggulangi praktek prostitusi dengan semacam (razia) masih


menghadapi berbagai masalah yang cukup berat, baik yang terletak pada faktor-
faktor sosial, ekonomi dan budaya maupun faktor sikap masyarakat yang masih

11
mendukung keberadaan pelacuran.15Upaya Penanggulangan Prostitusi Online
Internet, Anak-anak dan remaja merupakan target yang paling mudah
dimanfaatkan oleh perusahaan yang melakukan bisnis secara online untuk
mengorek informasi pribadinya, karena sebagian besar anak-anak menggunakan
internet untuk mencari informasinya. Secara tidak sadar informasi pribadi mereka
telah berhasil diperoleh oleh pihak industri baik secara aktif maupun pasif oleh
perusahaan-perusahaan tersebut. Selain aktivitas anak-anak dalam internet
seringkali dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab seperti
kejahatan phedofili baik melalui aktivitas chatting sehingga kejahatan kaum
pedofili dimulai dari hubungan secara online. Sehingga perlu upaya guna
meminimalisasi perkembangan cyberporn melalui internet.
Upaya penanggulangan yang ditinjau dari substansi hukum meliputi
pembenahan regulasi / peraturan. Melihat perkembangan anak-anak dan remaja
yang sering mengakses internet dan juga menggunakan sarana facebook sehingga
konsep ideal pengaturan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik
guna menanggulangi anak dan remaja terjun dalam dunia prostitusi melalui sarana
chating juga yang sering diminati para pelaku kejahatan. perlu ditambahkan pasal
yang mengatur tentang masalah perlindungan anak di internet upaya guna
penangulangi anak anak dan pelajar SMP, SMA yang marak terjun dalam dunia
prostitusi melalui internet, perlu ditanggulangi juga dengan peran orang tua
dengan mengawasi anak-anaknya dalam melakukan aktivitas secara online,
melindungi keamanan anak-anak selama melakukan aktivitas secara online
terutama bila mereka memanfaatkan fasilitas chating, home pages, facebook dan
sebagainya, menjaga keamanan informasi pribadi anak-anak, serta bagi
pemerintah harus mampu membatasi perusahaan perusahaan online dalam
mengakses informasi pribadi anak-anak. Informasi yang harus dilindungi antara
lain berkaitan dengan nama, alamat rumah, alamat email dan nomor telepon. Perlu
juga ditambahkannya pasal terkait dengan pengaturan informasi pribadi bagi
perlindungan informasi pribadi anak antara lain mengatur:16

15
skripsi Johan Andreas S,Penangg ulangan Prostitusi Online. Hal.35
16
(http://www.antaranews.com/berita/1267024044/internet-sehat-kurangipenyalahgunaan jejaring-
sosial). di unduh pada tgl 01 oktober 2017

12
1. Setiap situs harus mencantumkan suatu pernyataan tentang maksud
pencarian informasi pribadi.
2. Setiap situs dilarang member iming-iming hadiah untuk suatu permainan
dengan cara meminta informasi pribadi terlebih dahulu.
3. Mewajibkan setiap situs untuk memelihara keamanan informasi pribadi
tersebut dari tindakan pencurian data.
4. Mewajibkan setiap situs untuk mengontrol setiap data pribadi yang masuk
terkait dengan pencantuman foto-foto yang mengandung unsure
pornografi.
5. Mewajibkan komputer di setiap rumah ditempatkan di tempat terbuka.
Walaupun dalam Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 telah diatur
berkaitan dengan informasi pribadi dalam e commerce namun pengaturannya
masih umum sebagaimana tercantum dalam pasal 25 yaitu: Penggunaan setiap
informasi melalui media elektronik yang menyangkut data tentang hak pribadi
seseorang harus dilakukan atas persetujuan dari yang bersangkutan kecuali
ditentukan lain oleh Peraturan Perundang-Undangan17 Upaya guna
menanggulangi prostitusi melalui online internet perlunya pengawasan dan
kontrol terhadap setiap data-data dan informasi pribadi yang masuk dalam situs-
situs internet.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan Nawala
project. Dengan domain network system (DNS) Nawala, perangkat lunak
penyaring (filtering) yang terpasang di komputer, warnet bisa memblokir situs
terlarang. Walaupun dalam tiga bulan penggunaan DNS Nawala yang digunakan
warnet AWARI menyebabkan turunnya omset hingga 50 persen, tetapi setelah
tiga bulan kemudian mengalami kenaikan omset sebesar 70 persen karena warnet
tersebut digolongkan menggunakan Internet yang sehat18. Pemerintah dapat
membuat peraturan yang mewajibkan pemilik internet menggunakan alat filtering
untuk memblokir situs terlarang.
Upaya penanggulangan dari sruktur hukumnya adalah dengan kerjasama
Depkominfo dengan polisi bagian cyber crime baik dari Bareskrim dan Direktorat

17
Undang-undang RI No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
18
Darmawan, Moh. Kemal. Strategi Pencegahan Kejahatan: Citra Bakti, Bandung, 1994.

