Anda di halaman 1dari 34

5 Temuan IHPS BPK TAHUN 2014-2015 Kota/Kabubaten di Provinsi Jawa Barat

1. Temuan IHPS BPK Untuk Daerah Purwakarta


Opini LKPD tahun 2013
Opini atas LKPD untuk Kaabupaten Purwakarta adalah WDP. Permasalahan Aset Tetap yang
belum tertib, penyaluran dan pertanggungjawaban belanja hibah bantuan sosial dan bantuan
keuangan yang masih banyak kelemahan, kelebihan pembayaran melebihi prestasi pekerjaan
dan kekurangan volume pekerjaan, kelebihan pembayaran gaji pada PNS yang telah pensiun,
bukti pertanggungjawaban yang tidak sesuai, dan terdapat penggunaan langsung atas
retribusi daerah, masih menjadi pengecualian bagi banyak Pemda. Pemda Purwakarta
selewengkan dana APBD dengan temuan sebesar Rp.36.2 milyar dengan 150 kasus

Pejabat Atau Penjahat Aset tanah Purwakarta senilai Rp3.043.200.000,00 belum jelas
statusnya
Rajawali News Purwakarta – Diera komputer nisasi masi ada jajaran pemerintah sokpikun
pasalnya, Aset Tanah Senilai Rp3.043.200.000,00 Belum Jelas Statusnya diduga keras ada
permainan Pejabat Atau Penjahat.Ironisnya Saldo Aset Tetap yang disajikan dalam Neraca
Pemerintah Kabupaten Purwakarta per 31 Desember 2013 sebesar Rp1.685.935.804.210,00
atau naik sebesar Rp261.305.885.022,00 dari saldo per 31 Desember 2012 sebesar
Rp1.424.629.919.188,00. Dari saldo aset tetap sebesar Rp1.685.935.804.210,00 tersebut, di
antaranya sebesar Rp198.232.666.438,00 merupakan Aset Tetap Tanah.
Dalam pemeriksaan atas LKPD Pemerintah Kabupaten Purwakarta Tahun 2012, BPK telah
melaporkan beberapa kelemahan Sistem Pengendalian Intern sebagaimana tertuang dalam
LHP No.01.B/LHP/XVIII.BDG/05/2013 tanggal 23 Mei 2013, antara lain mengungkapkan
bahwa Pemerintah Kabupaten Purwakarta belum dapat menyajikan nilai aset tanah seluas
7.900 m2 dan aset tanah senilai Rp3.043.200.000,00 belum jelas statusnya.DPD KWRI
Jawabarat mendesak pihak aparat penegak hukum untuk mengusut keberadaan Aset tanah
tersebut.Sehubungan dengan permasalahan tersebut, BPK merekomendasikan agar Bupati
Purwakarta memerintahkan Kepala DPKAD untuk melakukan prosedur penilaian aset seluas
7.900 m2 dan menyajikannya dalam Neraca Pemerintah Kabupaten Purwakarta per 31
Desember 2012 serta menelusuri status atas tanah seluas 63.400 m2 di Kp. Ciseureuh Atas
rekomendasi tersebut, pada tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Purwakarta telah melakukan
penelusuran dalam rangka penilaian aset tetap tanah seluas 7.900 m2 yang dalam KIB-nya
masih tercatat masing-masing sebesar Rp1,00.
Hasil penelusuran yang dilakukan oleh Kepala Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) yaitu dengan meminta penjelasan tentang status aset tanah tersebut kepada
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dhi. Kepala Biro Pengelolaan Barang Daerah sesuai surat
No.030/689/V/Aset-DPKAD tanggal 28 Mei 2013 dan atas surat tersebut, Pemerintah

1
Provinsi Jawa Barat dengan suratnya No.593/2976/Pbd tanggal 19 Juni 2013 menjelaskan
bahwa tanah dan bangunan kantor yang berlokasi di Desa Ciwangi dengan luas 6.000 m2, di.
Jl. KK. Singawinata dengan luas 1.100 m2 dan yang berlokasi di Desa Wanasari dengan luas
800 m2 adalah milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat.Sedangkan terhadap aset tanah senilai
Rp3.043.200.000,00 dengan luas 63.400 m2 yang belum jelas statusnya masih dalam proses
tindak lanjut oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta, sebagaimana diuraikan di bawah
ini.Salah satu aset tanah yang pada Tahun 2011 disajikan dengan nilai Rp1,00 adalah
sebidang tanah seluas 63.400 m2 yang berlokasi di Kampung Ciseureuh. Berdasarkan data
dalam KIB diketahui aset tersebut merupakan hibah dari Perusahaan Umum Otoritas
Jatiluhur (POJ) Tahun 1998. Nilai aset tanah tersebut kemudian disesuaikan berdasarkan
NJOP dan disajikan dalam Neraca per 31 Desember 2012 sebesar Rp3.043.200.000,00.
Berdasarkan penjelasan Kepala Bidang Pengelolaan Aset Daerah DPKAD dan dokumen
pendukung kepemilikan diketahui bahwa status aset tanah tersebut tidak jelas. Bukti
kepemilikkan Pemerintah Kabupaten Purwakarta atas aset tanah tersebut adalah asli
Sertifikat Hak Milik Nomor 104 (bekas kikitir Nomor 1268/13, persil Nomor 55 dan 4 D.II)
atas nama Pemilik Nyi RM. Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan di lapangan oleh
pelaksana dari Bidang Aset diketahui bahwa di atas tanah tersebut telah dibangun perumahan
penduduk dan telah diterbitkan sertifikat hak milik atas nama perseorangan. Selain itu,
berdasarkan dokumen kepemilikan yaitu sertifikat No.446 Tahun 1981 dengan luas 250 m2
atas nama Sdr. T yang merupakan pemecahan dari sertifikat No.104, diketahui terdapat Surat
Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Purwakarta Nomor Pb.69/HK.021.1/VIII/SK/77
tanggal 6 Agustus 1977 tentang Penunjukan Karyawan untuk membeli tanah kavling secara
mencicil atas tanah yang dikuasai Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Purwakarta.
Hasil penelusuran lebih lanjut atas Berita Acara Nomor 1/02/BA/1988 tanggal 15 Maret 1998
tentang serah terima penghibahan berupa tanah seluas +/- 192.245 m2 yang terletak di
Kabupaten Purwakarta dari Perum Otorita Jatiluhur kepada Bupati Purwakarta diketahui
bahwa bidang tanah yang dihibahkan adalah berlokasi di:
– Kelurahan Tegalmunjul 4.105 m2 – Desa Maracang 33.440 m2
– Kelurahan Nagri Kaler 28.945 – Desa Kadumekar 55.970 m2
– Kelurahan Purwamekar 12.705 m2 – Desa Cikaobandung 57.080 m2
Dengan demikian aset tanah yang berlokasi di Kelurahan Ciseureuh dengan luas 63.400 m2
bukan merupakan bagian tanah yang dihibahkan.Atas hal tersebut, Kepala Dinas Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah telah mengirimkan surat kepada Badan Pertanahan Nasional
(BPN) Purwakarta dengan surat No.594.3/686/V/Asset-DPKAD tanggal 28 Mei 2013
tentang Permohonan Bantuan Penjelasan Tanah yaitu Risalah tentang Sertifikat Tanah
No.104 tanggal 14 Juli 1973 a.n. Nyi. Raden Mariam yang terletak di Kelurahan Ciseureuh
Jl. Raya Sadang Subang dengan luas tanah 63.400 m2 dan peta denah tanah, yang saat ini
digunakan sebagai Komplek Kavling Pemda.Sampai dengan pemeriksaan berakhir, jawaban
atau penjelasan dari Kantor Badan Pertanahan Negara Purwakarta belum diperoleh.Kondisi
tersebut mengakibatkan tanah Pemkab Purwakarta seluas 63.400 m2 yang disajikan dalam
Neraca per 31 Desember 2013 senilai Rp3.043.200.000,00 belum jelas status hukumnya.Hal

2
tersebut terjadi karena Kepala DPKAD Kabupaten Purwakarta tidak optimal dalam
melakukan penelusuran keberadaan dan menyelesaikan status kepemilikan aset tanah seluas
63.400 m2 dengan nilai sebesar Rp3.043.200.000,00. Kepala DPKAD menjelaskan bahwa
berdasarkan hasil pemeriksaan BPK-RI pada LHP LKPD Tahun 2010, Pemerintah Daerah
diharuskan melakukan penelusuran atas Aset Tanah yang bernilai Rp1,00 (satu rupiah).
Kemudian melakukan permohonan ke Kantor Pajak Pratama mengenai NJOP atas Tanah
tersebut pada Tahun 2011, setelah dihitung muncul nilai sebesar Rp3.043.200.000,00 atas
tanah seluas 63.400 m2 tanpa melihat kondisi di lapangan, ternyata tanah tersebut merupakan
milik Nyi Raden Mariam yang sudah dipecah menjadi kavling perumahan, bukan tanah milik
Pemerintah Daerah. Selanjutnya mengambil langkah dengan mengirimkan surat permohonan
penjelasan ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Purwakarta, melalui surat
Nomor 594.3/686/V/Asset-DPKAD tanggal 28 Mei 2013 tetapi sampai saat ini belum ada
jawaban atas surat tersebut.
Pemkab Purwakarta akan melakukan penelusuran lebih lanjut tentang risalah tanah tersebut,
apabila sudah mempunyai risalah dari BPN dan ternyata aset tersebut bukan milik
Pemerintah Kabupaten Purwakarta, maka akan mengeluarkan aset tanah tersebut. Di minta
pihak kejaksaan dan kapolri segera turun tangan mengenai tentang penyajian aset di DPKAD

Dinkes Purwakarta, Pemberian Pelayanan Kesehatan Dikelola Diluar Mekanisme


APBD
PURWAKARTA -- Pada TA 2013, Dinas Kesehatan menganggarkan pendapatan Retribusi
Pelayanan Kesehatan sebesar Rp1.200.000.000,00 dan telah
direalisasikan sebesar Rp1.457.442.834,00 (121,45%) atau melebihi
target yang dianggarkan sebesar Rp257.442.834,00. Pendapatan
Retribusi Pelayanan Kesehatan tersebut merupakan pemungutan atas
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas-puskesmas, jasa
konsultasi/keuring, dan retribusi pelayanan laboratorium kesehatan
daerah.

Sedangkan Belanja Langsung Dinas Kesehatan dianggarkan sebesar


Rp60.281.524.500,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp
42.698.875.204,00 atau 70,83%. Belanja tersebut merupakan belanja
Dinas Kesehatan beserta 17 puskesmas di wilayah Kabupaten Purwakarta.

Data yang diperoleh SPN.com dari Hasil pemeriksaan BPK Perwakilan


Provinsi Jawa Barat atas pengelolaan pendapatan dan belanja pada Dinas
Kesehatan menunjukkan bahwa pendapatan dan belanja yang berasal dari
PT Askes (Persero) atas kapitasi pemberian pelayanan kesehatan (PPK)
tingkat pertama bagi peserta sosial PT ASKES (Persero) dikelola di
luar mekanisme APBD. Pada Tahun 2012, Dinas Kesehatan Kabupaten
Purwakarta mengadakan perikatan kerja sama dengan PT Askes (Persero)

3
Cabang Karawang berdasarkan perjanjian kerja sama Nomor
441.8/032/Yankes tanggal 1 Maret 2012 tentang Pelayanan Rawat Jalan
Tingkat Pertama (RJTP), Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
Bagi Peserta Askes di Pusat Kesehatan Masyarakat, dan Program
Pembinaan Bagi Dokter Keluarga PT Askes (Persero).

Berdasarkan perjanjian tersebut antara lain disepakati hal-hal sebagai


berikut, Dinas Kesehatan bertindak sebagai pelaksana pelayanan
kesehatan bagi peserta sosial PT Askes (Persero) yang pelaksanaan
pemberian pelayanan kesehatannya akan dilakukan oleh puskemas yang
ada di wilayah Kabupaten Purwakarta.

