Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

LINGKUNGAN PENGENDAPAN HIDROTERMAL

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Genesa Bahan Galian


Program Studi Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2016/2017

Al Imam Achmad Fadilah


(10070111064)

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2017 M / 1438 H
LINGKUNGAN PENGENDAPAN HIDROTERMAL

1. Prinsip Proses Hidrotermal


Diferensiasi magmatik menghasilkan produk awal dan akhir fluida
magmatik, dapat berupa konsentrasi logam yang utama dalam magma. Larutan
hidrotermal membawa keluar logam-logam dari pembekuan intrusi ke tempat
logam tersebut diendapkan yang ditentukan oleh banyak faktor di dalam
pembentukan endapan mineral epigenetik. Larutan-larutan akan secara gradual
kehilangan panas dengan bertambahnya jarak dari intrusi, oleh karenanya akan
menghasilkan tipe endapan hidrotermal yang mempunyai karakteristik temperatur
tinggi yang dekat dengan intrusi kemudian endapan hidrotermal temperatur
menengah pada beberapa jarak dari intrusi serta endapan hidrotermal temperatur
rendah pada daerah yang jauh dari intrusi.

Gambar 1
Sistem Hidrotermal

Lindgren (1950), membedakan atas tiga jenis endapan hidrotermal yakni:


hipotermal, mesotermal dan epitermal, termasuk di dalamnya temperatur dan
tekanan serta faktor lingkungan geologi yang sangat berpengaruh terhadap
pembentukannya. Larutan hidrotermal dapat menghasilkan endapan mineral
dalam berbagai bentuk oleh suatu bukaan (opening) dalam batuan, yang dapat
berupa cavity filling deposits atau oleh metasomatic replacement dalam batuan
yang menghasilkan replacement deposits. Pengisian suatu opening oleh
presipitasi kadang-kadang diikuti oleh replacement dari wall opening, sehingga
dapat secara gradasi menghasilkan dua tipe endapan mineral. Secara umum
replacement dominan terjadi di bawah kondisi tekanan dan temperatur tinggi dekat
intrusi dan menghasilkan endapan hipotermal, sedangkan cavity filling dominan di
bawah kondisi temperatur dan tekanan rendah yang menghasilkan endapan
epitermal.
Sifat geologi dari proses hidrotermal menghasilkan endapan mineral yang
mensuplai sebagian besar kebutuhan logam. Di antaranya adalah logam mulia
emas dan perak, tembaga, timbal, seng, mercuri, antimoni dan molibdenum, serta
sebagian besar logam minor dan beberapa mineral-mineral non logam. Ada
beberapa situasi geologi yang dinamis di mana air "dingin" menjadi panas. Air di
atas sekitar 500C dianggap sebagai cairan hidrotermal. Dalam beberapa situasi,
pemanasan dilakukan pada suhu di atas titik kritis H2O (3740C untuk H2O murni).
Karakteristik air yang berubah sama saat itu, jadi suhu tinggi H2O lebih tepat
disebut sebagai fase air. Air terjebak dalam ruang pori akumulasi sedimen dan
dalam mineral hidrat dan bantalan-hidroksil dari akumulasi sedimen dipanaskan
selama penimbunan di cekungan sedimen
Pembentukan endapan hidrotermal terutama dipengaruhi oleh:
a. Ketersediaan larutan yang mengandung unsur-unsur mineral yang
memungkinkan terurai dan tertransportasi;
b. Adanya suatu bukaan (opening) dalam batuan yang memungkinkan dilalui
oleh larutan yang dapat berupa channeled;
c. Adanya lingkungan pengendapan atau tempat untuk diendapkannya
kandungan mineral;
d. Adanya reaksi kimia yang dihasilkan dalam pengendapan; dan
e. Faktor konsentrasi pengendapan yang cukup dari mineral matter sebagai
endapan konstituen yang workable.

