Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pesat dalam kegiatan usaha dan lembaga keuangan (bank,


asuransi, pasar modal, dana pensiun dan lain sebagainya) yang berbasis
syariah. Dalam tiga dekade terakhir, lembaga keuangan telah meingkatkan
volume dan nilai transaksi berbasis syariah yang tentunya meningkatkan
kebutuhan terhadap akuntansi syariah.

Selanjutnya, perkembangan pemikiran mengenai akuntansi syariah juga


makin berkembang, yang ditandai dengan makin diterimanya prinsip-prinsip
transaksi syariah di dunia internasional.

Sejarah perkembangan akuntansi yaitu bagian dari ilmu pengetahuan yang


berhubungan dengan masalah hukum alam dan perhitungan yang bersifat
memiliki kebenaran yang absolut. Namun untuk sejauh ini masyarakat di
sekitar belum sepenuhnya memahami akan pengaplikasian akuntansi di
lingkungan dari caa penempatannya

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan akuntansi syari’ah?


2. Bagaimana prospek akuntansi syari’ah?
3. Bagaimana tantangan akuntansi syari’ah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan akuntansi syari’ah


2. Untuk mengetahui prospek akuntansi syari’ah
3. Untuk mengetahui tantangan akuntansi syar’iah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Akuntansi Syariah

Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti yaitu bagian
dari ilmu pengetahuan yang berhubunggan dengan masalah hokum alam dan
perhitungan yang bersifat kebenaran absolute.

Perubahan ilmu akuntansi dari bagian ilmu menjadi ilmu sosial lebih
disebabkan oleh faktor-faktor perubahan dalam masyarakat yang semula
dianggap sebagai sesuatu yang konstan,misalnya traksaksi usaha yang akan
dipengaruhi oleh budaya dan tradisi serta kebiasaan dalam masyarakat.

Akuntansi dalam islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan perintah


Allah SWT dalam (QS 2:282) untuk melakukan pencatatan dalam melakukan
transaksi usaha. Implikasi lebih jauh adalah keperluan terhadap suatu sistem
pencatatan tentang hak dan kewajiban, pelaporan yang terpadu dan
komprehensif.

Islam memandang akuntansi tidak sekadar ilmu yang bebas nilai untuk
melakukan pencatatan dan pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat untuk
menjalankan nilai-nilai islam (islamic values) sesuai ketentuan syariah. Ilmu
penting ini ternyata dikembangkan oleh filosof islam yang terkenal yaitu Abu
Yusuf bin Ishaq Al Khindi yang lahir tahun 801 M. Juga Al Karki dan Al
Khawarizmi yang merupakan asal dari kata algorithm, algebra juga berasal dari
kata arab yaitu “al jabr”. Demikian juga sistem nomor desimal dan angka “0”
yang kita pakai sekarang yang disebut angka arab sudah dikenal sejak 874 M,
yang sudah diakui oleh Hendriksen merupakan sumbangan arab islam terhadap
akuntansi.

Ibnu khaldun (lahir tahun 1332) adalah seorang filosof islam yang juga telah
berbicara tentang politik, sosiologi, ekonomi , bisnis , perdagangan. Bahkan
ada dugaan bahwa pemikiran mereka itulah sebenarnya yang dikemukakan

2
oleh para filosof barat belakangan yang muncul pada abad ke -18 M.
Sebenarnya sudah banyak pula ahli akuntan yang mengakui islam , misalnya
RE Gambling, William Roget, Baydoun, Hayashi dari jepang dan lain lain.
Seperti paciolli dalam memperkenalkan sistem double entry melalui ilmu
matematika. Sistem akuntansi dibangun dari dasar kesamaan akuntansi. Aset =
Labilitas + Ekuitas (A = L+E). Karena aljabar ditemukan pertama tama oleh
ilmuan muslim di zaman keemasan islam, maka sangat logis jika ilmu
akuntansi juga telah berkembang pesat di zaman itu, paling tidak menjadi dasar
perkembangannya. (Sri Nurhayati Wasilah, 2011:51)

Penemuan metode baru dalam akuntansi selalu mengalami penyesuaian


dengan kondisi tertentu sehingga dalam perkembangan selanjutnya ilmu
akuntansi lebih cenderung dengan ilmu social. Islam juga memandang
akuntansi tidak hanya sekedar ilmu yang bebas menilai untuk melakukan
pencatatan dan pelaporan saja, akan tetapi sebagai alat untuk menjalankan
nilai-nilai islam sesuai ketentuan syariah.

