Anda di halaman 1dari 5

Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) resmi menonaktifkan tiga

direksi PT Waskita Karya (Persero) terkait kelebihan pencatatan (overstate) laba bersih pada
laporan keuangan 2004-2007. Kementerian Negara BUMN Said Didu mengungkapkan non aktif
telah dilakukan sejak dua minggu lalu. Dari tiga direksi, dua orang direksi bekerja di Waskita dan
sisanya ada di BUMN lain.

Menurut penelurusan Tempo, direksi Waskita pada 2004-2007 yaitu Umar T. A.,
Triatman, Bambang Marsono, dan Kiming Marsono. Said memastikan salah satu yang
dinonaktifkan yakni Kiming Marsono. "Menteri BUMN sudah bentuk tim untuk membela
mereka," ujarnya di kantor Kementerian BUMN, Jumat (28/8). Surat kepada Departemen
Keuangan untuk menindak kantor akuntan publik Waskita, dia melanjutkan, juga sudah diteken.
Dalam surat itu Menteri BUMN Sofyan Djalil meminta Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam LK) untuk memberi sanksi kantor akuntan publik jika terbukti
terlibat dalam rekayasa keuangan. "Ini pelajaran, direksi jangan coba-coba lakukan rekayasa,"
tegas Said. Terbongkarnya kasus ini berawal saat pemeriksaan kembali neraca dalam rangka
penerbitan saham perdana tahun lalu. Direktur Utama baru, M. Choliq yang sebelumnya
menjabat Direktur Keuangan PT Adhi Karya (Persero) Tbk, menemukan pencatatan yang tak
sesuai.

Dalam pemeriksaan itu ditemukan kelebihan pencatatan sekitar Rp 400 miliar. Akibatnya
penawaran saham Waskita ditunda hingga PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero)
menyelesaikan restrukturisasi yang diperkirakan memakan waktu dua tahun. PPA membutuhkan
dana suntikan Rp 200 miliar untuk menyehatkan Waskita. "Menkeu minta direksi dihukum dulu
baru disuntik," kata Said. Bila terbukti bersalah, direksi harus mengembalikan semua keuntungan
kepada negara.

Menurut Said, kasus ini muncul sebagai akibat kedekatan persero dengan kantor akuntan
publik. Karena itu dia mengusulkan agar seluruh BUMN menjaga hubungannya dengan kantor
akuntan publik. Buntut kasus Waskita, sebuah perbankan memutuskan tak mau mengucurkan
dananya untuk perusahaan pelat merah itu. PT Waskita Karya yang kini sedang dalam sorotan
karena manipulasi laporan keuangan akan segera restrukturisasi. Rencananya, restrukturisasi
akan dimulai pada September ini dengan dikucurkannya suntikan dana oleh PT Perusahaan
Pengelola aset (PPA) senilai Rp 400 miliar.
Demikian hal itu dikemukakan oleh Deputi Kementerian Negara Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) Bidang Usaha dan Jasa Lainnya Muchayat di kantornya, Jalan Medan Merdeka
Selatan, Jakarta, Rabu (9/9/2009)."Restrukturisasi bulan ini, sekarang sudah direview dan
tanggal 15 kira-kira sudah selesai kajiannya, ujarnya.

Perseroan mengalami defisit akibat kelebihan pencatatan pada laporan keuangan 2004-
2007. Ia mengatakan, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah menyatakan setuju untuk membantu
suntikan dana tersebut dengan syarat harus diusut pelaku yang bertanggungjawab atas kelebihan
pencatatan tersebut. "Kita diminta tindak lanjuti terkait kasus itu. Sebenarnya kita sudah
nonaktifkandireksinya," ungkapnya. Ia juga telah mengusulkan agar izin kantor akuntan publik
yang pernah menangani Waskita dicabut oleh Menteri Keuangan jika terbukti melakukan
pelanggaran. "Nanti dicabut atau tidak kan tergantung Menkeu," katanya. Sebelumnya,
Kementerian Negara BUMN sudah menonaktifkan dua direksi dan satu mantan direksi Waskita
terkait dengan kasus kelebihan pencatatan pada laporan keuangan 2004-2007.

Dua Direksi Waskita yang sudah dinonaktifkan antara lain Bambang Marsono dan
Triatman. Sementara satu mantan direksi Waskita yang dinonaktifkan adalah Kiming Marsono
yang kini menjabat sebagai Direktur Utama PT Nindya Karya.