13
Reskrim Polda. Polisi Cyber untuk mengontrol penyimpangan aktivitas di dunia
maya, misalnya dengan Patroli Cyber yang dilakukan secara rutin di internet.
Bekerjasama dengan lembaga pendidikan dan LSM untuk mensosialisasikan
peraturan yang mengatur tata tertib penggunaan internet, implementasi Undang -
Undang ITE dengan sanksi yang tegas. Pemerintah melalui Komisi Informasi juga
perlu menjadi penengah dan jembatan bagi penyedia layanan internet dan
pengguna.
Upaya penanggulangan ditinjau dari budaya hukumnya dengan cara
pencegahan tindak Kejahatan prostitusi melalui pendekatan social antara lain:19
1) Sekolah
Kurikulum penggunaan internet yang efektif pun semestinya dapat dijadikan
standar pengajaran. Pendidikan Internet di sekolah yang meliputi penggunaan
internet yang efektif, terutama dalam bidang-bidang pengembangan ilmu
pengetahuan. Sebaiknya dibuat kurikulum mata pelajaran yang menekankan pada:
a) Pendidikan moral kognitif yang konkret: Remaja membutuhkan pendidikan
moral kognitif yang secara tidak langsung menekankan agar remaja
mengambil nilai-nilai selama penalaran moral mereka terbentuk. Tujuan
dari program pembelajaran ini adalah agar anak-anak memiliki
kewaspadaan dini terhadap internet.
b) Penggunaan internet positif: Isi kurikulum tersebut menekankan potensi
positif internet yang tidak sekedar chattingdan bertukar salam dengan
pengguna lain. Akan lebih baik jika anak mengetahui proses pembuatan
blog, website maupun online shop sehingga anak-anak dapat dimotivasi
untuk mengembangkan diri baik dalam hal menulis maupun berwiraswasta.
2) Keluarga
Pengawasan yang berlebihan tampaknya bukan jawaban yang tepat karena
itu malah membuat anak menjadi semakin memberontak. Sesuai dengan kondisi
umum mental remaja yang tidak suka dikekang, maka ia akan bertindak
berlawanan dengan kehendak orang tuanya. Hal itu dilakukan agar ia dapat
merasa menjadi dirinya tanpa dipengaruhi orang lain. Orang tua adalah significant
other yang paling dekat dengan anak. Sayangnya dalam pergelutan kehidupan

19
Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No. 1 Januari 2010

14
modern, perlahan-lahan posisi itu tergantikan oleh pembantu, baby sitter ataupun
teman. Namun, tidak ada yang lebih berhak mengarahkan perilaku anak selain
orang tuanya sendiri. Orang tua bertanggung jawab untuk membenarkan tindakan
yang salah.
Oleh karena itu orang tua selayaknya bertindak sebagai:
1. Pemberi contoh. Orang tua bertanggung jawab untuk memberitahu anak
mengenai perilaku yang diharapkan dari dirinya.
2. Regulator yang membatasi perilaku anak-anak sesuai dengan norma
agama dan sosial.
Kesimpulan
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 merupakan suatu upaya
pemerintah untuk mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang teknologi informasi dan transaksi elektronik. Semakin berkembangnya
tekhnologi menyebabkan semakin merebaknya bisnis prostitusi karena dapat
memanfaatkan sarana internet dalam bertransaksi dan penawaran prostitusi.
undang-undang belum berlaku efektif dalam menjerat dan menanggulangi bisnis
prostitusi melalui online internet karena akses melalui situs facebook melalui
chating-nya tidak dapat dikontrol dan kurangnya perhatian juga dari pemilik situs
sendiri guna mengontrol para pengguna situsnya.
pengaturan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik guna
menanggulangi anak dan remaja terjun dalam dunia prostitusi melalui sarana
chating juga yang sering diminati para pelaku kejahatan perlu ditambahkan pasal-
pasal yang baru untuk mengatur tentang masalah perlindungan anak di internet,
Pemerintah dapat membuat peraturan yang mewajibkan pemilik internet
menggunakan alat filtering untuk memblokir situs terlarang dan patroli cyber.
pencegahan tindak cyberporn melalui pendekatan sosial antara lain dengan
memasukkan kurikulum pendidikan internet dan kontrol dari orang tua terhadap
anaknya dalam penggunaan internet.
Saran
Bagi agar lebih tegas dalam pengawasan terhadap masyarakatnya dan
perlu adanya sangsi yang tegas terhadap pelaku prostitu online ini baik itu pelaku

15
penyedia, psk, termasuk juga penyewa atau konsumen, sehingga dengan demikian
kasus prostitusi dapat diminimalisir.
Bagi masyarakat perlu adanya peningkatan kesadaran diri dan perlu
peninggkatan iman serta ketahuilah bagaimana dampak dari prostitusi tersebut,
karena hal tersebut dapat membahayakan diri sendi.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku
Darmawan, Moh. Kemal. Strategi Pencegahan Kejahatan: Citra Bakti,
Bandung, 1994.
Kartini Kartono, Patologi Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
1997), Jil I Edisi 2,h.177
W.J.S Poerdarmita: (Diolah kembali oleh pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), Kamus Umum
Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), h.548
, T.S.G, et.al dalam Ensiklopedi Indonesia yang sebagaimana dikutip oleh
Kartini Kartono,Patologi Sosial,h.184
Gagnon J.H Prosatitution, dalam International Encyclopedi of Science,
vol.12 (Macmillan and Free Press, New York, 1968), sebagaimana dikutip oleh
Than-Dan Truong, Seks, Uang dan Kekuasaanh.17
Sahal Mahfudz,Nuansa Fiqh Sosial,(Yogyakarta, LKis, 1994) h.95
Terence H, Hull, Endang Sulistianingsih, Gavin W.J, Pelacuran di
Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), h. 3
Endang Sedyaningsih, Perempuan Keramat Tunggak, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1999 hal.70
Sumber journal dan sikripsi
Skripsi Johan Andreas S,Penangg ulangan Prostitusi Online. Hal.35
Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No. 1 Januari 2010
Sumber UU
Undang-undang RI No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, Pasal 27
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 Tentang Hak Asasi Manusia

16

Anda mungkin juga menyukai