Negara madinah merupakan letak awal perkembangan islam yaitu pada tahun
622 m atau tahun 1 H. Hal ini didasari oleh konsep bahwa seluruh muslim
adalah bersaudara tanpa memandang ras, suku, warna kulit, dan golongan
lainnya, sehingga kegiatan kenegaraan dilakukan secara gotong royong atau
kerja sama karnanya Negara tersebut tidak memiliki pemasukan dan
pengeluaran.

Bentuk sekretariat didirikan akhir tahun 6 H Nabi Muhammad SAW bertindak


sebagai kepala Negara dan juga sebagai ketua Mahkama Agung. Mufti besar
dan panglima perang tertinggi bertindak sebagai penanggung jawab
administrasi Negara.

Pada abad 7 rasul mendirikan baitul maal. Fungsinya sebagai


penyimpanan ketika adanya pembayaran wajib zakat dan usur (pajak pertanian
dari muslim) dan adanya perluasan wilayah atau jizia yaitu pajak perlindungan
dari non muslim, dan juga adanya kharaj yaitu pajak pertanian, non muslim.
Nabi telah menunjukan petugas qadi (banyak) yaitu sejumlah 42 orang di bagi
menjadi empat bagian yaitu; dan sekertaris, pencatat administrasi, yaitu:

3
1. Sekretaris pernyataan
2. Sekretaris hubungan pencatat tanah
3. Sekretaris perjanjian
4. Sekretaris peperangan

Akuntansi bukanlah suatu profesi baru, luca paciolli dalam bukunya yang
berjudul Summa de arithmetika Geomitria Proportionalita pada tahun 1494 M
membahas mengenai double entry book keeping. Luca paciolli
menyederhanakan bentuk akuntansi yang dilakukan pada zaman sebelum
Masehi, sehingga ia ditetapkan sebagai penemu akuntansi modern, meskipun
dia mengatakan bahwa hal tersebut dilakukan lebih dari satu abad yang lalu.

Zaman Empat Khalifah

a. Abu Bakar Assidiq

Pada masa pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih


sangat sederhana, dimana pemerintahan dan pengeluaran dilakukan secara
seimbang, sehingga hamper tidak pernah ada sisa.

b. Umar bin Khattab

Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab sudah dikenalkan dengan


istilah “Diwan” yaitu tempat dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana
akuntansi dicatat dan disimpan yang berfungsi untuk mengurusi pembayaran
gaji. Khalifah Umar menunjukkan bahwa akuntansi berkembang dari suatu
lokasi ke lokasi lain sebagai akibat dari hubungan antar masyarakat. Selain itu
Baitul Maal sudah diputuskan di daerah-daerah taklukan islam.

c. Utsman bin Affan

Pada masa pemerintahan khalifah Utsman, memperkenalkan tentang


istilah khittabat al-Rasull wa sirr yaitu berarti memelihara pencatatan rahasia.

4
Dalam hal pengawasan pelaksanaan agama dan moral lebih difokuskan kepada
muhtasib yaitu orang-orang yang bertanggung jawab atas lembaga al hisbah,
misalnya mengenai timbangan, kecurangan dalam penjualan, orang yang tidak
banyak hutang dan juga termasuk ke dalam perhitungan ibadah bahkan
termasuk memeriksa iman, dan juga masih banyak yang lain yang termasuk
perhitungan atau sesuatu ketidak adilan didunia ini untuk semua mahluk

d. Ali Bin Abi Thalib

Pada masa pemerintahan Ali yaitu adanya system administrasi Baitul Maal
difokuskan pada pusat dan lokal yang berjalan baik seperti, surplus pada BM
dibagikan secara professional sesuai dengan ketentuan rasulallah Saw. Adanya
surplus ini menunjukkan bahwa proses pencatatan dan pelaporan berlangsung
dengan baik

