Anggaran Berdasarkan Fungsi Dan Aktivita PDF
Anggaran Berdasarkan Fungsi Dan Aktivita PDF
STANDAR UNIT
Makalah
Ridho :
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Surya Kencana no. 1 Pamulang
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami kelompok 3 sebagai penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Guna memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Akuntansi Manajemen, pada Jurusan Program Studi Akuntansi Universitas
Pamulang. Adapun judul makalah adalah Anggaran Berdasarkan fungsi dan Aktivitas
Standar Unit.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, karena itu pada kesempatan ini perkenankan penulis dengan segala rasa hormat
menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Drs. H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya.
2. Bapak Dr. H. Dayat Hidayat, M.M., selaku Rektor Universitas Pamulang.
3. Bapak Drs. H. Buchori Hasmi Nuriman, MM, selaku Wakil Rektor I Universitas
Pamulang.
4. Bapak H. Endang Ruchiyat, S.E, M.M, selaku Kaprodi Akuntansi
5. Bapak Muhammad Sopiyana S.Pd.I., M.pd. selaku Dosen Pembimbing dari Mata
Kuliah Akuntansi Manajemen.
6. Rekan-rekan mahasiswa kelas 05 SAKMA / 335 Reguler B Universitas Pamulang,
terima kasih atas segala dukungan, dan bantuan yang diberikan kepada penulis.
Makalah ini disusun dengan segala kemampuan yang ada pada penulis. Namun
penulis menyadari bahwa pengetahuan yang penulis miliki belum luas. Sehingga makalah
ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
JUDUL .. i
KATA PENGANTAR .. ii
DAFTAR ISI . iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Makalah . 2
1.4 Manfaat Makalah .. 2
BAB II PEMBAHASAN . 3
2.1 Anggaran, perencanaan, dan pengendalian.. 3
2.1.1 Mempersiapkan Anggaran Induk ................... 5
2.1.2 Mempersiapkan Anggaran Operasional ...... 6
2.1.3 Mempersiapkan Anggaran Keuangan ........... 6
2.1.4 Neraca Yang dianggarkan .............................. 6
2.1.5 Menggunakan Anggaran Untuk Evaluasi Kerja 7
2.1.6 Dimensi Perilaku Anggaran ........................... 7
2.1.7 Anggaran Berdasarkan Aktivitas ................... 8
2.2 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas ................... 10
2.2.1 Biaya Per Unit .............................................. 10
2.2.2 Perhitungan Harga Pokok Produk Berdasarkan
Fungsi ............................................................ 11
2.2.3 Keterbatasan Sistem Akuntansi Biaya
Berdasarkan Fungsi ................................ 17
2.2.4 Perhitungan biaya Produk Berdasarkan
Aktivitas:Penjeladan Terperinci ................. 18
BAB III KESIMPULAN ................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA 24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3.1 Arti Anggaran
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
M.Nafarin. 2012. Penganggaran Rencana Kerja perusahaan . Edisi Kesatu. Jakarta : Salemba Empat. Hal 1
2
Ibid. Hal20
3
telah disusun sebelumnya dapat dicapai.Dengan demikian
pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja dan tindakan
perbaikan apabila perlu.Aspek pengawasan yaitu dengan
membandingkan antara prestasi dengan yang dianggarkan.
Tujuan pengawasan itu bukanlah mencari kesalahan akan tetapi
mencegah dan memperbaiki kesalahan.
c. Fungsi Koordinasi Fungsi koordinasi menuntut adanya
keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu atau bagian
dalam perusahaan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa untuk menciptakan adanya koordinasi
diperlukan perencanaan yang baik, yang dapat menunjukkan
keselarasan rencana antara satu bagian dengan bagian yang
lain. Anggaran yang berfungsi sebagai perencanaan harus
dapat menyesuaikan rencana yang dibuat untuk berbagai
bagian dalam perusahaan, sehingga rencana kegiatan yang
satu akan selaras dengan yang lainnya.