Peran etika bisnis dalam penerapan GCG sangat dibutuhkan supaya tidak terjadi
penyalahgunaan. berikut etika bisnis dalam penerapan GCG

1. Code of Corporate and Business


Conduct Kode Etik dalam tingkah laku berbisnis di perusahaan (Code of Corporate and
Business Conduct) merupakan implementasi salah satu prinsip Good Corporate
Governance (GCG). Kode etik tersebut menuntut karyawan & pimpinan perusahaan
untuk melakukan praktek-praktek etik bisnis yang terbaik di dalam semua hal yang
dilaksanakan atas nama perusahaan. Mengenai kasus diatas pt.wst merupakan naungan
dari BUMN. Citra BUMN yang beberapa tahun terakhir menunjukkan tren positif seiring
dengan pelaksanaan implementasi GCG berpotensi terpuruk kembali itu dikarenakan
terbongkarnya bahwa terdapat rekayasa atas laporan pt.wst kasus ini berawal saat
pemeriksaan kembali neraca dalam rangka penerbitan saham perdana tahun lalu. Direktur
Utama WST yang baru, M. Choliq yang sebelumnya menjabat Direktur Keuangan PT
Adhi Karya (Persero) Tbk, menemukan pencatatan yang tak sesuai, dimana ditemukan
kelebihan pencatatan Rp 400 miliar. Direksi periode sebelumnya diduga melakukan
rekayasa keuangan sejak tahun buku 2004-2008 dengan memasukkan proyeksi
pendapatan proyek multitahun kedepan sebagai pendapatan tahun sebelumnya.
2. Nilai Etika Perusahaan
Kepatuhan pada Kode Etik ini merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan dan memajukan reputasi perusahaan sebagai karyawan & pimpinan
perusahaan yang bertanggung jawab, dimana pada akhirnya akan memaksimalkan nilai
pemegang saham (shareholder value). Beberapa nilai-nilai etika perusahaan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip GCG, yaitu kejujuran, tanggung jawab, saling percaya,
keterbukaan dan kerjasama. Mengenai kasus diatas tidak ada lagi sikap kejujuran yang
dipunyai para ketiga direksi pada pt.wst karena dengan sengaja merekaya laporan
keuangan pada pt.wst demi untung menguntungkan diri sendiri.
3. Sanksi
Setiap karyawan & pimpinan perusahaan yang melanggar ketentuan dalam Kode Etik
tersebut perlu dikenakan sanksi yang tegas sesuai dengan ketentuan / peraturan yang
berlaku di perusahaan. Mengenai kasus di atas atas ulah para direksi yang tidak
mempunyai rasa tanggung jawab lagi terhadap tugasnya maka Kementerian Negara
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) resmi menonaktifkan tiga direksi PT Waskita Karya
(Persero) terkait kelebihan pencatatan (overstate) laba bersih pada laporan keuangan
2004-2007.

Ada beberapa Penyebab kecurangan dari laporan keuangan menurut Ferdian & Naim
(2006), kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan yang disajikan berikut
ini :

1. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen


pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan.
2. Representasi yang dalam atau penghilangan dari laporan keuangan, peristiwa,
transaksi, atau informasi signifikan.
3. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan.
4. Adanya kolusi antara manajemen perusahaan dengan akuntan publik. Salah satu
upaya untuk mencegah timbulnya kolusi tersebut, yaitu perlunya perputaran (rotasi)
akuntan publik dalam melakukan general audit suatu perusahaan.
Dari keempat penyebab kecurangan pada laporan keuangan yang sesuai dengan kasus
diatas adalah penyebab yang nomor satu dan empat karena terdapat bukti yang menyatakan
terdapat kelebihan pencatatan (overstate) laba bersih pada laporan keuangan 2004-2007. Itu
berawal dari Pemeriksaan kembali neraca dalam rangka penerbitan saham perdana pada pt.wst
yang dilakukan oleh M.Choliq direktur utama yang baru dan ternyata dalam kasus pt.wst
terdapat adanya kolusi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan akuntan publik
dalam merekayasa laporan keuangan tersebut mentri BUMN menulis surat kepada Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) meminta untuk memberi sanksi
kantor akuntan publik jika terbukti terlibat dalam rekayasa keuangan.

Semua tindakan diatas tersebut sudah sangat tepat apalagi mengenai kasus pada pt.wst
yang dimana pengendalian internal pada perusahaan sudah sangat lemah hal ini ditunjukkan
bahwa pihak-pihak yang melakukan kecurangan tersebut berasal dari internal mulai dari Dewan
Komisaris sampai dengan Internal Audit yang dibuktikan dengan tidak melakukan fungsinya
dengan baik. Hal ini patut disayangkan mengingat GCG merupakan alat kontrol yang
menciptakan untuk pengawasan pengelolaan perusahaan. Langkah selanjutnya memperbaiki
sistem pengawasa dan pengendalian. BUMN merupakan pemegang saham pt.wst perlu dilakukan
pembersihan besar-besaran terhadap intern PT.WST dengan mengganti para pihak yang terlibat.
Kemudian melaksanakan good governance dengan memperkuat GCG agar tidak ada kasus yang
sama terulang kembali.
Daftar Pustaka

http://www.tempo.co/read/news/2009/08/28/090194968/Tiga-Direksi-Waskita-Dinonaktifkan

http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/1200038/usai-manipulasi-keuangan-waskita-
karya-segera-direstukturisasi

Anda mungkin juga menyukai