Khalifah Ali memilki konsep tentang pemerintahan, administrasi umum dan


masalah-masalah yang berkaitan dengannya secara jelas. Konsep tersebut lebih
dijelaskan dalam surat yang ditunjukan kepada Malik Ashter Bin Harith. Surat
itu menggambarkan kebijakan terhadap konsep-konsepnya yang ditiru secara
luas dalam administrasi publik. (Dawam Rahardjo, 2002:61)

Lahirnya akuntansi syariah sekaligus paradigma baru sangat terkait dengan


kondisi obyektif yang melingkupi umat islam secara khusus dan masyarakat
dunia secara umum. Kondisi tersebut meliputi : norma agama, kontribusi umat
islam pada masa lalu, sistem ekonomi kapitalis yang berlaku saat ini, dan
perkembangan pemikiran. (Iwan Triwuyono, 2002:19)

B. Pengertian Akuntansi Syariah

Akuntansi menurut bahasa arab disebut muhasabah. Kata muhasabah


bersal dari kata kerja hasaba, dapat pula diucapkan dengan hisab, haibah,
muhasabah, dan hisaba. Akuntansi secara umum yaitu kegiatan mencatat ,
menggolongkan, mengikhtisarkan, sehingga dihasilkan informasi keuangan
dalam bentuk laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan. Sedangkan pengertian syariah adalah aturan yang ditetapkan oleh

5
Allah SWT dalam melakukan seluruh kegiatan baik ibadah mahdhoh seperti
shalat, zakat, puasa, dan haji maupun muamalah. (Sofyan Syafri Harahap,
2004:8)

Ibnu abidin berkata “catatan atau pembukuan seorang agen (makelar) dan kasir
bisa menjadi bukti berdasarkan kebiasaan yang berlaku. Kalau si pembeli atau
kasir maupun makelar itu tidak menggunakan catatan khusus itu bisa
merugikan orang lain karena biasanya barang-barang dagangan itu tidak
dilihat, seperti halnya barang-barang yang dikirim ke koneksi-koneksinya
didaerah jauh. Jadi, dalam keadaan sperti ini, mereka biasanya berpegang pada
ketentuan-ketentuan yang tertulis didalam daftar-daftar atau surat-surat yang
dijadikan pegangan ketika timbul risiko atau kerugian.

Dengan demikian dapat didefinisikan sebagai akuntansi syariah yaitu proses


akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT.

C. Prospek Akuntansi Syari’ah

1. Prospek implementasi

Dari sisi kemantapan dan kematangan teoritis, banyak orang yang percaya
akan keunggulan sistem ini, dibandingkan sistem sosialisasi dan kapitalisme.
Sehingga tidak mengherankan, kalau diskusi ekonomi Islam, ikut meramaikan
tingkat dunia ekonomi. Artinya tidak hanya ekonomi muslim saja yang terlibat
dalam wacana ini, baik dalam bentuk seminar, symposium, penelitian atau
penulisan di jurnal ilmiah, tetapi tidak sedikit (makin hari makin bertambah)
ekonomi yang bukan muslim juga dapat melihat dari sisi positifnya nilai-nilai
yang di bawa oleh sistem ekonomi islam.

Ada dua persoalan yang sering dianggap sebagai ‘ganjalan’ serius bagi
sekelompok pihak. Pertama, bahwa dibandingkan dengan sistem ekonomi
kapitalisme misalnya, sistem ekonomi Islam sangat bernuansa normatif. Maka,
dalam pola pikir positivism yang menjadi mainstream pengembangan ilmu saat

6
ini, hal ini sering dipersoalkan. Tetapi terhadap mereka yang mengkritis sistem
ekonomi Islam sebagai sesuatu yang normatif, dapat di jelaskan bahwa:

 Sesungguhnya, baik sistem ekonomi kapitalisme, maupun sosialisme,


juga pada awalnya berangkat dari sesuatu yang bersifat normatif.