d. Anggaran sebagai pedoman kerja Anggaran merupakan suatu
rencana kerja yang disusun sistematis dan dinyatakan dalam
unit moneter. Penyusunan anggaran berdasarkan pengalaman
masa lalu dan taksiran-taksiran pada masa yang akan datang,
maka ini dapat menjadi pedoman kerja bagi setiap bagian dalam
perusahaan untuk menjalankan kegiatanya. 3
Tujuan yang paling utama dari anggaran adalah untuk pengawasan
luar, yaitu untuk membatasi sumbersumber daya keseluruhan yang tersedia
untuk suatu instansi dan untuk mencegah pengeluaran-pengeluaran bagi hal-
hal atau aktivitas-aktivitas yang tidak dibenarkan oleh undang-undang.
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam suatu anggaran, yaitu:
a. Rencana, yaitu suatu penentuan terlebih dahulu tentang
kegiatan yang akan dilakukan diwaktu yang akan datang.
b. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yaitu mencakup
kegiatan yang dilakukan manajemen dalam menjalankan
fungsi perencanaan dan pengendalian.
3
Deddi Ismatullah. 2010. Akuntansi Pemerintahan. Penerbit C.V. Pustaka Setia Bandung. Hal 14
4
c. Dinyatakan dalam unit moneter atau satuan ukur lainnya, yaitu
suatu unit yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan
perusahaan dimasa yang akan datang.
d. Jangka waktu tertentu yang akan datang, yaitu menunjukan
bahwa berlakunya suatu anggaran adalah untuk masa yang
akan datang.
5
b. Anggaran keuangan (financial budget), merinci aliran masuk
dan keluar kas serta posisi keuangan secara umum. Oleh
karena banyak aktivitas keuangan yang tidak dapat diketahui
hingga anggaran operasional diketahui, anggaran operasional
dipersiapkan lebih dahulu.
6
2.1.5 Menggunakan Anggaran untuk Evaluasi Kinerja
Anggaran adalah alat untuk pengendalian yang berguna. Akan
tetapi, dua pertimbangan utama harus diperhatikan agar dapat
digunakan dalam evaluasi kerja. Pertama menetapkan bagaimana
jumlah yang dianggarkan seharusnya dibandingkan dengan hasil
aktual. Pertimbangan kedua melibatkan dampak anggaran atas
perilaku manusia.
a. Anggaran Statis (static budget )
Adalah anggaran untuk tingkat aktivitas tertentu. Anggaran ini
tidak terlalu berguna untuk menyiapkan laporan kinerja.
b. Anggaran Fleksibel (flexible budget ),
Adalah anggaran yang memungkinkan suatu perusahaan untuk
menghitung perkiraaan biaya dalam suatu tingkat aktivitas. Kunci
untuk membentuk anggaran fleksibel adalah pengetahuan atas
biaya tetap dan variabel. Anggaran fleksibel adalah kunci untuk
memberikan umpan balik secara lebih sering yang dibutuhkan
para manajer untuk menerapkan pengendalian dan secara efektif
menjalankan rencana perusahaan. Anggaran fleksibel adalah alat
pengendalian yang sangat bagus karena anggaran ini
memungkinkan pihak manajemen untuk menghitung berapa biaya
yang seharusnya untuk tingkat output sesungguhnya tersebut.