Atas pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh puskesmas tersebut, PT


Askes (Persero) akan memberikan penggantian yang dihitung
berdasarkan hitungan per kapitasi sebagai berikut, Biaya kapitasi
senilai Rp2.000,00/kapitasi. Atas biaya kapitasi tersebut
dialokasikan untuk jasa pelayanan sebesar 44% dari nilai kapitasi atau
sama dengan senilai Rp880,00, kemudian sisanya sebesar 56% digunakan
untuk biaya jasa sarana dan prasarana yang meliputi administrasi,
obat/bahan/alat habis pakai, pembinaan dokter keluarga PT Askes
(Persero), honor pengelola, ATK/cetak, dan retribusi pelayanan
kesehatan. Pendapatan kapitasi tersebut akan ditransfer ke rekening
Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta sesuai dengan jumlah peserta
terdaftar pada puskemas di wilayah Kabupaten Purwakarta setiap
bulannya.
Dari hasil wawancara BPK dengan bendahara penerimaan dan Kepala Sub
Bagian Keuangan Dinas Kesehatan diperoleh informasi bahwa pendapatan
kapitasi tersebut ditampung pada rekening Dinas Kesehatan Kabupaten
Purwakarta pada Bank Jabar Banten Cabang Purwakarta. Pada tahun 2013,
PT Askes (Persero) telah melakukan transfer sebesar Rp707.166.000,00,
untuk penyetoran dana kapitasi bulan Januari sampai dengan November
2013. Penerimaan tersebut kemudian dialokasikan untuk jasa pelayanan
(44%) dan jasa sarana prasarana (56%) 17 Puskemas Kecamatan
Purwakarta. diketahui bahwa pendapatan kapitasi yang telah diterima dari PT Askes
(Persero) sebesar Rp707.166.000,00. Dari keseluruhan pendapatan
kapitasi tersebut telah disetorkan sesuai alokasi untuk Kas Daerah
sebesar Rp70.716.600,00 dan, dan sisanya telah dipergunakan secara
langsung untuk jasa pelayanan sebesar Rp311.153.040,00, untuk belanja
obat-obatan/BPH sebesar Rp106.074.900,00, dan untuk biaya
administrasi (honor pengelola, pembinaan dan ATK/cetak) sebesar
Rp219.221.460,00. Pendapatan kapitasi tersebut merupakan pendapatan
kapitasi untuk pelayanan kesehatan tahun 2013 yang diterima sampai
dengan November 2013, karena pada bulan Desember 2013 PT Askes

4
(Persero) telah berubah menjadi BPJS. Penyetoran dana kapitasi
sebesar Rp70.716.600,00 ke rekening kas daerah dicatat sebagai
Pedapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan dan bukan sebagai
Pendapatan Lain-lain PAD yang sah.
Dari Hasil Pemerikasaan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat,
menyebutkan bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pada Pasal 16 (2)
menyatakan bahwa penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas
Negara/Daerah pada waktunya. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 17 ayat (3) “Seluruh
pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah dianggarkan
secara bruto dalam APBD.” Pasal 59 ayat (1) “Penerimaan SKPD yang
merupakan penerimaan daerah tidak dapat dipergunakan langsung untuk
pengeluaran.” Hal tersebut mengakibatkan realisasi pendapatan dan
belanja Dinas Kesehatan kurang disajikan (understated) masing-masing
sebesar Rp.636.449.400,00 (Rp707.166.000,00 -Rp70.716.600,00) dalam
laporan realisasi anggaran.
Hal tersebut terjadi karena Kepala Dinas Kesehatan dalam
menganggarkan pendapatan dan belanja di unit kerjanya belum
sepenuhnya berpedoman pada ketentuan yang berlaku.(markus/aris)

Tahun 2014

5 Dinas dan DPRD Purwakarta Bermasalah


PURWAKARTA, RAKA - Target Pemerintah Kabupaten Purwakarta memperoleh status
laporan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI
nampaknya masih akan sulit dicapai. Pasalnya, mengacu pada Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) BPK-RI atas pengelolaan keuangan Purwakarta tahun 2014, masih banyak ditemukan
sejumlah persoalan.
Meski pihak pemkab telah langsung meresponnya dengan mengembalikan banyak anggaran
ke kas daerah sebagaimana amanat BPK-RI, namun hal itu dinilai belum cukup. Diperlukan
langkah lain agar pengelolaan keuangan pemkab kedepan lebih baik. Salah satunya dengan
melakukan mutasi pejabat, include pegawainya.
"Tak cukup responnya hanya dengan mengembalikan anggaran, perlu langkah lain.
Diantaranya mutasi pejabat. Harus dipilih orang yang benar-benar cakap di bidangnya," ucap
Koordinator Lingkar Studi Kebijakan (LiSK) Purwakarta, Asep Saepudin, Rabu (1/7).
Apalagi, tambah Asep, status Wajar Dengan Pengecualian (WDP) bukan kali pertama
diterima Pemkab Purwakarta, tapi cenderung berulang setiap tahun. Bisa jadi, kata dia, ini
disebabkan lantaran langkah penyelesaiannya selama ini sebatas mengembalikan anggaran,
tidak kemudian diteruskan ke pembenahan posisi pegawai.
"Kalau hari ini juga demikian, jangan harap tahun depan target WTP tercapai," tandasnya.
Atas alasan itu pula, Asep menilai kebijakan mutasi pejabat mendesak. Paling tidak, untuk
pejabat setingkat kepala dinas atau Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat

5
Komitmen (PPK) hingga Panitia Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK). Terutama di beberapa
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang dinilai bermasalah versi BPK-RI sepanjang 2014
yakni Dinas Kesehatan, DKP, Kesbangpolinmas, Dinas Ciptakarya, Dinas Binamarga serta
DPRD.
"Kita ketahui banyak persoalan di sejumlah OPD ini. Dimulai dari kelebihan pembayaran,
kekurangan volume pengerjaan, salah perhitungan (aritmatika) anggaran, hingga kegiatan
diduga fiktif serta banyak ditemukannya bukti pertanggungjawaban yang tidak sesuai
aslinya," papar Asep.

5 Dinas dan DPRD Purwakarta Bermasalah


Hal ini bisa jadi terjadi lantaran ketidaksiapan pejabat atau pegawai di tiap OPD
menyesuaikan diri dengan kebijakan pimpinan, disamping kemampuan birokratisnya yang
memang belum sepadan. Karenanya, sekali lagi, kebijakan mutasi jabatan saat ini dianggap
Asep sebagai keniscayaan. "Kita hanya prihatin, program bupati yang sudah begitu luar biasa
istimewa, terhambat karena faktor ketidakcakapan kinerja para pegawai dibawahnya," tutup
Asep.
Diketahui, LHP BPK-RI atas pengelolaan keuangan Pemkab Purwakarta tahun 2014
berstatus WDP. Ini disebabkan masih adanya beberapa persoalan keuangan di sejumlah
OPD. BPK bahkan meminta Pemkab Purwakarta mengembalikan sejumlah anggaran ke kas
daerah Rp 718 juta, diantaranya dari Sekretariat DPRD karena kelebihan bayar. Angka
lainnya tercecer di banyak OPD.(nos)

BPK Temukan Kecurangan Pengelolaan APBD Purwakarta


PURWAKARTA, (WN) – Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Jawa Barat telah menemukan
kecurangan pengelolaan keuangan di Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta tahun 2014,
sebesar Rp2.009.465.726 sesuai audit BPK Nomor 48.C/LHP/XVIII.BDG/05/2015 tanggal
05 Mei 2015.
Pertama, temuan pelaksanaan belanja barang dan jasa Pemkab Purwakarta yang tidak sesuai
ketentuan, sebesar Rp718.399.806.
Kedua, Belanja hibah bidang insfrastruktur yang tidak sesuai ketentuan dan terdapat
kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp644.769.961.
Ketiga, Kekurangan volume pekerjaan atas kegiatan penataan ruang pada Dinkes Purwakarta
sebesar Rp190.506.933 dan denda keterlambatan belum dikenakan sebesar Rp42.294.909.
Keempat, BPK juga menemukan kelebihan bayar atas kegiatan penataan air mancur Situ
Buleud pada DKP Purwakarta sebesar Rp376.043.994 dan denda keterlambatan yang belum
dikenakan sebesar Rp37.294.123.

6
Opini atas laporan
“Wajar Dengan Pengecualian” (WDP), atas “Laporan Keuangan Pemerintah Daerah”
(LKPD) Tahun Anggaran 2014 dari “Badan Pemeriksa Keuangan yang pengecualiannya
sebagian besar pada aset tetap.

Komentar:
Tahun 2013
 Opini atas LKPD untuk Kabupaten Purwakarta adalah WDP. Permasalahan Aset
Tetap yang belum tertib, penyaluran dan pertanggungjawaban belanja hibah bantuan
sosial dan bantuan keuangan yang masih banyak kelemahan, kelebihan pembayaran
melebihi prestasi pekerjaan dan kekurangan volume pekerjaan, kelebihan pembayaran
gaji pada PNS yang telah pensiun, bukti pertanggungjawaban yang tidak sesuai, dan
terdapat penggunaan langsung atas retribusi daerah, masih menjadi pengecualian bagi
banyak Pemda.
 Pemda purwakarta juga telah menyalagunakan dana APBD sebesarRp 36.2 Milar,
juga tidak jelasnya asset tetap khususnya asset tanah senilai Rp3.043.200.000,00
 Dinkes Purwakarta, Pemberian Pelayanan Kesehatan Dikelola Diluar Mekanisme
APBD, diskes yang seharusnya menyetorkan kas sesuai alokasi untuk Kas Daerah
Tetapi dipergunakan secara langsung untuk jasa pelayanan sebesar
Rp311.153.040,00, untuk belanja obat-obatan/BPH sebesar dan untuk biaya
administrasi (honor pengelola, pembinaan dan ATK/cetak). ” Hal tersebut
mengakibatkan realisasi pendapatan dan belanja Dinas Kesehatan kurang disajikan
(understated) masing-masing
sebesar Rp.636.449.400,00 (Rp707.166.000,00 -Rp70.716.600,00) dalam laporan
realisasi anggaran. Hal tersebut terjadi karena Kepala Dinas Kesehatan dalam
menganggarkan pendapatan dan belanja di unit kerjanya belum sepenuhnya
berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

Tahun 2014
 Opini atas laporan“Wajar Dengan Pengecualian” (WDP), atas “Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah” (LKPD) Tahun Anggaran 2013 dari “Badan
Pemeriksa Keuangan yang pengecualiannya sebagian besar pada aset tetap.
 BPK Temukan Kecurangan Pengelolaan APBD Purwakarta Pertama, temuan
pelaksanaan belanja barang dan jasa Pemkab Purwakarta yang tidak sesuai
ketentuan, sebesar Rp718.399.806. Kedua, Belanja hibah bidang insfrastruktur
yang tidak sesuai ketentuan dan terdapat kekurangan volume pekerjaan sebesar
Rp644.769.961. Ketiga, Kekurangan volume pekerjaan atas kegiatan penataan
ruang pada Dinkes Purwakarta sebesar Rp190.506.933 dan denda keterlambatan
belum dikenakan sebesar Rp42.294.909.Keempat, BPK juga menemukan

7
kelebihan bayar atas kegiatan penataan air mancur Situ Buleud pada DKP
Purwakarta sebesar Rp376.043.994 dan denda keterlambatan yang belum
dikenakan sebesar Rp37.294.123.
 5 Dinas dan DPRD Purwakarta Bermasalah Hal ini jadi terjadi lantaran
ketidaksiapan pejabat atau pegawai di tiap OPD menyesuaikan diri dengan
kebijakan pimpinan, disamping kemampuan birokratisnya yang memang belum
sepadan. Diketahui, LHP BPK-RI atas pengelolaan keuangan Pemkab Purwakarta
tahun 2014 berstatus WDP. Ini disebabkan masih adanya beberapa persoalan
keuangan di sejumlah OPD. BPK bahkan meminta Pemkab Purwakarta
mengembalikan sejumlah anggaran ke kas daerah Rp 718 juta, diantaranya dari
Sekretariat DPRD karena kelebihan bayar. Angka lainnya tercecer di banyak
OPD.
Kesimpulan
Opini atas LKPD untuk Kabupaten Purwakarta di tahun 2013 adalah adalah WDP. Dengan
Permasalahan yang hampir sama yaitu Aset Tetap yang belum tertib, dan penyalahgunaan
ABPD. Permasalahan tersebut perlu ditanggapi secara serius agar kesalahan yang sama
tidak terjadi lagi. Pemkab Purwakarta perlu meningkatkan pengendalian intern,
akuntabilitas, tanggung jawab kerja, dan tingkat kepatuhan pegawai juga perlu mengawasi
kinerja pegawainya untuk mengurangi resiko penyimpangan.