 Kendati bersifat normatif, kalau seseorang bisa melihat sisi transedental


system ekonomi islam, makaapa yang ditawarkan oleh system ini, pasti
lebi h baik, karena sifat normatifnya justru “turun” sebagai petunjuk
dari yang maha tahu. (Akhyar Ddnan, 2005:31)

Kedua, banyak yang mengkritis, bahwa system ekonomi islam memmang


terkesan indah, tetapi system ini tidak punya dasar empiris. Dengan kata lain,
mereka mengtakan bahwa belum ada contoh yang dapat memebuktikan
‘kebenaran’ system ini.

2. Pemahaman Yang benar akan Makna Akuntansi

Akuntansi tetap merupakan sebuah alat dalam bisnis. Melalui alat ini,
diupayakan tercapai tujuan-tujuan tertentu dalam bisnis. Secara umum kita
memahami bahwa akuntansi adalah salah satu alat bisnis bagi pihak-pihak
tertentu.

Secara umum kita memahami bahwa akuntansi adalah salah satu alat bisnis
bagi pihak-pihak tertenntu. Alat ini diyakini perlu adanya untuk minimal dua
tujuan utama, yak ni:

 Sebagai media pertanggung jawaban satu pihak terhadap pihak yang


lain,

 Sebagai alat bantu dalam mengambil keputusan bisnis.

Dua peran dasar ini, praktis tidak mengalami perubahan dalam akuntansi sejak
zaman dahulu kala, walaupun sejumlah perubahan tertentu lainnya terjadi
dalam dunia akuntansi. Dalam konteks tujuan pertama, walaupun tidak terlalu
jelas, ada perubahan-perubahan yang intinya bergesernya orientasi pertanggung
jawaban, yakni hanya terbatas hanya kepada pemilik modal saja/
stockholders .kalaupun kemudian muncul lagi perubahan yang memperluas

7
area pertanggung jawaban kepada pihak yang lebih luas yakni stakeholders,
namun dominasi kepentingan pemilik modal alis stockholders tetap terasa
kental.

Dan tujuan kedua, yakni akuntansi sebagai alat pengambil keputusan hingga
menjadi bias. Apabila diperhatikan apa yang sedang terjadi dalam akuntansi
konvensional maka amatlah jelas ketimpang besar terjadinya. Misalnya peran
akuntansi yang sangat memihak kepada yang pemilik modal, atau pihak-pihak
tertentudan cenderung mengabaikan aspek keadilan. Padahal Allah SWT telah
mengingatkan bahwa “takarlah timbanganmu dengan benar” yang
mengindikasikan perlunya ditegakkan konsep keadilan, termasuk dalam aspek
informasi dan akuntansi.

Bias-bias dalam bentuk seperti sering terjadi dalam akuntansi konvensional,


bahkan dalam beberapa hal, sudah melebihi atau menabrak batas-batas moral
dan mungkin hukum yang berlaku umum,seperti praktik window dressing,
income smoothing dan semacamnya, dengan segala bentuk pola dan ragamnya.
Situasi inilah yang merupakan salah satu penyebab kacaunya perekonomian
sebuah bangsa. Mungkin krisis yang tak kunjung selesai yang sudah sekian
tahun kita alami bersama, diantaranya juga karena factor ini. (Ibid, hlm 78-79)

3. Prospek dan Tantangan Akuntansi Syariah

Standar akuntansi pada hakikatnya adalah sebuah aturan main yang dibangun
untuk mencegah penyalahgunaan atas wewenang yang dilakukan oleh
kelompok satu terhadap kelompok lain. Dalam suatu akuntansi misalnya,
standarnya disusun agar adanya sebuah kesejajaran antara pihak manajemen
yang menyusun laporan keuangan sebagai media pertanggung jawaban dan
eksternal sebagai pembaca dan pengguna informasi.

Sebuah aturan main yang telah ditentukan itu, khususnya untuk standar
akuntansi itu sendiri, akan selalu di patuhi bilamana dipenuhi beberapa
persyaratannya, persisnya kepatuhan akan ditentukannya dua hal, yakni
adanya acceptance (penerimaan) dan enforcement (daya paksa).

