PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti yaitu bagian
dari ilmu pengetahuan yang berhubunggan dengan masalah hokum alam dan
perhitungan yang bersifat kebenaran absolute.
Perubahan ilmu akuntansi dari bagian ilmu menjadi ilmu sosial lebih
disebabkan oleh faktor-faktor perubahan dalam masyarakat yang semula
dianggap sebagai sesuatu yang konstan,misalnya traksaksi usaha yang akan
dipengaruhi oleh budaya dan tradisi serta kebiasaan dalam masyarakat.
Islam memandang akuntansi tidak sekadar ilmu yang bebas nilai untuk
melakukan pencatatan dan pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat untuk
menjalankan nilai-nilai islam (islamic values) sesuai ketentuan syariah. Ilmu
penting ini ternyata dikembangkan oleh filosof islam yang terkenal yaitu Abu
Yusuf bin Ishaq Al Khindi yang lahir tahun 801 M. Juga Al Karki dan Al
Khawarizmi yang merupakan asal dari kata algorithm, algebra juga berasal dari
kata arab yaitu “al jabr”. Demikian juga sistem nomor desimal dan angka “0”
yang kita pakai sekarang yang disebut angka arab sudah dikenal sejak 874 M,
yang sudah diakui oleh Hendriksen merupakan sumbangan arab islam terhadap
akuntansi.
Ibnu khaldun (lahir tahun 1332) adalah seorang filosof islam yang juga telah
berbicara tentang politik, sosiologi, ekonomi , bisnis , perdagangan. Bahkan
ada dugaan bahwa pemikiran mereka itulah sebenarnya yang dikemukakan
2
oleh para filosof barat belakangan yang muncul pada abad ke -18 M.
Sebenarnya sudah banyak pula ahli akuntan yang mengakui islam , misalnya
RE Gambling, William Roget, Baydoun, Hayashi dari jepang dan lain lain.
Seperti paciolli dalam memperkenalkan sistem double entry melalui ilmu
matematika. Sistem akuntansi dibangun dari dasar kesamaan akuntansi. Aset =
Labilitas + Ekuitas (A = L+E). Karena aljabar ditemukan pertama tama oleh
ilmuan muslim di zaman keemasan islam, maka sangat logis jika ilmu
akuntansi juga telah berkembang pesat di zaman itu, paling tidak menjadi dasar
perkembangannya. (Sri Nurhayati Wasilah, 2011:51)
Negara madinah merupakan letak awal perkembangan islam yaitu pada tahun
622 m atau tahun 1 H. Hal ini didasari oleh konsep bahwa seluruh muslim
adalah bersaudara tanpa memandang ras, suku, warna kulit, dan golongan
lainnya, sehingga kegiatan kenegaraan dilakukan secara gotong royong atau
kerja sama karnanya Negara tersebut tidak memiliki pemasukan dan
pengeluaran.
3
1. Sekretaris pernyataan
2. Sekretaris hubungan pencatat tanah
3. Sekretaris perjanjian
4. Sekretaris peperangan
Akuntansi bukanlah suatu profesi baru, luca paciolli dalam bukunya yang
berjudul Summa de arithmetika Geomitria Proportionalita pada tahun 1494 M
membahas mengenai double entry book keeping. Luca paciolli
menyederhanakan bentuk akuntansi yang dilakukan pada zaman sebelum
Masehi, sehingga ia ditetapkan sebagai penemu akuntansi modern, meskipun
dia mengatakan bahwa hal tersebut dilakukan lebih dari satu abad yang lalu.
4
Dalam hal pengawasan pelaksanaan agama dan moral lebih difokuskan kepada
muhtasib yaitu orang-orang yang bertanggung jawab atas lembaga al hisbah,
misalnya mengenai timbangan, kecurangan dalam penjualan, orang yang tidak
banyak hutang dan juga termasuk ke dalam perhitungan ibadah bahkan
termasuk memeriksa iman, dan juga masih banyak yang lain yang termasuk
perhitungan atau sesuatu ketidak adilan didunia ini untuk semua mahluk
Pada masa pemerintahan Ali yaitu adanya system administrasi Baitul Maal
difokuskan pada pusat dan lokal yang berjalan baik seperti, surplus pada BM
dibagikan secara professional sesuai dengan ketentuan rasulallah Saw. Adanya
surplus ini menunjukkan bahwa proses pencatatan dan pelaporan berlangsung
dengan baik
5
Allah SWT dalam melakukan seluruh kegiatan baik ibadah mahdhoh seperti
shalat, zakat, puasa, dan haji maupun muamalah. (Sofyan Syafri Harahap,
2004:8)
Ibnu abidin berkata “catatan atau pembukuan seorang agen (makelar) dan kasir
bisa menjadi bukti berdasarkan kebiasaan yang berlaku. Kalau si pembeli atau
kasir maupun makelar itu tidak menggunakan catatan khusus itu bisa
merugikan orang lain karena biasanya barang-barang dagangan itu tidak
dilihat, seperti halnya barang-barang yang dikirim ke koneksi-koneksinya
didaerah jauh. Jadi, dalam keadaan sperti ini, mereka biasanya berpegang pada
ketentuan-ketentuan yang tertulis didalam daftar-daftar atau surat-surat yang
dijadikan pegangan ketika timbul risiko atau kerugian.