2. Temuan IHPS BPK Untuk Daerah Bekasi


Tahun 2013
Opini LHP atas LKPD
Sekali lagi, setelah tiga tahun berturut-turut, perolehan opini atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bekasi tahun 2013 masih mendapat predikat Wajar Dengan
Pengecualian (WDP). Opini terhdap laporan Keuangan Pemerintah Kota Bekasi tersebut
diserahkan oleh kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Jawa Barat,
Ir R. Cornell Syarief Prawiradiningrat, MM, di Gedung BPK Perwakilan Provinsi Jawa
Barat, Jln. Moh Toha no.164, Bandung pada tanggal 28 Mei 2014 dan diterima oleh Wakil
Walikota Bekasi, Ahmad Syaikhu, dan wakil ketua DPRD Kota Bekasi Yusuh Naseh, SSos.
Walaupun opini laporan keuangan tahun 2013 masih tetap WDP, tetapi sesungguhnya pada
penyusunan dan penyajian laporan keuangan kali ini terdapat peningkatan pencapaian
progres yang cukup signifikan. Opini LKPD Kota Bekasi tahun sebelumnya, tahun 2012,
yaitu WDP dengan tiga pengecualian yakni pengecualian terhadap pengelolaan fasos fasum,
aset tetap dan investasi non permanen. Sedangkan opini LKPD Kota Bekasi tahun ini, tahun
2013, adalah WDP dengan hanya satu pengecualian yaitu penatausahaan aset tetap. Jadi, dari
sisi kualitas, sesungguhnya perolehan opini WDP tahun ini lebih berkualitas dibandingkan
dengan perolehan opini WDP tahun sebelumnya.

8
BPK Soroti Kinerja Empat BUMD Kota Bekasi
BEKASI-Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi akan mengevaluasi keberadaan empat Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) di wilayah tersebut. Hal itu dilakukan setelah adanya catatan
penting dari Badan Pemeriksa Keuangan terkait kinerja laporan keuangan pada periode 2013.
Keempat perusahan plat merah itu adalah PDAM Tirta Patriot, PD Migas, BPR Syariah, dan
Mitra Patriot. Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi mengatakan, segera melakukan evaluasi
terkait penyertaan modal keempat BUMD. Hal itu dilakukan setelah mendapat catatan
penting dari pihak BPK terkait kinerja laporan keuangan tahun 2013. "Kami akan evaluasi
semua penyertaan modal BUMD tahun ini,"• paparnya.
Pria yang akrab disapa Pepen ini menambahkan, salah satu masalah perbaikan laporannya itu
menyangkut modal yang diberikan ke dua BUMD sebesar Rp 13.3 miliar, akan tetapi kedua
BUMD itu tidak memberikan kontribusi apa-apa kepada pemda. "Catatan itu merupakan
sebagai teguran untuk diperbaiki ke depannya," jelasnya.
Selain itu, ada juga catatan yang diberikan pihak BPK. Pepen mengaku, penata usahaan dan
pengelolaan aset daerah yang bersifat tetap, namun belum memadai. "Ada sejumlah aset
tetap kami seperti tanah, bangunan, dan lainnya yang belum terkelola dengan baik," katanya.
Ditambah lagi, catatan itu adalah adanya sejumlah aset tetap berupa tanah fasos/fasum senilai
Rp 137 miliar. Hingga kini, aset tersebut masih belum didukung berita acara penyerahan
yang sah. "Aset tetap itu merupakan imbas dari aset lama yakni ketika masih bergabung
dengan Kabupaten Bekasi," katanya.
Dan yang terakhir kata Pepen, catatan itu menyinggung soal penilaian aset tetap tanah yang
tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Namun, kali ini Pepen akui sudah mengintruksikan
Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) untuk segera memvalidasi. "Saya
sudah perintahkan kepada BPKAD untuk melakukan validasi fasos/fasum kita yang sudah
dimanfaatkan pihak ketiga," paparnya.
Bahkan, kata Pepen, catatan ini segera diaplikasikan kepada seluruh jajarannya. Pasalnya, dia
khawatir catatan ini bakal menjadi masalah baru untuk kinerja kepemerintahan.•Bila temuan
itu tidak kita tindaklanjuti dalam tiga bulan ke depan, maka bukan tidak mungkin
permasalahan menjadi besar," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi, Tumai mengatakan, adanya catatan dari
BPK sudah menjadi bukti ketidabecusan kinerja eksekutif dalam melakukan pengelolaan
keuangan dan aset daerah. "Walikota harus tegas, apabila anak buahnya tidak becus langsung
copot jabatannya," ujarnya.
Tumai juga menyoroti soal keberada an tanah fasos/fasum yang sampai sekarang
ini banyak dimanfaatkan pihak ketiga. Seharusnya, pemerintah daerah lebih pro
aktif turun ke bawah melakukan pendataan. "Jangan sampai dimanfaatkan oleh
mereka yang tidak bertanggung jawab, " tandasnya.

9
APBD 2013 Bocor
BEKASI SELATAN – Kejaksaan Negeri (Kejari) Bekasi diminta melakukan tindakan terkait
adanya indikasi potensi kebocoran keuangan Negara, sebagimana hasil audit Badan
Pemeriksaan Keuangan (BPK) atas Anggaran Perencanaan Belanja Daerah (APBD) Kota
Bekasi 2013.
Salah satunya adalah potensi kebocoran keuangan di Dinas Kebersihan (Dinsih) Kota Bekasi
sebesar Rp700 juta sebagaimana data hasil audit Badan Pemeriksa Kauangan Republik
Indonesia (BPK-RI) yang diungkap sebelumnya oleh anggota Badan Anggaran (Banggar)
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi.
Diketahui dana Rp700 juta yang dikatakan sebagai anggaran untuk BBM (Bahan Bakar
Minyak) atau trasportasi di Dinsih tersebut, dalam laporan BPK RI mendapat catatan sebagai
dana yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan tidak menyertakan dokumen dalam
pencatatannya.
“Adanya temuan dari pihak BPK terhadap penggunaan keuangan APBD 2013, harus disikapi
oleh pihak Kejari Kota Bekasi. Dan soal kebocoran anggaran Bahan Bakar Minyak (BBM)
sebesar 700 juta sebagaimana temuan BPK di Dinas Kebersihan bisa menjadi pintu masuk
bagi pihak penegak hukum untuk melakukan penyelidikan. Pasalnya, kebocoran anggaran di
Dinsih patut diduga terjadi indikasi korupsi,”ujar, Kodir, Ketua Lembaga Swadaya
Masyarakat Barisan Rakyat Anti Korupsi (LSM-BARAK) dalam rilisnya kepada Bekasi
Ekspres News, kemarin. Selain adanya kebocoran anggaran BBM sebesar Rp 700 juta di
dalam catatan hasil audit BPK RI terkait penggunaan anggaran Pemkot Bekasi tahun 2013
juga menyeret Satpol PP yang diindikasikan melakukan kecurangan pengadaan asuransi. ”
Ada juga bocoran hasil audit BPK RI di Satpol PP yang melakukan pengadaan asuransi,
padahal sudah ada Jaminan kesehatan, jadi rangkap seperti itu tidak dibenarkan dan harus
ditiadakan,” lanjutnya lagi.
Heli akui dalam hasil audit BPK RI Pemerintah Kota Bekasi mengalami banyak kebocoran
diberbagai sektornya. Di dalam anggaran Pemerintah Kota Bekasi mendapat predikat Wajar
Dengan Pengcualian (WDP) dengan hasil temuan BPK sebanyak 13 Temuan SPI dan 10
sebagai Peraturan Perundang – undangan. BPK menemukan sebanyak 66 temuan Perumahan
yang tidak jelas dokumennya di Kota Bekasi, ia mengaku pihaknya tengah membentuk
Panitia Khusus (Pansus) untuk mendalami temuan tersebut. Dimana diketahui dari 66 temuan
anggaran sebanyak Rp137 miliar BPK nyatakan tidak berdasarkan dokumen.
Tahun 2014
BPK Temukan Kejanggalan Honor Kader Posyandu dan PKK di Bekasi
BEKASI - Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) terhadap keuangan kas Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, ditemukan kelebihan
pembayaran sebesar Rp 17,6 miliar. Kelebihan pembayaran ini ditemukan dalam transaksi
pembayaran honor bagi belasan ribu kader pos pelayanan terpadu (Posyandu) dan kader
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) periode Januari-Juni 2014.

10
Berdasarkan keterangan Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat (Kapermas) Kota Bekasi,
Saiful Bahri, ada sebanyak 1.500 Posyandu se-Kota Bekasi dan 15.000 kader Posyandu dan
kader PKK sebagai penerima honor. Tiap kader Posyandu dan PKK mendapat honor sebesar
Rp 1,2 juta yang diberikan per semester atau sekitar Rp 200.000 per bulan.
Berdasarkan audit BPK tersebut, ditemukan kelebihan pembayaran, yang seharusnya
dibayarkan kepada kader Posyandu dan kader PKK hanya 6 bulan terhitung mulai Juli-
Desember 2014 namun kenyataannya dibayarkan selama 12 bulan terhitung Januari-
Desember 2014.
"Selama enam bulan tersebut ada kelebihan pembayaran dan memerintahkan kepada Kepala
Kapermas Kota Bekasi untuk membuat mekanisme penarikan kelebihan pembayaran sebesar
Rp 17.664.000.000 dan menyetorkan kembali ke kas Pemerintah Kota Bekasi," ujar Kabag
Humas Setda Kota Bekasi, M Jufri, di kantor Wali Kota Bekasi, Kamis (2/7).
Dia menjelaskan, kelebihan pembayaran honor ini terjadi karena payung hukum pembayaran
honor para kader Posyandu dan kader PKK se-Kota Bekasi diterbitkan pada 9 Juli 2014
yakni tertuang dalam Peraturan Wali Kota Bekasi (Perwal) Nomor 25 tahun 2014 tentang
Pedoman Pemberian Penunjang Kinerja bagi Kader Posyandu dan Kader PKK 2014.
“Mark Up” Honor Di RSUD Bekasi
Bagi-bagi honor direksi dalam proyek Diklat yang melebihi standar. Sebagai perbandingan,
pejabat eselon tertinggi saja patokannya antara Rp 200 ribu sampai Rp 1,5 juta per bulan,
sedangkan Direktur RSUD dan para Wadir menerima antara Rp 2 juta hingga Rp 3,5 juta.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI menyebut hal itu sebagai “merugikan keuangan
daerah”. Nilainya mencapai Rp 135 juta lebih.
Temuan di atas dicuplik dari Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan
Pemkot Bekasi Semester II Tahun 2014, No. 11/LHP/XVIII.BDG/01/2015 tertanggal 23
Januari 2015. Item temuannya berbunyi “Pengelolaan Belanja Pegawai pada BLUD RSUD
Kota Bekasi Tidak Sesuai Ketentuan dan Berindikasi Merugikan Keuangan Daerah Minimal
Sebesar Rp135.184.862.”
BEKASI – Pemerintah Kota Bekasi bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) menyepakati perubahan tiga peraturan daerah (Perda) di dalam Rapat
Paripurna DPRD Kota Bekasi, Rabu, (8/9).
Tiga Perda yang disepakati bersama ini yakni Perda Kota Bekasi Nomor 11 tahun 2013
tentang perubahan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Bekasi 2013-2018 dari hasil pembahasan Panitia Khusus 4 DPRD Kota Bekasi bersama
Pemerintah Kota Bekasi.
Kedua, pengesahan Perda perubahan Nomor 15 tahun 2012 tentang Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) dan perubahan Perda Nomor 9 tahun 2012 tentang retribusi
daerah melalui hasil pembahasan badan legislasi.