8
Secara sederhana dan normative, pertanyaan akan prospek dan tantangan
akuntansi syariah, prospeknya akan bagus, Ketika semua persyaratan diatas
dapat dipenuhi, sebaliknya tantangannya akan berat bilamana makin banyak
faktor-faktor yang disebut di atas dilanggar. Akan halnya akuntansi syariah
secara realistis kita harus memahami wujudnya yang baru muncul kembali,
seiring dengan munculnya kembali wacana dan praktik ekonomi Islam, setelah
sekitar enam atau tujuh abad lamanya tenggelam. Oleh karena itu, kalaulah
wujudnya saja masih belum dikenali secara baik, maka ini bukanlah hal yang
aneh.

Patut disyukuri secara realitas bahwa baik ekonomi islam, maupun


akuntansinya terus menunjukkan perkembangan dari masa ke masa.
Munculnya pertanyaan tentang prospek dan tantangannya ke depan dalam
tahapan ini adalah sesuatu yang wajar. Berpijak pada keyakinan agama yang
kita miliki, ditambah dengan realitas sosial atas dasar perkembangan yang
sudah terjadi selama ini, maka kita harus optimis akan masa depannya sebagai
salah satu alat bisnis yang menjanjikan al-falah, dunia dan akhirat. Namun,
melihat umurnya yang relative muda, dan sekaligus pemahaman masyarakat
yang relative belum merata, ditambah lagi masih singkatnya masa pengujian
secara empiris, maka tantangan demi tantangan masih akan dihadapi didepan.
Tantangan ini, begitu juga tidak harus membuat kita surut ke belakang.
Sebaliknya, harus dapat memicu semangat yang lebih tinggi untuk
menyempurnakannya, sehingga harapan akan perannya yang optimal sebagai
salah satu alat dalam system perekonomian, dapat diwujudkan secara optimal.
(Ibid, hlm 80)

BAB III

PENUTUP

9
A. Kesimpulan

Perkembangan awal islam dimulai dari Negara madinah. Pada abad ke


7 Nabi Muhammad membentuk baitul mall yang berfungsi sebagai
penyimpanan hasil pembayaran wajib zakat dan usur. Setelah Nabi
Muhammad wafat tahta khalifahan diisi oleh sahabat-sahabat Nabi yang
diantaranya adalah Abu Bakar Ashidiq, Umar bin Khatab, Ustman bin
Affan dan Ali bin Abi Thalib. Pada saat khulafau rasyidin perkembangan
ekonomi di madinah sangat pesat yakni dengan mengembangkan suatu
Negara dan system akuntansinya dengan catatan tidak keluar dari tutunan
Rasullulah.

akuntansi syariah yaitu proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang


sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Patut disyukuri secara realitas bahwa baik ekonomi islam, maupun


akuntansinya terus menunjukkan perkembangan dari masa ke masa.
Munculnya pertanyaan tentang prospek dan tantangannya ke depan dalam
tahapan ini adalah sesuatu yang wajar. Berpijak pada keyakinan agama
yang kita miliki, ditambah dengan realitas sosial atas dasar perkembangan
yang sudah terjadi selama ini, maka kita harus optimis akan masa
depannya sebagai salah satu alat bisnis yang menjanjikan al-falah, dunia
dan akhirat.

B. Penutup

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,


oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir.

10
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati,Sri. 2011. Akuntansi Syariah..Jakarta:Salemba Empat

Dawam Rahardjo. 2002. Sejarah Pemikiran Ekonomi islam. Jakarta: Wisma


Nugrasatana.

Raharjo, Dawan. 2002. Sejarah Pemikiran Islam..Jakarta:Wisma Nugrasantana

Adnan Akhyar. 2005. Akuntansi syariah: Arah, Prospek dan Tantangannya.


Yogyakarta: UII press

Sofyan, Harahap Syafri dkk. 2004. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta.


LPFE Usakti

Triwuyono, Iwan. Akuntansi Syariah. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

11

Anda mungkin juga menyukai