2.1.6 Dimensi Perilaku Anggaran
Anggaran sering digunakan untuk menilai kinerja para
manaer. Perilaku positif muncul ketika tujuan tiap manajer sejalan
dengan tujuan organisasi, dan manajer memiliki penggerak untuk
mencapainya.
a. Umpan Balik Berkala atas Kinerja
Para Manajer perlu mengetahui bagaimana kinerja mereka sejalan
dengan berlalunya tahun. Dengan menyediakan laporan kinerja
secara berkala, manajer dapat mengambil tindakan korektif, dan
untuk mengubah rencana sebagaimana diperlukan.
b. Insentif Uang dan Bukan Uang
Insentif adalah cara yang digunakan organisasi untuk
mempengaruhi manajer agar melakukan lebih banyak usaha
dalam mencapai tujuan organisasi. Insentif uang digunakan untuk
7
mengendalikan kecenderungan seorang manajer untuk melalaikan
dan membuang-buang sumber daya, dengan menghubungkan
kinerja anggaran pada kenaikan gaji, bonus, dan promosi. Insentif
bukan uang, termasuk memperkaya pekerjaan (job enrichment),
meningkatkan tanggung jawab dan otonomi, program
penghargaan non-uang dan lainnya, dapat digunakan untuk
meningkatkan sistem pengendalian anggaran.
c. Anggaran Partisipatif (participative budgeting)
Memungkinkan para manajer tingkat bawah untuk turut sertad
alam pembuatan anggaran. Anggaran ini mengkomunikasikan
rasa bertanggung jawab pada para manajer tingkat bawah dan
mendorong kreativitas. Peningkatan tanggung jawab dan
tantangan yang inheren dalam proses tersebut memberikan
insentif non-uang yang mengarah pada tingkat kinerja yang lebih
tinggi.
d. Standar yang Realistis.
Tujuan yang ada dalam anggaran digunakan untuk mengukur
kinerja yang harus berdasarkan kondisi dan harapan relistis.
e. Keterkendalian Biaya
Idealnya, para manager hanya dianggap bertanggung jawab atas
biaya-biaya yang dapat mereka kendalikan. Biaya yang dapat
dikendalikan adalah biaya yang tingkaknya dapat dipengaruhi oleh
manajer.
f. Berbagai Ukuran Kinerja
Perusahaan kerap membuat kesalahan penggunaan anggaran
sebagai satu-satunya ukuran mereka akan kinerja manajerial.
8
a. Anggaran Aktivitas Statis
Membangun anggaran berdsarkan aktivitas memerlukan tiga
langkah:
Aktivitas dalam organisasi harus diidentifikasi,
Permintaan tiap output aktivitas harus diperkirakan
Biaya sumber daya yang diperlukan untuk memproduksi
tingkat aktivitas ini harus dinilai.
Sebagaimana dengan anggaran tradisional, anggaran
berdasarkan aktivitas dimulai dengan anggaran penjualan
produksi. Perbedaan utama antara anggaran berdasarkan
fungsi dan aktivitas dapat ditemukan dalam kategiri overhead
serta beban penjualan dan administrasinya. Pada perhitungan
berdasarkan fungsi, anggaran dalam kategori-kategori ini
biasanya diperinci berdasarkan elemen-elemen biayanya.
b. Anggaran Fleksibel Aktivitas
Anggaran Fleksibel Aktivitas (activity flexible
budgeting) adalah prediksi berapa biaya aktivitas nantinya jika
terdapat perubahan pada output aktivitas. Pada perhitungan
berdasarkan fungsi biaya yang dianggarkan untuk tingkat
aktivitas aktual diperoleh dengan asumsi bahwa suatu
penggerak tunggal berdasarkan unit(unit produk atau jam kerja
langsung) menggerakkan semua biaya.
9
Contoh Laporan Kinerja Berdasarkan Aktivitas
BIAYA YANG VARIANSI
BIAYA AKTUAL
DIANGGARKAN ANGGARAN
Bahan baku langsung 101.000 100.000 1.000
Tenaga Kerja Langsung 80.000 80.000 -
Pemeliharaan 55.000 64.000 (9.000)
Permesinan 29.000 31.000 (2.000)
Inspeksi 125.500 132.500 (7.000)
Penyetelan 46.500 45.000 1.500
Pembelian 220.000 226.000 (6.000)
Total 657.000 678.500 (21.500)
10
Biaya Aktual (actual cost system), yaitu membebankan
biaya aktual dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead ke produk.