11
Beberapa hasil persetujuan tersebut tertuang melalui Nota Kesepahaman yang ditandatangani
Walikota Bekasi Dr H Rahmat Effendi, Wakil Walikota Bekasi H Ahmad Syaikhu dan para
pimpinan DPRD yakni Wakil Ketua I DPRD H Edi, Wakil Ketua II Heri Purnomo dan Wakil
Ketua III M Dian.
Selain pengesahan tiga buah perda ini juga, DPRD Kota Bekasi melalui Badan Anggaran
menyampaikan rekomendasi mengenai LHP BPK Provinsi Jawa Barat terkait Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bekasi 2014.
Rapat Paripurna dilanjutkan mengenai penyampaian Laporan realisasi Keuangan Pemerintah
Kota Bekasi oleh Walikota Bekasi Dr H Rahmat Effendi.
Berdasarakan hasil pemeriksaan BPK-RI (Badan Pengawasan Keuangan Republik Indonesia)
perwakilan provinsi Jawa Barat atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota
Bekasi tahun 2014 yang memperoleh predikat opini wajar dengan pengecualian (WDP).
Dalam LHP tersebut BPK menemukan 12 kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas
laporan keuangan pemerintah kota bekasi tahun 2014 dan menemukan 9 temuan
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang undangan.
“Capaian opini WDP ini merupakan tantangan untuk terus meningkatkan kinerja dengan
selalu berpedoman pada ketentuan pelaksanaan, sinstem pengendalian intern dan kepatuhan
perundang-undangan serta sungguh sungguh melakukan perbaikan dan pembenahan
pengelolaan keuangan dan aset daerah.
Komentar
 Opini LHP atas LKPD dari tahun 2013-2014 adalah WDP dan tidak terlalu
mengalami perubahan yang signifikan. Pekab Bekasi perlu meningkatkan
pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan jika ingin mendapatkan opini
WTP.
 Adanya temuan dari pihak BPK terhadap penggunaan keuangan APBD 2013, harus
disikapi oleh pihak Kejari Kota Bekasi. Dan soal kebocoran anggaran Bahan Bakar
Minyak (BBM) sebesar 700 juta sebagaimana temuan BPK di Dinas Kebersihan bisa
menjadi pintu masuk bagi pihak penegak hukum untuk melakukan penyelidikan.
Pasalnya, kebocoran anggaran di Dinsih patut diduga terjadi indikasi korupsi,”ujar,
Kodir, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Barisan Rakyat Anti Korupsi (LSM-
BARAK) dalam rilisnya kepada Bekasi Ekspres News, kemarin. Selain adanya
kebocoran anggaran BBM sebesar Rp 700 juta di dalam catatan hasil audit BPK RI
terkait penggunaan anggaran Pemkot Bekasi tahun 2013 juga menyeret Satpol PP
yang diindikasikan melakukan kecurangan pengadaan asuransi. Kebocoran ini
disebabkan lemahnya pengendalian intern
 Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) terhadap keuangan kas Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, ditemukan
kelebihan pembayaran sebesar Rp 17,6 miliar. Kelebihan pembayaran ini ditemukan
dalam transaksi pembayaran honor bagi belasan ribu kader pos pelayanan terpadu

12
(Posyandu) dan kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) periode Januari-
Juni 2014. Berdasarkan keterangan Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat
(Kapermas) Kota Bekasi, Saiful Bahri, ada sebanyak 1.500 Posyandu se-Kota Bekasi
dan 15.000 kader Posyandu dan kader PKK sebagai penerima honor. Tiap kader
Posyandu dan PKK mendapat honor sebesar Rp 1,2 juta yang diberikan per semester
atau sekitar Rp 200.000 per bulan.Berdasarkan audit BPK tersebut, ditemukan
kelebihan pembayaran, yang seharusnya dibayarkan kepada kader Posyandu dan
kader PKK hanya 6 bulan terhitung mulai Juli-Desember 2014 namun kenyataannya
dibayarkan selama 12 bulan terhitung Januari-Desember 2014.
Kesimpulan
Jika dlihat dari kinerjanya Pemkab Bekasi masih belum cukup baik dalam
pengelolaan dana APBD juga masih banyak terjadi permasalahan seperti dalam
pengelolaan asset daerah, transaksi pembayaran dan lemahnya pengendalian intern,
jangankan berharap WTP di tahun berikutnya jika Perda Bekasi belum bisa
meningkatkan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan Pemkab Bekasi
tidak akan mampu mencapai opini WTP. Dan agar mendapat opini WTP Pemkab
Bekasi terlebih dahulu perlu memperbaiki kinerjanya seperti dalam pengelolaan
ABPD, penngendalian intern dan kepatuhan pegawai. Kepatuhan pegawai terhadap
peraturan perlu dilakukan agar kinerja Pemkab Bekasi dalam menjalakan
kepemerintahan Bekasi sesuai dengan tujuan yang direncanakan dan menghindari
pemasalaahan yang terjadi.

13
3. Temuan IHPS BPK Untuk Daerah Depok
Tahun 2013
Kota Depok Mendapat Opini WTP
Kota Depok kembali mendapatkan penghargaan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas
pengelolaan keuangan. Penghargaan ini merupakan yang ketiga kali secara berturut-turut
yang berhasil didapatkan oleh Pemerintah Kota Depok.
Penghargaan yang diberikan langsung oleh Menteri Keuangan RI Muhamad Chatib Bisri ini
diterima oleh Wakil Walikota Depok Idris Abdul Somad atas Laporan Keuangan Tahun
Anggaran 2013, di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Jakarta,
Jum’at (12/09/2014).
“Ini merupakan hasil kerja keras dari aparatur pemkot khususnya yang terkait menangangi
masalah pengelolaan keuangan dan juga masyarakat Depok tentunya,” ujar Idris.
WTP adalah Piagam penghargaan yang diberikan kepada Kementrian Negara/Lembaga dan
Pemerintah Daerah yang berhasil menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Kementrian
Negara/Lembaga (LKKL) dan laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun 2013
dengan capaian opini pemeriksaan wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa
Keuangan RI.
RAPBD 2013 Depok Tersangkut Audit BPK
Depok – Draft atau Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun
Anggaran (TA) 2013 tersangkut hingga terkena dampak terlambat, akibat masalah audit
Badan Pemeriksa Keuangan dalam Pertanggungjawaban APBD Tahun Anggaran 2009 yang
hasilnya belum final.
Demikian rangkuman keterangan yang berhasil diperoleh NERACA dari keterangan
Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail saat menyampaikan jawabannya terhadap Nota
Keuangan RAPBD TA 2013, dalam Rapat Paripurna Pandangan Umum Fraksi DPRD Kota
Depok, baru-baru ini.
Menurutnya, terkait jadwal RAPBD yang mengalami sedikit kelambatan, hal ini memang
tidak bisa dipisahkan dari proses kegiatan pemerintahan yang lain, seperti hasil audit BPK
terhadap pertanggungjawaban APBD 2009 yang mengalami keterlambatan. Selain itu juga,
keterlambatan terkait masalah pelaksanaan Pemilukada dan lain-lain.
Namun, lanjutnya, di sisi lain mundurnya jadwal penyampaian Nota Keuangan juga
membawa dampak yang positif terhadap estimasi atau perkiraan penerimaan sumber Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang baru akan diterima diterima
pada awal Nopember 2012. “Kendati demikian, kita masih bisa mengefektifkan waktu yang
ada untuk pembahasan bersama sehingga persetujuan bisa dilakukan sebelum akhir tahun
2012,” katanya menjelaskan.

14
Sementara itu, jawaban Walikota lainnya dari beberapa yang disampaikannya pada Rapat
Paripurna tersebut, masalah dana penyertaan modal yang disarankannya perlu dibahas lebih
intensif, tidak ada tanggapan dari DPRD.
Tetapi, Walikota mengatakan, bahwa pengelolaan PDAM Tirta Asasta, pada tahun ini sedang
dilaksanakan tahap persiapan untuk pengelolaan mandiri Pelayanan Air Bersih bagi
masyarakat Kota Depok.
Diharapkan, katanya, Peraturan Daerah (Perda) PDAM bisa dibahas dan disepakati bersama
pada tahun depan, sehingga terdapat dasar hukum dan dasar teknis yang kuat dalam
pengelolaan PDAM nantinya.
Sejalan dengan hal tersebut Pemerintah Kota Depok terus menjalin komunikasi dengan
Pemerintah Kabupaten Bogor untuk mempersiapkan pemisahan dengan PDAM Kabupaten
Bogor.
Dijelaskan pula, tahun depan ada program sangat strategis untuk peningkatan pelayanan
publik, yaitu pembangunan lima Kantor Kecamatan hasil pemekaran dan Pembangunan
Struktur Gedung Dibaleka (Dinas Badan Lembaga Kantor) ke-2 setinggi 10 lantai. “Dengan
selesainya pembangunannya, semakin memudahkan pemerintah dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat,” katanya.
Sedangkan terkait program Untuk mengurai kemacetan di beberapa titik, diselesaikan pada
tahun 2012 pembangunan jalan tembus jalan Keadilan hingga jalan Juanda, untuk mengurai
kemacetan jalan Tole Iskandar. Dan pembangunan lanjutan jalan sejajar rel kereta api
sebelah Barat yang akan mengurai kemacetan jalan Margonda sisi Selatan.
DEPOK-(TERBITTOP)- DPRD kota Depok menggelar Rapat Paripurna, dalam rangka
penyampaian padangan umum Fraksi-Fraksi terhadap Raperda tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD kota Depok tahun 2013.
Rapat Paripurna dipimpin oleh Ketua DPRD kota Depok, Drs.H Rintis Yanto MM. Hadir
dalam kesempatan tersebut Walikota Depok Nurmahmudi Ismail,Muspida,Lembaga vertical
dan para pimpinan OPD di lingkungan Kota Depok.
Walikota Depok, Nurmahmudi Ismail, mengatakan,Undang-undang Nomor:32 tahun 2004,
tentang pemerintahan Daerah,berkewajiban kepala daerah menyampaikan Raperda tentang
pelaksanaan APBD, berupa laporan keuangan paling lambat 6 bulan (Enam), Setelah
anggaran tahun terakhir, laporan keuangan pemerintah daerah dimaksud disampaikan pasca
audit BPK. Raperda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tahun anggaran 2013.
Walikota mejelaskan tentang pertanggungjawaban keuangan dalam bentuk perhitungan
APBD dan penilaian kinerja berdasarkan tolak ukur rencana strategis yang telah ditetapkan
bersama DPRD kota Depok.
Ketua DPRD kota Depok, Rintis Yanto, mengatakan pihaknya bersama dengan wakil ketua
dan anggota DPRD kota Depok,telah mempunyai catatan strategsi, terhadap
pertanggungjawaban APBD tahun anggaran 2013. Fraksi Demokrat DPRD Depok Agung

15
Widjaksono SH ingin mengetahui sejauh mana walikota menyerap anggaran yang hanya
69,68 persen dari tahun 2013. “Karena ada perubahan maka menjadi perhatian, untuk itu
pencapaian penyerapan anggaran di setiap OPD harus ditingkatkan dengan pengawasan
terhadap perencanaan yang baik,”kata Agung. Fraksi Golkar Babai Suhaemi SE. mengatakan
bahwa Fraksi Golkar telah mengapresiasikan penerimaan Pajak daerah dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah yang telah melampaui target yang di tentukan, akan tetapi ada
item pajak daerah yang tidak menyampai target yaitu, pajak reklame. Sehingga pada tahun
berikutnya Fraksi Partai Golkar berharap kepada pemerintah kota Depok, untuk mengenjot
pendapatan dari sektor reklame. Karena pertumbuhan ekonomi di kota Depok cukup
signifikat dan tentunya harus berjalan terus dengan pendapatan dari sektor pajak yang belum
dioktimalkan sisialisasi, pengawasan dan tindak tegas bagi pemilikk papan reklame yang
tidak taat peraturan daerah. Rachmin Siahaan, dari Fraksi PDI Perjuangan kota Depok,
menjelaskan bawah Pemerintah kota Depok, hendaknya segera menata struktur anggaran
yang nantinya tidak bertumpuk pada sisa lebih hitungan anggaran (Silpa) serta meningkatkan
kapasitas kinerja di unit–unit kerja. Fraksi PAN,Enti SE. yang mengatakan langkah
kemiskinan, pengangguran dan anak putus sekolah di kota Depok cukup tinggi. Menyikapi
hal tersebut, pemerintah kota Depok melakukan terobosan baru, dalah satunya membuka
lapangan kerja bagi warga masyarakat Depok. Bagi yang putus sekolah , pemerintah kota
Depok, menyiapkan sekolah yang muda terjangkau. Sedangkan Fraksi Gerindra Bangsa, Eti
yang mengatakan, pendapatan Asli daerah (PAD) cukup baik., dengan melampaui target
yang telah di tetapkan.
Peningkatannya itu telah mencapai 13,28% ,ini membuktikan bahwa ada dasar pemerintah
kota Depoku ntuk meningkatkan pendapatan secara maksimal walaupun masih banyak
terbatasan sumberdaya manusianya yang ada. Namun masin ada yang harus di perhatikan.
Seperti sarana dan prasarana yang belum optimal. “Peningkatan retribusi serta pemanfaatan
aset daerah sebagai sumber PAD kota Depok. Masih adanya keterbatasan ketrampilan bagi
aparatur dalam mengelola pajak dan retribusi,”ujarnya.(Abdul Azis)
Tahun 2014
DPPKA Tingkatkan Pengawasan Reklame di Depok
Setelah pada tahun 2013-2014 pajak reklame di Depok tidak mencapai target, Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Depok tahun ini berusaha keras
agar pendapatan pajak melalui reklame mencapai target. Adapun target tahun ini sendiri
sebesar Rp 11,6 miliar dan hingga bulan Juni realisasinya sudah mencapai Rp 4,8 miliar atau
40,78 persen.
Kepala Bidang Pendapatan DPPKA Kota Depok, Ahmad Karyaman mengatakan bahwa
pihaknya akan terus berkoordinasi dengan bagian Pengawasan dan Pengendalian dari
Distarkim untuk mengontrol reklame yang ada di Depok. Selain itu, bersama Satpol PP,
pihaknya juga akan berkoordinasi untuk melakukan penertiban kepada reklame liar maupun
reklame yang sudah habis masa berlakunya.