2. Sifat dan Pergerakan Larutan Hidrotermal


Larutan hidrotermal di alam banyak ditafsirkan dan disimpulkan oleh
analogi dengan beberapa tipe mata air panas yang menyertainya. Kenyataannya
mungkin hanya dalam bentuk endapan mineral atau batuan samping (wall rock
alteration). Hidrotermal secara tidak langsung merupakan air panas yang
diperkirakan mempunyai kisaran temperatur dari 500C hingga 50C, di mana
temperatur yang tinggi juga berada di bawah tekanan tinggi. Substansi-substansi
kimia diperkirakan terbawa oleh larutan kimia yang kemungkinan berupa larutan
koloidal.
Pergerakan larutan hidrotermal dari sumber ke suatu tempat
pengendapannya, tergantung pada besarnya bukaan yang ada dalam batuan.
Deposisi tubuh utama dari mineral-mineral asing meliputi kebutuhan suplai terus-
menerus material baru dan rata-rata melalui suatu channel way yang ada. Bukaan
bisa saja saling berhubungan yang selanjutnya berupa endapan cavity filling yang
secara nyata tidak dapat terbentuk tanpa adanya cavity yang terisi. Demikian pula
dengan replacement tidak dapat terbentuk tanpa adanya larutan yang dapat
menjangkau batuan yang mengalami replacement. Konsekuensinya, maka
bukaan dalam batuan merupakan hal yang mendasar dalam pembentukan
endapan epigenetik. Demikian juga hal yang terutama dalam keberadaan tubuh
air tanah, minyak atau gas. Berbagai tipe bukaan dalam batuan dapat merupakan
tempat terdapatnya bijih atau keluarnya larutan yang mengalami pergerakan.
Salah satu petunjuk datang dari mata air panas dan cairan fumarole. Di
sejumlah tempat fluida ini hadir mengendapkan sejumlah kecil mineral bijih logam.
Dan kesimpulannya sangat rasional bahwa mineral bijih tersebut sama dengan
lepisn endapan yang ada dibawah permukaan bumi. Pada mata air panas mineral
bijih diendapkan dari suati larutan, pada fumarrole ia mengkristal bersamaan
denga keluarnya gas. Bukti bukti kuat menunjukan bahwa mineral bijih
diendapkan dari cairan atau larutan superkritikal lebih banyal dari[ada gas.
Khususnya untuk meyakinkan observasi bahwa di banyak tempat endapan,
mineral telah tergantikan oleh mineral karbonat atau mineral silica. Mengartikan
bahwa karbinat dan silica telah tergerakan oleh larutan pembentuk bijih, dan
pembawaan mineral oleh gas telihat sukar. Pada endapan dimana asosiasi
mineral mengindikasikan temperature yang rendah dari suatu formasi. Transport
logam dan pemilihan kelompok mineral dalam gas sangat tidak mungkin sekali.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengendapan


Pengendapan larutan hidrotermal, didominasi oleh perubahan kimia di
dalam larutan, reaksi antara larutan dan wall rocks atau vein matter dan perubahan
dalam temperatur dan tekanan.
a. Reaksi dan Perubahan Kimia.
Larutan dengan kandungan mineral-mineral yang terbawa akan
mengalami perubahan komposisi oleh reaksi dengan wall rocks yang
dilewati secara langsung. Batuan-batuan silikat menjadi alkalin atau sangat
alkalin. Dalam replacement, dapat terjadi substitusi mineral-mineral baru
atau lebih, pada bagian tempat terjadinya reaksi kimia antara larutan dan
padatan.
b. Temperatur dan Tekanan.
Faktor yang terpenting dari promosi deposisi dari larutan hidrotermal
adalah perubahan dalam temperatur dan tekanan. Larutan hidrotermal
dimulai dari suplai panas oleh magma dan secara perlahan akan menurun
setelah melewati batuan. Temperatur tergantung pada panas yang hilang
pada saat melewati wall rocks yang sangat dipengaruhi juga oleh jumlah
larutan yang mengalami pergerakan dan reaksi eksotermis, sehingga
bukaan (opening) pada batuan juga mengakibatkan kehilangan panas.

