PENYUSUN:
1. Muslihat 1617104017
2. Muhammad Yogi Muslim 1617104013
3. Muhammad Ali Imron Ghozali 1617104008
4. Angerini Juanita Sari 1617122012
Pertanyaan:
2. Pada umumnya SKPD dalam menyusun neraca aset menunggu dan menyesuaikan
dengan neraca aset yang dibuat oleh Biro/Bagian Keuangan karena neraca dari
Biro/Bagian Keuangan dianggap benar. Faktanya sering kali neraca yang dibuat oleh
Biro/Bagian Keuangan berbeda baik volume maupun nilainya dengan aset yang
dimiliki oleh SKPD. Apabila terjadi seperti ini SKPD harus menyesuaikan nilai aset
sesuai dengan angka neraca Biro/Bagian Keuangan, karena tanpa rekonsiliasi dahulu
dengan neraca aset dari Biro/Bagian keuangan. Beberapa contoh kasus yang terjadi
antara lain:
a. Biro/Bagian Keuangan dalam menyusun neraca asset berdasarkan
pertanggungjawaban belanja modal dan membukukan seluruhnya sebagai aset,
padahal seringkali belanja modal digunakan juga untuk belanja barang pakai
habis;
b. Aset milik satu SKPD tetapi dipinjam SKPD lain dalam jangka waktu lama (lebih
dari lima tahun), sehingga pengurus barang tidak mencatatnya dalam KIBnya dan
tidak mengetahui keberadaan aset tersebut, dilain pihak pemakai juga tidak
mencatat di KIBnya karena statusnya pinjam. Dengan demikian aset tersebut tidak
tercatat dalam Neraca;
c. Terdapat aset yang sudah hilang selama lima tahun lebih belum dihapuskan dari
daftar aset, sehingga masih tercatat dalam daftar inventaris;
d. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna barang milik daerah
kurang optimal dalam mengelola aset. Meskipun ada pembukuan aset dan secara
rutin menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran
(LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada dalam
penguasaannya kepada pengelola aset, namun tidak pernah mengecek kebenaran
dari Daftar inventaris dan laporan tersebut. Hal ini terbukti bahwa laporan yang
telah dibuat hanya berdasarkan data yang di catat oleh pengurus barang,
sedangkan yang tidak dilaporkan oleh bidang teknis yang melakukan pembelian
tidak ikut dilaporkan. Disamping itu tidak adanya koordinasi dalam pengelolaan
asset di SKPD, yaitu antara Pengurus barang, Penyimpan barang dan Seksi
Akuntansi di bagian keuangan, hal ini terlihat dari laporan mutasi asset yang
dibuat oleh ketiga petugas tersebut berbeda-beda, masing masing petugas
membuat laporan sesuai dengan data yang diterimanya.dan tidak ada pengecekan
satu sama lain.
Sebelum refrormasi yang neraca awal di lakukan pemerikasaan oleh BPKP sedangkan
setelah reformasi dilakukan pemeriksaan oleh BPK.
4. Sesuai amanat Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, pemerintah
diwajibkan menerapkan basis akuntansi akrual secara penuh atas pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja negara paling lambat tahun anggaran 2008.
Sedangkan basis akuntansi yang sekarang ini diterapkan oleh pemerintah dalam
pembuatan laporan keuangan pemerintah sesuai dengan Kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintahan dalam Exposure Draft Standar Akuntansi Pemerintahan (per
04 Februari 2004) adalah dual basis. Yang dimaksud dengan dual basis adalah
pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran
menggunakan basis kas, sedangkan untuk pengakuan aktiva, kewajiban, dan ekuitas
dalam Neraca menggunakan akrual basis.
Penggunaan dual basis tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa pemerintah
diwajibkan membuat neraca yang hanya dapat dibuat dengan akuntansi berbasis
akrual, sedangkan di sisi lain juga wajib membuat laporan realisasi anggaran atau
yang dulu di kenal dengan nama Perhitungan Anggaran Negara (PAN) yang dibuat
dengan akuntansi berbasis kas.
Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain diakui ketika
kas diterima atau dibayarkan. Basis kas ini dapat mengukur kinerja keuangan
pemerintah yaitu untuk mengetahui perbedaan antara penerimaan kas dan
pengeluaran kas dalam suatu periode. Basis kas menyediakan informasi mengenai
sumber dana yang dihasilkan selama satu periode, penggunaan dana dan saldo kas
pada tanggal pelaporan. Model pelaporan keuangan dalam basis kas biasanya
berbentuk Laporan Penerimaan dan Pembayaran (Statement of Receipts and
Payment) atau Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement). Selain itu perlu dibuat
suatu catatan atas laporan keuangan atau notes to financial statement yang
menyajikan secara detail tentang item-item yang ada dalam laporan keuangan dan
informasi tambahan seperti :
1. Item-item yang diakui dalam akuntansi berbasis akrual, seperti aktiva tetap
dan utang/ pinjaman.
2. Item-item yang biasa diungkapkan dalam akuntansi berbasis akrual, seperti
komitmen, kontinjensi, dan jaminan.
3. Item-item lain, seperti informasi yang bersifat prakiraan (forecast).
Akuntansi berbasis akrual berarti suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi
dan peristiwa-peristiwa lain diakui dan dicatat dalam catatan akuntansi dan
dilaporkan dalam periode laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi
tersebut, bukan pada saat kas atau ekuivalen kas diterima atau dibayarkan.
Akuntansi berbasis akrual ini banyak dipakai oleh institusi sektor non publik dan
lembaga lain yang bertujuan mencari keuntungan. International Monetary Fund
(IMF) sebagai lembaga kreditur menyusun Government Finance Statistics (GFS)
yang di dalamnya menyarankan kepada negara-negara debiturnya untuk
menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam pembuatan laporan keuangan.
Alasan penerapan basis akrual ini karena saat pencatatan (recording) sesuai
dengan saat terjadinya arus sumber daya. Jadi basis akrual ini menyediakan
estimasi yang tepat atas pengaruh kebijakan pemerintah terhadap perekonomian
secara makro. Selain itu basis akrual menyediakan informasi yang paling
komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat, termasuk transaksi
internal, in-kind transaction, dan arus ekonomi lainnya.
Basis akuntansi ini meliputi pengakuan beberapa aktiva, namun tidak seluruhnya,
seperti aktiva fisik, dan pengakuan beberapa kewajiban, namun tidak seluruhnya,
seperti utang pensiun. Contoh bervariasinya (modifikasi) dari akuntansi akrual,
dapat ditemukan dalam paktek sebagai berikut ini :
Basis akuntansi mana yang dipakai oleh suatu pemerintah tertentu, tergantung
pada kebijakan dan kondisi yang ada. Masing-masing basis akuntansi tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan, basis akuntansi akrual memberikan
manfaat yang lebih banyak dibandingkan dengan basis akuntansi yang lain, baik
bagi pemerintah sendiri sebagai penyusun laporan keuangan maupun bagi
pengguna laporan keuangan (user). Pemerintah Indonesia, sesuai dengan Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan Undang-undang
Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, sudah harus menerapkan
basis akuntansi akrual secara penuh paling lambat tahun 2008. Pada tahun 2010
masih memakai cash toward accrual sampai dengan 2015 contohnya untuk biaya
telepon dan listrik untuk bulan desember dibayar di bulan januari untuk itu harus
ada pencatatan kembali atas transaksi itu untuk akrual sendiri baru terlaksana
penuh pada tahun 2016.