16
“Satu semester harusnya tercapai 50%, kami akan rapat koordinasi dengan dinas terkait
tentang kendala di lapangan,” pungkas Ahmad Karyaman.
Menurutnya, koordinasi akan lebih dikuatkan lagi kepada beberapa OPD yang terlibat dalam
hal ini. Selain Distarkim dan Pol PP, DPPKA juga akan terus berkoordinasi dengan BPMP2T
yang mengurusi masalah perizinan. Dalam hal ini pihak BPMP2T merupakan pihak yang
memberikan perizinan kepada perusahaan yang ingin memasang reklame, selanjutnya
DPPKA akan menetapkan pajak dan memberikan surat pengantar pembayaran pajak.
Ia juga mengakui bahwa beberapa waktu lalu pihak Pemkot mengalami kerugian pajak di 24
titik reklame nakal yang ada di Jalan Margonda Raya, di mana mencapai Rp 43 juta. Hal ini
disebabkan pengelola reklame tidak mengurus izin pembayaran pajak.
24 reklame tersebut merupakan hasil temuan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan
nominal pajak reklame tersebut beragam mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 600 ribu.
Ukurannya beragam pula, ada yang 2×2, 2×3, dan masuk ke ukuran kecil.
“Kami sudah menyerahkan SP 1 kepada pengelolanya, diharapkan ke depannya masyarakat
dapat lebih taat terhadap pajak,” jelas Ahmad. (Rysko/Ed: Fahrudin Mualim

Kendati semua Fraksi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Depok memberikan
kritisi tajam dan keras, serta dibahas intensif dengan semua OPD di kawasan Puncak-Bogor,
ternyata dalam Rapat Paripurnanya, Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Walikota Depok
tetap disetujui. Bahkan laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
2014, dapat diterima dan Rancangan Peraturaan Daerahnya (Raperda) ditetapkan menjadi
Perda, menjadi bukti hukum formal yang sah tidak bermasalah.
Demikian hasil rangkuman data dan keterangan yang diperoleh Neraca dari Sekretariat
DPRD Kota Depok, hingga Rabu Kemarin (8/7).
Ketua DPRD Kota Depok, Hendrik Tangke Allo, dalam kererangan resminya dalam
paripurna penyampaian LPJ, menjelaskan bahwa sebagaimana dalam UUD bahwa Kepala
Daerah diwajibkan menyampaikan Raperda tentang LPJ pelaksanaan APBD. Bentuknya
berupa Laporan Keuangan yang paling lambat 6 (enam) bulan setelah berakhirnya Tahun
Anggaran APBD.
Menurutnya, LPJ Keuangan Pemerintah Daerah yang dimaksud disampaikan pasca audit
BPK, karena Raperda tentang LPJ pelaksanaan keuangan, dalam bentuk perhitungan APBD
dan penilaian kinerja berdasarkan tolak ukur Rencana Strategis (Renstra) yang telah
ditetapkan.
Dikatakan, catatan strategis DPRD Kota Depok terhadap LPJ pelaksanaan APBD 2014 oleh
Walikota, menjadi sangat penting karena sebagai wujud Laporan Pelaksanaan Tugas
(progress report). Tujuan utama, lanjutnya, agar dapat diketahui hasil pelaksanaan APBD
selama satu tahun anggaran, dan merupakan sarana untuk penilaian dan perbaikan kinerja

17
penyelenggaraan Pemerintah Kota Depok."Apakah sudah memenuhi prinsip efisiensi,
efektivitas, produktivitas dan akuntabilitas," kata dia.
Selain itu, juga merupakan “alat control” dari DPRD agar bisa dinilai sejauh mana
pelaksanaan disiplin anggaran dan usaha pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan
di Kota Depok.
Sementara dalam pandangan Umum Fraksi PDI Perjuangan tertulis dalam keterangan
resminya, dinilainya bahwa pencapaian penyerapan anggaran yang tidak maksimal pada
tahun 2014, mengakibatkan terjadinya sisa lebih perhitungan anggaran (SILPA) yang cukup
besar yaitu kurang lebih Rp756 Milyar. Hal itu merupakan salah satu bentuk kelemahan
kinerja pemerintah Kota Depok, Unit Kerja Pemerintah melalui Organisasi perangkat Daerah
(OPD), belum memaksimalkan program kinerjanya dengan baik
"Untuk itu ke depan pencapaian penyerapan anggaran disetiap OPD harus ditingkatkan
dengan pengawasan pada perencanaan yang maksimal," ujar dia sebagaimana keterangan
yang disampaikan Fraksi PDIP yang diperoleh Neraca.
Selain itu juga disorot tentang alokasi anggaran yang sesuai dan manajemen waktu yang
harus lebih baik, sehingga pada tahun anggaran berikutnya dapat mencapai target yang
optimal.
Kemudian Fraksi Gerindra, menilai pemerintah masih sering terjadi tingkat penyerapan
anggaran yang belum maksimal, baik secara keseluruhan maupun penyerapan pada masing-
masing OPD.
Dikemukakan, alasan selalu sama dari tahun ke tahun, yaitu adanya kegagalan dalam proses
pelelangan, terjadinya penumpukan pekerjaan pada triwulan terakhir yang berakibat banyak
kegiatan fisik tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Sedangkan Fraksi PKS,
mengapresiasi kinerja penerimaan pajak daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang
sah."Hasilnya baik dan telah melampaui target yang ditentukan," tutur Ketua DPD PKS
Depok, Supariyono.
Akan tetapi, lanjutnya, kegiatan pembangunan fisik atau belanja modal sering kali terlambat
dimulai. Hingga 6 bulan pertama masih banyak kegiatan fisik yang belum berjalan. Kondisi
tersebut, menurut PKS, berpotensi membesarnya SILPA dari belanja modal yang tidak
terserap. Fraksi PKS menghimbau kepada pemerintah Kota Depok agar untuk tetap fokus
memberi arahan dan mengevaluasi OPD untuk meningkatkan kinerjanya.
"Sehingga, anggaran yang tersedia dapat dioptimalkan untuk peningkatan pelayanan pada
masyarakat Kota Depok," tulis resmi pandangan Fraksi PKS menilai Walikota Depok Nur
Mahmudi Ismail..
Fraksi PAN, melihat pemanfaatan asset asset Pemerintah di Kota Depok perlu segera
dilakukan sebagai salah satu sumber PAD. Dan, para pelaku usaha yang masih banyak belum
memiliki perijinan, hal ini memerlukan peningkatan kinerja terutama dalam pengawasan dan
penertiban.

18
Sedangkan terhadap wajib pajak yang belum memenuhi kewajibannya, Pemerintah juga
harus memberikan kemudahan perijinan bagi investor. Untuk itu, Fraksi PAN Depok
meminta Pemerintah agar membuat komitmen yang jelas kepada para penanam modal yang
ingin berinvestasi di Kota Depok.
'Hal tersebut juga nantinya bisa memperkerjakan warga Depok sesuai sumberdaya yang
dibutuhkan," katanya menegaskan dalam pandangan fraksinya kepada Walikota.
Lain halnya dengan Fraksi Partai Golkar, bahwa besarnya SILPA sebagai akibat dari tidak
terealisasinya kegiatan disebabkan oleh perencanaan dan waktu pengadaan barang atau jasa
yang kurang memperhitungkan terjadinya kegagalan dalam proses pelelangan,
"Jelas ini merupakan kelalaian yang tidak boleh terulang kembali, karena Pemerintah
menggali sumber anggaran dari rakyat dan dampak dari semua ini rakyat yang dirugikan,"
Babai Suhaemi dari Fraksi Golkar menandaskan.
Fraksi partai Demokrat, menilai pencapaian kinerja dari masing-masing OPD terkait
penggunaan anggaran, belum mencapai target, dan meminta tahun berikutnya kinerja
Pemerintah Kota Depok dapat lebih dioptimalkan.
Fraksi PPP, mengapresiasi target-target yang telah ditetapkan dapat tercapai dan bermanfaat
untuk masyarakat Kota Depok. opini “Wajar Tanpa Pengecualian” dari BPK RI perwakilan
Provinsi Jawa Barat untuk Pemerintah Kota Depok APBD 2014, dapat dicapai untuk
keempat kalinya."Kita syukuri dan memberikan apresiasi serta penghargaan yang tinggi
kepada Pemerintah Kota Depok," ditegaskan Fraksi PPP dalam pandangan resminya menilai
LPJ Walikota Depok. Dasmir

Depok Kembali Dapat Penghargaan


DepokAktual.com - Walikota Depok H.Nur Mahmudi Ismail hari ini Jumat (2/10) akan
menerima penghargaan dari Menteri Keuangan di gedung Dhanapala Jakarta. Informasi
tersebut disampaikan Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kota Depok, Nessi
Handari kepada Depok aktual.com kemarin.
“Pak Wali Insya Alloh akan menerima penghargaan dari Menteri Keuangan RI di Jakarta
besok (hari ini, red),” ujarnya. Lebih lanjut, Nessi mengatakan, penghargaan ini diberikan
kepada kota dan kabupaten yang mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
berdasarkan LKPD 2014.
Pemerintah Kota Depok mendapatkan penghargaan opini WTP yang diserahkan langsung
Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Jawa Barat Cornell Syarif
Prawiradiningrat kepada Walikota Depok, Nur Mahmudi Isma’il di Aula Kantor BPK
Perwakilan Provinsi Jawa Barat, Bandung, pada Mei lalu.

19
Komentar :
Tahun 2013
 Opini LHP atas LKPD untuk daerah Depok adalah WTP berdasarkan opini tersebut
Pemda Depok telah menyajikan secara wajar semua akun di dalam LKPD TA 2013
sesuai prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam standar akuntansi pemerintahan,
kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dan efektivitas sistem pengendalian intern pemerintah. Opini WTP yang
diraih karena ini merupakan kerja keras, kesungguhan, serta komitmen dari masing-
masing Pemda untuk terus meningkatkan pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan daerah yang transparan dan akuntabel.
 Kinerja Pemkot Depok dilihat dari sebelumnya sudah cukup baik tetapi perlu
ditingkatkan lagi seperti dalam pengendalian intern dan kedisiplinan terhadap
peraturan juga pengelolaan asset daerah dan keuangan. Tetapi masih ada beberapa
kelemahan seperti pemanfaatan lahan, untuk meningkatkan tingkat ekonomi di Kota
Depok. Kinerja OPD harus lebih ditingkatkan lagi agar, tidak lagi terjadi silpa,
meskipun silpa yang terjadi dikarenakan efisiensi anggaran juga harus diiringi dengan
kinerja yang maksimal. Juga Memberikan kemudahan pelayanan pendidkan,- Ruang
rawat bagi masyarakat miskin. Peningkatan UMKM dan di monitoring serta
dievaluasi.- Penerangan jalan, dan perbaikan track angkot. Pemasangan lampu
penerang jalan, untuk meninimalisasi tindak kejahatan. Pemkot harus menerapkan
cara kerja go green, agar lingkungan lebih asri
Tahun 2014
 Opini LHP atas LKPD untuk daerah Depok adalah WTP berdasarkan opini
tersebut Pemkot Depok telah menyajikan secara wajar semua akun di dalam
LKPD TA 2014 sesuai prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam standar akuntansi
pemerintahan, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan efektivitas sistem pengendalian intern
pemerintah. Opini WTP yang diraih karena ini merupakan kerja keras,
kesungguhan, serta komitmen dari masing-masing Pemda untuk terus
meningkatkan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang
transparan dan akuntabel. Opini WTP ini sudah terjadi sejak tahun 2012-2014 hal
ini telah menunjukan kinerja Pemda Depok dalam menyajikan laporannya secara
wajar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
 Pemkot Depok mengalami kerugian pajak di 24 titik reklame nakal yang ada di
Jalan Margonda Raya, di mana mencapai Rp 43 juta. Hal ini disebabkan
pengelola reklame tidak mengurus izin pembayaran pajak.