4. Lingkungan Aktivitas Hidrotermal


Dapat dikelompokkan berdasarkan proses pembentukan kumpulan
mineralnya antara lain: fumarol, mata air panas, ekshalasi bawah air, bawah
permukaan dangkal, volkanik endomagmatik, dan subvolkanik.
a. Lingkungan fumarol: mineral terbentuk oleh proses: (a) sublimasi dari
pendingan gas volkanik, (b) sublimasi dari pendinginan gas volkanik yang
bercampur dengan udara, dan (c) pada permukaan batuan volkanik.
b. Lingkungan mataair panas banyak dijumpai didekat gunungapi aktif atau
geotermal. Contoh mineralnya: sinabar, emas, silika, belerang (solfatara),
dll.
c. Lingkungan ekshalatif bawah air, terjadi dibawah laut (submarine
exhalative), misalnya white smokers menghasilkan mineral kalsium sulfat
dan silika koloid; sedangkan black smokers mengandung mineral sulfida
yang kalau ekonomis menjadi endapan VMS.
d. Lingkungan bawah permukaan dangkal, dikenal dalam geologi ekonomi
sebagai lingkungan epitermal. Lingkungan ini menghasilkan endapan-
endapan yang ekonomis, seperti emas, perak, seng, dan timbal.
e. Lingkungan volkanik endomagmatik adalah lingkungan hidrotermal
vesicles, vesicular cavities, amygdules. Lingkungan ini banyak menghasil
mineral zeolit, tembaga murni, ametis.

5. Lingkungan Pengendapan Endapan Hydrothermal


Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrothermal
yang mempunyai temperatur tinggi (2250C), hanya beberapa diantaranya yang
mempunyai temperatur sedang (150-2250C). Pada dasarnya sistem panas bumi
jenis hidrothermal terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber
panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi.
Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan
perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air
dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya
terjadi karena gaya apung (bouyancy).
Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk
bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber
panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih
tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas
bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga
terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.
Adanya suatu sistim hidrothermal di bawah permukaan sering kali
ditunjukkan oleh adanya manifestasi panasbumi di permukaan (geothermal
surface manifestation), seperti mata air panas, kubangan lumpur panas (mud
pools), geyser dan manifestasi panasbumi lainnya, dimana beberapa diantaranya,
yaitu mata air panas, kolam air panas sering dimanfaatkan oleh masyarakat
setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll. Manifestasi panasbumi di
permukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan panas dari bawah
permukaan atau karena adanya rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida
panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke permukaan.
Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida
utamanya, sistim hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistim satu fasa atau
sistim dua fasa. Sistim dua fasa dapat merupakan sistem dominasi air atau sistem
dominasi uap. Sistim dominasi uap merupakan sistim yang sangat jarang dijumpai
dimana reservoir panas buminya mempunyai kandungan fasa uap yang lebih
dominan dibandingkan dengan fasa airnya. Rekahan umumnya terisi oleh uap dan
poripori batuan masih menyimpan air. Reservoir air panasnya umumnya terletak
jauh di kedalaman di bawah reservoir dominasi uapnya. Sistim dominasi air
merupakan sistim panas bumi yang umum terdapat di dunia dimana reservoirnya
mempunyai kandungan air yang sangat dominan walaupun boiling sering terjadi
pada bagian atas reservoir membentuk lapisan penudung uap yang mempunyai
temperatur dan tekanan tinggi.
Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak, temperatur reservoir
panasbumi relatif sangat tinggi, bisa mencapai 35000C. Berdasarkan pada
besarnya temperatur, Hochstein (1990) membedakan sistim panasbumi menjadi
tiga, yaitu:
a. Sistem panasbumi bertemperatur rendah, yaitu suatu sistem yang
reservoirnya mengandung fluida dengan temperatur lebih kecil dari 1250C.
b. Sistem/reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistem yang
reservoirnya mengandung fluida bertemperatur antara 1250C dan 2250C.
c. Sistem/reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistem yang
reservoirnya mengandung fluida bertemperatur diatas 2250C.
Sistim panas bumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan entalpi
fluida yaitu sistim entalpi rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang digunakan
sebagai dasar klasifikasi pada kenyataannya tidak berdasarkan pada harga
entalphi, akan tetapi berdasarkan pada temperatur mengingat entalphi adalah
fungsi dari temperatur.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Muhammad, dkk. 2011. Minerals of Hydrothermal and Fumarolic
Systems. Yogyakarta; Program Studi Geofisika FMIPA UGM.
Warmada, I Wayan, 2014. Kristalografi dan Mineral. Yogyakarta, Lab Bahan
Galian, Jurusan Teknik Geologi FT-UGM

Anda mungkin juga menyukai