Biaya Normal (normal cost system), yaitu
membebankan biaya aktual dari biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung, namun untuk biaya
overhead dibebankan ke produk dengan menggunakan
tarif tertentu yang ditentukan terlebih dahulu
(predetermined rate). Predetermined rate overhead
atau Tarif perkiraan overhead adalah tingkat yang
digunakan untuk menentukan data yang diestimasikan
dengan rumus berikut
Contoh Perhitungan:
Sebuah perusahaan roda mobil memperkirakan bahwa
overhead untuk tahun tersebut adalah
Rp75.000.000,00 dan produksi yang diharapkan
sebesar 150.000 unit, maka:
tarif overhead = Rp75.000.000 = Rp500
150.000 unit
11
tarif pabrik secara menyeluruh maupun departemental. Penggerak
tingkat unit yang biasa digunakan antara lain:
Unit yang diproduksi
Jumlah jam tenaga kerja langsung
Jumlah upah tenaga kerja langsung
Jumlah jam mesin
Jumlah bahan baku
Setelah menentukan penggerak tingkat unit, langkah
selanjutnya adalah memperkirakan tingkat output aktivitas yang akan
diukur, yaitu melalui tingkat aktivitas yang diharapkan dan tingkat
aktivitas normal. Tingkat aktivitas yang diharapkan adalah ouput yang
diharapkan akan dicapai perusahaan di masa yang akan datang,
sedangkan tingkat aktivitas normal adalah output aktivitas rata-rata
yang merupakan pengalaman perusahaan dalam jangka panjang.
Aktivitas normal memiliki keunggulan berupa penggunaan tingkat
aktivitas yang sama dari tahun ke tahun sehingga fluktuasi
pembebanan biaya overhead per unit dari tahun ke tahun relatif
rendah.
12
Tampilan : Perhitungan Biaya Berdasarkan Fungsi : Tarif Keseluruhan
Pabrik
13
= Tarif overhead x Output aktivitas aktual
= Rp. 3.600 x 100.000 jam T.K.L
= Rp. 360.000.000
Perbedaan antara overhead aktual dan overhead yang
dibebankan disebut variansi overhead (overhead variance).
Variansi Overhead
= Rp. 380.000.000 Rp. 360.000.000
= Rp. 20.000.000
Biaya per Unit dengan Tarif Keseluruhan Pabrik
Dihitung dengan rumus berikut :
(biaya utama produk + biaya overhead yang dibebankan) : unit
produksi.
Nirkabel Reguler
Unit yang diproduksi 10.000 100.000
Biaya Utama Rp. 78.000.000 Rp. 738.000.000
Jam T. K. L 10.000 90.000
b. Tarif Departemen
Pada tahap I, biaya overhead keseluruhan pabrik dibagi dan
dibebankan pada setiap Departemen Produksi dan membentuk
kelompok biaya overhead departemen. Pada tahap II, overhead
dibebankan pada produk dengan mengalikan tarif departemen
dengan jumlah penggerak yang digunakan departemen terkait
14
Tampilan : Perhitungan Biaya berdasarkan fungsi : tarif
Departemen
15
Jadi dua tarif overhead tersebut dapat dihitung sebagai
berikut :
Tarif Pabrikasi = Overhead yang dianggarkan
Jam mesin yang diharapkan
= Rp. 252.000.000
40.000
= Rp. 6.300 per jam mesin
Nirkabel Reguler
Biaya Utama Rp 78.000.000 Rp 738.000.000
Biaya Overhead
(Rp. 6.300 x 4.000) + ( Rp. 1.350 x 3.000) 29.250.000 -
(Rp. 6.300 x 36.000) + ( Rp. 1.350 x 77.000) - 330.750.000
+
Jumlah Biaya Produksi Rp107.250.000 Rp 1.068.750.000
16
Dari hasil perhitungan di atas terlihat bahwa sistem tarif pabrik
menyeluruh dan tarif departemenmenghasilkan biaya per unit
yang berbeda untuk telepon nirkabel dan telepon reguler.