20
Kesimpulan
Opini LHP atas LKPD untuk daerah Depok di tahun 2013 dan 2014 adalah WTP
berdasarkan opini tersebut Pemkot Depok telah menyajikan secara wajar semua akun di
dalam laporan keuangan daerah dan sesuai prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam
standar akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan efektivitas sistem pengendalian intern
pemerintah. Dari opini tersebut Pemkot Depok mendapatkan penghargaan atas usahanya
dalam menyajikan laporan secara wajar dan dapat mempertahankannya. Pemkot Depok
diharapkan tidak merasa puas dengan hal tersebut dan mencoba untuk lebih baik lagi.
Kinerja Pemkot Depok dari tahun 2013-2014 mengalami peningkatan dilihat dari aspek
kesehatan, kesejahteraan social, ekonomi dan pendidikan. yang cukup baik tetapi masih
ada beberapa kelemahan seperti penyerapan anggaran belum maksimal dan masih belum
mencapai target. Juga belum adanya pemanfaatan lahan kosong, aspek ekonomi, akses
dan kualitas pendidikan perlu ditingkatkan dan diperbaiki lagi

4. Temuan IHPS BPK Untuk Daerah Garut


Tahun 2013
Opini atas LKPD untuk Kabupaten Garut adalah WDP. Permasalahan Aset Tetap yang
belum tertib, penyaluran dan pertanggungjawaban belanja hibah bantuan sosial dan
bantuan keuangan yang masih banyak kelemahan, kelebihan pembayaran melebihi
prestasi pekerjaan dan kekurangan volume pekerjaan, kelebihan pembayaran gaji pada
PNS yang telah pensiun, bukti pertanggungjawaban yang tidak sesuai, dan terdapat
penggunaan langsung atas retribusi daerah, masih menjadi pengecualian bagi banyak
Pemda.
Dana pengelolaan aset Pemkab Garut diselewengkan?
Sindonews.com - Dana pengelolaan aset Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut sebesar
Rp2 miliar diduga diselewengkan. Dana APBD Kabupaten Garut ini berada dalam pos
anggaran Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKA)
Kabupaten Garut.
Dewan Pembina LSM Masyarakat Peduli Anggaran Garut (Mapag) Haryono menuding
pelaksanaan kegiatan itu nihil. Dia menilai, alokasi dana tersebut hanya sebagai bentuk
pemborosan anggaran.
"Alasannya karena hingga saat ini aset pemerintah daerah masih amburadul. Bahkan
setiap tahunnya mendapatkan sorotan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI)," kata
Haryono di Garut, Rabu (21/8/2013).

21
Menurut Haryono, kegiatan yang didanai anggaran ini diantaranya untuk manajemen
aset, analilis kebutuhan barang, penertiban aset milik pemerintah daerah, pembinaan,
monitoring dan pengelolaan barang milik daerah.
“Dana itu hanyalah akal-akalan birokrat untuk mengeruk uang rakyat,” tuduhnya.
Mantan Anggota DPRD Garut periode 1998-2009 ini membeberkan, dalam hasil
pemeriksaan BPK RI tahun 2013 baru-baru ini, aset pemerintah daerah senilai Rp591
miliar dinilai tidak dapat diyakini kewajarannya. Bahkan, kata dia, terdapat 200 tanah
pemerintah yang tidak memiliki sertifikat dari Badan Pertanahan Nasional.
"Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan Pemkab Garut
tahun 2012, aset daerah yang dinilai tidak wajar itu diantaranya Penyajian Aset Tetap
Tanah sebesar Rp22,8 miliar, Penyajian Aset Tetap Peralatan dan Mesin pada Dinas
Pendidikan (Disdik) sebesar Rp120,9 miliar, Dinkes sebesar Rp48,8 miliar dan Dinas
SDAP senilai Rp3,2 miliar," sebutnya.
Selain itu, Penyajian Aset Tetap Gedung dan Bangunan yang juga tidak dapat diyakini
kebenarannya mencapai Rp141,5 miliar, Penyajian aset tetap Jalan, Irigasi serta Jaringan
sebesar Rp249,9 miliar dan Belanja modal minimal sebesar Rp5,5 miliar belum dapat
diakui sebagai aset tetap.
Menanggapi tudingan itu, Kepala DPPKA Garut, Totong, membantah bila anggaran
pengelolaan aset telah diselewengkan. Menurut dia, dana tersebut sudah digunakan sesuai
dengan peruntukannya.
"Sementara mengenai temuan BPK, kesalahan pengelolaan itu bukan berada di intansi
kami melainkan dari setiap intansi perangkat daerah yang tidak melakukan pendataan
dengan baik. Kita ini hanya mengkonsolidasikan dan menampung semua aset saja, untuk
pencatatannya ada di dinas masing-masing,” jelasnya.

SKPD Bermasalah Dituntut Mengembalikan Uang Negara, Kasda Garut Sudah


Terima Rp3,6 M
GARUT – Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (LHP BPK RI) Tahun Anggaran (TA) 2013 dan 2014, sejumlah
SKPD dituntut untuk mengganti kerugian Negara. Pasalnya, uang yang digelontorkan
melalui SKPD ini tidak tepat sasaran, dengan berbagai alasan.
Jumlah kerugian negara akibat banyak penggunaan uang yang tidak tepat sasaran sekitar
3,6 Milyar lebih. Sampai dengan bulan Juni tahun 2015 uang tersebut sudah berada di kas
Negara, tepatnya di Dinas Pendapatan, Pengelolaan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Garut.
Berdasarkan data yang diperoleh Redaksi Koran Fakta, uang pengembalian yang
diperoleh kas daerah terdiri dari hasil temuan LHP BPK TA 2013 sampai dengan tanggal
14 Juli tahun 2015 yakni sebesar Rp2,859.217.932,00 dan TA 2014 sebesar

22
Rp811.738.076. Bila ditotalkan nilai tersebut mencapai angka kurang lebih sebesar
Rp3.671.456.008.
Jumlah sebanyak itu, apabila dilihat dari catatan DPPKA, kerugian Negara berasal dari
berbagai SKPD dengan berbagai persoalan. Seperti pengembalian CV-CV yang
dinyatakan mendapat pembayaran yang lebih dari kegiatan proyek, denda keterlambatan
pekerjaan, membayar kekurangan volume pada pekerjaan proyek, kerugian Negara akibat
pemasangan PJU (penerangan jalan umum), temuan kegiatan sertifikasi bibit serta
berbagai persoalan lain yang mengakibatkan kerugian Negara.
Salah satu temuan BPK di TA 2013 yakni di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
(bapusipda) Kabupaten Garut. Berdasarkan pengakuan salah satu pegawai yang
berpangkat Kepala Bidang (kabid) di Bapusipda yang berinisial SR, melalui surat yang
ditandatangani diatas materai, dirinya akan bertanggungjawab atas kerugian Negara
sebesar Rp 132.378.500 yakni kerugian yang disebabkan, belanja barang dan jasa yang
tidak didukung dengan bukti pertanggungjawaban belanja barang dan jasa pada kegiatan
story telling dan pelaksanaan koordinasi pengembangan budaya baca TA 2013.
Untuk mengganti kerugian Negara, dirinya akan mengganti dengan menyetorkan jumlah
tersebut ke kas daerah di Kabupaten Garut, dalam jangka waktu 40 hari sejak dirinya
menandatangani Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM). Sebagai jaminan
atas pernyataan tersebut , dirinya menyerahkan barang-barang beserta bukti kepemilikan
dan surat kuasa menjual. Salah satu jaminan tersebut adalah akta hibah nomor : 42 /2010
an Eristya Eka Laras, yang beralamat Kp Panyinggkiran 2/4 Bungbulang.
Dalam surat yang ditandatangani di Garut tanggal 14 Oktober 2014 yang diketahui oleh
Kepala Bapusipda saat itu, Wawan Nurdin, S,Sos, MSi, SR menyatakan, apabila dalam
jangka waktu 40 hari, setelah dirinya menandatangani pernyataan tersebut dan ternyata
tidak mengganti seluruh jumlah kerugian tersebut, maka Negara bisa menjual dan
melelang barang jaminan tersebut.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Garut, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (Bapusipda) di tahun 2013, Drs Wahyudijaya MSi
kepada wartawan mengatakan, sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Garut Nomor : 700
/1639/inspt yang berisi LHP BPK-RI atas laporan Keuangan Pemda Garut Tahun 2013,
Nomor 25 C/LHP/XVIII.BDG/05/2014 tanggal 21 Mei 2014, BPK-RI Perwakilan
Provinsi Jawa Barat merekomendasikan kepada Bupati Garut agar memberikan sangsi
sesuai ketentuan yang berlaku kepada para Kepala SKPD yang tercantum dalam LHP
BPK-RI tersebut.
“ Salah satu kepala SKPD itu saya. Saya sendiri dalam hal ini dalam kedudukan sebagai
Kepala Bapusipda Kabupaten Garut di tahun 2013 dinyatakan lalai dalam mengawasi
pelaksanaan anggaran belanja barang dan jasa di Bapusipda dalam kegiatan
pengembangan minat dan budaya baca dan kegiatan pengembangan kepustakawanan dan
peningkatan budaya baca berupa lokakarya/seminar/roadshow dan bintek (Banprop) TA
2013,” ujar Wahyu.

23
Sebagai pimpinan di Bapusipda, Wahyu menyesalkan perbuatan SR, karena telah
melakukan pelanggaran sehingga menjadi temuan BPK-RI. “Akhirnya saya mendapat
hukuman displin berupa teguran lisan. Karena berdasarkan LHP BPK-RI atas laporan
keuangan Pemda Garut Tahun 2013, saya dinilai telah melakukan perbuatan yang
melanggar pasal 3 angka 4 PP Nomor 53 Tahun 2010,” ungkap Wahyu.
Sementara itu, Kepala Bapusipda Kabupaten Garut TA 2015, Lisnawati kepada wartawan
mengaku kaget membaca berita tentang temuan BPK-RI TA 2013 di Bapusipda. Melalui
pemberitaan tersebut, Lisnawati berjanji akan terus berupaya meningkatkan pengawasan
terhadap jajarannya. “Kami yang bekerja di Bapusipda saat ini merasa kaget, tetapi kami
akan menjadikan informasi ini sebagai bahan pembelajaran dan evaluasi. Sehingga, tahun
ini dan berikutnya tidak ada lagi pelanggaran adan temuan dari LHP BPK-RI di
Bapusipda,” ungkapnya.

Tahun 2014
Opini LHP atas LKPD
Garut mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dengan pengecualian sebagian
besar pada Aset Tetap.
Ada dugaan korupsi mamin Rp 1 miliar, ini komentar Bupati Garut
LENSAINDONESIA.COM: Bupati Garut Rudy Gunawan angkat bicara indikasi korupsi
dana Makan Minum (Mamin) tahun 2014, berdasarkan hasil kajian Centre For Budget
Analysis (CBA), terhadap hasil audit Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) pada
semester 1 tahun 2014.
Menurutnya, Hasik audit BPK tersebut, merupakan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
pada tahun 2013, dimana penggunaan anggaran yang direalisasikan pada tahun 2013,
oleh Pemerintah Kabupaten Garut, yang kemudian diperiksa diperiksa pada tahun
berikutnya.
“Permasalahan temuan BPK tersebut sudah diselesaikan,” kata Rudy Gunawan saat
ditemui disela-sela membuka Seminar Human Trafficking Di Kabupaten Garut, Jawa
Barat, yang bertempat di Kecamatan Sucinaraja, Sabtu (02/05/2015).
Diakuinya, jika memang adanya dugaan indikasi Korupsi yang dilontarkan Centre For
Budget Anlaysis Jakarta, itu wajar saja. Bahkan Rudy Gunawan mempersilahkan jika
penegak hukum ingin melakukan penegakan hukum.
“Kalau penegak hukum ingin melakukan penegakan hukum, silahkan saja, agar
masyarakat mengetahuinya. Saya selaku Kepala Daerah akan mendukung sepenuhnya.,”
ujanya.
Diberitakan sebelumnya lembaga Centre For Budget Anlaysis Jakarta, melalui Direktur
Exsekutif Uchok Sky Khadafi, menumukan adanya indikasi korupsi sebesar Rp 1 Miliar

24
lebih, dari anggaran Makan Minum yang dikelola Bagian Umum Setda Garut, dari nilai
total Rp 2,8 Miliar. Hal itu berdasarkan kajian dari hasil Audit BPK semestet 1 tahun
2014.