1. Prospek implementasi
Dari sisi kemantapan dan kematangan teoritis, banyak orang yang percaya
akan keunggulan sistem ini, dibandingkan sistem sosialisasi dan kapitalisme.
Sehingga tidak mengherankan, kalau diskusi ekonomi Islam, ikut meramaikan
tingkat dunia ekonomi. Artinya tidak hanya ekonomi muslim saja yang terlibat
dalam wacana ini, baik dalam bentuk seminar, symposium, penelitian atau
penulisan di jurnal ilmiah, tetapi tidak sedikit (makin hari makin bertambah)
ekonomi yang bukan muslim juga dapat melihat dari sisi positifnya nilai-nilai
yang di bawa oleh sistem ekonomi islam.
Ada dua persoalan yang sering dianggap sebagai ‘ganjalan’ serius bagi
sekelompok pihak. Pertama, bahwa dibandingkan dengan sistem ekonomi
kapitalisme misalnya, sistem ekonomi Islam sangat bernuansa normatif. Maka,
dalam pola pikir positivism yang menjadi mainstream pengembangan ilmu saat
6
ini, hal ini sering dipersoalkan. Tetapi terhadap mereka yang mengkritis sistem
ekonomi Islam sebagai sesuatu yang normatif, dapat di jelaskan bahwa:
Akuntansi tetap merupakan sebuah alat dalam bisnis. Melalui alat ini,
diupayakan tercapai tujuan-tujuan tertentu dalam bisnis. Secara umum kita
memahami bahwa akuntansi adalah salah satu alat bisnis bagi pihak-pihak
tertentu.
Secara umum kita memahami bahwa akuntansi adalah salah satu alat bisnis
bagi pihak-pihak tertenntu. Alat ini diyakini perlu adanya untuk minimal dua
tujuan utama, yak ni:
Dua peran dasar ini, praktis tidak mengalami perubahan dalam akuntansi sejak
zaman dahulu kala, walaupun sejumlah perubahan tertentu lainnya terjadi
dalam dunia akuntansi. Dalam konteks tujuan pertama, walaupun tidak terlalu
jelas, ada perubahan-perubahan yang intinya bergesernya orientasi pertanggung
jawaban, yakni hanya terbatas hanya kepada pemilik modal saja/
stockholders .kalaupun kemudian muncul lagi perubahan yang memperluas
7
area pertanggung jawaban kepada pihak yang lebih luas yakni stakeholders,
namun dominasi kepentingan pemilik modal alis stockholders tetap terasa
kental.
Dan tujuan kedua, yakni akuntansi sebagai alat pengambil keputusan hingga
menjadi bias. Apabila diperhatikan apa yang sedang terjadi dalam akuntansi
konvensional maka amatlah jelas ketimpang besar terjadinya. Misalnya peran
akuntansi yang sangat memihak kepada yang pemilik modal, atau pihak-pihak
tertentudan cenderung mengabaikan aspek keadilan. Padahal Allah SWT telah
mengingatkan bahwa “takarlah timbanganmu dengan benar” yang
mengindikasikan perlunya ditegakkan konsep keadilan, termasuk dalam aspek
informasi dan akuntansi.
Standar akuntansi pada hakikatnya adalah sebuah aturan main yang dibangun
untuk mencegah penyalahgunaan atas wewenang yang dilakukan oleh
kelompok satu terhadap kelompok lain. Dalam suatu akuntansi misalnya,
standarnya disusun agar adanya sebuah kesejajaran antara pihak manajemen
yang menyusun laporan keuangan sebagai media pertanggung jawaban dan
eksternal sebagai pembaca dan pengguna informasi.
Sebuah aturan main yang telah ditentukan itu, khususnya untuk standar
akuntansi itu sendiri, akan selalu di patuhi bilamana dipenuhi beberapa
persyaratannya, persisnya kepatuhan akan ditentukannya dua hal, yakni
adanya acceptance (penerimaan) dan enforcement (daya paksa).
8
Secara sederhana dan normative, pertanyaan akan prospek dan tantangan
akuntansi syariah, prospeknya akan bagus, Ketika semua persyaratan diatas
dapat dipenuhi, sebaliknya tantangannya akan berat bilamana makin banyak
faktor-faktor yang disebut di atas dilanggar. Akan halnya akuntansi syariah
secara realistis kita harus memahami wujudnya yang baru muncul kembali,
seiring dengan munculnya kembali wacana dan praktik ekonomi Islam, setelah
sekitar enam atau tujuh abad lamanya tenggelam. Oleh karena itu, kalaulah
wujudnya saja masih belum dikenali secara baik, maka ini bukanlah hal yang
aneh.
BAB III
PENUTUP
9
A. Kesimpulan
B. Penutup
10
DAFTAR PUSTAKA
11