Namun perbedaan antara biaya per unit telepon reguler yang
diproduksi secara massal dan telepon nirkabel yang diproduksi
dalam jumlah yang jauh lebih sedikit tidak terpaut terlalu jauh.
17
a. Menggunakan hanya penggerak biaya aktual berdasar unit
untuk membebankan biaya overhead yang tidak berkaitan
dengan unit akan menimbulkan distorsi biaya produk. Padahal
ada banyak penggerak biaya aktual berdasarkan non unit (non
unit based activity cost driver) yang berperan dalam konsumsi
biaya overhead, antara lain: penerimaan pesanan, set up,
rekayasa teknik, inspeksi, dll.
b. Adanya keragaman produk (product diversity) yang berarti
bahwa masing-masing produk mengkonsumsi aktivitas overhead
dalam proporsi yang berbeda.
18
Prosedur Tahap I:
1. Identifikasi aktivitas
2. Biaya-biaya dibebankan ke aktivitas
3. Aktivitas yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk
kumpulan sejenis yang: (a) secara logika berkolerasi dan
(b) memiliki rasio konsumsi yang sama untuk setiap
produk
4. Biaya aktivitas yang dikelompokkan dijumlah untuk
mendefinisikan kelompok biaya sejenis
5. Tarif overhead kelompok dihitung
19
Tingkat unit: aktivitas yang dilakukan setiap suatu unit
diproduksi. Contoh: pengujian produk.
Tingkat batch: aktivitas yang dilakukan setiap suatu
batch barang diproduksi. Contoh: persiapan,
pemeriksaan, jadwal produksi, penanganan bahan.
Tingkat produk: aktivitas yang dilakukan untuk
mendukung berbagai produk yang diproduksi
perusahaan. Contoh: perubahan rekayasa,
pengembangan prosedur pengujian produk, pemasaran
produk, rekayasa produk
.
Tingkat fasilitas: aktivitas yang menopang proses umum
manufaktur suatu pabrik. Contoh: manajemen pabrik,
landscaping, keamanan, pajak kekayaan, dan
penyusutan pabrik
20
Data Biaya Aktivitas
(aktivitas overhead)
Kelompok tingkat batch Kelompok tingkat unit
Persiapan Rp 120.000.000 Daya Rp 100.000.000
Penanganan bahan Rp 60.000.000 Pengujian Rp 80.000.000
Total Rp 180.000.000 Total Rp 180.000.000
Kalkulasi Biaya dengan ABC
Tahap I
Kelompok tk. Batch
Biaya persiapan Rp 120.000.000
Biaya penanganan bahan Rp 60.000
Total biaya Rp 180.000.000
Proses produksi 30
Tarif kelompok (biaya per proses) Rp 6.000.000
Tahap II
21
Hasil kalkulasi biaya produk dengan menggunakan ABC menunjukkan
perbedaan yang signifikan dengan kalkulasi produk menggunakan tarif pabrik
maupun tarif departemental. Dengan ABC, biaya telepon tanpa kabel jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan biaya telepon reguler, yakni lebih dari dua kali lipatnya.
Bandingkan dengan kalkulasi menggunakan tarif pabrik maupun tarif departemental
yang menghasilkan biaya telepon tanpa kabel dan biaya telepon reguler yang tidak
terpaut terlalu jauh.
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen. 2011. Akuntansi Manajerial, Buku 1 Edisi 8. Salemba
Empat.
Ismatullah, Dedi. (2010). Akuntansi Pemerintahan. Penerbit C.V. Pustaka Setia Bandung.
M.Nafarin. 2012. Penganggaran Rencana Kerja perusahaan . Edisi Kesatu. Penerbit
Salemba Empat. Jakarta
24