INILAH, Garut - Pengelolaan aset barang milik daerah hingga kini masih menjadi
titik lemah Pemkab Garut untuk dapat meraih penilaian opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI atas laporan
pengelolaan keuangannya.
Selama 2014 sebenarnya terdapat kecenderungan penurunan temuan kasus keuangan di
lingkungan SKPD Pemkab Garut. Namun sistem pengendalian internalnya dinilai masih
lemah.
Hal itu dikemukakan Bupati Garut Rudy Gunawan saat penyampaian Jawaban Bupati
Garut atas Pandangan Umum Fraksi-Fraksi DPRD Garut pada Rapat Paripurna DPRD
Garut tentang Pembahasan Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Garut 2014
di Gedung DPRD Garut, Rabu (1/7/2015).
Rudy menilai upaya pemerintah meraih opini WDP yang tercatat merupakan kali keenam
berturut-turut sejak 2009 itu merupakan pekerjaan besar. Pasalnya, pada 2007 dan 2009,
Kabupaten Garut mendapatkan opinion disclaimer.
Rudy menyebutkan, menurut laporan BPK RI terkait laporan keuangan pemerintah
daerah per 31 Desember 2014, dari segi realisasi anggaran arus kas dan catatan keuangan
telah sesuai standar akutansi pemerintah. Namun pada aspek sistem pengendalian internal
terdapat pokok kelemahan bersifat administratif.
Sedangkan pada aspek kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, diketahui ada
4 temuan dengan nilai sekitar Rp743 juta. Jumlah temuan tersebut lebih sedikit
dibandingkan temuan pada 2013 mencapai sebanyak 14 temuan dengan nilai kerugian
negara sekitar Rp4,81 miliar.
"Tapi temuan itu juga karena ada kegiatan program DAK (dana lokasi khusus) pengadaan
tong sampah yang dilaksanakan melebihi tahun anggaran, sehingga tidak bisa dilakukan
pembayaran pada 2014. Juga ada kelebihan pembayaran TPP (Tunjangan Pendapatan
Pegawai)," jelas Rudy.
Karena itu dia mengingatkan pegawai yang melaksanakan cuti tidak akan mendapatkan
TPP. Bagi pegawai yang melakukan cuti atau umroh namun mendapatkan pembayaran
penuh TPP maka mesti dikembalikan ke negara.
Menurut Rudy, dari sebanyak 75 entitas keuangan, hanya terdapat 5 SKPD yang masih
harus dilakukan perbaikan penatausahaan asetnya. Mereka yakni Dinas Pendidikan,
Dinas Kesehatan, Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan, Dinas Binamarga, dan
Dinas Tata Ruang dan Permukiman.

25
Menurutnya, hal itu terjadi karena jumlah asetnya banyak dan tersebar luas hingga
pelosok desa. Seperti jaringan irigasi, bangunan sekolah, infrastruktur jalan, dan
puskesmas.
Kendati masih bermasalah dalam urusan aset, dia optimistis Pemkab Garut bisa meraih
opini WTP dari BPK pada laporan keuangan tahun anggaran 2015. Namun untuk
mewujudkannya, dia meminta dukungan semua pihak.
"Kami akan berupaya pada 2015 bisa mendapatkan penilaian WTP," tandasnya.
Untuk mencapainya, tutur Rudy, sejumlah langkah strategis pun disiapkan. Antara lain
dengan menindaklanjuti hasil laporan BPK khususnya pada 5 SKPD, melakukan
pembinaan dan koordinasi intensif penatausaahaan barang milik daerah, melakukan
inventarisasi serta penduplikasian barang sesuai ketentuan berlaku, dan melakukan
penyelesaian tuntutan ganti rugi barang daerah.

Komentar
Tahun 2013
 Garut mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dengan pengecualian
sebagian besar pada Aset Tetap
 Dana asset tetap Kabupaten Garut Diselewengkan. "Berdasarkan laporan hasil
pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan Pemkab Garut tahun 2012, aset daerah
yang dinilai tidak wajar itu diantaranya Penyajian Aset Tetap Tanah sebesar Rp22,8
miliar, Penyajian Aset Tetap Peralatan dan Mesin pada Dinas Pendidikan (Disdik)
sebesar Rp120,9 miliar, Dinkes sebesar Rp48,8 miliar dan Dinas SDAP senilai Rp3,2
miliar," sebutnya. Selain itu, Penyajian Aset Tetap Gedung dan Bangunan yang juga
tidak dapat diyakini kebenarannya mencapai Rp141,5 miliar, Penyajian aset tetap
Jalan, Irigasi serta Jaringan sebesar Rp249,9 miliar dan Belanja modal minimal
sebesar Rp5,5 miliar belum dapat diakui sebagai aset tetap.
 SKPD Garut Bermasalah, berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (LHP BPK RI) Tahun Anggaran (TA) 2013 dan 2014,
sejumlah SKPD dituntut untuk mengganti kerugian Negara. Pasalnya, uang yang
digelontorkan melalui SKPD ini tidak tepat sasaran, dengan berbagai alasan.
Jumlah kerugian negara akibat banyak penggunaan uang yang tidak tepat sasaran
sekitar 3,6 Milyar lebih. Sampai dengan bulan Juni tahun 2015 uang tersebut sudah
berada di kas Negara, tepatnya di Dinas Pendapatan, Pengelolaan dan Aset (DPPKA)
Kabupaten Garut.
Berdasarkan data yang diperoleh Redaksi Koran Fakta, uang pengembalian yang
diperoleh kas daerah terdiri dari hasil temuan LHP BPK TA 2013 sampai dengan
tanggal 14 Juli tahun 2015 yakni sebesar Rp2,859.217.932,00 dan TA 2014 sebesar
Rp811.738.076. Bila ditotalkan nilai tersebut mencapai angka kurang lebih sebesar
Rp3.671.456.008.

26
Tahun 2014
 Di tahun 2014 Kabupaten Garut Mendapat Opini opini yang sama yaitu WDP
dengan permasalahan yang sama yaitu dalam pengelolaan asset tetap. Pemkab
Garut sebaiknya menanggai permasalahan ini dikarenakan penyelewengan asset
tetap terjadi lagi. Pengendalian intern dan tingkat kepatuhan terhadap peraturan
juga perlu ditingkatkan lagi untuk memperkecil kemungkinan kesalahan yang
terjadi.
 Diberitakan sebelumnya lembaga Centre For Budget Anlaysis Jakarta, melalui
Direktur Exsekutif Uchok Sky Khadafi, menumukan adanya indikasi korupsi
sebesar Rp 1 Miliar lebih, dari anggaran Makan Minum yang dikelola Bagian
Umum Setda Garut, dari nilai total Rp 2,8 Miliar. Hal itu berdasarkan kajian dari
hasil Audit BPK semestet 1 tahun 2014.
 Selama 2014 sebenarnya terdapat kecenderungan penurunan temuan kasus
keuangan di lingkungan SKPD Pemkab Garut. Namun sistem pengendalian
internalnya dinilai masih lemah. Menurut laporan BPK RI terkait laporan
keuangan pemerintah daerah per 31 Desember 2014, dari segi realisasi anggaran
arus kas dan catatan keuangan telah sesuai standar akutansi pemerintah. Namun
pada aspek sistem pengendalian internal terdapat pokok kelemahan bersifat
administratif. Sedangkan pada aspek kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, diketahui ada 4 temuan dengan nilai sekitar Rp743 juta. Jumlah
temuan tersebut lebih sedikit dibandingkan temuan pada 2013 mencapai sebanyak
14 temuan dengan nilai kerugian negara sekitar Rp4,81 miliar. . Juga ada
kelebihan pembayaran TPP (Tunjangan Pendapatan Pegawai),". Dari sebanyak 75
entitas keuangan, hanya terdapat 5 SKPD yang masih harus dilakukan perbaikan
penatausahaan asetnya. Mereka yakni Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas
Sumber Daya Air dan Pertambangan, Dinas Binamarga, dan Dinas Tata Ruang
dan Permukiman.
Kesimpulan
Di tahun 2013 dan 2014 Kabupaten Garut Mendapat Opini opini yang sama yaitu
WDP dengan permasalahan yang sama yaitu dalam pengelolaan asset t. Pemkab
Garut sebaiknya menanggai permasalahan ini dikarenakan penyelewengan asset tetap
terjadi lagi. Juga terjadi kelebihan pembayaran tunjagan pegawai. Pengendalian intern
dan tingkat kepatuhan terhadap peraturan juga perlu ditingkatkan lagi untuk
memperkecil kemungkinan kesalahan yang terjadi.

27
5. Temuan IHPS BPK Untuk Daerah Tasikmalaya
Tahun 2013
Kota Tasikmalaya Dapat Opini Wajar Dengan Pengecualian dari BPK

BANDUNG, TRIBUN - BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat untuk ketiga kaliya
kembali memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Tasikmalaya TA 2013. Pada LKPD TA 2011 dan 2012,
Kota Tasikmalaya juga mendapatkan opini WDP dari BPK. Hal itu disampaikan Kepala
Perwakilan (Kalan) BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat, Ir Cornell S
Prawiradiningrat MM pada saat acara menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
atas LKPD Kota Tasikmalaya TA 2013, di Ruang Pertemuan Kantor BPK, Jumat (13/6).
Sesuai dengan siaran pers dari Subbagian Hukum dan Humas BPK RI Perwakilan
Provinsi Jabar yang diterima Tribun, Jumat (13/6) sore, LHP langsung diterima oleh Wali
Kota Tasikmalaya, H Budi Budiman dan Wakil Ketua DPRD Kota Tasikmalaya, Drs H
Ade Lukman.
Pemeriksaan atas LKPD dilakukan untuk memberikan keyakinan, apakah Pemerintah
Daerah telah menyajikan secara wajar semua akun di dalam LKPD tahun 2013 sesuai
prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam standar akuntansi pemerintahan, kecukupan
pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
efektivitas sistem pengendalian intern pemerintah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas LKPD Kota Tasikmalaya TA 2013, BPK masih
menemukan sejumlah permasalahan yang memerlukan perhatian dan komitmen
penyelesaian dari seluruh elemen DPRD dan Pemerintah Kota Tasikmalaya. Terdapat
tiga permasalahan yang menjadi Pengecualian dalam LHP LKPD Kota Tasikmalaya TA
2013 yaitu Aset Tetap, Persediaan, dan Investasi Non Permanen Dana Bergulir.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan, pencatatan dan penilaian Aset Tetap pada Pemerintah
Kota Tasikmalaya belum sepenuhnya sesuai dengan SAP. Selain itu penyajian Aset Tetap
pada Dinas Pendidikan dan RSUD belum didukung hasil inventarisasi serta tindak lanjut
hasil pemeriksaan belum seluruhnya diselesaikan," jelas Cornell dalam sambutannya.
Terkait akun Persediaan, permasalahan yang ditemukan BPK yaitu mengenai
penatausahaan pada enam organisasi perangkat daerah (OPD) kurang tertib. Sedangkan
pada akun Investasi Non Permanen Dana Bergulir, penyajian akun di Neraca per 31

28
Desember 2013 senilai Rp 13,39 miliar belum mencerminkan nilai bersih yang dapat
direalisasikan.
Sesuai ketentuan Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Kepala Daerah berkewajiban untuk
menindaklanjuti rekomendasi LHP BPK dan menyampaikan perkembangan tindak lanjut
paling lambat 60 hari sejak LHP diterima.
BPK juga meminta Wali Kota Tasikmalaya untuk membuat rencana aksi perbaikan
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah. Rencana aksi dibuat agar proses
perbaikan yang dilakukan menjadi jelas, terarah dan terpadu.
"Agar rencana aksi dapat disusun dengan baik, Walikota perlu melakukan telaahan yang
komprehensif atas LHP BPK. Sedangkan kepada DPRD Kota Tasikmalaya diminta untuk
mendorong penyelesaian tindak lanjut sehingga tidak terdapat lagi masalah yang sama
untuk tahun-tahun berikutnya," kata Cornell.
Pada akhir sambutan, Cornell meminta komitmen Wali Kota beserta jajarannya untuk
menindaklanjuti setiap rekomendasi BPK baik yang bersifat administratif maupun
pengembalian kerugian daerah.
"Diperlukan komitmen yang kuat dari Walikota beserta seluruh jajarannya dalam hal ini
seluruh Kepala SKPD sebagai Pengguna Anggaran untuk memperbaiki tata kelola
keuangan dan barang daerah serta melakukan perubahan mendasar dan signifikan kea rah
yang lebih baik," pungkasnya.
Menanggapi LHP BPK atas LKPD Kota Tasikmalaya TA 2013, Wakil Ketua DPRD
Kota Tasikmalaya menyatakan, meskipun belum WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)
tetapi pihak Pemerintah Kota Tasikmalaya dan DPRD Tasikmalaya sudah melakukan
pembenahan.
"Sesuai ketentuan perundangan, DPRD akan segera menindaklanjuti dan membahas
rekomendasi BPK. Kami akan memanggil OPD-OPD terkait sehingga dalam jangka
waktu 60 hari sudah terdapat tindak lanjut," jelas Ade Lukman.
Ade menambahkan, besok hari Senin (16/6), DPRD Kota Tasikmalaya akan membentuk
Panitia Khusus (Pansus) untuk membahas temuan-temuan BPK. (ddh/*)

29
Tahun 2014
Opini LHP atas LKPD untuk Pemkab Tasikmalaya TA 2014
Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dengan pengecualian sebagian besar pada
Aset Tetap.

BPK : Ada Kecurangan Keuangan Di Pemkab Tasikmalaya


Tasikmalaya – Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI menerbitkan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) Keuangan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya pada tahun anggaran
2014, diduga ada indikasi kecurangan dan penyimpangan dalam pelaksanaan proyek di
Kabupaten Tasikmalaya.
Sementara, BPK Memuat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dengan Nomor
pemeriksaan 33.A/LHP/XVIII. BDG/ 05/2015 tanggal 5 Mei 2015, berarti ketidak
patuhan terhadap undang-undang yang dilakukan pihak Pemkab Tasikmalaya.
Dari hasil pemeriksaan atas kepatuhan dan kecurangan terhadap Undang-Undang oleh
Pemkab Tasikmalaya,maka tiga Dinas Pemkab Tasikmalaya harus mengembalikan uang
sebesar Rp 871.028.975 ke kas daerah.
BPK pun merekomendasikan Kepada Bupati Tasikmalaya un¬tuk memasukan pihak
ketiga (pemborong) Direktur dan PT BDA ke dalam daftar hitam serta Direktur CV Pur
dan CV SJ mengembalikan kelebihan pembayaran ke kas daerah.
Selain itu, BPK merinci temuan ter¬sebut antara lain untuk pemenang penyedia jasa
konsultansi pembuatan sistem informasi geografis ketenagalistrikan di Dinas
Per¬tambangan dan Energi sebesar Rp 455.889.806.
Termasuk pemenang penyedia jasa konsultansi penyusunan sistem informasi kompetensi
industri kecil dan menengah di Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan sebesar
Rp 324.318.482.
Termasuk pada proyek kekurangan volume dua paket pekerjaan konstruksi jalan pada
Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Tasikmalaya sebesar Rp. 90.820.687,94.

BPK TEMUKAN KELEBIHAN ANGGARAN 900 JUTA LEBIH DI DIPENDA


KOTA TASIKMALAYA
TASIKMALAYA – Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia, telah
memeriksa neraca pemerintah Kota Tasikmalaya tanggal 13 Desember 2014 laporan
realisasi anggaran dan laporan arus kas serta catatan atas laporan Keuangan. BPK telah
menerbitkan laporan hasil pemeriksaan keuangan atas laporan keungan pemerintah Kota
Tasikmalaya tahun 2014 yang memuat opini wajar dengan pengecualian dengan nomor

30
45./LHP/XVIII.BDG/2015 ,Tanggal 5 Mei 2015 dan laporan hasil pemeriksaan atas
sistem Pengendalian Intem nomor 45.B/LHP/XVIII.BDG/2015 Tanggal 5 Mei 2015.
BPK menemukan adanya ketidakpatuhan, kecurangan dan ketidakpatutan dalam
pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan pada Pemerintah Kota
Tasikmalaya. Pokok-pokok temuan ketidakpatuttan terhadap peraturan perundang-
undangan dalam pelaporan keuangan yang ditemukan BPK RI ialah salah satunya dari
Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya yaitu adanya kelebihan biaya langsung personil dan
non personil pada belanja jasa konsultasi penelitian Dinas Pendapatan daerah minimal
sebesar Rp 925.784.073 dalam kegiatan yang pertama pemutakhiran data objek PBB
perdesaan dan perkotaan dan kedua pemeliharaan basis data sistem manajemen Informasi
objek pajak (SISMIOP) Dan pemeliharaan data sistem Informasi Geografis (SIG) Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) serta yang ketiga pendataan objek PBB dan BPTHB.
KF berhasil menemui Kepala Bidang PBB pada Dinas Pendapatan, Yuda permana, M.Si
di ruang kerjanya, Jumat (21/08/2015). Secara singkat Yuda mengatakan, kalau
permasalahan terkait adanya LHP BPK tentang kelebihan biaya langsung personil dan
non personil jasa konsultasi dengan kelebihan yang hampir 1 miliar tersebut sudah
dikembalikan ke kas daerah karena sesuai dengan rekomendasi BPK kepada walikota.
“Permasalah tersebut sudah beres dan uangnya sudah dikembalikan ke kas daerah,”
ungkapnya singkat.
Yuda juga menambahkan, kalau kelebihan jasa konsultasi, hanyalah kesalahan
management perusahaan belaka dan pihak dinas hanya memberikan pagu nilai saja.
“Permaslahan ini banyaknya kesalahan dari management perusahaan,” tambahanya.
Padahal, kondisi tersebut dalam LHP BPK tersebut jelas kelalaian Kepala Dinas
Pendapatan Daerah selaku PPK kurang cermat dalam menetapkan rencana pelaksanaan
pengadaan dan penyusunan HPS , dan lalai dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia jasa konsultasi. Serta
Pejabat Pelaksanaan Teknis Kegiatan (PPTK) lalai dalam mengawasi pelaksanaan
kegiatan pengadaan jasa konsultasi.
Jasa Konsultasi Penelitian dianggap Mubazir
Banyak kalangan menilai jasa konsultasi yang dilakukan Dinas Pendapatan dianggap
mubazir. Pasalnya, kegiatan yang dilakukan oleh empat Perusahaan (PT) tersebut yang
menghabiskan dana miliaran rupiah tidak ada pengaruhnya terhadap perbaikan PAD
melalui PBB di Kota Tasikmalaya. Seperti yang diungkapkan pemerhati social, Malby A
Rozak saat ditemui KF dirinya mengatakan banyaknya permasalahan SPPPT PBB yang
tidak sesuai dengan bangunan aslinya membuktikan kalau jasa konsultasi tersebut belum
berpengaruh apalagi dari kegiatan tersebut otomatis untuk perbaikan PBB di Kota
Tasikmalaya. “Kegiatan tersebut sangat mubazir, untuk jasa konsultasi bisa
menghabiskan miliaran rupiah. Bayangkan kalau uang tersebut bisa digunakan untuk
kepentingan masyarakat, ya secepatnya angka kemiskinan di Kota Tasikmalaya pasti
akan menurun,” katanya.

31
Apakah rekomendadi BPK terkait permasalahan tersebut sudah benar dilakukan oleh
Kepala Dinas Pendapatan yang bukan hanya mengembalikan uang yang hampir 1 miliyar
saja akan tetapi rekomendasi yang lainnya juga berupa sangsi sangsi kepada PPTK.
“Kepala Dinas Pendapatan Daerah harus memberikan sangsi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku kepada PPTK yang lalai dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan pekerjaan
jasa konsultasi,” pungkasnya. (Rian)

Komentar
Tahun 2013
 Kota Tasikmalaya Dapat Opini Wajar Dengan Pengecualian dari BPK
 Berdasarkan hasil pemeriksaan atas LKPD Kota Tasikmalaya TA 2013, BPK
masih menemukan sejumlah permasalahan yang memerlukan perhatian dan
komitmen penyelesaian dari seluruh elemen DPRD dan Pemerintah Kota
Tasikmalaya. Terdapat tiga permasalahan yang menjadi Pengecualian dalam LHP
LKPD Kota Tasikmalaya TA 2013 yaitu Aset Tetap, Persediaan, dan Investasi
Non Permanen Dana Bergulir.
 "Berdasarkan hasil pemeriksaan, pencatatan dan penilaian Aset Tetap pada
Pemerintah Kota Tasikmalaya belum sepenuhnya sesuai dengan SAP. Selain itu
penyajian Aset Tetap pada Dinas Pendidikan dan RSUD belum didukung hasil
inventarisasi serta tindak lanjut hasil pemeriksaan belum seluruhnya diselesaikan.
 Terkait akun Persediaan, permasalahan yang ditemukan BPK yaitu mengenai
penatausahaan pada enam organisasi perangkat daerah (OPD) kurang tertib.
Sedangkan pada akun Investasi Non Permanen Dana Bergulir, penyajian akun di
Neraca per 31 Desember 2013 senilai Rp 13,39 miliar belum mencerminkan nilai
bersih yang dapat direalisasikan

Tahun 2014
 Opini LHP atas LKPD untuk Pemkab Tasikmalaya TA 2013 adalah Opini Wajar
Dengan Pengecualian (WDP) dengan pengecualian sebagian besar pada Aset
Tetap.
 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) Keuangan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya pada tahun anggaran 2014,
diduga ada indikasi kecurangan dan penyimpangan dalam pelaksanaan proyek di
Kabupaten Tasikmalaya. Sementara, BPK Memuat opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) dengan Nomor pemeriksaan 33.A/LHP/XVIII. BDG/
05/2015 tanggal 5 Mei 2015, berarti ketidak patuhan terhadap undang-undang
yang dilakukan pihak Pemkab Tasikmalaya.Dari hasil pemeriksaan atas
kepatuhan dan kecurangan terhadap Undang-Undang oleh Pemkab

32
Tasikmalaya,maka tiga Dinas Pemkab Tasikmalaya harus mengembalikan uang
sebesar Rp 871.028.975 ke kas daerah.
 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia, telah memeriksa neraca
pemerintah Kota Tasikmalaya tanggal 13 Desember 2014 laporan realisasi
anggaran dan laporan arus kas serta catatan atas laporan Keuangan. BPK telah
menerbitkan laporan hasil pemeriksaan keuangan atas laporan keungan
pemerintah Kota Tasikmalaya tahun 2014 yang memuat opini wajar dengan
pengecualian dengan nomor 45./LHP/XVIII.BDG/2015 ,Tanggal 5 Mei 2015 dan
laporan hasil pemeriksaan atas sistem Pengendalian Intem nomor
45.B/LHP/XVIII.BDG/2015 Tanggal 5 Mei 2015. BPK menemukan adanya
ketidakpatuhan, kecurangan dan ketidakpatutan dalam pengujian kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan pada Pemerintah Kota Tasikmalaya.
Pokok-pokok temuan ketidakpatuttan terhadap peraturan perundang-undangan
dalam pelaporan keuangan yang ditemukan BPK RI ialah salah satunya dari
Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya yaitu adanya kelebihan biaya langsung
personil dan non personil pada belanja jasa konsultasi penelitian Dinas
Pendapatan daerah minimal sebesar Rp 925.784.073 dalam kegiatan yang pertama
pemutakhiran data objek PBB perdesaan dan perkotaan dan kedua pemeliharaan
basis data sistem manajemen Informasi objek pajak (SISMIOP) Dan
pemeliharaan data sistem Informasi Geografis (SIG) Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) serta yang ketiga pendataan objek PBB dan BPTHB.

Kesimpulan
Opini LHP atas LKPD Kab Tasimalaya adalah Wajar Dengan Pengecualian
(WDP), Berdasarkan hasil pemeriksaan Pemkab Tasikmalaya masih salah dalam
menyajikan laporan keuangan seperti dalam pencatatan dan penilaian Aset Tetap
pada Pemerintah Kota Tasikmalaya belum sepenuhnya sesuai dengan SAP.
Pemkab Tasikmalaya diharapkan dapat menyajikan laporan keuangan sesuai
dengan SAP. Selain Permasalahan pada laporan keuangan Pemkab Tasikmalaya
juga mempunyai masalah manajemen kepemerintahannya dalam hal tata kelola
keuangan maupun pegawainya juga pengedalian intern terhadap kepatuhan pada
peraturan yang berlaku.

33
Daftar Pustaka

http://www.bpk.go.id/
http://bandung.bpk.go.id/?p=7626
http://daerah.sindonews.com/read/773857/21/dana-pengelolaan-aset-pemkab-garut-
diselewengkan-1377081812
http://www.lensaindonesia.com/2015/05/02/ada-dugaan-korupsi-mamin-rp-1-miliar-ini-
komentar-bupati-garut.html
http://harianwartanasional.com/bpk-temukan-kecurangan-pengelolaan-apbd-
purwakarta/4288/
http://jabar.tribunnews.com/2014/06/13/kota-tasikmalaya-dapat-opini-wajar-dengan-
pengecualian-dari-bpk?page=2
http://www.depok.go.id/12/09/2014/01-berita-depok/kota-depok-raih-predikat-wtp-tiga-kali-
berturut-turut
http://www.neraca.co.id/article/21181/rapbd-2013-depok-tersangkut-audit-bpk
http://jabar.tribunnews.com/2014/06/13/kota-tasikmalaya-dapat-opini-wajar-dengan-
pengecualian-dari-bpk
http://4bintanges.com/?p=2058
http://www.radarnusantara.com/2015/07/pandangan-umum-fraksi-dprd-terhadap.html
http://jakarta.bisnis.com/read/20140614/77/235917/dprd-bekasi-sampaikan-hasil-
pemeriksaan-dari-bpk

34

Anda mungkin juga menyukai